pengaruh penerapan strategi pembelajaran inovatif pada pelajaran

advertisement
ISSN 0215 - 8250
496
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN
INOVATIF PADA PELAJARAN BIOLOGI TERHADAP
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA
oleh
Ida Bagus Putu Arnyana
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian Pretest-Postest Nonequivalent Control
Group Design dengan judul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran
Inovatif pada Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa SMA”. Tujuan penelitian ini adalah menemukan strategi-strategi
pembelajaran yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi
khususnya berpikir kreatif. Dalam penelitian ini dibandingkan strategi
pembelajaran inovatif (Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dengan model
pembelajaran tradisional (DI). Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA
Negeri 3 Singaraja. Hasil penelitian ini adalah kelompok siswa yang belajar
dengan strategi kooperarif GI, PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diajarkan dengan model DI.
Kata kunci : strategi pembelajaran inovatif, berpikir kreatif
ABSTRACT
The research has been conducted about, Pretest-Postest
Nonequivalent Control Group Design. The effect of the implementation of
Inovative Learning Strategy to Creative Thinking Capability of the SMA
Students in Biology. The purpose of this research was to discover learning
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
497
strategy which could train students high thinking capability especially
creative thinking. In this research there was a comparation between
inovative learning strategies (GI cooperative, PBL, and Inquiry) and DI
teaching model. The subjects were the first year students of SMAN 3
Singaraja. The results of this research showed that students groups who
learned by implementing GI cooperative strategy, PBL, and Inquiry had a
better creative thinking skill than those who learned by DI teaching model.
Key Words: Inovative learning strategy, creative thinking
1. Pendahuluan
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
sudah dilaksanakan di SMA di Singaraja sejak tahun pelajaran 2003/2004
sebagai pengganti Kurikulum 1994. Kurikulum 2004 menuntut agar,
setelah proses belajar, siswa memiliki suatu kompetensi sesuai dengan yang
ditetapkan dalam suatu mata pelajaran. Kurikulum 2004 menuntut siswa
agar memiliki kecakapan hidup. Salah satu kecakapan yang harus dikuasai
siswa adalah kecakapan berpikir.
Pada abad pengetahuan, yaitu abad 21, diperlukan sumber daya
manusia dengan kualitas tinggi yang memiliki keahlian, yaitu mampu
bekerja sama, berpikir tingkat tinggi, kreatif, terampil, memahami berbagai
budaya, mampu berkomunikasi, dan mampu belajar sepanjang hayat (life
long leaning) (Trilling and Hood, 1999). Galbreath (1999) mengemukakan
bahwa, pada abad pengetahuan, modal intelektual, khususnya kecakapan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), merupakan kebutuhan
sebagai tenaga kerja yang handal. Degeng (2003) mengemukakan para
lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di samping memiliki kemampuan
vokasional (vocasional skills), juga harus memiliki kecakapan berpikir
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
498
(thinking skills) sehingga Bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa “buruh”.
Semua pendapat para ahli ini mendukung pendapat John Dewey (1916,
dalam Johnson, 2002) yang sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan
kecakapan berpikir. Namun, sampai saat ini, kecakapan berpikir ini belum
ditangani secara sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal ini
mendukung penemuan Rofi’udin (2000) menyatakan bahwa terjadi keluhan
tentang rendahnya kemampuan berpikir kritis-kreatif yang dimiliki oleh
lulusan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi karena pendidikan
berpikir belum ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan
kecakapan berpikir kritis-kreatif sangat penting diintegrasikan dalam setiap
mata pelajaran.
Johnson (2002), Krulik dan Rudnick (1996) menyatakan berpikir
tingkat tinggi dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Berpikir kritis adalah proses terorganisasi yang melibatkan aktivitas mental
seperti dalam peecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan
(decision making), analisis asumsi (analyzing asumption), dan inkuiri sains
(scientific inquiry). Krulik dan Rudnick (1996) mengemukakan bahwa
berpikir kritis adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi oleh seseorang. Agar mampu memecahkan masalah dengan baik
dituntut
kemampuan
analisis,
sintesis, evaluasi,
generalisasi,
membandingkan, mendeduksi, mengklasifikasi informasi, menyimpulkan,
dan mengambil keputusan.
