MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Massa Teori DeFleur dan Ball Rokeach Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka 09 Kode MK Disusun Oleh D2142EL Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Abstract Kompetensi Keberadaan teori komunikasi massa bertujuan di samping untuk mengkaji hal-hal apa saja yang menjadi efek media terhadap manusia atau khalayak, juga untuk membuktikan bagaimana peranan media massa terhadap manusia atau khalayak secara psikis. Mahasiswa diharapkan dapat memahami Teori komunikasi massa Mahasiswa diharapkan dapat memahami Media Massa Mahasiswa diharapkan dapat memahami Pendekatan Motivasional dari Uses and Gratification Mahasiswa diharapkan dapat memahami Arus pesan Komunikasi Massa Pembahasan Keberadaan teori komunikasi massa bertujuan di samping untuk mengkaji hal-hal apa saja yang menjadi efek media terhadap manusia atau khalayak, juga untuk membuktikan bagaimana peranan media massa terhadap manusia atau khalayak secara psikis. Sekaitan dengan teori komunikasi massa, Littlejhon (1999), membaginya ke dalam teori makro dan teori mikro. Teori mikro komunikasi massa adalah teori yang mengkaji tentang hubungan antara media dengan khalayaknya. Teori ini lebih memfokuskan pada efek-efek terhadap kelompok dan individu-individu serta hasil-hasil dari transaksi media itu. Sedangkan teori makro komunikasi massa mengkaji media massa dari sisi masyarakat dan institusinya. Para teoritisi yang tertarik dalam relasi antara media dengan masyarakat memberi perhatian pada cara-cara media dilekatkan dalam masyarakat dan pengaruh bersama antara struktur-struktur yang lebih besar dengan media. 1. Teori DeFleur dan Ball Rokeach Tentang Pertemuan dengan Media DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media berdasarkan 3 kerangka teroritis, yaitu : 1) Perspektif perbedaan individual; 2) Perspektif kategori social; dan 3) Perspektif hubungan social. Berikut penjelasannya: a) Perspektif perbedaan individual Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna terhadap stimuli tersebut. Setiap orang mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan berada dlam lingkungan yang berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media masa yang berbeda pula. b) Perspektif kategori sosial Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Kelompok sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan, tempat tinggal, dan keyakinan beragama menampilkan kategori respons yang cenderung sama. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir sama pula. Misalnya, anak-anak akan membaca Bobo, Ananda, Hai, dsbnya; Ibu-ibu akan akan membaca Femina, Ayah Bunda, dsbnya. 2016 2 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c) Perspektif hubungan sosial Perspektif ini menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Perspektif ini tampak pada model “two step flow of communications”. Dalam model ini, informasi bergerak melewati dua tahap. Tahap pertama; informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Tahap kedua; informasi bergerak dari orang-orang tersebut di atas (disebut pemuka pendapat/opinion leader) dan kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang bergantung kepada mereka dalam hal informasi. Model Melvin L. DeFleur juga lebih menggambarkan model komunikasi massa daripada komunikasi antarpribadi. Diakui oleh Melvin L. DeFleur, modelnya merupakan perluasan dari model-model yang dikemukakan para ahli yang lain, Seperti: Transmitter dan receiver dalam model Shannon dan Weaver, paralel dengan Encoder dan Decoder dalam model Schramm. Berikut merupakan model komunikasi DeFleur: Dengan memasukkan perangkat media massa (mass medium device) dan perangkat umpan balik (feedback device). Melvin L. DeFleur mengggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver) dan sasaran ( destination) sebagai fase-fase yang terpisah dalam proses komunikasi massa. Contoh nya: Ketika seseorang berbicara, ia memilih simbol-simbol untuk menyatakan makna denotatif dan konotatif (merumuskan makna ke dalam pesan) kemudian mengucapkan 2016 3 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara verbal atau menuliskan simbol-simbol ini sedemikian rupa sehingga berubah menjadi peristiwa yang dapat di dengarkan atau dilihat lalu dapat