xiv KATA PENGANTAR Berbagai peristiwa penting di pasar keuangan global atau pasar keuangan (interconnectedness), serta dan domestik telah memberikan warna pada sistem kecenderungan perilaku yang berlebihan dari institusi keuangan Indonesia diparuh kedua tahun 2016 ini. keuangan untuk mengikuti siklus perekonomian Kejadian demi kejadian yang menjadi peluang maupun (procyclicality). tantangan dalam siklus keuangan dan perekonomian Indonesia, dapat diarahkan dan dikendalikan dengan Sebagai salah satu pilar untuk mewujudkan tujuan baik. Tentu hal ini merupakan rahmat dari Tuhan Yang tunggal Bank Indonesia dalam mencapai dan Maha Kuasa, yang dengan perkenan-Nya melapangkan memelihara ikhtiar bagi Bank Indonesia untuk bersama-sama makroprudensial akan melengkapi implementasi dengan otoritas lainnya di sektor keuangan menjaga kebijakan stabilitas sistem keuangan. perekonomian kestabilan moneter yang nilai Rupiah, dalam semakin kebijakan mengatasi gejolak beragam dengan intensitas yang meningkat sebagai dampak negatif Untuk merefleksikan berbagai dinamika serta capaian globalisasi dan integrasi pasar keuangan. Dalam yang diperoleh dalam menjaga stabilitas sistem merumuskan keuangan pada semester II tahun 2016 tersebut, Bank Bank Indonesia melaksanakan asesmen terhadap Indonesia menerbitkan Kajian Stabilitas Keuangan komponen–komponen (KSK) Nomor 28, Edisi Maret 2017. Penerbitan KSK yang meliputi pasar keuangan, korporasi, rumah bersifat periodik setiap semester dan dilakukan secara tangga, perbankan dan industri keuangan nonbank berkelanjutan sebagai salah satu bentuk akuntabilitas untuk memetakan keterkaitan dan interaksi antar Bank Indonesia dalam pelaksanaan tugasnya, terutama komponen, serta pengukuran risikonya terhadap dalam menjalankan tugas dan wewenang di bidang stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh. pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Asesmen juga mencakup penilaian terhadap kinerja kebijakan makroprudensial dalam sistem ini, keuangan sistem pembayaran yang dapat menjadi salah satu Secara prinsip, KSK mengulas kondisi dan risiko di sistem pemicu timbulnya risiko sistemik. keuangan serta faktor – faktor yang dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan secara menyeluruh Asesmen dan pemetaan ini akan memberikan indikasi dan komprehensif. Dalam KSK dijelaskan berbagai sumber-sumber kerentanan dan potensi risiko respon kebijakan Bank Indonesia sebagai otoritas sistem keuangan yang selanjutnya direspon secara makroprudensial untuk memitigasi risiko sistemik komprehensif oleh Bank Indonesia melalui kebijakan yang berpotensi muncul, yang pada intinya ditujukan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran untuk mengendalikan potensi instabilitas sebagai dan pengelolaan uang Rupiah. Dari hasil asesmen akibat terjadinya gangguan yang menular (contagion) dan pemetaan ini pula akan diketahui tantangan dan pada sebagian atau seluruh sistem keuangan karena prospek stabilitas sistem keuangan ke depan, serta interaksi faktor ukuran (size), kompleksitas usaha bagaimana arah kebijakan yang akan dtempuh Bank (complexity), dan keterkaitan antar institusi dan/ Indonesia dalam menyikapi hal tersebut. xv KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 28, Maret 2017 Berdasarkan kerangka tersebut, Bank Indonesia dilaksanakan secara sinergis melalui koordinasi menilai kondisi stabilitas sistem keuangan pada dengan otoritas lainnya di sektor keuangan, yaitu semester II 2016 terjaga dengan baik, sejalan dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan, dan berkurangnya perekonomian Indonesia. Lembaga Penjamin Simpanan, baik secara bilateral didukung kontribusi maupun dalam kerangka koordinasi dibawah Komite positif dari komponen–komponen sistem keuangan, Stabilitas Sistem Keuangan sebagai perwujudan diantaranya penurunan risiko di pasar keuangan amanat Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 tentang domestik, kinerja sektor rumah tangga yang relatif Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. stabil, peningkatan kinerja keuangan korporasi, Implementasi kebijakan yang disertai proses koordinasi perbaikan kondisi perbankan, dan penurunan eksposur tersebut membawa hasil yang positif. Kebijakan LTV risiko industri keuangan nonbank, serta tersedianya telah membawa perbaikan pada angka pertumbuhan sistem pembayaran yang aman, lancar, efisien dan KPR dengan disertai adanya perbaikan risiko kredit. handal. Namun demikian, masih terdapat berbagai Demikian pula dengan penetapan CCB sebesar 0% risiko yang membayangi stabilitas sistem keuangan, dan peningkatan batas bawah rasio GWM LFR, dapat antara lain masih lambatnya intermediasi perbankan memberikan ruang gerak yang cukup bagi peningkatan dan risiko kredit yang masih cukup tinggi. intermediasi ke perekonomian. Merespon hasil asesmen stabilitas sistem keuangan, Kami berharap uraian mengenai hasil asesmen Bank Indonesia menempuh beberapa kebijakan stabilitas sistem keuangan dan kebijakan yang telah makroprudensial penyempurnaan dilakukan Bank Indonesia dalam KSK Nomor 28 ini ketentuan mengenai Rasio Loan To Value (LTV) atau dapat memberikan pemahaman mengenai fungsi Rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau makroprudensial yang dijalankan Bank Indonesia pembiayaan properti dan uang muka untuk kredit dalam mewujudkan stabilitas sistem keuangan. atau pembiayaan kendaraan bermotor, penerapan Namun demikian, kami menyadari bahwa ruang untuk kebijakan Countercyclical Capital Buffer (CCB) sebesar meningkatkan kualitas akuntabilitas pelaksanaan 0%, dan penyesuaian batas bawah rasio Loan to fungsi makroprudensial yang diamanatkan kepada Funding Ratio (LFR) yang dikaitkan dengan Giro Wajib Bank Indonesia masih terbuka. Untuk itu, saran dan Minimum (GWM-LFR) menjadi 80% untuk bank umum kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat konvensional dengan batas atas tetap dipertahankan kami harapkan untuk penyempurnaan analisis dan sebesar 92%. Kebijakan makroprudensial tersebut kajian dimasa datang. Pencapaian risiko tersebut meliputi oleh Jakarta, Maret 2017 Gubernur Bank Indonesia Agus D. W. Martowardojo xvi