Keynote Speech - Seminar Nasional Peran Strategis Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Bali, 4 Mei 2017 Yang kami hormati, Bapak Fauzi Ichsan, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan; Bapak dan Ibu Yang Mewakili Satuan Kerja Pemerintah Daerah; Para Akademisi, Praktisi Perbankan, Mahasiswa dan Rekan-Rekan Media, Hadirin serta undangan yang berbahagia. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat Pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua 1. Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa karena hanya atas rahmat dan perkenan-Nya kita memiliki kesempatan untuk hadir pada acara “Seminar Nasional Peran Strategis Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan” di Bali, pulau dewata yang menjadi kebanggaan kita bersama. Bapak dan Ibu Yang Berbahagia; 2. Sebagaimana kita pahami bersama, stabilitas sistem keuangan merupakan fondasi yang penting dalam perekonomian. Sistem keuangan yang tidak stabil dan tidak berfungsi dengan baik dapat menciptakan inefisiensi dalam pengalokasian sumber daya ekonomi yang pada gilirannya dapat menghambat perkembangan ekonomi atau bahkan terjebak dalam krisis keuangan. 3. Studi OECD pada tahun 2014 mengestimasi bahwa total akumulasi kerugian yang dialami dunia sejak terjadinya krisis keuangan mencapai 25% dari PDB tahunan Dunia. Indonesia sendiri memiliki pengalaman pahit mengenai krisis keuangan. Berkaca pada krisis moneter 1997-1998, Perekonomian nasional mengalami keterpurukan dan membutuhkan waktu sekitar 6-7 tahun untuk kembali pulih dan dengan biaya yang sangat besar, yaitu mencapai sekitar 57% dari PDB. 4. Saat ini, meskipun prospek perekonomian global dan domestik diperkirakan membaik sejalan dengan optimisme IMF yang merevisi ke atas pertumbuhan ekonomi global, namun tantangan yang akan kita hadapi kedepan tidak ringan serta masih diliputi ketidakpastian yang tinggi. i. Dalam jangka pendek, sumber risiko terbesar datang dari luar, yaitu berkaitan dengan rencana Fed untuk melakukan peningkatan Fed Fund Rate yang tampaknya akan diikuti oleh proses normalisasi Balance Sheet-nya. Sementara dari sisi domestik, terdapat potensi tekanan inflasi yang bersumber dari rencana Pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga BBM. ii. Dari sisi struktural, sistem keuangan saat ini diwarnai oleh makin beragamnya inovasi produk dan pesatnya teknologi di bidang keuangan. Di satu sisi, perkembangan tersebut tentunya diharapkan dapat makin meningkatkan peran sektor keuangan dalam pembangunan. Namun disisi lain, konsekuensi kompleksitas yang akan muncul merupakan tantangan tersendiri bagi otoritas karena dapat menjadi sumbersumber baru ketidakstabilan pada sistem keuangan. Hadirin Yang Berbahagia, 5. Oleh karena itu, kita perlu terus meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi tantangan kedepan. Ini merupakan tanggung jawab kita bersama, yaitu BI, LPS, OJK, Kementerian Keuangan dan industri serta stakeholder lainnya, untuk saling bahumembahu dalam memelihara kestabilan sistem keuangan. 6. Bank Indonesia selaku salah satu Otoritas dalam sistem keuangan Indonesia telah berkomitmen sesuai dengan kewenangan yang dimiliki untuk terus konsisten menjaga dan memelihara stabilitas sistem keuangan. i. Dari sisi kebijakan moneter, kebijakan suku bunga diarahkan agar secara konsisten mampu mengendalikan inflasi sesuai dengan targetnya, sementara kebijakan nilai tukar ditempuh agar pergerakannya sesuai dengan nilai fundamentalnya. ii. Dari sisi kebijakan makroprudensial, fokusnya terletak pada pengelolaan risiko sistemik, termasuk risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan penguatan struktur permodalan. iii. Dari sisi kebijakan sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, Bank Indonesia akan mengembangkan industri sistem pembayaran domestik yang lebih efisien melalui penyempurnaan arsitektur sistem pembayaran dan perluasan akses layanan pembayaran. Bapak dan Ibu Yang Berbahagia; 7. Selain langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia memandang bahwa untuk memelihara kestabilan sistem keuangan memerlukan sinergi antar lembaga. Dalam kaitan tersebut, Komisi XI DPR RI bersama-sama dengan BI, Kementrian Keuangan, OJK dan LPS telah berhasil menyelesaikan Undang-Undang No.9 tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan. 8. Selain memberikan pijakan yang kuat untuk koordinasi antar lembaga, UU PPKSK tersebut juga merupakan jawaban atas Global Regulatory internasional. Reform yang sedang berlangsung di dunia 9. Dalam UU PPKSK, peran Bank Indonesia mencakup beberapa hal, yang antara lain: i. Koordinasi pemantauan penyampaian asesmen dan yang pemeliharaan terkait SSK bidang melalui moneter, makroprudensial, pasar uang dan sistem pembayaran. ii. Koordinasi dengan OJK dalam