Berpikir kreatif adalah penggunaan dasar proses berpikir untuk
mengembangkan atau menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estetis,
konstruktif yang berhubungan dengan pandangan, konsep, yang
penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif dan rasional khususnya
dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
499
menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir. Parkin (1995)
mengemukakan berpikir kreatif adalah aktivitas berpikir untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif dan orisinil. Baer (1993)
mengemukakan, berpikir kreatif merupakan sinonim dari berpikir divergen.
Ada 4 indikator berpikir divergen, yaitu (1) fluence (kemampuan
menghasilkan banyak ide), (2) flexibility (kemampuan menghasilkan ideide yang bervariasi), (3) originality (kemapuan menghasilkan ide baru atau
ide yang sebelumnya tidak ada), dan (4) elaboration (kemampuan
mengembangkan atau menambahkan ide-ide sehingga dihasilkan ide yang
rinci atau detail). Lebih lanjut, Baer mengemukakan bahwa kreativitas
seseorang ditunjukkan dalam berbagai hal, seperti kebiasaan berpikir, sikap,
pembawaan atau keperibadian, atau kecakapan dalam memecahkan
masalah.
Marzano, et al. (1988) mengemukakan 5 aspek berpikir kreatif
berikut ini. (1) Dalam kreativitas, berkait erat keinginan dan usaha. Untuk
menghasilkan sesuatu yang kreatif diperlukan usaha. (2) Kreativitas
menghasilkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ada. Orang yang kreatif
berusaha mencari sesuatu yang baru dan memberikan alternatif terhadap
sesuatu yang talah ada. Pemikir kreatif tidak pernah puas terhadap apa yang
telah ada atau ditemukan sebelumnya. Mereka selalu ingin menemukan
sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien. (3) Kreativitas lebih memerlukan
evaluasi internal dibandingkan eksternal. Pemikir kreatif harus percaya
pada standar yang telah ditentukan sendiri. (4) Kreativitas meliputi ide yang
tidak dibatasi. Pemikir kreatif harus bisa melihat suatu masalah dari
berbagai aspek (sudut pandang) dan menghasilkan solusi yang baru dan
tepat. (5) Kreativitas sering muncul pada saat sedang melakukan sesuatu,
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
500
seperti Mendeleyev menemukan susunan berkala unsur-unsur pada saat
mimpi, dan Arcimedes menemukan hukumnya saat sedang mandi.
Marzano dkk. (1988) menyarankan kepada guru beberapa cara
mengajarkan berpikir kritis-kreatif, yaitu (1) mempersiapkan materi
pelajaran dengan baik, (2) mendiskusikan materi pelajaran yang
kontropersi, (3) mengemukakan masalah yang menimbulkan konflik
kognitif, (4) menugaskan siswa menemukan pandangan-pandangan yang
bervariasi terhadap suatu masalah, (5) menugaskan siswa menulis artikel
untuk diterbitkan dalam suatu jurnal, (6) menganalisis artikel dari koran
atau media lain untuk menemukan gagasan-gagasan baru, (7) memberikan
masalah untuk menemukan solusi yang berbeda-beda, (8) memberikan
bacaan yang berbeda dengan tradisi siswa untuk diperdebatkan atau
didiskusikan, dan (9) Mengundang orang yang memiliki pandanganpandangan yang kontroversial.
Dalam uraian di atas, tampak betapa pentingnya penerapan strategistartegi pembelajaran yang dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif
siswa. Sesuai dengan tuntutan kurikulum ini, strategi pembelajaran yang
diharapkan adalah strategi-startegi pembelajaran inovatif, yaitu startegistrategi pembelajaran yang dasar filosofinya konstruktivisme.