dipersepsi sebagai rangsangan oleh khalayaknya. Perbedaan fungsi receiver dalam model DeFleur adalah penerima informasi dan menyandi-baliknya-Sehigga mengubah peristiwa fisik informasi menjadi pesan (sistem simbol yang signifikan). Contoh nya: Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat pendengaran manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi impuls saraf, sehingga menjadi simbol verbal yang dapat dikenal. Dalam komunikasi tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi yang sejajar. Menurut Defleur dalam buku Deddy Mulyana: 2000, “Komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi terjadi dengan seperangkat komponen operasi di dalam sistem teoritis, konsekuensinya adalah isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol, sumber dan penerima.” Pada tahun 1976, Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur, mengusulkan Teori Ketergantungan Sistem Media (Dependency Theory) adalah teori tentang komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting untuk orang itu. Teori ini pada dasarnya, penjelasan tentang menghubungkan antara isi media, sifat masyarakat, dan perilaku khalayak. Teori Ini menyatakan bahwa orang-orang dalam masyarakat urban telah menjadi bergantung pada komunikasi massa untuk membantu mereka dalam menerima informasi yang mereka butuhkan. Besarnya ketergantungan seseorang pada media ditentukan dari dua hal. 1) Pertama, individu akan condong menggunakan media yang menyediakan kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit. Sebagai contoh, bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip dibandingkan membeli koran Kompas; 2) Kedua, persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu. Sebagai contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi. Hubungan Ketergantungan Sistem Media berasal dari tujuan pribadi individu, Sebagai individu mengembangkan harapan bahwa sistem media dapat memberikan bantuan ke arah pencapaian tujuan, individu pada umumnya mengembangkan 2016 4 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hubungan ketergantungan dengan media atau media dianggap paling membantu dalam mengejar tujuan. Komponen sistem Ketergantungan Sistem Media adalah dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu: 1) Makro artinya meliputi lingkungan sosial dan sistem media. 2) Mikro artinya mencakup individu dengan tujuan. 3) Meso artinya melibatkan hubungan interpersonal. 2. Pendekatan Motivasional dari Uses and Gratifications Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori uses and gratifications. Teori uses and gratifications (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications: Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usahanya memenuhi kebutuhannya. Artinya, teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternatif untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini menjawab pertanyaan–pertanyaan: Apa yang mendorong kita menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membenci acara Y? Bila Anda kesepian, mengapa Anda lebih senang mendengarkan musik klasik di radio daripada membaca novel? Apakah media berhasil memenuhi kebutuhan kita. Asumsi dasar teori uses and gratification adalah: 1) Khalayak dianggap aktif, artinya penggunaan media massa oleh khalayak dianggap mempunyai tujuan; 2) Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak; 3) Media massa harus bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah sebagian dari begitu luasnya kebutuhan manusia. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan; 4) Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu; 5) Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak. Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk supra– rasional dan sangat selektif. Ditekankan bahwa audiens aktif untuk menentukan media 2016 5 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Model ini bertolak belakang dengan model atau teori “Jarum Hipodermic” atau “Magic Bullets Theory” yang memandang media massa lewat pesan – pesannya adalah sangat aktif dan ampuh, sementara audiens berada di pihak yang pasif. Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu memiliki otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya mereka percaya bahwa ada banyak alas an khalayak untuk menggunakan media. Dengan demikian, umumnya manusia menggunakan media massa karena didorong oleh motif – motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media massa, dan pada saat yang sama kebutuhan ini dapat pula dipuaskan sumber lain selain media massa. Misalnya, ketika kita ingin mencari kesenangan, maka media massa dapat memberikan hiburan; ketika kita mengalami goncangan batin, maka media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan; ketika kita kesepian, maka media massa berfungsi sebagai sahabat. Akan tetapi semua yang disebut di atas, yaitu hiburan, kesenangan, persahabatan, dan ketenangan dapat juga diperoleh dari sumber – sumber lain, seperti teman, hobi, atau rumah ibadah. a. MODEL USES AND GRATIFICATION ELIHU KATZ (1974) Model ini lebih banyak melihat apa yang dilakukan khalayak terhadap media dibandingkan dengan apa yang dilakukan media terhadap khalayak. Model Uses and Gratification Elihu Katz (1974) berdasarkan kerangka pemikiran sebagai berikut: Sumber-sumber sosial psikologis dari Kebutuhan-kebutuhan, yang menimbulkan… Harapan-harapan, tentang… Media massa atau sumber-sumber lain, yang mengarah pada… Pola-pola yang berbeda dalam menerima terpaan media atau keterlibatan dalam aktifitas lain Pemuasan kebutuhan Konsekuensi-konsekuensi lain yang tidak diinginkan. Sebelum menggunakan media, khalayak memiliki harapan-harapan tertentu, yaitu: Seberapa besar media yang ia gunakan dapat memenuhi sekian banyak jenis kebutuhan? 2016 6 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Seberapa besar intensitas kepuasan ia peroleh setelah menggunakan statu jenis media? Dapatkah kebutuhan tersebut dipenuhi oleh satu jenis media massa atau lebih jenis media massa? Ataukah harus dipenuhi oleh media komunikasi yang lain (face to face communication, komunikasi dengan kelompok pergaulan dan sebagainya). Dengan demikian media massa bersaing dengan jenis media massa yang lain dan jenis komunikasi lainnya. Katz, Gurevitch dan Haas (1973) membagi lima kategori kebutuhan khalayak dalam menggunakan media massa, yaitu: Kebutuhan kognitif, adalah kebutuhan untuk memperoleh informasi, pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita. Kebutuhan afektif, adalah kebutuhan yang berkaitan peneguhan pengalaman – pengalaman yang emosional, menyenangkan, dan estetis. Kebutuhan integratif personal, adalah kebutuhann untuk memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas, dan status individual. Hal tersebut bisa diperoleh dari hasrat akan harga diri. Kebutuhan integratif sosial, adalah kebutuhan untuk mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. Kebutuhan pelepasan ketegangan, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, pelarian, dan pengalihan. Katz melihat alasan penggunaan media massa dengan motif (dorongan dari dalam diri untuk bereaksi tertentu dan dalam situasi tertentu) dan alasan yang rasional, padahal tidak saja khalayak tersebut menggunakan alasan yang rasional saja, tidak jarang khalayak tersebut menggunakan media massa karena tidak ada media massa lain yang dapat digunakan, atau tidak dapat memilih jenis isinya. Contoh, sambil menunggu pelayan obat di apotek, maka individu menggunakan media televisi yang ada. Penggunaan media ini mungkin hanya karena faktor kebetulan saja, atau mungkin tidak ada media lain yang dapat digunakan (artinya Anda terpaksa menggunakannya), dan Anda terpaksa menggunakan jenis ini yang ada dalam suatu channel karena ditonton bersamasama. Penggunaan disini bukan karena alasan yang rasional, memang Anda membutuhkan informasi dari suatu media, tetapi mungkin Anda memiliki alasan tidak rasional menggunakan media massa tersebut hanya untuk mengisi waktu saja. 2016 7 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mc Quail, Blumer, Brown (1972) dalam Severin dan Tankard (1197:332) mengkategorikan ”kebutuhan dan gratifikasi khalayak” adalah: Divertion (escape from routine and problem): lepas dari rutinitas dan masalah sehari-hari, pemenuhan kebutuhan emosi, santai, senang, dan hiburan. Personal relationship: informasi dari media sebagai bahan untuk sosialisasi dengan orang lain. Personal identity or individual psychology: mencari penguatan atau peneguhan atas identitas diri, memperoleh pengetahuan, pengertian, dan mempelajari realitas yang ada. Survenillance: informasi tentang sesuatu hal yang mungkin dibutuhkan pada suatu waktu olehnya. b. RELEVANSI TEORI USES AND GRATIFICATIONS Teori Uses and Gratification memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik. 2. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan mediamedia lama, bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang. c. KRITIK AKAN TEORI INI Pada derajat tertentu laporan penggunaan media oleh para pemirsanya memiliki keterbatasan-keterbatasan. Banyak orang tidak benar-benar tahu alasan mengapa mereka memilih media atau saluran tertentu, contohnya anak-anak hanya tahu bahwa mereka menghindari menonton saluran yang menayangkan bincang-bincang orang 2016 8 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dewasa, atau film berbahasa asing karena mereka tidak mengerti, tetapi anak-anak tersebut tidak benar-benar sadar mereka berakhir di saluran mana. Walaupun teori ini menekankan pemilihan media oleh para pemirsanya, namun ada penelitian-penelitian lain yang mengungkapkan bahwa penggunaan media sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual, dan tidak benar-benar diseleksi. Teori ini mengesampingkan kemungkinan bahwa media bisa jadi memiliki pengaruh yang tidak disadari pada kehidupan pemirsanya dan mendikte bagaimana seharusnya dunia dilihat dari kacamata para perancang kandungan isi dalam media. Sebagai contoh saat anak-anak pulang sekolah, sudah menjadi kebiasaannya untuk mengambil makan siang dan duduk dikursi sembari menyetel TV. Tidak ada alasan yang benar-benar nyata mengapa ia menyetel TV dan bukannya membaca majalah atau koran, hanya kebiasaan, atau justru sebaliknya, bagi orang dewasa mungkin ia langsung membaca koran dan bukannya menyetel TV saat meminum kopinya dipagi hari. Pada banyak hal kejadian ini merupakan kejadian alamiah seharihari dan tidak dilakukan secara sadar. Walaupun begitu menonton TV dapat juga menjadi pengalaman seni dan menggugah motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. Namun sebuah teori yang menyatakan bahwa pemirsa media sebenarnya hanya menggunakan media untuk menyalurkan pemenuhan akan kepuasannya sejujurnya tidak secara penuh dapat menilai kekuatan media dalam lingkup sosial di masa kini. Teori uses and gratification dapat dikatakan tidak sempurna saat digunakan untuk menilai media yang telah digunakan secara ritual (kebiasaan). Namun teori ini tetap tepat untuk digunakan untuk menilai hal-hal spesifik tertentu yang menyangkut pemilihan pribadi saat menggunakan media. Dengan demikian, teori Uses and Gratification adalah salah satu teori komunikasi dimana titik-berat penelitian dilakukan pada audiens sebagai penentu pemilihan pesan dan media. Audiens yang menerima pesan tidak serta merta lagi menerima semua pesan, informasi dari media seperti halnya dalam teori peluru dan model jarum hipodermik melainkan audiens menggunakan media tersebut hanya sebatas memenuhi kebutuhannya sehingga menciptakan kepuasaan dalam dirinya untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Audiens dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain. 2016 9 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ardianto, Komala dan Karlinah. Komunikasi Massa. Simbiosa 2007 A. Devito. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Agus Maulana. Tangerang: Karisma. Biagi. Media/Impact An Introduction To Massa Media, Terj. Irfan dan Mahendra. Jakarta: Salemba Humanika. 200 Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O. Taksonomi Konsep Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus, 2003 Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan Ke-12. Bandung: Rosdakarya, 2008 Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994. Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural. Cetakan Ke-1. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003. Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media Pressindo, 2006. Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004. West and Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Terj. Maria Natalia. Jakarta: Salemba Humanika, 2010. Werner and Tankard. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media Massa. Edisi Kelima. Jakarta: Kencana, 2008. 2016 10 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id