PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan iklim merupakan sebuah fenomena alam yang terjadi secara global. Berbagai negara turut menaruh peduli pada perubahan iklim yang terjadi pada beberapa tahun kebelakang ini. Kepedulian berbagai negara tersebut terlihat dengan diselenggarakannya konferensi PBB mengenai perubahan iklim. Konferensi tersebut dilakukan guna membahas mengenai berbagai keadaan iklim di berbagai negara serta kebijakan dalam menanggulangi perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi di berbagai negara memiliki berbagai dampak bagi penduduk negara tersebut. Perubahan iklim memberikan dampak yang besar di berbagai negara. Adapun dampak dari terjadinya perubahan iklim adalah bertambahnya intensitas kejadian cuaca ekstrim di suatu wilayah, perubahan pola hujan, serta peningkatan suhu dan permukaan air laut (Surmaini et. al. 2010). Dampak perubahan iklim dapat memengaruhi keadaan di daratan maupun di pesisir atau laut. Perubahan iklim yang terjadi di daratan dapat memengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman pertanian. Hal serupa juga dapat terjadi di pesisir maupun laut. Perubahan iklim yang terjadi di pesisir atau laut dapat memengaruhi kehidupan organisme di wilayah tersebut. Sektor pertanian dan perikanan menjadi sektor yang paling sensitif terkena dampak perubahan iklim di wilayah Asia (IPCC 2007). Wilayah Asia di dominasi oleh negara-negara agraris yang menggantungkan nasibnya pada sektor pertanian maupun perikanan. Terjadinya perubahan iklim di Asia, maka sektor pertanian dan perikanan dapat terkena berbagai dampak. Pada sektor pertanian, produktivitas tanaman-tanaman pertanian dapat berkurang. Hal tersebut disebabkan meningkatnya suhu di wilayah tertentu serta kondisi tanah yang semakin terdegradasi (IPCC 2007). Menurut Muhammad et.al. (2009), yang disampaikan pada seminar nasional tentang pemanasan global, dampak yang terjadi pada sektor perikanan adalah meningkatnya permukaan air laut, meningkatnya suhu permukaan air laut, dan bertambahnya intensitas terjadinya gelombang pasang. Hal itu dapat memberikan dampak lain berupa kerusakan ekologi pesisir, yaitu mangrove dan terumbu karang (IPCC 2007). Salah satu sektor yang terkena dampak dari perubahan iklim adalah sektor perikanan. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa perubahan iklim dapat merusak ekologi pesisir dan laut. Menurut NOAA (2014), meningkatnya suhu laut dapat membuat terumbu karang mengalami bleaching (pemutihan terumbu karang). Keadaan tersebut terjadi karena zooxanthellae terlepas, sehingga membuat terumbu karang menjadi berwarna putih. Kondisi tersebut menandakan bahwa terumbu karang berada dalam kondisi kritis. Kerusakan terumbu karang diperparah dengan keberadaan manusia yang melakukan perusakan terumbu karang serta penangkapan ikan secara berlebihan. Kejadian tersebut menyebabkan organisme di sekitar terumbu karang juga akan rusak dan memengaruhi ketersediaan sumberdaya bagi masyarakat pesisir. Dampak perubahan iklim terjadi secara global. Benua Asia termasuk pada wilayah yang terkena dampak oleh perubahan iklim. Salah satu negara di Asia 2 ! yang terkena dampak perubahan iklim adalah Indonesia. Sebagai negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut, wilayah laut Indonesia sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Salah satu dampak dari perubahan iklim yang terjadi di laut adalah permukaan laut yang semakin meningkat. Menurut Bakosuratnal (2011), keadaan pantai utara Jawa sudah sangat mengkhawatirkan. Hal tersebut disebabkan permukaan laut yang meningkat serta diperburuk dengan penurunan tanah di kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Hal itu membuat daerah-daerah di utara Pulau Jawa rentan terkena banjir rob yang disebabkan oleh pasangnya air laut dan erosi pantai. Berbagai macam cara dilakukan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim di daerah pesisir. Menurut artikel dari BBC Indonesia (2012), Kementrian Lingkungan Hidup menggunakan cara adaptasi dan mitigasi dalam menghadapi perubahan iklim di pesisir. Hal serupa ditanggapi oleh Civil Society Forum for Climate Justice (CSF), menurut CSF, masyarakat perlu diikutsertakan dengan cara membuat jaringan-jaringan kuat antar masyarakat, sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan adaptasi dan mitigasi. Menurut Diposaptono (2011), terdapat upaya mitigasi serta adaptasi yang terkait dengan masyarakat. Masyarakat menjadi aktor penting dalam keberhasilan adaptasi dan mitigasi. Pada penelitian Susandi et.al. (2008) yang dilakukan di Banjarmasin, dinyatakan bahwa dampak dari kenaikan muka laut dapat menghilangkan beberapa wilayah daratan di Banjarmasin. Hal tersebut memberikan dampak pada bidang sosial dan ekonomi masyarakat Banjarmasin, diantaranya munculnya