MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Massa Model komunikasi Massa Schramm Model komunikasi massa Maletzke Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi HUMAS Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh D21423EL Aryadillah, S.Sos.I,M.M, M.I.Kom Abstract Kompetensi Dalam komunikasi banyak terdapat macam–macam model dalam menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan, seperti model komunikasi Schramm dan Maletzke. Dalam model ini merupakan model komunikasi dua tahap. Jika pada model Schramm mengedepankan 3 unsur yakni sumber, pesan dan sasaran, sementara pada model Maletzke menekankan pada 4 unsur, sumber, pesan, media dan sasaran. Mahasiswa memahami komunikasi Mahasiswa memahami Schramm Mahasiswa memahami Maletzke diharapkan pengertian dapat model diharapkan dapat model komunikasi diharapkan dapat model komunikasi Pembahasan 1. Pengertian Model Komunikasi Menurut Littlejohn (1983: 12) mengemukakan model “In a broad sense the term model can apply to any symbolic representation of a thing, process, or idea”. Dalam pengertian luas, model menunjukkan setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide). Pada level konseptual model merepresentasikan ide-ide dan proses. Dengan demikian model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal atau matematika. Sebab biasanya model dipandang sebagai analogi dan beberapa fenomena. Perbedaan antara teori dan model menurut Littlejohn dan Hawes (1983) adalah, teori merupakan penjelasan (explanation), sedangkan model hanya merupakan representasi (representation). Dengan demikian, model komunikasi dapat diartikan sebagai representasi dari suatu peristiwa komunikasi. Melalui model komunikasi dapat dilihat faktor-faktor yang terlibat dalam proses komunikasi. Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak dengan menonjolkan unsur–unsur terpenting dalam fenomena tersebut sebagai alat bantu untuk menjelaskan fenomena komunikasi. Model mempermudah untuk mempersentasikan secara abstrak, hal–hal penting dan menghilangkan rincian komunikasi tidak penting, yang dinyatakan oleh Sereno dan Mortensen. Sedangkan menurut B. Aubrey Fisher menyatakan model adalah anologi yang mengabstrsikan dan memilih bagiandari fenomena yang dijadikan model. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori, dengan kata lain model adalah teori yang lebih sederhana. Model membantu kita merumuskan suatu teori (Widjaja, 2000: 112). Wiseman dan Barker mengemukakan bahwa model komunikasi memiliki tiga fungsi, sebagai berikut: 1) Menggambarkan proses komunikasi; 2) Menunjukan hubungan visual; 3) Membantu mengemukakan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Sementara Deutsch mengatakan bahwa model mempunyai empat fungsi sebagai berikut: 1) Fungsi pengorganisasian, di mana model membantu mengorganisasikan unsur-unsur secara sistematis, sehingga memperoleh gambaran holistik; 2) Fungsi penjelasan, yakni model membantu menjelaskan penyajian informasi secara sederhana; 3) Fungsi heuristik, model memberikan gambaran mengenai unsur-unsur pokok dari suatu proses atau sistem; 4) Fungsi prediksi, pada model ini dapat memperkirakan hasil atau akibat yang dicapai (Sendjaja, 1999: 54). 2016 2 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Model Komunikasi Massa Schramm Model komunikasi Schramm pada hakikatnya hanya sebagai alat bantu untuk mempermudah penjelasan fenomena komunikasi dengan merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting dan menghilangkan rincian yang tidak perli/penting. Dalam komunikasi karena fenomenanya bersifat abstrak, maka model disajikan dalam bentuk gambar (Vardiansyah, 2004:113). Wilbur Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: (Vardiansyah, 2004: 114). 1. Sumber (Source); Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis, memberi isyarat), atau organisasi komunikasi (surat kabar, penerbit, tv, dan sebagainya); 2. Pesan (Message); Dapat berupa tinta pada kertas, gelombang suara di udara, dan sebagainya; 3. Sasaran (Destination); Individu yang mendengarkan, menonton atau membaca. Dalam perkembangan model komunikasi Schramm mempunyai 3 macam, yaitu: 1. Model Schramm Pertama Model Schramm ini mirip dengan model yang dikemukakan oleh Shannon dan Weaver. Schramm menggunakan unsur–unsur sumber/source dan tujuan/destination, tapi memunculkan pemancar/transmitter dan menyimpan/receiver, yang ada hanya alat penyandi dan alat penyandi balik. Dalam model ini source/ sumber boleh individu atau organisasi (seperti radio, televisi,penerbit surat kabar dan lain-lain), sinyal adalah bahasa dan tujuannya adalah pihak lainkepada siapa sinyal itu ditunjukan. Dalam komunikasi antar manusia sumber dan alat penyandi adalah satu orang, sedangkan alat sandi balik dan tujuan dari sisi lain. Berikut merupakan gambar model komunikasi Schramm pertama. Gambar model Schramm pertama 2016 3 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Model Schramm Kedua Pada model kedua ini Schramm memperkenalkan konsep baru komunikasi, field experience. Field experience ini merajuk pada kesamaan latar belakang dan pengalaman (seperti kesamaan bahasa dan kultur) antara pengirim dan penerima pesan. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Itulah sebabnya pada modelnya yang kedua ia mulai menyataukan sumber dengan alat penyandi yang semula terpisah. Demikianpula halnya dengan alat penyandi balik yang di tempelkan dengan melihat tujuan, selain itu ia menambah unsur bidang pengalaman yang memiliki kedua pelaku komunikasi. Sumber sandi dan tujuan sandi balik, pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing– masing, semakin besar luas bidang pengalaman source/sumber yang berhimpitan dengan tujuan/destination semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak bertautan atau sangat sedikit pertautannya yang sama. Maka komunikasi akan sulit berlangsung. (Vardiansyah, 2004: 119-120). Berikut merupakan gambar model komunikasi Schramm kedua. Gambar model Schramm kedua Model yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. 3. Model Schramm Ketiga Model yang ketiga Schramm menanggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi (encode), menafsirkan (interpret), menyandi ulang (decode), mentransmisikan (transmit), dan menerima sinyal (signal). Schramm berpikir bahwa komunikasi selalu membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan tujuan (destination). Di sini kita melihat umpan balik 2016 4 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi. Berikut gambar model komunikasi Schramm ketiga: Gambar model Schramm ketiga Pada model yang ketiga ini, Schramm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler.untuk pertamanya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang melakukan fungsi encoder, interpreter, decoder. Dalam proses sikuler ini setiap pelaku komunikasi bertindak sebagai encoder dan decoder. Ia meng-encode pesan kita mengirim dan men-decode pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima kembali dapat disebut umpan balik, yang tetap ia beri nama massage. Umpan balik inilah yang telah membuat model linear menjadi sirkuler. Selain itu, unsur tambahan baru yang ia sebut interpreter (penerjemah) berfungsi memaknai pesan yang berhasil di sandikan/disimbolkan dengan alat kemudian dikembalikan dalam bentuk pesan berikutnya agar dapat dikirimkan. Model schramm yang ketiga cocok untuk kajian komunikasi dalam tataran antarpribadi, di mana kedudukan komunikator dan dan komunikan relatif setara. Dalam tatanan komunikasi massa, schramm menurunkan model berikutnya. Apabila pada model sebelumnya Schramm menurunkan pengalaman, pada model ketiga unsur itu tampak. Unsur encoder, interpreter, dan decoder dari schramm, kemudian menambah fungsi transmitter dan receviver dari Shannon dan Weaver, serta gangguan pada senua titik dari defleur (Vardiansyah, 2004: 121). Apabila tiga model sebelumnya dari schramm lebih pada tatanan antarpribadi, maka model berikutnya ini ditunjukan dalam konteks komunikasi massa. Inti dari komunikasi schramm adalah pengorganisasian media,di mana dilaksanakan fungsi-fungsi seperti yang terdapat pad model schramm terlebih 2016 5 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dahulu. Model ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: organisasi media menerima informasi dan berita dari sumber. Di sini tim redaksi bertindak sebagai gatekeeper (penyaring atau penjaga gerbang informasi) yang melakukan seleksi atas isi. Dalam arti tim redaksi membaca, menilai, menyeleksi berita–berita yang masuk dan memutuskan hal-hal yang layak muat, layak tayang atau layak siar. Dalam proses ini, materi yang lolos seleksi sering kali dimodifikasi tim redaksi. Kegiatan selanjutnya adalah menyebarluaskan atau menyiakan pesan media itu kepada khalayak. Khalayak media terdiri dari individu-individu. Di sini kegiatan decoding, interpreting, dan encoding juga berlangsung, setiap individu akan menyeleksi dan meng iterprestasikan berita yang dibaca atu program yang didengar atau dilihatnya. Biasanya individu yang terjangkau pesan-pesan media ini adalah bagian dari suatu kelompok, sehingga pesan-pesan dari media dapat mengalir ke anggota-anggota kelompok disekelilingnya. Karena proses komunikasi massa cenderung berlangsung satu arah, maka umpan balik hanya bersifat dugaan, tidak langsung atau tertunda. Implikasi atas sifat umapan balik yang seperti ini mendorongan media untuk menampilkan program atau pesan– pesan yang sesuai dan diminati khalayak. Selain itu, pada kenyataanya, decoding–interpreting–encoding dalam suatu organisasi media adalah jauh lebih rumit dari