PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN

advertisement
ISSN 0215 - 8250
534
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN
MENGGUNAKAN MODUL BERORIENTASI SIKLUS BELAJAR
DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DI SMA
oleh
Desak Made Citrawathi
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan pembelajaran
biologi dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul
berorientasi siklus belajar dan mengetahui pengaruh implementasinya
terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian
pengembangan dan eksperimen dengan rancangan Randomized PosttestOnly Control Group Design, yang melibatkan 84 siswa kelas II SMA
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Data tentang pengetahuan awal dan
prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes, dan respon
siswa serta guru dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Perbedaan
rerata skor prestasi belajar antara siswa yang menggunanan modul
berorientasi siklus belajar dan yang tidak (konvensional) dianalisis dengan
uji-t, dan respon siswa serta guru dianalisis secara deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) siswa telah memiliki pengetahuan awal
yang bervariasi terkait dengan materi sistem koordinasi (saraf, indera, dan
hormon), (2) modul berorientasi siklus belajar yang dikembangkan dinilai
layak sebagai media edukatif dalam pembelajaran biologi di SMA, (3)
prestasi belajar siswa yang menggunakan pendekatan konstruktivistik
dengan modul berorintasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan cara konvensional, dan (4) secara umum respon siswa dan
guru terhadap pembelajaran biologi menggunakan modul berorientasi siklus
belajar adalah positif atau baik.
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
535
Kata kunci : pendekatan konstruktivistik, modul berorientasi siklus belajar
ABSTRACT
This main purpose of this research involved the development of
biology instruction based on constructivist approach by implementing
learning cycle oriented module, as well as to find out how it influenced
towards students academic achievement. This was a development and
experimental study based on the randomized post-test only controlled group
design. The subjects were the students of grade II of SMA Laboratorium
IKIP Negeri Singaraja with the total number of 84 individuals. The data
involving about the prior knowledge and the academic achievement were
collected by using achievement test, whereas those of the students and
teachers’ responses were collected by using quesionnaire. The different
means of students academic achievement between those using learning
cycle oriented modulus and those working in conventional classes was
analyzed by using t-test and student’s responses were analyzed
descriptively. This results showed that (1) the student’s had a prior
knowledge of coordination system, (2) the learning cycle oriented modules
could propely be used as an education media in biology learning at SMAs,
(3) the academic achievement of students learning based on the
constructive approach was better than those learning in conventional
classroom, (4) generally the students and the teachers responses were good
and positive
Key word: constructivist approach, learning cycle oriented module
1. Pendahuluan
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia
dalam hal ini, Departemen Pendidikan Nasional untuk meningkatkan
kualitas pendidikan pada umumnya dan IPA pada khususnya. Namun
hasilnya belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil ujian semester dan hasil ujian akhir yang dicapai
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
536
siswa yang umumnya relatif masih rendah. Berdasarkan kenyataan ini,
tampaknya masih diperlukan berbagai upaya inovatif untuk meningkatkan
kualitas pendidikan kita, baik yang menyangkut sumber daya manusianya,
sarana prasarana, kurikulum, maupun proses pendidikan itu sendiri.
Salah satu yang menentukan hasil belajar adalah proses
pembelajaran. Hasil belajar siswa belum optimal, jika dalam proses
pembelajaran model pembelajaran yang dianut para guru didasarkan pada
asumsi tersembunyi bahwa “pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh
dari pikiran guru ke pikiran siswa”. Asumsi seperti ini menyebabkan
selama proses pembelajaran para guru memfokuskan diri pada upaya
penuangan pengetahuan ke kepala siswanya dengan tidak terlalu
memperhatikan pengetahuan awal siswa.
Secara alamiah, siswa (pebelajar) mengamati berbagai fenomena
atau gejala alam di lingkungannya. Siswa mencoba menafsirkan dan
mengembangkan konsep-konsep yang sesuai dengan domain pengetahuan
mereka. Dengan demikian, siswa datang ke sekolah tidak dengan kepala
kosong, tetapi mereka membawa konsepsi yang mereka gunakan untuk
belajar di kelas. Siswa telah memiliki gagasan-gagasan tentang konsep
biologi sebelum mereka memasuki kelas juga ditemukan dari hasil
penelitian Citrawathi (2000), dan temuan-temuan peneliti sebelumnya.