Strategi-strategi pembelajaran inovatif yang dipilih dalam penelitian
ini adalah Strategi Kooperatif Kelompok Penelitian (Group
Investigation/GI), Strategi Belajar Berdasarkan Masalah atau ProblemBased Learning (PBL), dan Strategi Inkuiri. Sebagai pembanding, dipilih
Model Pengajaran Langsung atau Direct Instruction (DI), yaitu model
pengajaran yang pada saat ini selalu digunakan oleh para guru biologi di
Singaraja.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
501
Strategi Kooperatif GI merupakan strategi yang dasar filosofinya
konstruktivisme karena, dalam pembelajarannya, siswa membangun sendiri
pengetahuannya dan guru berperan sebagai fasilitator (Slavin, 1995).
Dalam strategi ini, siswa merencanakan sendiri topik yang akan diselidiki
dari tema umum yang diberikan oleh guru. Selanjutnya siswa
merencanakan dan melaksanakan sendiri penyelidikannya. Strategi
Kooperatif GI sangat baik diterapkan untuk melatih siswa mengumpulkan
informasi untuk memecahkan masalah serta melatih kecakapan berpikir
tingkat tinggi siswa (Tejada, 2002; Dumas, 2003; Konberg dan Grifin,
2000; Arnyana, 2005)
Belajar berdasarkan masalah atau PBL adalah startegi pembelajaran
yang dasar filosofinya konstruktivisme. PBL dirancang berdasarkan
masalah riil kehidupan yang bersifat ill-structured, terbuka, dan mendua
(Forgaty, 1997; Jones, 1996). PBL dapat membangkitkan minat siswa,
nyata, dan sesuai untuk membangun kemampuan intelektual. Rindell
(1999); Wheeler (2002); Arnyana (2005) menemukan, bahwa PBL dapat
melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa.
Strategi Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang dasar
filosofinya konstruktivisme karena, melalui strategi ini, siswa membangun
sediri pengetahuannya. Dalam strategi inkuiri, siswa dilatih memecahkan
masalah akademik, meningkatkan pemahaman terhadap sains,
mengembangkan keterampilan belajar sains, dan literasi sains (Keefer,
1998; German, 1991; Oates, 2002). Lawson (2000) mengemukakan
kegiatan inkuiri dapat melatih kecakapan berpikir siswa dan meningkatkan
kererampilannya dalam memecahkan masalah.
Pada kenyataannya, strategi-strategi pembelajaran inovatif seperti
inkuiri, PBL, dan strategi kooperatif GI tidak banyak diterapkan di sekolah.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
502
Para guru umumnya lebih banyak menerapkan Model Pengajaran Langsung
atau DI. Model DI ini merupakan salah satu model pengajaran tradisional
(Arends, 2004). Model pengajaran DI ini merupakan model pengajaran
yang umum digunakan oleh guru-guru biologi SMA di Singaraja (Arnyana,
2005). Model pengajaran langsung dapat meningkatkan hasil belajar
kogntif atau pengetahuan deklaratif (mastery of-structured knowledge) dan
meningkatkan suatu keterampilan atau pengetahuan prosedural (skill
mastery) (Arends, 2004). Arends (1997) mengemukakan bahwa model
pengajaran langsung ini paling banyak didasari oleh teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Bandura (1977, dalam Arends, 1997) yang oleh
Arends (1997) disebut sebagai teori pemodelan tingkah laku. Dalam
pembelajaran langsung, kegiatan guru adalah menyampaikan tujuan,
mendemostrasikan pengetahuan, dan membimbing pelatihan.
Tujuan penelitian ini adalah menemukan pengaruh strategi-strategi
pembelajaran inovatif (kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri) dibandingkan
dengan model pengajaran langsung atau DI terhadap kemampuan berpikir
kreatif pada pelajaran biologi siswa SMA.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Rancangan
penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Eksperimen Semu (Quasi),
yaitu Pretest-Postest Nonequivalent Control Group Design (Tucman,
1999), dengan pola seperti pada Gambar 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
503
O 1 X1 O 2
------------------------O 3 X2
O4
------------------------O 5 X3
O6
-----------------------O 7 X4 O 8
Gambar 1. Prosedur Penelitian Eksperimental Semu Pretest-Postest Nonequivalent
Control Group Design (Tukman, 1999:172)
Keterangan : simbul X menyatakan perlakuan, yaitu X1 adalah strategi
kooperatif GI, X2 adalah startegi PBL, X3 adalah strategi inkuiri, dan X4
adalah model pengajaran tradisional. Simbul O dengan indek 1, 3, 5, 7
(ganjil) menunjukkan pengukuran awal. O dengan indeks 2, 4, 6, 8 (genap)
menunjukkan pengkuran setelah proses pembelajaran.