genangan air di perkotaan, terganggunya lahan-lahan produktif, serta terganggunya infrastruktur penopang hidup masyarakat. Hal tersebut menunjukkan perlunya tindakan adaptasi yang dilakukan oleh berbagai aspek masyarakat di Banjarmasin. Adaptasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan tanggul dan relokasi penduduk di sekitar Sungai Barito yang ikut terkena dampak kenaikan permukaan laut. Selain di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya Banjramasin, Provinsi Bali juga merupakan salah satu pulau yang sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Provinsi Bali merupakan sebuah provinsi yang dikelilingi oleh lautan. Berbagai dampak perubahan iklim dapat terjadi di pesisir dan lautan Provinsi Bali. Bukan tidak mungkin daerah lautan di Provinsi Bali menjadi krisis akibat perubahan iklim. Di lain pihak, pemerintah pusat justru lebih memperhatikan Provinsi Bali sebagai tempat pariwisata. Pemerintah mendapatkan pemasukan dari keberadaan Bali sebagai lokasi pariwisata tanpa memperhatikan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di Provinsi Bali. Dampak perubahan iklim yang sering terjadi di Bali adalah abrasi air laut serta kenaikan permukaan laut. Seperti yang diungkapkan VoA Indonesia (2014) pada situs resminya, tercatat 88,3 kilometer garis pantai di Bali terkena dampak abrasi. Salah satu wilayah di Provinsi Bali yang terkena dampak perubahan iklim yang mengkhawatirkan adalah wilayah pantai yang terletak di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Kerusakan yang terjadi di perairan pantai di Desa Lebih berupa abrasi yang disebabkan oleh bertambah tingginya permukaan air laut. Abrasi yang terjadi di Pantai Lebih mengakibatkan tepi Pantai Lebih semakin mendekat ke jalan raya serta rumah-rumah penduduk yang berada di sekitar pantai juga ikut terkena abrasi. Hal lain yang disebabkan oleh abrasi di Pantai Lebih adalah rusaknya sumberdaya alam di perairan Pantai ! 3 Lebih. Apabila sumberdaya di perairan pantai Desa Lebih terganggu, maka nelayan Desa Lebih akan semakin sulit untuk mencari ikan di perairan Desa Lebih. Sebagai upaya untuk menghindari terjadinya dampak perubahan iklim yang berkelanjutan, maka pemerintah Bali memberikan inisiatif berupa pembuatan penahan ombak pasang serta penanaman pohon di Pantai Lebih. Upaya mitigasi tersebut diharapkan mampu mengurangi dampak yang diberikan oleh perubahan iklim di Pantai Lebih. Mitigasi tersebut tidak akan berjalan lancar tanpa adanya usaha adaptasi dari masyarakat sekitar Pantai Lebih, yaitu di Desa Lebih, Kecamatan Gianyar. Masyarakat di Desa Lebih merupakan masyarakat yang didominasi oleh para nelayan yang kehidupannya sangat bergantung pada keberadaan laut. Apabila terjadi perubahan iklim di laut, maka para nelayan dari Desa Lebih perlu beradaptasi terhadap perubahaan iklim tersebut. Kehidupan keseharian nelayan dapat menentukan persepsi mereka terhadap berbagai fenomena yang terjadi di laut serta berbagai permasalahannya. Persepsi ini yang akan memengaruhi tindakan adaptasi yang akan diambil oleh para nelayan. Hal tersebut menarik untuk diteliti bagaimana hubungan antara persepsi nelayan memengaruhi perilaku adaptasi komunitas nelayan Desa Lebih terhadap perubahan iklim serta hubungan tindakan dengan persepsi yang dimiliki oleh nelayan. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa permasalahan yang dapat diangkat pada topik penelitian mengenai hubungan antara persepsi dan adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik nelayan di Desa Lebih? 2. Bagaimana persepsi nelayan terhadap perubahan iklim? 3. Bagaimana hubungan antara persepsi dan bentuk adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim? Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah penelitian tersebut,yaitu : 1. Mengetahui karakteristik nelayan di Desa Lebih 2. Menganalisis persepsi nelayan terhadap perubahan iklim. 3. Menganalisis hubungan antara persepsi dan bentuk adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, diantara lain, yaitu : 1. Akademisi Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai Pola adaptasi masyarakat pesisir terhadap dampak perubahan iklim. 4 ! Penelitian ini dapat menjadi referensi selanjutnya dan diharapkan dapat menambah khasanah serta kajian ilmu pengetahuan psikologi sosial dan konsep nilai yang dilakukan oleh masyarakat. 2. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun berbagai kebijakan perihal penanggulangan perubahan iklim. Selain itu menjadi acuan untuk dapat menjaga kelestarian wilayah-wilayah yang rentan terkena dampak perubahan iklim. 3. Masyarakat Setempat Hasil penelitian ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat setempat mengenai dampak dari perubahan iklim serta membangun kesadaran masyarakat untuk mau menjaga lingkungan tempat tinggalnya.