KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena hanya makroprudensial juga telah diterapkan oleh banyak atas perkenan-Nya Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) Nomor bank sentral di berbagai belahan dunia, seperti di 26 Edisi Maret 2016 ini dapat diselesaikan dengan baik. Inggris, Korea Selatan, India, Turki dan Selandia Baru. Sebagai suatu publikasi rutin yang diterbitkan secara semesteran, KSK merupakan bagian dari akuntabilitas Salah satu upaya yang dilakukan dalam memformulasikan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia di bidang kebijakan makroprudensial adalah asesmen terhadap pengaturan dan pengawasan Makroprudensial. Penerbitan SSK untuk menilai KSK ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman publik pelaku ekonomi (pasar keuangan, korporasi, rumah mengenai pentingnya kebijakan makroprudensial dalam tangga, perbankan dan industri keuangan non bank menjaga ketahanan stabilitas sistem keuangan (SSK) dan (IKNB)), serta pengukuran dampaknya terhadap SSK. bagaimana Bank Indonesia berperan dalam merumuskan Dari hasil asesmen tersebut dapat diidentifikasi potensi dan menjalankan kebijakan tersebut. Dalam konteks ini pula sumber risiko dan kerentanan dari pelaku ekonomi Bank Indonesia mengharapkan publik dapat memahami secara menyeluruh yang dapat memengaruhi SSK, serta esensi dan tujuan dari kebijakan makroprudensial, yaitu dituangkan dalam KSK. Melengkapi asesmen SSK secara mencegah dan mengurangi risiko sistemik, mendorong fungsi keseluruhan, pada KSK kali ini, Bank Indonesia juga intermediasi yang seimbang dan berkualitas, meningkatkan mengkaji asesmen risiko sistem keuangan syariah serta efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan dalam penguatan akses keuangan masyarakat antara lain melalui menjaga SSK, serta mendukung stabilitas moneter dan Layanan Keuangan Digital (LKD). Hal tersebut sejalan stabilitas sistem pembayaran termasuk pengedaran uang. dengan komitmen Bank Indonesia dalam mendorong keterkaitan dan interaksi antar perkembangan ekonomi syariah dan pemeliharaan SSK Frekuensi krisis dan gejolak perekonomian yang cenderung syariah, serta memperluas akses keuangan masyarakat. meningkat dengan permasalahan yang semakin kompleks ix tidak dapat sepenuhnya diatasi dengan kebijakan moneter, Secara umum, hasil asesmen SSK pada semester II khususnya kompleksitas permasalahan yang terkait dengan 2015 menunjukkan bahwa SSK masih terjaga di tengah siklus keuangan. Disini kebijakan makroprudensial hadir tantangan global dan domestik. Sistem keuangan domestik dan melengkapi kebijakan moneter untuk mengendalikan masih memiliki ketahanan yang cukup baik meskipun potensi instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan yang terdapat penurunan kinerja baik pada perbankan, IKNB, menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem pasar keuangan maupun rumah tangga dan korporasi. keuangan karena interaksi faktor ukuran (size), kompleksitas Industri perbankan yang menguasai pangsa aset sekitar usaha (complexity), dan keterkaitan antar institusi dan/atau 80% dari sistem keuangan memiliki ketahanan industri pasar keuangan (interconnectedness), serta kecenderungan perbankan yang cukup terjaga dan risiko kredit pada level perilaku yang berlebihan dari institusi keuangan untuk yang cukup rendah, di tengah pertumbuhan kredit yang mengikuti siklus perekonomian (procyclicality). Kebijakan masih terbatas. Permodalan bank yang tinggi mampu menyerap potensi risiko yang timbul baik dari risiko II 2015 dapat menahan perlambatan kredit lebih lanjut, kredit, pasar dan likuiditas. Demikian pula halnya dengan sekaligus mengendalikan risiko yang berpotensi timbul IKNB, ketahanan IKNB juga dinilai memadai dan mampu pada sistem keuangan. Lebih lanjut, langkah kebijakan menyerap risiko yang timbul pada semester II 2015. tersebut juga diperkuat dengan koordinasi kebijakan antar otoritas terkait baik secara bilateral maupun di dalam Sebagai respons atas hasil asesmen yang telah dilakukan, Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK), Bank Indonesia selama semester II 2015 telah mengeluarkan yang dilengkapi pula dengan protokol manajemen krisis kebijakan makroprudensial berupa pelonggaran rasio pada masing-masing lembaga/otoritas anggota FKSSK. LTV dan GWM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pertumbuhan kredit perbankan, serta kebijakan Kami berharap Kajian Stabilitas Keuangan ini dapat countercyclical guna menjaga stabilitas sistem keuangan. bermanfaat bagi seluruh pembaca dan menjadi salah Selain dalam bentuk regulasi yang mengakomodasi satu pelonggaran rasio LTV dan GWM, serta penerapan kebijakan risiko dan prospek sistem keuangan Indonesia, serta countercyclical, hasil asesmen juga di respons dengan langkah-langkah kebijakan makroprudensial yang mencakup surveillance dan menjaga dan memelihara SSK. Saran, komentar maupun pemeriksaan yang bersifat tematik terhadap perbankan. kritik dari seluruh pihak sangat kami harapkan dalam Kombinasi dari ketiga kebijakan tersebut pada semester penyempurnaan analisis dan kajian di masa mendatang. referensi untuk yang menganalisa perlu diambil perkembangan, untuk terus Jakarta, Maret 2016 Gubernur Bank Indonesia Agus D. W. Martowardojo x