Hubungan antar variabel penelitian ditunjukkan dalam Gambar 2.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Model Pengajaran
Tradisional
Strategi PBL
Kemampuan
Berpikir Kreatif
Strategi Kooperatif
GI
Strategi Inkuiri
Gambar 2: Hubungan Antar Variabel Penelitian
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
504
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri yang ada
di Kota Singaraja, yaitu siswa SMA Negeri 1, siswa SMA Negeri 2, siswa
SMA Negeri 3, dan siswa SMA Negeri 4. Siswa SMA Negeri yang
digunakan sebagai sampel penelitian ini ditentukan secara acak. Dari hasil
pengacakan, diperoleh siswa SMA Negeri 3 sebagai sampel penelitian ini.
Sebagai sampel penelitian, ditetapkan dengan memilih kelas-kelas yang
kemampuan akademisnya relatif homogen, yaitu siswa kelas X2, X3, X4,
X5, dan siswa kelas X6. Dari hasil pengacakan ditetapkan siswa kelas X3
belajar dengan strategi Inkuiri, siswa kelas X4 belajar dengan model DI
(tradisional), siswa kelas X5 belajar dengan strategi PBL, dan siswa kelas
X6 belajar dengan strategi kooperatif GI.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi biologi SMA
semester 1 kelas X Kurikulum 2004, dengan standar kompetensi siswa
mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengkomunikasikan hasil
penelitian ilmiah dengan menerapakan sikap ilmiah dalam bidang biologi.
Instrumen penelitian yang disusun dalam penelitian ini meliputi (1)
rencana pembelajaran yang di dalamnya memuat skenario pembelajaran,
(2) lembar kegiatan siswa (LKS), dan (3) alat evaluasi Rencana
pembelajaran, dan LKS disusun masing-masing sesuai dengan model dan
startegi pembelajaran yang diteliti dalam penelitian ini. LKS untuk
pembelajaran inovatif menyajikan masalah-masalah yang harus dipecahkan
oleh siswa melalui kegiatan investigasi.
Penelitian eksperimental semu ini dilaksanakan dengan prosedur
seperti pada Tabel 1.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
505
Tabel 1. Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas X2 dengan
Model Pengajaran
Tradisional (DI)
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Kelas X3 dengan
Kelas X5 dengan
Startegi Inkuiri
Strategi PBL
Menyampaikan
tujuan dan meniapkan
siswa
Siswa merumuskan
ma-salah yang akan
dikaji
Guru menyampaikan
masalah ill dan
autentik
Guru mendemostrasikan pengetahuan
atau ketarampilan
Merumuskan jawaban
sementara terhadap
masalah
Guru mengorgaisasi
siswa dalam belajar,
membantu siswa dalam
menemukan masalah
dan merancang
kegiatan penyelidikan
Guru membimbing
pelatihan
Menguji hipotresis
Guru mengecek
pemahaman dan
memberi umpan kalik
Merencanakan dan
melakukan
penyelidikan
Guru memberikan
kesempatan
penerapan melakukan
latihan lanjut
Guru membantu
susiswa secara
individual atau
kelompok dalam
melak-sanankan
penyelidikan
Kelas X6 dengan
Strategi Kooperatif
GI
Kelompok siswa
mengidentifikasi
topik-topik yang akan
dilakukan
investigasinya
Kelompok siswa
merancang kegiatan
investigasi
kelompok siswa
melakukan kegiatan
investigasi
Perencanaan laporan
Membuat simpulan
Siswa
mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Memberlakukan
simpulan
Presentasi laporan
Evaluasi
Siswa melakukan
refleksi dan evaluasi
proses pemecahan
masalah
Untuk melatih kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran GI,
PBL, dan Inkuiri, siswa dilatih untuk mengemukakan ide-ide inovatif dan
orisinil yang dituangkan dalam bentuk-bentuk mengangkat masalah,
memberikan jawaban sementara (hipotesis) terhadap masalah yang
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
506
diangkat, menyusun rencana investigasi maupun dalam melaksanakan
investigasi guna memecahkan masalah-masalah, dan menyajikan data.
