Modul Komunikasi Massa [TM9]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi
Massa
Teori DeFleur dan Ball
Rokeach
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
09
Kode MK
Disusun Oleh
D2142EL
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Abstract
Kompetensi
Keberadaan teori komunikasi
massa bertujuan di samping untuk
mengkaji hal-hal apa saja yang menjadi
efek media terhadap manusia atau
khalayak, juga untuk membuktikan
bagaimana peranan media massa
terhadap manusia atau khalayak secara
psikis.




Mahasiswa
diharapkan
dapat
memahami
Teori
komunikasi
massa
Mahasiswa
diharapkan
dapat
memahami Media Massa
Mahasiswa
diharapkan
dapat
memahami
Pendekatan
Motivasional
dari
Uses
and
Gratification
Mahasiswa
diharapkan
dapat
memahami Arus pesan Komunikasi
Massa
Pembahasan
Keberadaan teori komunikasi massa bertujuan di samping untuk mengkaji hal-hal apa saja
yang menjadi efek media terhadap manusia atau khalayak, juga untuk membuktikan bagaimana
peranan media massa terhadap manusia atau khalayak secara psikis.
Sekaitan dengan teori komunikasi massa, Littlejhon (1999), membaginya ke dalam teori
makro dan teori mikro. Teori mikro komunikasi massa adalah teori yang mengkaji tentang hubungan
antara media dengan khalayaknya. Teori ini lebih memfokuskan pada efek-efek terhadap kelompok
dan individu-individu serta hasil-hasil dari transaksi media itu.
Sedangkan teori makro komunikasi massa mengkaji media massa dari sisi masyarakat dan
institusinya. Para teoritisi yang tertarik dalam relasi antara media dengan masyarakat memberi
perhatian pada cara-cara media dilekatkan dalam masyarakat dan pengaruh bersama antara
struktur-struktur yang lebih besar dengan media.
1. Teori DeFleur dan Ball Rokeach Tentang Pertemuan dengan Media
DeFleur dan Ball-Rokeach melihat pertemuan khalayak dengan media
berdasarkan 3 kerangka teroritis, yaitu : 1) Perspektif perbedaan individual; 2) Perspektif
kategori social; dan 3) Perspektif hubungan social. Berikut penjelasannya:
a) Perspektif perbedaan individual
Perspektif perbedaan individual memandang bahwa sikap dan organisasi
personal-psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari
lingkungan, dan bagaimana ia memberi makna terhadap stimuli tersebut. Setiap orang
mempunyai potensi biologis, pengalaman belajar, dan berada dlam lingkungan yang
berbeda. Perbedaan ini menyebabkan pengaruh media masa yang berbeda pula.
b) Perspektif kategori sosial
Perspektif kategori sosial berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat
kelompok-kelompok sosial yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama.
Kelompok sosial berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendapatan, pendidikan,
tempat tinggal, dan keyakinan beragama menampilkan kategori respons yang
cenderung sama. Anggota-anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi
komunikasi yang sama dan akan memberi respons kepadanya dengan cara yang hampir
sama pula. Misalnya, anak-anak akan membaca Bobo, Ananda, Hai, dsbnya; Ibu-ibu
akan akan membaca Femina, Ayah Bunda, dsbnya.
2016
2
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c)
Perspektif hubungan sosial
Perspektif ini menekankan pentingnya peranan hubungan sosial yang informal
dalam mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa. Perspektif ini tampak pada
model “two step flow of communications”. Dalam model ini, informasi bergerak melewati
dua tahap. Tahap pertama; informasi bergerak pada sekelompok individu yang relatif
lebih tahu dan sering memperhatikan media massa. Tahap kedua; informasi bergerak
dari orang-orang tersebut di atas (disebut pemuka pendapat/opinion leader) dan
kemudian melalui saluran-saluran interpersonal disampaikan kepada individu yang
bergantung kepada mereka dalam hal informasi.
