xiv KATA PENGANTAR Sebagai perwujudan akuntabilitas dalam melaksanakan Kebijakan makroprudensial yang ditempuh Bank tugas di bidang pengaturan dan pengawasan Indonesia selama ini cukup efektif dalam mewujudkan Makroprudensial, menerbitkan stabilitas sistem keuangan. Hasil asesmen Bank Kajian Stabilitas Keuangan (KSK) secara berkala setiap Indonesia pada semester I 2016 menunjukkan bahwa semester. Pada setiap penerbitan KSK Bank Indonesia stabilitas sistem keuangan (SSK) tetap terjaga, di memaparkan evaluasi terhadap kondisi dan risiko tengah pertumbuhan perekonomian global yang masih sistem keuangan, serta faktor-faktor yang dapat terbatas dan perekonomian domestik yang mulai memicu ketidakstabilan sistem keuangan dari sudut membaik. Kestabilan sistem keuangan ini didukung pandang makroprudensial. Melalui publikasi KSK yang oleh ketahanan permodalan dan meningkatnya saat ini sudah mencapai Nomor 27, edisi September likuiditas perbankan, serta membaiknya kinerja di 2016, Bank Indonesia mengharapkan pemahaman pasar keuangan walaupun pertumbuhan kredit dan publik terhadap kebijakan makroprudensial dan peran dana pihak ketiga perbankan masih melambat. Kondisi Bank Indonesia di bidang makroprudensial semakin yang menunjukkan perbaikan juga mulai tampak pada meningkat, sehingga dapat menunjang efektivitas IKNB dan sektor rumah tangga. Optimisme juga mulai kebijakan yang ditempuh. timbul pada korporasi walaupun kinerjanya secara Bank Indonesia umum masih melambat. Dalam menjalankan perannya sebagai otoritas menetapkan Kestabilan sistem keuangan yang tetap terpelihara melengkapi tersebut juga didukung oleh kinerja sistem pembayaran kebijakan moneter dalam merespons dinamika yang aman, lancar dan efisien sebagai salah satu perekonomian yang semakin kompleks dan rentan infrastruktur sistem keuangan yang mendukung terhadap berbagai gejolak, terutama dalam mengatasi kestabilan moneter serta memperlancar kegiatan permasalahan yang terkait dengan siklus keuangan. perekonomian. Kelancaran sistem pembayaran ini Dalam hal ini, kebijakan makroprudensial berperan mampu mengoptimalkan peningkatan akses dan mengatasi potensi risiko sistemik, yaitu potensi penggunaan layanan keuangan oleh masyarakat instabilitas sebagai dampak dari gangguan yang yang diindikasikan dengan meningkatnya Layanan menular pada sebagian atau seluruh sistem keuangan Keuangan Digital (LKD) dan kenaikan Indeks Keuangan karena interaksi beberapa faktor yaitu ukuran, Inklusif, seiring dengan naiknya akses masyarakat kompleksitas usaha, keterkaitan antar institusi dan/ akan layanan keuangan (mencakup kantor bank, ATM, atau pasar keuangan, serta kecenderungan perilaku dan agen LKD), penggunaan rekening bank, dan nilai yang berlebihan dari institusi keuangan untuk simpanan dan kredit. makroprudensial, kebijakan Bank Indonesia makroprudensial untuk mengikuti siklus perekonomian. xv KAJIAN STABILITAS KEUANGAN No. 27, September 2016 Namun demikian, Bank Indonesia mencermati bahwa kebijakan makroprudensial tersebut juga diperkuat risiko ketidakseimbangan keuangan masih cukup tinggi. dengan Meskipun proses pemulihan perekonomian domestik countercyclical buffer sebesar 0%, dan koordinasi mulai berlangsung, siklus keuangan masih berada kebijakan antar otoritas terkait di sektor keuangan, pada fase kontraksi seiring dengan perlambatan kredit baik secara bilateral maupun di dalam koordinasi perbankan, keterbatasan ruang fiskal, kepemilikan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). kebijakan lainnya, seperti penetapan asing di pasar keuangan yang meningkat dan masih tingginya Utang Luar Negeri (ULN) korporasi yang Akhir kata, penerbitan KSK ini diharapkan dapat tidak didukung dengan lindung nilai. meningkatkan pemahaman mengenai pentingnya kebijakan makroprudensial dalam menjaga ketahanan Untuk memberikan ruang yang lebih besar bagi SSK dan bagaimana Bank Indonesia berperan dalam pemulihan dan pertumbuhan perekonomian domestik, merumuskan dan menjalankan kebijakan tersebut. Bank penyesuaian Selain itu, kami berharap Kajian Stabilitas Keuangan kebijakan makroprudensial secara terukur. Dalam ini mampu berfungsi sebagai media yang efektif hal ini, Bank Indonesia telah menyesuaikan lebih untuk lanjut kebijakan Loan (Financing) to Value (LTV/FTV) dan kewenangan Bank Indonesia dalam menjaga ratio dan kebijakan Loan to Funding Ratio (LFR) yang stabilitas sistem keuangan kepada stakeholders. dikaitkan dengan GWM untuk mencegah berlanjutnya Kami mengharapkan saran, komentar dan kritik yang perlambatan pertumbuhan kredit. Berbagai langkah membangun dari semua pihak demi penyempurnaan Indonesia telah melakukan mengkomunikasikan kajian ini di masa mendatang. Jakarta, September 2016 Gubernur Bank Indonesia Agus D. W. Martowardojo xvi pelaksanaan tugas