STRATEGI PEMBERDAYAAN WANITA NELAYAN Oleh : Ani Fajraini Banyak wanita yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan di daerah pesisir karena kebutuhan hidup serta masalah perekonomian rumah tangganya tidak mencukupi untuk hidup. Wanita di daerah pesisir, seperti isteri dari nelayan, yang tidak memiliki kapal sendiri dan hanya menjadi anak buah kapal, umumnya tidak terlibat dalam masalah perikanan, melainkan hanya mengurus rumah tangga dan banyak mempunyai waktu luang. Sebaliknya isteri dari nelayan yang memiliki kapal sendiri, selain mengurus rumah tangga, juga berperan aktif dalam pengolahan hasil tangkap serta pemasaran hasil olahannya. Wanita nelayan yang mengembangkan usaha olahan hasil perikanan, seperti ikan asin, terasi, dan ikan kering, dalam skala usaha rumah tangga ini belum maksimal dalam menunjang perekonomian keluarga nelayan. Hal ini disebabkan karena aktivitasnya menggunakan jaring dan gombang sederhana sehingga hasil tangkapan nelayan kurang memadai terhadap perekonomian rumah tangga. Untuk itu, diperlukan strategi yang bermanfaat untuk pemerintah maupun masyarakat pesisir yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan terutama untuk wanita nelayan. Strategi yang dapat dilakukan untuk pemberdayaan wanita nelayan adalah : Pemberian Teknologi Tepat Guna Pemberdayaan berupa pemberian teknologi pengolahan ikan laut dapat dijadikan sebagai kegiatan wirausaha, sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan wanita nelayan. Wanita nelayan dapat memanfaatkan keterampilan yang dimiliki untuk kegiatan produktif. Pengenalan teknologi tepat guna pengolahan pangan merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat mendukung upaya-upaya pengembangan kaum wanita. Keterampilan sederhana pengolahan pasca panen ini selain untuk mendukung upaya peningkatan gizi dan peningkatan pendapatan juga diharapkan dapat membantu mempermudah pekerjaan wanita. Melakukan Pelatihan Pengembangan Industri Rumah Tangga. Pelatihan pengembangan industri rumah tangga ini masyarakat diberikan pemahaman tentang pembuatan bakso/naget yang bahan utamanya udang. Sementara, untuk kaum lakilaki diberikan pemahaman tentang menanam pohon mangrove. Sebab, mangrove sebagai tempat hidupnya biota laut karena bisa menjadi tempat hidup udang, ikan dan biota laut lainnya. Contohnya penanaman mangrove di Pulau Rangsang (tepatnya di Desa Anak Setatah) oleh kaum pria, sedangkan wanita dilatih mengolah produk ikan dan biota laut menjadi program utama yang terus ditingkatkan. Melakukan Pelatihan Diversifikasi Olahan Ikan. Melalui pelatihan diversifikasi dan pemasaran hasil olahan ikan bagi wanita nelayan diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan kompetensi wanita nelayan dalam rangka memanfaatkan dan mengembangkan bahkan menguasai teknologi yang inovatif untuk menciptakan kualitas dan ragam produk perikanan yang dapat dipasarkan yang merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pencapaian visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan yakni pembangunan kelautan dan perikanan yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Melakukan Pelatihan Pembinaan Kerajinan dan Pengolahan Buah Mangrove. Pemerintah daerah perlu melakukan pembinaan kepada masyarakat untuk memproduksi sirup secara tertata, mengemas produk yang menarik dalam bentuk kemasan botol yang layak jual, serta memasarkan secara luas. Sirup mangrove ini mempunyai nilai cita rasa dan nilai gizi yang tinggi yang memberikan keuntungan ekonomis, mengolah buah mangrove menjadi sirup juga bagian dari kampanye pelestarian lingkungan. Melakukan program pelatihan Keterampilan sulam tangan. Pekerjaan menyulam sampai saat ini masih didominasi kaum perempuan, dan tidak sedikit pula yang menjadikan kerajinan sulam sebagai hobi yang dilakukan pada waktu senggang. Pada gilirannya, dapat menambah pendapatan keluarga, serta dapat menyerap tenaga kerja yang akan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melakukan Pelatihan Tenunan Kain Songket Meranti. Melakukan Pelatihan Keterampilan Anyaman Pandan. Pemberdayaan wanita nelayan akan optimal dijalankan apabila mereka mempunyai ilmu pengetahuan yang dapat didukung dari pelatihan, bimbingan dalam membuat usaha kecil seperti membuat kerajinan tangan, songket serta mengetahui bagaimana cara mengolah hasil tangkapan laut dengan efisien tentunya akan lebih maksimal apabila didorong dan dukungan dari Pemerintah Daerah seperti memberikan teknologi tepat guna, modal, serta pelatihan. Dampak dari pemberdayaan wanita nelayan inipun akan dirasakan langsung oleh masyarakat pesisir serta stabilitas kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat pesisir secara berkelanjutan. (AF) Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Prov.Riau. Kajian Pemberdayaan Wanita Nelayan Di Kabupaten Kepulauan Meranti. 2013. Pekanbaru : Balitbang Prov. Riau