Sambutan Gubernur Bank Indonesia “Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi” Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Jakarta, 10 Desember 2015 Yang kami hormati, Para Pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia, Pejabat di Lingkungan Kementerian dan Lembaga Negara, Pimpinan Perbankan Perwakilan Asosiasi Industri Akademisi dan pengamat ekonomi Hadirin dan undangan yang berbahagia, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua, 1. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas perkenanNya kita semua dapat hadir dalam keadaan sehat dan baik untuk bersama-sama mengikuti diskusi dan peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) No.25 Edisi September tahun 2015. 2. Penyusunan akuntabilitas KSK merupakan pelaksanaan bagian tugas Bank dari transparansi Indonesia di dan bidang makroprudensial. Sebagai salah satu publikasi rutin semesteran, KSK memuat hasil asesmen dan kajian Bank Indonesia terhadap kondisi sistem keuangan nasional. 3. Asesmen tersebut juga mencakup pemantauan kami terhadap sumber-sumber kerentanan dan ketidakseimbangan sistem keuangan 1 yang dapat dijumpai pada pasar keuangan; lembaga/institusi keuangan yaitu rumah tangga dan korporasi; perbankan ; dan Institusi Keuangan Non-Bank (IKNB) ; serta infrastruktur keuangan. 4. Karena ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh Indonesia, menjadi sangat penting bagi Bank Indonesia selaku otoritas di bidang makroprudensial untuk terus menjaga stabilitas sistem keuangan. Apalagi dinamika sistem keuangan global masih terus diliputi dengan ketidakpastian. 5. Oleh karena itu, KSK Edisi kali ini mengangkat tema “Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi”. Karena kami meyakini, tugas dalam memelihara stabilitas perekonomian akan semakin menantang. Sehingga asesmen dan kajian mendalam atas kondisi sistem keuangan nasional kami harap akan menjadi referensi yang berharga bagi kita dalam mengambil langkah kedepan. Bapak/Ibu para hadirin yang berbahagia, 6. Kondisi sistem keuangan Indonesia di tahun 2015 secara umum masih diliputi berbagai tantangan dan gejolak, baik yang bersumber dari global maupun domestik. Pemulihan ekonomi dunia yang masih lemah, berlanjutnya penurunan harga komoditas dan menurunnya aliran modal asing ke negara berkembang menjadi pemicu tekanan terhadap perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. 7. Kondisi tersebut juga diperberat oleh ketidakpastian waktu dan besaran rencana normalisasi suku bunga AS serta langkah-langkah pelonggaran moneter oleh Eropa, Jepang, dan Tiongkok sebagai 2 upaya memulihkan pertumbuhan ekonominya. Salah satu langkah Tiongkok yaitu dengan melakukan devaluasi mata uang Yuan yang tidak terduga juga memicu gejolak di pasar keuangan global dan memberikan tekanan tambahan bagi negara berkembang. 8. Dari sisi domestik, perkembangan sistem keuangan di Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan. Ditengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, prosiklikalitas perbankan yang tercermin pada melambatnya pertumbuhan kredit perlu kita cermati dengan seksama. Selain itu, tingginya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah serta belum optimalnya penyerapan anggaran fiskal juga mewarnai dinamika sistem keuangan Indonesia. Bapak/Ibu para hadirin yang kami hormati, 9. Sebagai respons atas meningkatnya tekanan terhadap stabilitas perekonomian yang bersumber dari global maupun domestik, Bank Indonesia sebagai otoritas makroprudensial menempuh kebijakan yang difokuskan untuk mendorong terwujudnya stabilitas makroekonomi dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan. 10. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia ditempuh melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial secara terukur untuk memberikan ruang pemulihan bagi sektor-sektor ekonomi dengan risiko yang relatif terkendali. 11. Pelonggaran kebijakan makroprudensial yang ditempuh yaitu: Penyesuaian besaran Loan to Value Ratio (LTV) untuk kredit properti dan penurunan uang muka untuk kredit kendaraaan bermotor guna memberikan stimulus dari sisi permintaan. 3 Penyempurnaan ketentuan Giro Wajib Minimum- Loan to Funding Ratio (GWM-LFR) yang memperluas ruang bagi perbankan dalam menyalurkan kredit, termasuk kredit UMKM, dengan diperhitungkannya surat-surat berharga yang diterbitkan bank sebagai komponen dana pihak ketiga. 12. Selain itu, Bank makroprudensial Indonesia antara lain juga melakukan diwujudkan dengan pengawasan pelaksanaan surveillance dan pemeriksaan bersama dengan OJK terhadap bankbank yang memiliki eksposur risiko valuta asing terbesar, untuk memitigasi munculnya risiko sistemik di perbankan ditengah tekanan pelemahan nilai tukar Rupiah. Memperkuat hal tersebut, Bank Indonesia juga secara kontinu melakukan asesmen terhadap sistem keuangan nasional secara menyeluruh. 