Model Melvin L. DeFleur juga lebih menggambarkan model komunikasi massa
daripada komunikasi antarpribadi. Diakui oleh Melvin L. DeFleur, modelnya merupakan
perluasan dari model-model yang dikemukakan para ahli yang lain, Seperti: Transmitter
dan receiver dalam model Shannon dan Weaver, paralel dengan Encoder dan Decoder
dalam model Schramm. Berikut merupakan model komunikasi DeFleur:
Dengan memasukkan perangkat media massa (mass medium device) dan
perangkat umpan balik (feedback device). Melvin L. DeFleur mengggambarkan sumber
(source), pemancar (transmitter), penerima (receiver) dan sasaran ( destination) sebagai
fase-fase
yang
terpisah
dalam
proses
komunikasi
massa.
Contoh
nya:
Ketika seseorang berbicara, ia memilih simbol-simbol untuk menyatakan makna
denotatif dan konotatif (merumuskan makna ke dalam pesan) kemudian mengucapkan
2016
3
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
secara verbal atau menuliskan simbol-simbol ini sedemikian rupa sehingga berubah
menjadi peristiwa yang dapat di dengarkan atau dilihat lalu dapat dipersepsi sebagai
rangsangan oleh khalayaknya. Perbedaan fungsi receiver dalam model DeFleur adalah
penerima informasi dan menyandi-baliknya-Sehigga mengubah peristiwa fisik informasi
menjadi pesan (sistem simbol yang signifikan).
Contoh nya: Dalam percakapan biasa, receiver ini merujuk kepada alat
pendengaran manusia, yang menerima getaran udara dan mengubahnya menjadi
impuls saraf, sehingga menjadi simbol verbal yang dapat dikenal. Dalam komunikasi
tertulis, mekanisme visual mempunyai fungsi yang sejajar. Menurut Defleur dalam buku
Deddy Mulyana: 2000, “Komunikasi bukanlah sebuah pemindahan makna. Komunikasi
terjadi dengan seperangkat komponen operasi di dalam sistem teoritis, konsekuensinya
adalah isomorpis diantara internal penerima kepada seperangkat simbol, sumber dan
penerima.”
Pada tahun 1976, Sandra Ball-Rokeach dan Melvin L. DeFleur, mengusulkan
Teori Ketergantungan Sistem Media (Dependency Theory) adalah teori tentang
komunikasi massa yang menyatakan bahwa semakin seseorang tergantung pada suatu
media untuk memenuhi kebutuhannya, maka media tersebut menjadi semakin penting
untuk orang itu.
Teori ini pada dasarnya, penjelasan tentang menghubungkan antara isi media,
sifat masyarakat, dan perilaku khalayak. Teori Ini menyatakan bahwa orang-orang dalam
masyarakat urban telah menjadi bergantung pada komunikasi massa untuk membantu
mereka dalam menerima informasi yang mereka butuhkan. Besarnya ketergantungan
seseorang pada media ditentukan dari dua hal.
1) Pertama,
individu
akan
condong
menggunakan
media
yang
menyediakan
kebutuhannya lebih banyak dibandingkan dengan media lain yang hanya sedikit.
Sebagai contoh, bila anda menyukai gosip, anda akan membeli tabloid gosip
dibandingkan membeli koran Kompas;
2) Kedua, persentase ketergantungan juga ditentukan oleh stabilitas sosial saat itu.
Sebagai contoh, bila negara dalam keadaan tidak stabil, anda akan lebih
bergantung/ percaya pada koran untuk mengetahui informasi jumlah korban bentrok
fisik antara pihak keamanan dan pengunjuk rasa, sedangkan bila keadaan negara
stabil, ketergantungan seseorang akan media bisa turun dan individu akan lebih
bergantung pada institusi - institusi negara atau masyarakat untuk informasi.
Hubungan Ketergantungan Sistem Media berasal dari tujuan pribadi individu,
Sebagai individu mengembangkan harapan bahwa sistem media dapat memberikan
bantuan ke arah pencapaian tujuan, individu pada umumnya mengembangkan
2016
4
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hubungan ketergantungan dengan media atau media dianggap paling membantu
dalam mengejar tujuan.
Komponen sistem Ketergantungan Sistem Media adalah dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu:
1) Makro artinya meliputi lingkungan sosial dan sistem media.
2) Mikro artinya mencakup individu dengan tujuan.
3) Meso artinya melibatkan hubungan interpersonal.
2. Pendekatan Motivasional dari Uses and Gratifications
Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan teori
uses and gratifications. Teori uses and gratifications (kegunaan dan kepuasan) ini
dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications:
Current Perspectives on Gratification Research. Teori uses and gratifications milik
Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk
memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media adalah
pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari
sumber media yang paling baik di dalam usahanya memenuhi kebutuhannya. Artinya,
teori uses and gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan
alternatif untuk memuaskan kebutuhannya.
Teori ini menjawab pertanyaan–pertanyaan: Apa yang mendorong kita
menggunakan media? Mengapa kita senang acara X dan membenci acara Y? Bila Anda
kesepian, mengapa Anda lebih senang mendengarkan musik klasik di radio daripada
membaca novel? Apakah media berhasil memenuhi kebutuhan kita.
Asumsi dasar teori uses and gratification adalah: 1) Khalayak dianggap aktif,
artinya penggunaan media massa oleh khalayak dianggap mempunyai tujuan; 2) Dalam
proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan
dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak; 3) Media massa harus
bersaing dengan sumber – sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan
yang dipenuhi media hanyalah sebagian dari begitu luasnya kebutuhan manusia.
Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung pada
perilaku khalayak yang bersangkutan; 4) Banyak tujuan pemilih media massa
disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup
mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi tertentu; 5) Penilaian
tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu
orientasi khalayak.
Model uses and gratification memandang individu sebagai makhluk supra–
rasional dan sangat selektif. Ditekankan bahwa audiens aktif untuk menentukan media
2016
5
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Model ini bertolak belakang
dengan model atau teori “Jarum Hipodermic” atau “Magic Bullets Theory” yang
memandang media massa lewat pesan – pesannya adalah sangat aktif dan ampuh,
sementara audiens berada di pihak yang pasif.
Teori uses and gratifications lebih menekankan pada pendekatan manusiawi
dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu memiliki otonomi, wewenang untuk
memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi
khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya mereka percaya bahwa ada banyak
alas an khalayak untuk menggunakan media.
Dengan demikian, umumnya manusia menggunakan media massa karena
didorong oleh motif – motif tertentu. Ada berbagai kebutuhan yang dipuaskan oleh media
massa, dan pada saat yang sama kebutuhan ini dapat pula dipuaskan sumber lain selain
media massa.
Misalnya, ketika kita ingin mencari kesenangan, maka media massa dapat
memberikan hiburan; ketika kita mengalami goncangan batin, maka media massa
memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari kenyataan; ketika kita kesepian, maka
media massa berfungsi sebagai sahabat.
Akan tetapi semua yang disebut di atas, yaitu hiburan, kesenangan,
persahabatan, dan ketenangan dapat juga diperoleh dari sumber – sumber lain, seperti
teman, hobi, atau rumah ibadah.
a. MODEL USES AND GRATIFICATION ELIHU KATZ (1974)
Model ini lebih banyak melihat apa yang dilakukan khalayak terhadap media
dibandingkan dengan apa yang dilakukan media terhadap khalayak. Model Uses and
Gratification Elihu Katz (1974) berdasarkan kerangka pemikiran sebagai berikut:
 Sumber-sumber sosial psikologis dari
 Kebutuhan-kebutuhan, yang menimbulkan…
 Harapan-harapan, tentang…
 Media massa atau sumber-sumber lain, yang mengarah pada…
 Pola-pola yang berbeda dalam menerima terpaan media atau keterlibatan dalam
aktifitas lain
 Pemuasan kebutuhan
 Konsekuensi-konsekuensi lain yang tidak diinginkan.
Sebelum menggunakan media, khalayak memiliki harapan-harapan tertentu, yaitu:
 Seberapa besar media yang ia gunakan dapat memenuhi sekian banyak jenis
kebutuhan?
2016
6
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Seberapa besar intensitas kepuasan ia peroleh setelah menggunakan statu jenis
media?
 Dapatkah kebutuhan tersebut dipenuhi oleh satu jenis media massa atau lebih
jenis media massa? Ataukah harus dipenuhi oleh media komunikasi yang lain
(face to face communication, komunikasi dengan kelompok pergaulan dan
sebagainya). Dengan demikian media massa bersaing dengan jenis media
massa yang lain dan jenis komunikasi lainnya.
Katz, Gurevitch dan Haas (1973) membagi lima kategori kebutuhan khalayak
dalam menggunakan media massa, yaitu:
 Kebutuhan
kognitif,
adalah
kebutuhan
untuk
memperoleh
informasi,
pengetahuan, dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan
pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa
penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.
 Kebutuhan afektif, adalah kebutuhan yang berkaitan peneguhan pengalaman –
pengalaman yang emosional, menyenangkan, dan estetis.
 Kebutuhan integratif personal, adalah kebutuhann untuk memperkuat kredibilitas,
rasa percaya diri, stabilitas, dan status individual. Hal tersebut bisa diperoleh dari
hasrat akan harga diri.
 Kebutuhan integratif sosial, adalah kebutuhan untuk mempererat hubungan
dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk
berafiliasi.
 Kebutuhan pelepasan ketegangan, adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya menghindarkan tekanan, ketegangan, pelarian, dan pengalihan.
Katz melihat alasan penggunaan media massa dengan motif (dorongan dari
dalam diri untuk bereaksi tertentu dan dalam situasi tertentu) dan alasan yang
rasional, padahal tidak saja khalayak tersebut menggunakan alasan yang rasional
saja, tidak jarang khalayak tersebut menggunakan media massa karena tidak ada
media massa lain yang dapat digunakan, atau tidak dapat memilih jenis isinya.
Contoh,
sambil menunggu pelayan obat
di apotek,
maka individu
menggunakan media televisi yang ada. Penggunaan media ini mungkin hanya
karena faktor kebetulan saja, atau mungkin tidak ada media lain yang dapat
digunakan
(artinya
Anda
terpaksa
menggunakannya),
dan
Anda
terpaksa
menggunakan jenis ini yang ada dalam suatu channel karena ditonton bersamasama. Penggunaan disini bukan karena alasan yang rasional, memang Anda
membutuhkan informasi dari suatu media, tetapi mungkin Anda memiliki alasan tidak
rasional menggunakan media massa tersebut hanya untuk mengisi waktu saja.
2016
7
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Mc Quail, Blumer, Brown (1972) dalam Severin dan Tankard (1197:332)
mengkategorikan ”kebutuhan dan gratifikasi khalayak” adalah:
 Divertion (escape from routine and problem): lepas dari rutinitas dan masalah
sehari-hari, pemenuhan kebutuhan emosi, santai, senang, dan hiburan.
 Personal relationship: informasi dari media sebagai bahan untuk sosialisasi
dengan orang lain.
 Personal identity or individual psychology: mencari penguatan atau peneguhan
atas identitas diri, memperoleh pengetahuan, pengertian, dan mempelajari
realitas yang ada.
 Survenillance: informasi tentang sesuatu hal yang mungkin dibutuhkan pada
suatu waktu olehnya.
b. RELEVANSI TEORI USES AND GRATIFICATIONS
Teori Uses and Gratification memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk
menentukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya
mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri
dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan
kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik.
2. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan mediamedia lama, bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat
media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media
lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan
telepon selular. Atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular
walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna
lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada
informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet.
Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan
TV terlalu seragam penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita
yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang.
c. KRITIK AKAN TEORI INI
Pada derajat tertentu laporan penggunaan media oleh para pemirsanya memiliki
keterbatasan-keterbatasan. Banyak orang tidak benar-benar tahu alasan mengapa
mereka memilih media atau saluran tertentu, contohnya anak-anak hanya tahu bahwa
mereka menghindari menonton saluran yang menayangkan bincang-bincang orang
2016
8
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dewasa, atau film berbahasa asing karena mereka tidak mengerti, tetapi anak-anak
tersebut tidak benar-benar sadar mereka berakhir di saluran mana.
Walaupun teori ini menekankan pemilihan media oleh para pemirsanya, namun
ada penelitian-penelitian lain yang mengungkapkan bahwa penggunaan media
sebenarnya terkait dengan kebiasaan, ritual, dan tidak benar-benar diseleksi. Teori ini
mengesampingkan kemungkinan bahwa media bisa jadi memiliki pengaruh yang tidak
disadari pada kehidupan pemirsanya dan mendikte bagaimana seharusnya dunia dilihat
dari kacamata para perancang kandungan isi dalam media.
Sebagai contoh saat anak-anak pulang sekolah, sudah menjadi kebiasaannya
untuk mengambil makan siang dan duduk dikursi sembari menyetel TV. Tidak ada
alasan yang benar-benar nyata mengapa ia menyetel TV dan bukannya membaca
majalah atau koran, hanya kebiasaan, atau justru sebaliknya, bagi orang dewasa
mungkin ia langsung membaca koran dan bukannya menyetel TV saat meminum
kopinya dipagi hari. Pada banyak hal kejadian ini merupakan kejadian alamiah seharihari dan tidak dilakukan secara sadar. Walaupun begitu menonton TV dapat juga
menjadi pengalaman seni dan menggugah motivasi seseorang untuk melakukan
sesuatu.
Namun sebuah teori yang menyatakan bahwa pemirsa media sebenarnya hanya
menggunakan media untuk menyalurkan pemenuhan akan kepuasannya sejujurnya
tidak secara penuh dapat menilai kekuatan media dalam lingkup sosial di masa kini.
Teori uses and gratification dapat dikatakan tidak sempurna saat digunakan untuk
menilai media yang telah digunakan secara ritual (kebiasaan). Namun teori ini tetap
tepat untuk digunakan untuk menilai hal-hal spesifik tertentu yang menyangkut pemilihan
pribadi saat menggunakan media.
Dengan demikian, teori Uses and Gratification adalah salah satu teori komunikasi
dimana titik-berat penelitian dilakukan pada audiens sebagai penentu pemilihan pesan
dan media. Audiens yang menerima pesan tidak serta merta lagi menerima semua
pesan, informasi dari media seperti halnya dalam teori peluru dan model jarum
hipodermik melainkan audiens menggunakan media tersebut hanya sebatas memenuhi
kebutuhannya sehingga menciptakan kepuasaan dalam dirinya untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut. Audiens dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan,
mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk
memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana
memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan
dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau
tidak menggunakan media dan memilih cara lain.
2016
9
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ardianto, Komala dan Karlinah. Komunikasi Massa. Simbiosa 2007
A. Devito. Komunikasi Antar Manusia. Edisi Kelima. Alih Bahasa: Agus Maulana.
Tangerang: Karisma.
Biagi. Media/Impact An Introduction To Massa Media, Terj. Irfan dan Mahendra. Jakarta:
Salemba Humanika. 200
Blake, Reed H., and Haroldsen, Edwin O. Taksonomi Konsep Komunikasi. Cetakan Ke-1.
Terj. Hasan Bahanan. Surabaya: Papyrus, 2003
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Cetakan Ke-12. Bandung: Rosdakarya,
2008
Pawito, dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi
Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 1994.
Purwasito, Andrik. Komunikasi Multikultural. Cetakan Ke-1. Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2003.
Suprapto, Tommy. Pengantar Teori Komunikasi. Cetakan Ke-1. Yogyakarta: Media
Pressindo, 2006.
Vardiansyah, Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia,
2004.
West and Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Terj. Maria Natalia. Jakarta: Salemba
Humanika, 2010.
Werner and Tankard. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di Dalam Media
Massa. Edisi Kelima. Jakarta: Kencana, 2008.
2016
10
Komunikasi Massa
Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download