Disamping itu, dari hasil penelitian juga diperoleh informasi bahwa
pengetahuan awal siswa menentukan kemungkinan pembelajaran baru
(Nur, 2000). Pengetahuan awal yang dimiliki siswa kadang-kadang tidak
sesuai dengan pandangan ilmuawan atau pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) dan para pakar menyebutnya dengan berbagai istilah seperti
konsepsi naif (naïve conceptions), miskonsepsi (misconceptions) dan
alternate conceptions. Jadi, siswa mungkin datang ke kelas dengan
membawa miskonsepsi. Siswa perlu disadarkan akan adanya bukti-bukti
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
537
ilmiah dan pemikiran rasional yang dapat mempertanyakan kesahihan
konsep yang mereka miliki. Dengan kata lain siswa perlu “melihat’ secara
logis bagaimana bukti-bukti mendukung konsep ilmiah dan menentang
miskonsepsi. Agar proses belajar siswa berlangsung dengan baik, maka
siswa perlu “menghapus” lebih dulu miskonsepsi yang mereka miliki
tentang suatu konsep biologi, dan menggantikannya dengan konsep yang
sahih secara ilmiah.
Kebanyakan kegagalan siswa dalam belajar
disebabkan oleh konsepsi naif siswa (Waras, 1997). Oleh karena itu, perlu
diupayakan suatu strategi pembelajaran yang dapat menanggulangi
miskonsepsi siswa.
Menurut pandangan kontruktivisme, pengetahuan dibangun sendiri
oleh pebelajar (siswa) yang didasarkan pada struktur kognitif yang telah
ada sebelumnya pada diri pebelajar. Struktur kognitif itu ada dalam wujud
“priorknowledge”. Jadi, dalam proses pembelajaran, pebelajar sendirilah
yang aktif membangun pengetahuannya, sedangkan guru hanya berperan
sebagai mediator dan fasilitator yang kreatif. Agar dapat berperan sebagai
mediator dan fasilitator dalam proses pengonstruksian pengetahuan oleh
pebelajar itulah seorang guru seyogyanya mengetahui profil pengetahuan
awal yang dimiliki siswa.
Dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan
pendekatan
konstruktivistik, seorang guru perlu menginvertarisir dan mengidentifikasi
konsepsi-konsepsi siswa, kemudian merencanakan suatu strategi
“conceptual change” yang tepat dalam rangka mengonstruksi pengetahuan
siswa menjadi pengetahuan ilmiah.
Strategi pembelajaran yang
direncanakan adalah yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
memeriksa tepat tidaknya konsepsi mereka melalui argumentasi dan
refleksi mengenai alasan-alasannya. Lebih lanjut, siswa juga diberi
kesempatan untuk memperoleh konsep yang lebih tepat melalui diskusi dan
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
538
argumentasi mengenai konseps yang berasal dari siswa-siswa lain. Salah
satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk menerapkan model
pembelajaran yang demikian adalah siklus belajar.
Secara umum, siklus belajar dideskripsikan sebagai suatu model
pembelajaran yang berpusat pada kegiatan penyelidikan sebelum
pengenalan konsep ilmiah tertentu. Siklus belajar memiliki tiga tahapan,
yaitu eksplorasi, pengenalan istilah, dan penerapan atau aplikasi konsep
(Lawson, 1988). Pada tahap eksplorasi, pebelajar belajar suatu situasi
baru melalui aksi dan reaksi. Umumnya mereka mengeksplorasi gejala
baru dengan bimbingan minimal. Dalam tahap eksplorasi, pebelajar
mempunyai kesempatan untuk membahas ide-ide yang betentangan atau
yang kurang tepat, mengidentifikasi dan menemukan pola-pola yang ada
pada gejala yang diselidiki. Tahap kedua, pengenalan istilah (konsep)
baru, dapat dilakukan oleh pengajar secara langsung atau melalui buku teks,
film, dan sumber belajar yang lain. Siklus ketiga siklus belajar, adalah
penerapan atau aplikasi konsep. Pada tahapan ini pebelajar menerapkan
istilah baru dan atau pola berpikir barunya ke contoh-contoh atau masalah
lainnya.