Dalam model pembelajaran tradisional (DI), LKS yang diberikan adalah
LKS dengan bentuk yang biasa diberikan oleh guru saat ini, yaitu LKS
yang berupa “resep” yang harus diikuti oleh siswa tahap demi tahap.
Ada dua alat evaluasi (alat pengumpul data) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif adalah sebagai berikut. Yang
pertama adalah poprtofolio. Melalui portofolio diukur kemampuan
berkreasi siswa melalui penulisan jurnal belajar, kemampuan mengangkat
masalah, kemampuan memberikan jawaban sementara (hipotesis),
merencanakan kegiatan penyelidikan, melaksanakan penyelidikan, dan cara
menyajikan data hasil penyelidikan. Untuk memberikan skor terhadap
komponen-komponen tersebut dibuatkan rubrik. Yang kedua adalah tes
tulis dengan bentuk tes Structured of the Observed Learning Outcome
(SOLO) Taxonomy dari Collis and Davey (1986). Dalam tes ini, kreativitas
siswa dinilai melalui kemampuannya dalam mengangkat masalah, dan
merencanakan kegiatan pemecaham masalah yang diajukan. Untuk
memberikan skor terhadap tes tulis ini dibuatkan rubrik. Pengumpulan data
dilakukan melalui pretes, yaitu dengan tes tulis, postes, dan portofolio.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis kovarian univariat (Anacova), dilanjutkan dengan uji beda LSD.
Kovariat dalam analisis ini adalah hasil pretes. Sebelum dilakukan analisis
data dengan stratistik Anacova, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi
sebagai persyaratan uji Anacova, yaitu uji normalitas data dan uji
homogenitas varian antarkelompok. Analisis data dibantu dengan program
SPSS for Windows pada taraf signifikansi 5%.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
507
Deskripsi umum rata-rata skor semua variabel terikat ini
menggunakan pedoman konversi skor absolut skala lima, yaitu A, B, C, D,
dan E. Pedoman konversi nilai ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman Konversi Skor Rata-Rata Hasil Penelitian
No.
Tingkat Penguasaan
Nilai
Katagori
1.
85% - 100%
A
Sangat Baik
2.
70% - 84%
B
Baik
3.
55% - 69%
C
Sedang
4.
40% - 45%
D
Kurang
5.
0% - 39%
E
Sangat kurang
Diadaptasi dari Buku Pedoman Studi IKIP Negeri Singaraja (2002: 32)
3. Hasil Dan Pembahasan
Rata-rata persentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif
disajikan dalam Tabel 3 dan dituangkan dalam histogram pada Gambar 3.
Tabel 3. Rata-Rata Prosentase Keberhasilan Semua Kelompok Siswa
Variabel
Rata-rata prosentase keberhasilan
Kelompok GI
Kemampuan
73,57%
Kelompok
Kelompok
Kelompok
PBL
Inkuiri
DI
75,03%
74,48%
55,05%
berpikir kreatif
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
508
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
80
70
60
50
Rata-Rata
40
Skor
30
20
10
0
73.57
75.03
74.48
55.05
A
B
C
D
Strategi Pembelajaran
Gambar 1. Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Keterangan : A: Strategi Kooperatif GI, B: Strategi PBL, C: Strategi Inkuiri, dan
D: Strategi DI
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok siswa yang
belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi
Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan
model DI berda pada katagori sedang. Hasil uji statistik kelompok siswa
yang belajar dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatklan kemampuan
berpikir kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi
Koopearif GI, PBL, dan Inkuiri, secara signifikan memiliki kemampuan
berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang
diajarkan dengan model DI.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
509
Strategi pembelajaran inovatif yang diterapkan dalam penelitian ini,
yaitu Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri, dasarnya adalah inkuiri. Kegiatan
belajar siswa dalam pembelajaran ini adalah, siswa mengangkat masalah,
merumuskan masalah, mengajukan jawaban sementara, merancang
kegiatan investigasi untuk menjawab masalah atau menguji hipoetsis,
melakukan investigasi, menyusun laporan, dan diakusi kelas, sehingga
ketiga strategi ini tidak tidak mengakibatkan ada perbedaan dalam melatih
kemampuan berpikir kreatif siswa. Peranan guru dalam pembelajaran ini
adalah sebagai fasilitator, pembimbing, dan membatu siswa dalam belajar.