hal penetapan bank sistemik selaku BI sebagai otoritas pengaturan dan pengawasan di bidang makroprudensial yang memiliki concern terhadap degree of sistemic importance institusi keuangan. iii. Pemberian Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek/Pembiayaan Likuiditas Jangka Pendek berdasarkan prinsip Syariah (PLJP/S) dalam menjalankan fungsi BI sebagai Lender of Last Resort sebagaimana diamanatkan dalam UU Bank Indonesia dan kembali ditegaskan di dalam UU PPKSK. iv. Pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki oleh LPS untuk penanganan permasalahan bank baik sistemik maupun non-sistemik berdasarkan keputusan KSSK. v. Dukungan terhadap Program Restrukturisasi Perbankan yang antara lain berupa penetapan peraturan tertentu bagi bank dan pengalokasian sumber daya termasuk sumber daya manusia dan teknologi informasi. 10. Keberadaan undang-undang PPKSK tersebut menurut hemat kami merupakan langkah awal yang masih memerlukan sejumlah langkah lanjutan pada semua lembaga yang tergabung dalam KSSK, antara lain perlunya penyelarasan produk hukum turunan, peningkatan kerjasama antar lembaga dan penyempurnaan protokol manajamen krisis. 11. Untuk itu, Bank Indonesia telah melakukan peningkatan kerjasama dengan otoritas lain, termasuk LPS, dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan. Cakupan kerjasama antara BI dan LPS antara lain meliputi kerjasama di bidang pencegahan dan penanganan krisis, pertukaran data dan informasi, sosialisasi dan edukasi serta peningkatan kompetensi pegawai. Bapak/Ibu Yang Berbahagia; 12. Kami menyadari bahwa upaya menciptakan sistem keuangan yang lebih stabil tersebut menimbulkan konsekuensi peningkatan biaya di Industri. Sebagai gambaran : i. Hasil studi Thompson Reuters (2016) mengenai cost of compliance menyebutkan bahwa “Hampir sepertiga perusahaan keuangan di dunia harus menyediakan waktu, satu hari khusus dalam setiap pekan-nya, hanya untuk melacak adanya perubahan peraturan keuangan”. ii. Studi tersebut juga menyebutkan bahwa “Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan kepatuhan di perusahaan keuangan meningkat secara signifikan, hampir dua kali lipat”. 13. Menyikapi dinamika tersebut, kami berpandangan bahwa perlu pemahaman yang utuh bahwa desain sistem keuangan sejatinya merupakan keseimbangan antara “rem untuk stability” dan “gas untuk growth”. 14. Sebagai ilustrasi : peluang mobil untuk selamat dari kecelakaan (krisis) akan lebih besar, jika pengemudi dan penumpang sepakat untuk mau mengorbankan sedikit dari kecepatannya untuk sampai ke tempat tujuan. Tidak ada jalan terbaik menghidari krisis selain kehati-hatian dan memperlambat jalannya kendaraan. Sekuat apapun bamper, tidak akan menyelamatkan mobil jika masuk ke dalam jurang. Ilustrasi tadi memberikan pesan bahwa stability yang diupayakan adalah untuk mendukung growth. “Stability for growth”. 15. Pada saat Presiden Trump berencana untuk melonggarkan kebijakan sektor keuangan di AS (Dodd Frank Act) sepertinya beliau lupa sebuah sistem tidak hanya butuh gas, tapi juga rem. Sehingga banyak anggapan Mr Trump sedang membawa Amerika menuju “Make Crisis Great Again” bukan “Make America Great Again” sesuai jargon politiknya. 16. Dalam perjalanannya, regulator tentunya harus terus melakukan fine tuning gas dan rem tadi. Menurut Ravi Menon, Managing Director Monetary Authority Singapore, fine tuning regulation perlu terus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek risk proportionality dan global consistency serta kesesuaiannya dengan kebutuhan perekonomian Negara tersebut. Hadirin Yang Berbahagia; 17. Berangkat dari hal tersebut, kami memandang sosialisasi dan peningkatan pemahaman dari para stakeholder terhadap desain pengaturan dan peranan masing-masing Otoritas dalam memelihara stabilitas sistem keuangan menjadi penting. Dengan adanya pemahaman yang baik diantara stakeholder sistem keuangan, diharapkan dapat menimbulkan sinergi dan meningkatkan efektifitas setiap kebijakan yang diambil oleh masing-masing Otoritas. 18. Oleh karena itu, Kami menyambut baik kegiatan hasil kerjasama antara BI dan LPS pada hari ini. Kami juga memberikan apreasiasi kepada tim, baik dari BI maupun LPS, yang telah mempersiapkan acara pada hari ini sehingga dapat terlaksana dengan baik. Kedepan, kami berharap kerjasama yang baik ini dapat terus ditingkatkan dalam aspek yang lebih luas. 19. Akhir kata, saya berharap melalui kegiatan ini kita semua dapat lebih memahami peranan otoritas di sistem keuangan, khususnya BI dan LPS, dalam memelihara stabilitas sistem keuangan Indonesia. Dengan fondasi sistem keuangan yang kuat, diharapkan dapat terus berkontribusi positif terhadap pembiayaan ekonomi di Tanah Air. Sekian dan Terima Kasih. Wassalam u’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh