MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Massa Efek kehadiran media massa Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat Tatap Muka XII Kode MK Disusun Oleh D2142EL Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Abstract Kompetensi Secara harfiah yang dimaksud dengan efek adalah hasil atau akibat atau produk akhir. Sedangkan yang dimaksud dengan efek komunikasi adalah suatu perubahan yang timbul di pihak komunikan sebagai hasil/akibat berlangsungnya suatu proses komunikasi Mahasiswa diharapkan memahami Efek Kognitif Mahasiswa diharapkan memahami Efek Afektif Mahasiswa diharapkan memahami Efek Konatif dapat dapat dapat Pembahasan 1. Efek Kehadiran Media Massa Secara harfiah yang dimaksud dengan efek adalah hasil atau akibat atau produk akhir. Sedangkan yang dimaksud dengan efek komunikasi adalah suatu perubahan yang timbul di pihak komunikan sebagai hasil/akibat berlangsungnya suatu proses komunikasi. Menurut Donald K. Robert berpendapat bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek tersebut harus berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan melalui media massa tersebut. Sementara Robert G. King mengemukakan bahwa efek komunikasi massa dapat menimbulkan perubahan pada diri komunikan atau khalayak, di antaranya terkait dengan pertambahan informasi; perubahan sikap dan pendapat; dan perubahan tingkah laku. Efek juga merupakan perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Efek atau pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan (knowledge), sikap (attitude) dan perilaku (behavior). Sedangkan media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi. (Hafied, 2007:165). Media massa adalah saluran penyampaian pesan dari komunikan yang relatif tidak terbatas dan bersifat heterogen. Media massa memiliki kemampuan untuk mempengaruhi khalayak, bahkan dapat memaksa khalayak untuk melakukan yang luar biasa dalam mempengaruhi seseorang mulai dari proses kognitif hingga efektif maupun behavioral. Dampak yang diakibatkan media massa menjadi perhatian para pakar komunikasi sehingga banyak pakar yang mencoba menilainya. Hasil dari besarnya perhatian para pakar muncul sejumlah teori seperti teori peluru, model dampak terbatas,model dampak yang kuat dan teori kultivasi. (Werner dalam Hariyanto, 2005:320). Efek media massa tidak luput dari perhatian berbagai pakar, berbagai keprihatian muncul seiring dengan ketakutan sebahagian orang terhadap ketakutan sebahagian orang terhadap kekuatan media yang dianggap dapat mengendalikan pikiran orang. Namun ketakutan tersebut telah dapat dilunakkan lewat berbagai kajian ilmiah terutama bagi kalangan masyarakat yang dapat menerimanya. (Fisher, 1986:180). Menurut Djuarsa (1994:201), para pakar mempunyai pandangan yang berbeda mengenai efek media terhadap khalayak; Menurut Scharam menyatakan efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media; 2016 2 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Steven M. Chaffe melihat efek pesan yang disampaikan media adalah pendekatan yang disampaikan media adalah pendekatan pertama dalam mempelajari pengaruh media massa. Sedangkan pendekatan kedua melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak, seperti perubahan perasaan, perubahan sikap dan perubahan perilaku atau dengan istilah lain adalah perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Sedangkan pendekatan ketiga adalah meninjau satuan observasi yang dikenai efek media massa seperti individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau sebuah bangsa; Menurut Mcluhan mengatakan bahwa kehadiran media massa mempunyai efek bagi khalayak. teori yang dikemukakan Mchluhan disebut dengan teori perpanjangan alat indra.(Rakhmat, 1986:220); Pembicaraan mengenai efek komunikasi massa erat kaitannya dengan teori dependensi mengenai efek komunikasi massa yang dikembangkan oleh Sandra Ball Rokeach dan Melvin L. Defleur. Pemikiran terpenting dalam teori dependensi adalah bahwa dalam masyarakat modern, audiens, menjadi tergantung pada media massa sebagai sumber informasi bagi pengetahuan tentang dan orientasi kepada apa yang terjadi dalam masyarakatnya. Jenis dan tingkatan ketergantungan akan dipengaruhi oleh sejumlah kondisi struktural, meskipun kondisi terpenting terutama berkaitan dengan tingkat perubahan, konflik atau tidak stabilnya masyarakat tersebut. Dewasa ini, komunikasi massa tampil sebagai kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, efek atau hasil yang hendak dicapai oleh pihak komunikator atau sumber perlu dikaji secara komprehensif melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologis dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik dan kompleks. Menurut Steven M. Chaffee (Ardianto, 2007:49), efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat atau bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa. 2016 3 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi massa bisa mempunyai pengaruh yang kuat dan besar pada khalayaknya, bisa juga dianggap sedikit atau sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Pengaruh ini lebih dikenal dengan efek. “Efek diartikan sebagai semua jenis perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah menerima sesuatu pesan komunikasi dari satu sumber. Perubahan yang dimaksud dapat meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku nyata” (Wiryanto, 2000:62). Komunikasi dinyatakan efektif apabila ia menghasilkan efek-efek atau perubahanperubahan sebagai yang diharapkan oleh sumber, seperti pengetahuan, sikap, dan perilaku, atau ketiganya. Perubahan-perubahan yang terjadi pada komunikan ini diketahui dari tanggapan-tanggapan yang diberikan komunikan sebagai umpan balik. Menurut Mc Luhan (dalam Jalalludin Rachmat, 1998) dalam efek kehadiran media massa bahwa media adalah pesan itu sendiri (media is the message). Karenanya Luhan menolak pengaruh isi pesan sama sekali. Pasalnya, ia berpendapat bahwa yang mempengaruhi khalayak bukan apa yang disampaikan oleh media, namun jenis media komunikasi yang digunakan. (cetak, elektronik, maupun internet atau online). Pendapat Mc Luhan tersebut dikenal dengan teori perpanjangan alat indera (sense extension theory), yakni media adalah perluasan dari alat indera manusia. Media adalah pesan karena media membentuk dan mengendalikan skala serta bentuk hubungan dan tindakan manusia (Mc Luhan, 1964). Berdasarkan pendapat Luhan di atas yang menyatakan bahwa adanya efek media massa dari kehadirannya sebagai benda fisik, maka Steven M. Chaffee menyebutkan bahwa efek kehadiran media massa sebagai benda fisik terdiri atas: a) Efek Ekonomi: Kehadiran media massa dapat menumbuhkembangkan serta menggerakkan berbagai usaha, baik produksi, distribusi, maupun konsumsi “jasa” media massa; b) Efek Sosial: Berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial masyarakat sebagai akibat dari kehadiran media massa; c) Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari: Kehadiran media massa membuat aktivitas sehari-hari berpengaruh terhadap adanya media; d) Efek Hilangnya Perasaaan Tidak Nyaman: Orang atau khalayak menggunakan media semata untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya, dengan tujuan untuk menghilangkan perasaannya yang tidak nyaman, seperti perasaan kesepian, marah, kecewa, kejenuhan dan sebagainya; 2016 4 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id e) Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu: Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. Misalnya orang akan mempunyai perasaan positif terhadap Koran Republika daripada Koran Kompas. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya pada suatu media massa tertentu erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut. 2. Efek Kognitif Komunikasi Massa Karlinah (1999;8.7), Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif, bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat guna mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, khalayak memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung. Efek kognitif berkaitan dengan sejumlah informasi yang disampaikan oleh media massa. Menurut Wilbur Schramm (1977) yang dimaksud dengan informasi adalah “Segala sesuatu yang mengurangi ketidakpastian atau mengurangi jumlah kemungkinan alternatif dalam situasi,”. Namun informasi-informasi yang disampaikan oleh media massa tidak bisa mencakup keseluruhan dari realitas yang ada. Karenanya media massa melakukan seleksi terhadap sejumlah realitas tersebut, sehingga khalayak cenderung memperoleh informasi semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan oleh media massa. Misalnya, televisi kerap menyajikan acara yang penuh dengan adegan kekerasan, alhasil, maka penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, tidak aman dan tidak tentram serta mengerikan. Efek kognitif sendiri adalah efek yang berkaitan dengan perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau persepsi khalayak. komponen kognitif adalah keyakinan terhadap suatu objek.(Aziz, 2009:455-456). Efek kognitif dapat menciptakan atai menghilangkan ammbiguitas, pembentukan sikap, agenda setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat serta penegasan atau penjelasan terhadap nilai-nilai. Pendekatan psikologi kognitif lebih menekankan arti penting proses internal. Mental manusia dalam perpektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, buka peristiwa behavioral (yang sifatnya jasmani) (Syah, 2008:111) Efek kognitif memiliki 6 kawasan, antara lain: 1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Penerapan; 4) Penguraian; 5) Synthesis; 6) Penilaian (Makmun, 2005:26). Efek kognitif berhubungan dengan pikiran / penalaran sebagai khalayak yang semula tidak tahu yang tadinya tidak mengerti merasa jelas. Contoh: pesan kom melalui mendia massa yang menimbulkan efek kognitifan antara lain: berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan dan acara pendidikan (Effendi, 2007:318). 2016 5 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Mengingat media massa melaporkan dunia nyata ini secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut dengan stereotip, yakni gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubahubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam setiap acara infotainment, para insan artis dan selebritis sering ditampilkan sebagai figure yang glamour dan hedonis, senang kemewahan dan seringkali mengindahkan norma bahkan agama. Penampilan seperti itu, apabila dilakukan secara berkesinambungan, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak komunikasi massa tentang figur artis maupun selebritis tersebut. Inilah mungkin salahsatu bahaya dari pengaruh media massa. Bahkan pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat informasi dewasa ini, orang banyak memperoleh informasi tentang dunia dari media massa. Menurut Joseph Klapper (dalam Jalalludin Rahmat, 1960) media massa dapat memberikan pengaruh terhadap khlayak dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut : 1) Predisposition; adalah kecenderungan atau pendirian dari khalayak terhadap suatu masalah. 2) Selective Process; adalah adanya proses selektivitas dari setiap individu terhadap pesan komunikasi. 3) Gorup membership; adalah adanya faktor-faktor bahwa setiap individu sudah terikat oleh norma keluarga. 4) The Like; adalah faktor-faktor kesukaan setiap individu terhadap pesan komunikasi. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah realitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Dampak yang disajikan berupa adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. 2016 6 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sedangkan Teori psikologi yang dapat menjelaskan efek kognitif dari media massa adalah teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Bandura. Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki ketrampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita. Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam 4 tahapan proses, yaitu : 1) Proses perhatian; 2) Proses Pengingatan; 3) Proses reproduksi motoris; 4) Proses motivasional. 3. Efek Afektif Komunikasi Massa Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya (Siti Karlinah; 8.9). Amri (1998) mengatakan; Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Efek afektif timbul bilamana ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atai dibenci khalayak. efek afektif ada hubungannya dengan emosi, sikap atau nilai. Efek afektif berkaitan juga dengan penciptaan ketakutan atau kecemasan, meningkatkan atau menurunkan dukungan moral (Djuarsa, 1994:202). Efek Afektif memiliki 5 kawasan, antara lain: 1) Penerimaan; 2) Sambutan; 3) Penghargaan; 4) Pengorganisasian; 5) Karakterisasi, internalisasi atau penjelmaan (Makmun, 2005:27). Dengan adanya afektif, maka tujuan dari komunikasi massa tidak sekedar untuk memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan berdasarkan informasi yang disampaikan media massa tersebut, seperti perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah dan sebagainya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa itu sebagaimana dikemukakan Jalalludin Rachmat (1997) dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”, di antaranya : a) Suasana Emosional; Adalah Perasaan emosional khalayak yang sama dengan apa yang disajikan oleh media massa. Ini menunjukkan bahwa respons khalayak terhadap sebuah pesan di media massa akan dipengaruhi oleh suasana emosional. Film sedih misalnya, akan sangat mengharukan apabila ditonton dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Menonton acara komedi akan menyebabkan penonton tertawa terbahakbahak bila penontonnya sedang dalam suasana hati yang senang; 2016 7 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b) Skema Kognitif; Merupakan naskah yang ada dalam pikiran penonton yang menjelaskan tentang alur peristiwa. Penonton tahu persis bahwa dalam sebuah film laga, jagoan atau yang mempunyai lakon pada akhirnya akan menang. Oleh karena itu, penonton atau khalayak tidak akan terlalu cemas ketika sang pahlawan (lakon) babak belur dihajar penjahat, karena ia (penonton) berkeyakinan kalau sang jagoan bisa meyelamatkan dirinya.; c) Suasana Terpaan (Setting Exposure); Artinya bahwa khalayak akan memiliki satu gambaran tentang keadaan tertentu berdasarkan apa yang mereka dapatkan dari media massa. Tayangan misteri di televisi misalnya, membuat penonton berpikir bahwa kehidupan mahluk itu adalah sebagaimana yang dilihatnya dalam tayangan tersebut; d) Predisposisi Individual; Predisposisi Individual mengacu pada karakteristik khas individu. Orang yang melankolis cenderung menanggapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang akan senang bila melihat adegan-adegan lucu atau film komedi daripada orang yang melankolis. Beberapa pnelitian membuktikan bahwa acara yang sama bisa ditanggapi berlainan oleh orang-orang yang berbeda; e) Faktor Identifikasi; Faktor ini menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penonton, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan tokoh. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia akan merasa kecewa, sebaliknya, jika dentifikan berhasil atau menang, maka secara tidak sadar ia akan gembira. Kawasan Afektif menurut Krathwohl ada lima tahapan; 1. Tingkat menerima (receiving); unsur kesadaran (awarness), kemauan menerima (willingsness to receive), pemusatan perhatian (controlled/selected attention). 2. Tingkat menanggapi (responding); kesediaan menanggapi (acquiescence in responding), kemauan menanggapi (willingness to respons), kepuasan dalam menanggapi (satisfaction in response). 3. Tingkat penilaian (valuing); penerimaan suatu nilai (acceptance of value), pemilihan suatu nilai (preference for value), keterikatan (commitment). 4. Tingkat mengorganisasi (organization); konsep kita terhadap nilai (conceptualization of value), pola mengorganisasi ke dalam system nilai (organization of value system) 5. Tingkat Mempribadikan nilai characterization (value complex); menggeneralisasikan (generalized set), mempribadikan (characterization). Dengan demikian, efek afektif adalah perasaan seseorang pada saat situasi terpaan (setting of exposure) melanda khalayak; senang, cemas, kecewa, bahagia, benci, tertawa atau pun sedih, karna khalayak memiliki motivasi menggunakan media. 2016 8 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Efek konatif / behavioral komunikasi massa Efek konatif atau yang biasa dikenal dengan efek behavioral merupakan efek yang berhubungan dengan niat, tekad, upaya, dan usaha yang cenderung menjadi suatu tindakan atau kegiatan. Efek konatif tidak langsung timbul sebagai akibat terpaan media massa, melainkan didahului oleh efek kognitif dan efek afektif. Dengan kata lain, timbulnya efek konatif setelah muncul efek kognitif dan efek afektif. Efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan di televisi misalnya, membuat orang menjadi beringas. Acara memasak membuat ibu-ibu rumah tangga lebih gemar memasak dan kreatif. Media massa, seperti radio, televisi atau film diberbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dimiliki, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku (Aziz, 2009: 455). Efek behavioral media massa yaitu dapat mengaktifkan/menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktifitas serta menyebabkan perilaku dermawan. Efek behavioral bersangkutan dengan niat, tekad, upaya, usaha yang cenderung menjadi suatu kegiatan atau tindakan oleh karena itu berbentuk perilaku (Effensi, 2007:319). Namun hasilnya menunjukkan bahwa selain terdapat manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film itu, namun ternyata di sisi lain menimbulkan kegagalan. Misalnya, berita mengenai maraknya pelajar SMA yang berbuat nekat menjadi pelacur sekedar untuk membeli telepon genggam. Tentunya, sikap serta perilaku yang diharapkan dari berita sosial tersebut adalah supaya orang tua tidak memberikan kebebasan yang tidak bertanggungjawab terhadap anak gadisnya. Namun, apa yang terjadi, keesokan hari atau lusanya dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan pelajar SMA lainnya. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun bisa pula mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan yang lebih buruk. Lantas, mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa tidak bergantung hanya pada unsur stimulus yang ada pada media massa saja. Menurut teori belajar sosial dari Bandura, orang cenderung meniru prilaku yang diamati. Stimulus menjadi teladan untuk perilakunya. Penyajian kekerasan dalam media massa menyebabkan orang melakukan tindak kekerasan yang sama. Menurut Bandura, seseorang melakukan proses belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, seseorang mampu memiliki keterampilan 2016 9 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang diamati dengan karakteristik yang ada pada dirinya. Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya pada unsur stimulus dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa belajar semacam ini. Teori psikologi yang dapat mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita. Efek media merupakan satu konsekuensi dari apa yang telah dilakukan media, baik secara terencana maupun tidak terencana. Efisiensi media diciptakan dalam rangka mencapai tujuan komunikasi tertentu. Klapper (1960) menyebutkan bahwa tipe-tipe efek media terdiri dari conversion (proses adaptasi), minor change (perubahan kecil), dan reinforcement (peneguhan terhadap perubahan). 2016 10 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Aziz, Moh. Ali,. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009 Bungin, Burhan,. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus teknologi Komunikasi di Masyarakat. Effendi, Uchjana, Onong,. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakri, 2007 Fisher, B. Aubrey,. Teori-teori Komunikasi, Terj, Soejono Trimo, Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986 Hafied, Cangara,. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007 Makmun, Syamsuddin, H. Abin,. Psikologi Kependidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 Rakhmat, Jalaluddin,. Psikologi Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1986 Sendjaya, S. Djuarsa, Dkk,. Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 1994 Syah, Muhibbuddin,. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT remaja Rosdakarya, 2008 W. Tankard, James,. J Severin, Werner,. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan di dalam Media Massa, Terj. Sugeng Hariyanto, Jakarta: Kencana, 2005 Amri Jhi. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia. 1998 Karlinah, Siti. Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbitan UT. 1999. 2016 11 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id