pada yang digambarkan dalam model schramm. Proses ini terdiri atas beberapa subproses lagi, di mana fungsi yang sama dilakukan berkali-kali. Terlebih lagi jika organisasi media tersebut besar (Vardiansyah, 2004: 125-126). Berdasarkan perkembangan waktu, ketika titik perhatian penelitian mulai bergeser dari komunikasi massa ke komunikasi yang bersifat antarpribadi di mana dapat ditemui umpan balik dengan intensitas yang lebih tinggi, maka model sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan komunikator dan komunikan relatif setara. Model sirkuler antara lain mulai diperkenalkan oleh Schramm (1954) yang menyatakan “sebenarnya menganggap proses komunikasi dimulai dari suatu tempat daan berakhir pada tempat lain bisa menimbulkan salah pengertian, komunikasi itu benar-benar tidak ada ujungnya. Kita hanyalah pusat pengatur kecil yang menangani dan mengatur rute sejumlah besar alur informasi yang tak berujung.” Munculnya paradigma baru ini merupakan pemisahan dari paradigma lam tentang komunikasi linear, namun demikian utamanya dalam konteks komunikasi massa model sirkuler dikriktik karena adanya kesamaan tingkat antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi massa sering kali komunikasi sifatnya tidak seimbang sejauh 2016 6 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id menyangkut sumber-sumber komunikasi, kekuasan, dan konteks berlangsungnya komunikasi. Untuk memahami model sirkuler dalam konteks komunikasi massa yang di mulai dari model komunikasi Defleur, Shanonn dan Weaver, Schramm, Hoeta Soehot, dan yang lainnya. Gordon Wiseman dan Larry Barker mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai 3 fungsi: 1) Melukiskan proses komunikasi; 2) Menunjukan hubungan sosial; 3) Membantu dan menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi. Sementara Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai 4 fungsi: 1) Mengorganisasikan (kemiripan data dan hubungan) yang tadinya tidak teramati; 2) Heuristik (menunjukan fakta dan metode baru yang diketahui); 3) Predikti, memungkinkan permalan dari sekedara tipe ya atau tidak hingga yang kuintatif yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak; 4) Pengukuran, mengukur fenomena yang diprediksi. Di samping itu, model Schramm ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan di antaranya: 1) Memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaranlah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagi sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran; 2) Menganggap komunikasi sebagai informasi dengan kedua pihak yang menyandih, menafsirkan, menyadi-balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal; 3) Model ini memiliki unsur “field of experience” yang tidak dimiliki oleh model lain. Sementara kekurangannya Di dalam setiap konsep model yang ia buat, selalu menunjukkan perubahan dan perkembangan yang relevan terhadap fenomena yang terjadi dalam masyarakat. 3. Model Komunikasi Massa Maletzke Model Komunikasi Maletzke adalah model proses komunikasi massa yang menekankan pada 4 komponen utama yaitu: Communicator, message, medium, and receiver. Dalam model ini khalayak didalam melakukan pencarian informasi, disebabkan oleh kebutuhan rasa ini ingin tahu (need cognition) dan gaya intuisi seseorang (personal cognition style). Keterpaan media massa dapat diukur melalui sumber-sumber media massa yang digunakan, curahan waktu untuk penerimaan pesan media, dan jenis pemakaian pesan. Tipologi kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi media massa adalah kebutuhan hiburan, hubungan personal, identitas pribadi dan pengumpulan informasi. 2016 7 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Maletzke, khalayak tidak dipengaruhi oleh media massa dalam keadaan kosong. Pesan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari khalayak. Pesan itu disaring berdasarkan keyakinan, sikap, nilai-nilai, dan lingkungan sosialnya. Gambar Model Komunikasi Maletzke Gambar di atas, Maletzke memperlihatkan secara menyeluruh mengenai komunikasi massa sebagai sebuah proses yang secara psikologis dan sosiologis dengan kompleks sifatnya. Mengandung elemen-elemen tradisional di mana kita menemukan tanda yakni C (Communicator), M (Message), Medium, dan R (Respon). Dalam masing-masing bagian tersebut terdapat hal-hal yang mempengaruhi. Dalam C (Communicator) terdapat bagianbagian yang mempengaruhi, yakni: 1. Citra Pribadi Komunikator (The Communicator’s self image) dalam hal ini menjelaskan bahwa bagaimana komunikator memposisikan perannya dalam menyampaikan suatu pesan. Misalnya saja apakah dia sebagai penyampai pesan, penilai atau pengkampanye suatu pesan. Contoh: jika saya menyampaikan pesan tentang korupsi, posisi saya apakah hanya menyampaikan berita tersebut, menilai tentang korupsi atau mengkampanyekan tentang korupsi. 2. Struktur kepribadian komunikator (The communicator personality structure); yakni bagaimana kepribadian komunikator mempengaruhi perilakunya. Kepribadian di sini 2016 8 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id maksudnya luas mencangkup berbagai aspek, diantaranya aspek psikologi dan aspek ideologi. 3. Kerjasama komunikator dalam tim (The communicator working team); dalam hal ini seseorang yang bekerja dalam tim maka ia harus dapat menempatkan diri atau beradaptasi dengan kelompoknya. 4. Komunikator dalam organisasi (The communicator in organization); yakni menekankan pada tipe organisasi media yakni: authoritarian lines, capitalist line, dan public service line. Misalnya saja seorang reporter menulis berita, maka yang dituntut adalah organisasinya karena kerja reporter sebagai kerja team. 5. Lingkungan sosial komunikator (The communicator’s sosial environment); berupa keanggotaan dalam suatu kelompok memperkuat kepercayaan, perilaku dan nilainilai yang dianut oleh individu. Semakin besar dia yakin terhadap kelompoknya semakin banyak pula pesan-pesan yang dia sampaikan dipengaruhi oleh normanorma yang dianut oleh kelompoknya. 6. Tekanan dan paksaan mengenai isi media yang disebabkan oleh karakter publik (Pressure and constraint caused by the public character of the media content); di mana komunikator harus mempertimbangkan pandangan, pendapat, norma-norma, dan nilai-nilai yang sedang berkembang di masyarakat. Pada saat itu komunikator dipengaruhi oleh apa yang diharapkan oleh publik terhadap pesan yang disampaikan publik di sini bukan hanya pendengar tapi semua pihak yang berkaitan. Dalam M (message) dipengaruhi oleh seleksi dan susunan pesan (selection and structure of content). Hal-hal tersebut akan mempengaruhi bagaimana komunikator memilih dan menyususn isi dari pesan yang akan disampaikan. Terdapat tekanan atau paksaan dari pesan (Pressure or constraint from the message), di mana informasi harus dilengkapi dengan informasi lainnya yang dapat menunjang pesan. Dalam model Maletzke pengaruh medium terhadap komunikator masing-masing memiliki karakter sendiri, yang menentukan apa yang dapat disampaikan dan bagaimana hal itu disampaikan. Sehingga menyampaikan suatu pesan masing-masing medium memiliki batasan yang berbeda. Model ini juga menjelaskan tentang R (Receiver) dalam memposisikan perannya sebagai penerima pesan, receiver akan menyeleksi media apa yang dikonsumsinya sesuai dengan karakteristik dan juga kebutuhan. 2016 9 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam model Maletzke juga dijelaskan tentang pengaruh receiver terhadap media, yaitu seleksi dari susunan media (selection from media content) ada 3 hal penting dalam pemilihan/penerimaan pesan yakni: a) Selective attention, receiver memilih pesan yang dapat disetujui/ diinginkan b) Selection interpretation, receiver hanya akan menginterpretasi pesan sesuai dengan kemampuan komunikasi, perilaku dan posisi sosial budaya serta level pengetahuannya c) Selective retention, receiver cenderung tidak lagi memberikan perhatian pada pesan yang sudah diketahui atau sudah pernah di dengar atau dibaca dan cenderung melupakan pesan yang tidak dianggap penting oleh receiver. Terdapat pengaruh medium terhadap receiver dalam model Maletzke, yaitu efek dari media massa sangat luas dan masih menjadi perdebatan, karena ada banyak faktor atau variable yang mempengaruhi efek tersebut. Receiver harus memastikan bahwa ia benarbenar kenal dan paham dengan berbagai pendekatan terhadap efek media. Setiap media selalu memiliki kelebihan-kelebihan dan keterbatasan tertentu. Lalu timbale balik dari receiver dalam model Maletzke ini bersifat spontan. Posisi Receiver di sini memiliki beberapa hal yakni bagaimana receiver memandang komunikator, apakah kredibel dan dapat dipercaya, bagaimana komunikator memandang receiver, apakah khalayak mempunyai intelektual atau berpendidikan rendah, sehingga dalam hal ini baik komunikator maupun receiver mampu saling berhubungan tetapi tidak dapat saling mengontrol. 2016 10 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Rahmat. Jalaludin. 1999. Komunikasi Politik Komunikator, Pesan, Dan Media, PT. Remaja ROSDAKARYA. Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia. ________________.2004. Pengantar Ilmu Komunikasi Pendekatan Taksonomi Konseptual. Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia. Widjaja. H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Rineka Cipta. Wiryanto. 2004, Pengantar Ilmu Komunikasi, Grasindo, Jakarta. Guadagni, Peter M. Little, John, D. C. 1983. A logit Model of Brand Choice Calibrated on Scanner Data, Marketing Science. Vol. 2, No. 3 (Summer). 2016 11 Komunikasi Massa Aryadillah, S.Sos.I, M.M, M.I.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id