Kegiatan belajar sepenuhnya dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajarannya, siswa dituntut dan dilatih untuk berkreasi, memunculkan
ide-ide yang orisinil dalam merancang dan melaksanakan penyelidikan
sesuai materi pelajaran yang dipelajarinya.
Hal-hal yang dapat dikembangkan dalam melatih keterampilan
berpikir kreatif, adalah berikut ini. (1) Dalam menetapkan masalah, siswa
dituntut untuk mengangkat masalah yang spesifk, menarik, dan dapat
dilakukan penyelidikannya. (2) Pada saat siswa merancang tahap-tahap
pelaksanaan penyelidikannya, siswa berkreasi menyusun langkah-langkah
penyelidikan, yakni langkah-langkah yang disusun ini memenuhi kreteria:
orisinil hasil kerasi kelompok belajarnya, memenuhi syarat ilmiah, harus
dapat dilaksanakan, disesuaikan dengan fasilitas, sumberdaya, dan waktu
yang tersedia. Menyusun rancangan pelaksanaan penyelidikan seperti itu
bukan merupakan sesautu yang mudah. Kegiatan ini benar-benar
memerlukan pemikiran yang kreatif. (3) Dalam melaksanakan
penyelidikan, siswa dituntut mengembangkan teknik dan taktik agar
penyelidikannya dapat dilaksanakan dengan baik. Tentu dalam hal ini
diperlukan keterampilan berpikir. (4) Pada awal pembelajaran, guru tidak
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
510
menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah. Siswa diberikan
kebebasan menggali sendiri konsep-konsep yang ada di dalam buku untuk
menunjang penyelidikannya. Guru menjelaskan konsep-konsep yang sulit,
memperbaiki miskonsepsi, dan meberikan pengayaan pada saat diakusi
kelas. (5) Siswa dituntut menyajikan hasil penyelidikannya, seperti dengan
berbagai bentuk tabel, grafik, dan lain-lainnya.
Apa yang ditemukan dalam penelitian ini mendukung apa yang
dikemukakan atau ditemukan sebelumnya oleh para pakar berikut ini. (1)
Rofi’udin (2000) menemukan dalam penelitiannya melatih kemampuan
berpikir kritis-kreatif siswa SD, bahwa kegiatan pembelajaran yang
memberikan kebebasan kepada siswa dalam menentukan topik/masalah
yang dibahas yang terkait dengan materi yang dipelajari, mengajukan
gagasan-gagasan dalam suasana saling menghargai dan saling menerima
dapat mendorong siswa untuk berpikir divergen, dan melakukan eksplorasi,
Semua ini dapat melatih kemampuan berpikir kreatif siswa. (2) Baer (1993)
menemukan proses pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan
masalah (problem solving) dapat meningkatkan kecakapan berpikir kreatif
siswa. (3) Tien (1999) menemukan dalam penelitiannya pada mahasiswa
kimia dalam kegiatan laboratorium, bahwa strategi inkuiri dengan metode
eksperimen dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi mahasiswa.
(4) Underbakke (1993) menemukan dalam pembelajaran sains, bahwa
pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa dalam pemecahan masalah
melalui mengajukan masalah, menyajikan hipotesis, dan menguji hipotesis
dapat melatih kecakapan berpikir tingkat tinggi siswa. (5) Fogarty and
McTighe (1993) menemukan bahwa strategi kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis-kreatif siswa, karena melalui kerja sama yang
baik dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk menggali ide-ide
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
511
baru yang keratif, membahas berbagai informasi, dan saling berbagi
informasi. (6) Gagne (1980) mengemukakan kegiatan pemecahan masalah
(problem solving) dalam proses belajar dapat melatih kecakapan berpikir,
karena proses belajar ini memungkinkan menghasilkan cara pemecahan
yang baru, berpikir tidak konvensional, dan masalah yang diangkat dari
masalah yang ill-defined.
Hal yang berbeda terjadi dalam pembelajaran tradisional. Disini,
siswa selalu difasilitasi, diarahkan, dan yang lebih membunuh kreativitas
adalah bahwa LKS yang diberikan berupa “resep”, sehingga siswa secara
sambil bernyayi melakukan kegiatan dengan hanya mengikuti tuntunan
yang ada dalam resep tersebut. Dalam LKS tersebut telah secara rinci
dimuat tahapan-tahapan pelaksanaan penyedikan. Dengan mengikuti
tuntunan itu, siswa akan mencapai hasil sesuai harapan LKS. Guru
menyajikan konsep-konsep sebelum penyelidikan, sehingga penyelidikan
yang dilakukan oleh siswa lebih merupakan kegiatan untuk menguji
konsep-konsep yang telah dibahas sebelumnya. Proses belajar yang terjadi
adalah proses penuangan informasi dari guru kepada siswa, bukan siswa
menemukan apa yang dipelajari dan bukan pula siswa membangun
pengetahuannya. Dalam pembelajaran tradisional, kreativitas siswa sama
sekali tidak dikembangkan. Yang lebih dipentingkan adalah bagaimana
informasi itu sebanyak-banyaknya disampaikan kepada siswa.
4. Penutup
Dari hasil penelitian ini ditemukan beberapa hal. Kelompok siswa
yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi
Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif
berada pada katagori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
512
model DI berada pada katagori sedang. Kelompok siswa yang belajar
dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi Kooperarif GI,
PBL, dan Inkuiri, memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik
dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI.
Saran-saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah berikut ini.
(1) Para peneliti lain diharapkan untuk menggali dan mengembangkan
bentuk-bentuk strategi pembelajaran guna meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa, khususnya kecakapan berpikir kreatif. (2)
Peneliti lain diharapkan menggali dan mengembangkan bentuk-bentuk
asesment untuk mengukur kemampuan atau kecakapan berpikir tingkat
tinggi, khususnya berpikir kritis dan kreatif siswa. (3) Para guru hendaknya
merencanakan untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa,
khususnya berpikir kreatif melalui strategi-strategi pembelajaran inovatif,
antara lain dengan strategi Kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York:
McGraw-Hill.
Arends, R.I. 2004. Learning to Teach. New York: McGraw-Hill.
Arnyana, I.B.P. 2005. Pengembangan Perangkat Model Belajar
Berdasarkan Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta
Pengaruhnya terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem.
Disertasi (Tidak Dipublikasi). Malang: Universitas Negeri Malang.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
513
Baer, J. 1993. Craetivity and Divergent Thinking: A Task Spesific
Approach. London: Lawrence Elbaum Associates Publisher.
Collis, K.F., and Davey, H.A. 1986. A Technique for Evaluating Skills in
High School Science. Journal of Research in Science Teaching.
23(7): 651-663.
Degeng, N. S. 5 September 2003. Bisa Ciptakan Bangsa “Buruh”. Harian
Jawa Post. hlm. 30.
Dumas.A. 2003. Cooperative Learning Response to Diversity. California
Departemen
of
Education.
(Online)
http://www.cde.ca.gov/iasa/cooplrng2.html. Diakses 26 April 2003.
Fogarty, R. 1997. Problem Based Learning and Other Curicular Models for
Multiple Intellegences Classroom. New York: IRI/Skyligt Training
and Publishing, Inc.
Fogarty, R. and McTighe, J. 1993. Educating Teacher for Higer Order
Thinking: The Three-Story Intellect. Teory into Practice. 32(3);
161-169.