13. Lebih jauh lagi, terjaganya stabilitas sistem keuangan juga merupakan hasil dari sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia yaitu dengan kebijakan moneter yang ditempuh secara hati-hati dan konsisten, serta koordinasi yang solid dengan Pemerintah dan otoritas terkait, baik dalam bentuk koordinasi bilateral maupun dalam kerangka Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Bapak/Ibu, para hadirin yang berbahagia, 14. Industri perbankan sebagai bagian utama sistem keuangan nasional saat ini dalam kondisi yang terjaga. Tingkat permodalan perbankan terjaga di level yang tinggi, jauh diatas ketentuan minimum. Kemudian, rasio kredit bermasalah juga masih relatif rendah. 4 15. Sehingga, ketahanan industri perbankan yang merepresentasikan pangsa aset terbesar dalam sistem keuangan domestik masih cukup kuat untuk menyerap potensi risiko yang timbul, khususnya risiko kredit, risiko pasar dan risiko likuiditas. 16. Lebih lanjut, sektor industri keuangan non-bank juga masih mampu bertahan pada level yang aman, meskipun dengan risiko yang cenderung meningkat seiring dengan masih lemahnya pemulihan ekonomi global, perlambatan ekonomi domestik, dan berlanjutnya penurunan harga komoditas. 17. Pada sektor rumah tangga, risiko kredit relatif masih terjaga meskipun perlu tetap diwaspadai karena terdapat peningkatan Debt Service Ratio (DSR). Peningkatan DSR tersebut mencerminkan penurunan kemampuan sektor rumah tangga dalam membayar kewajibannya sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. 18. Pada sisi infrastruktur sistem keuangan, kami bersyukur bahwa penyelenggaraan sistem pembayaran telah dapat berjalan dengan aman, efisien dan andal sehingga menjadi salah satu faktor pendukung utama terpeliharanya stabilitas sistem keuangan. 19. Dalam upaya untuk terus memperkuat infrastruktur keuangan nasional, berturut-turut pada Juni dan November 2015, Bank Indonesia telah mengimplementasikan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Real Time Gross Settlement (RTGS) serta Scriptless Securities Settlement System (SSSS) Generasi II. 5 20. Keseluruhan upaya penguatan tersebut, baik dalam konteks aktivitas pembayaran ritel maupun high value ditujukan untuk meningkatkan efisiensi sistem perlindungan dan pembayaran kecepatan nasional layanan serta bagi meningkatkan nasabah. Dengan ketersediaan layanan sistem pembayaran yang semakin berkualitas, dukungan terhadap aktivitas pada sistem keuangan yang pada gilirannya berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan diharapkan juga akan terus dapat ditingkatkan. 21. Namun demikian, stabilitas sistem keuangan tetap tidak luput dari adanya potensi risiko, baik risiko likuiditas, risiko kredit maupun risiko pasar. Oleh karena itu, Bank Indonesia akan senantiasa menempuh kebijakan makroprudensial yang diarahkan pada upaya pengendalian risiko-risiko utama yang berpotensi menimbulkan risiko sistemik dan menjaga keseimbangan sistem keuangan. Bapak/Ibu, hadirin yang kami hormati, 22. Ke depan, perekonomian global masih akan dihadapkan dengan tantangan yang cukup berat, terutama apabila perlambatan struktural ekonomi Tiongkok terus berlanjut, harga komoditas terus mengalami tekanan, dan rencana normalisasi kebijakan moneter AS terus menciptakan gejolak di pasar keuangan global. Ketiga hal tersebut akan berdampak signifikan terhadap perekonomian dan kondisi sistem keuangan Indonesia. 23. Ditengah tantangan tersebut, kebijakan stabilitas sistem keuangan perlu terus diperkuat untuk meningkatkan daya tahan sistem keuangan terhadap berbagai potensi risiko, sekaligus mendorong 6 fungsi intermediasi perbankan menjadi lebih efisien dan merata untuk mendukung pembiayaan perekonomian. 24. Dalam upaya menjaga stabilitas sistem keuangan nasional yang merupakan tanggung jawab bersama, Bank Indonesia akan selalu mengedepankan koordinasi dan komunikasi yang intensif dengan Pemerintah dan Otoritas terkait dalam merespons tantangan yang ada. Hemat kami, kunci untuk dapat mengatasi berbagai tantangan kedepan adalah dengan menjalin sinergi yang erat diantara seluruh pemangku kepentingan di Indonesia. Bapak/Ibu, hadirin yang berbahagia, 25. Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Kami tentunya berharap buku Kajian Stabilitas Keuangan – Bank Indonesia dapat menjadi referensi yang semakin berkualitas kedepan, dan agar forum diskusi ini juga turut memperluas wawasan, membangun pemahaman, dan mendorong langkah-langkah yang konstruktif dalam upaya menciptakan stabilitas sistem keuangan di Indonesia. 26. Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi serta meringankan langkah kita. Sekian dan terima kasih. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia 7