FPMIPA. 2002. Buku Pedoman Studi. Singaraja. IKIP Negeri Singaraja.
Gagne, R. M. 1980. Learnabel Aspect of Human Thinking. In A.E. Lawson
(Ed). Science Education Information Report. (hal. 1-28). New York:
The Eric Science, Mathematic, and Environmetal Education Clearni
House.
Germann, P. J. 1999. Developing Science Process Skils Through Direct
Inquiry. The American Biology Theacher. 53(4): 243-247.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between
Computer-Based Technology and Future Skill Sets. Educational
Technology. Desember: 14-22.
Hastings, David. 2001. Case Study: Problem-Based Learning and the
Active Classroom (Online).
http://www.cstudies.ubc.ca/facdev/services/newsletter/index/html.
Diakses 9 Maret 2003.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
514
Johnson, E. B. 2002. Contextual Teaching and Learning. Califorenia:
Corwin Press, Inc.
Jones, D. 1996. What Is Problem-Based Learning? The Californis State
University.
(Online).
http://edweb.sdsu.edu/clirt/learningtree/PBL/PBLedvantages.html.
Diakses 9 Maret 2003.
Keefer, R. 1999. Criteria for Designing Inquiry Activities that Are Effective
for Teaching and Learning Science Concepts. Journal College
Science Teacher. Januari: 159-165
Konberg, J.K. and Griffin, M. S. 2000. Analysis Problem--- A Means to
Developing Student’ Critical-Thinking Skills: Pushing the
Boundaries of Higher-Oder Thinking. Journal College Science
Teacher (JCST). 24(5): 348-352.
Krulik, S. and Rudnik, J. A. 1996. The New Source Book Teaching
Reasioning and Pbroblem Solving in Junior and Senior Hig School.
Massachusets: Allyn & Bacon.
Lawson, A. E. 2000. The Generality of Hypotetico-Deductive Reasoning:
Making Scientific Thinking Explicit. The American Biology
Teacher. 62(7) September 2000. p. 482-495.
Marzano, R. J. et al. 1988. Dimention of Thinking A Frame Work for
Curriculum and Instruction. Virginia: Assosiation for Supervision
and Curriculum Development.
Oates, K.K. (2002). Inquiry Science: Case Study in Antibiotic Prospecting.
The American Biology Teacher 64(3): 184-187.
Parkins, D.N. 1995. What Creative Thinking Is. Costa, A.L. (Ed).
Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking. (hlm.
58-61) Alexandra, Virginia: Assosiation for Supervisions and
Curriculum Development (ASCD).
Rindell, A. J. A. 1999. Applying Inquiry-Based and Cooperative Group
Learning Strategies to Promote Critical Thinking. Journal of
College Science Teaching (JCST) 28(3): 203-207.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
515
Rofi’uddin, A. 2000. Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif Untuk
Siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni 1(28) Pebruari :
72-94.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice.
2nd Ed. London: Allyn and Bacon.
Tejada, C. 2002. Define and Describe Cooperative Learning. (Online).
http://condor.admin.ccny.cuny.edu /-eg9306candy%20research.htm.
Diakses 26 April 2003.
Tien, L. T. et al. 1999. The More Thinking Frame: Guiding Students’
Thinking in The Laboratory. Journal College Teacher. March/April.
28(5): 318-324.
Trilling, B. and Paul Hood. 1999. Learning, Technilogy, and Education
Reform in the Kowledge Age. Educational Technology. Juni-Mei:
5-18.
Tuckman, B. W. 1999. Conducting Educational Research. 5th Edition. New
York: Harcourt Brace College Publeshers.
Underbakke, M. et al. 1993. Researching and Developing The Knowledge
Based for Teaching Higer Order Thinking. Teory Into Pactce. 32(3):
138-146.
Wheeler, S. 2002. Dual-Mode Delivery of Problem-Based Learning: A
Constructivist Persfektif. (Online)
http://searchyahoo.com/search?p=problem+based+learning.
Diakses 9 Maret 2003.
________________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
Download