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA
menunjukkan bahwa bahan ajar maupun buku paket yang digunakan oleh
siswa dan buku pegangan guru belum disusun dengan berorientasi siklus
belajar. Dalam proses pembelajaran, guru biologi umumnya belum optimal
memanfaatkan konsepsi awal siswa (pebelajar) dan lebih banyak memberi
tahu dari pada memberikan bagaimana cara mencari tahu (menemukan
konsep dan prinsip biologi) dalam rancangan pembelajaran maupun
implementasi program pembelajarannya di kelas. Hal ini mungkin
merupakan salah satu penyebab mengapa siswa yang telah belajar tentang
biologi masih mengalami miskonsepsi, yang pada akhirnya akan
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
539
mempengaruhi hasil belajar mereka. Penggunaan bahan ajar yang disusun
berorientasi siklus belajar diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses
pembelajaran yang pada akhirnya akan bermuara pada hasil belajar yang
menjadi lebih baik.
Berdasarkan atas permasalahan yang telah diuraikan di atas, perlu
dilakukan pengembangan pembelajaran yang dapat mengubah miskonsepsi
siswa menjadi konsep ilmiah, dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa
SMA. Untuk maksud tersebut akan dikembangkan suatu pembelajaran
dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus
belajar untuk mata pelajaran biologi di SMA Laboratorium IKIP Negeri
Singaraja.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dalam penelitian ini akan dikaji beberapa permasalahan berikut. (1)
Bagaimanakah konsepsi awal siswa mengenai konsep-konsep biologi di
kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (2) Apakah terjadi
miskonsepsi pada siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep biologi di
kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (3) Apakah terjadi
perubahan miskonsepsi siswa dengan pendekatan konstruktivistik
menggunakan modul berorientasi siklus belajar pada mata pelajaran Biologi
di kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. (4) Bagaimanakah
hasil belajar siswa dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan modul
berorientasi siklus belajar pada mata pelajaran biologi di kelas II SMA
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja? (5) Bagaimanakah respon siswa dan
guru mengenai pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik
menggunakan modul berorientasi siklus belajar?
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
540
2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: (1) tahap
pengembangan, (2) tahap uji coba, dan (3) tahap implementasi.
Tahap Pengembangan
Tahapan pengembangan pembelajaran biologi dengan pendekatan
konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar meliputi
enam tahapan, yaitu: (a) penetapan mata pelajaran (pokok bahasan), (b)
mengidentifikasi kurikulum, (c) menganalisis tujuan pembelajaran, (d)
mengembangkan butir tes, (e) mengembangkan strategi pembelajaran, dan
(f) menulis modul berorientasi siklus belajar. Dalam penelitian, ini pokok
bahasan yang disusun dalam bentuk modul berorientasi siklus belajar
adalah sistem koordinasi, yang terdiri dari tiga sub pokok bahasan yaitu
sistem endokrin (sistem hormon), sistem saraf, dan indera.
Modul yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah modul
berorientasi siklus belajar yang terdiri atas tiga bagian pokok, yaitu (1)
eksplorasi, (2) pengenalan konsep, dan (3) aplikasi konsep. Bagian
eksplorasi terdiri dari pendahuluan dan pertanyaan-pertanyaan yang
mengeksplorasi konsep-konsep atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh
siswa berkaitan dengan konsep biologi khususnya sistem koordinasi yang
akan dibahas, atau cara kerja (jika ada praktikum/eksperimen), dan
pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada konsep yang dibahas atau data
yang didapatkan pada eksperimen. Bagian pengenalan konsep berisi
ringkasan materi yang merupakan konsep-konsep penting pada sistem
koordinasi yang dilengkapi dengan gambar-gambar untuk memudahkan
pemahaman konsep yang diuraikan. Bagian aplikasi konsep terdiri dari
sejumlah permasalahan di mana siswa dapat menerapkan konsep yang telah
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
541
dipelajari dalam situasi baru atau pada permasalahan yang ada di
masyarakat.
Tahap Uji Coba/Riview
Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah prototipe model
pembelajaran dapat digunakan oleh siswa maupun guru. Hasil uji coba ini
akan dipakai untuk merevisi prototipe model pembelajaran. Pelaksanaan
uji coba prototipe model pembelajaran dilakukan kegiatan awal
pengembangan dan uji coba di kelas.
Subjek uji coba adalah dosen Jurusan Pendidikan Biologi, guru, dan
siswa biologi kelas II SMA Laboratorium IKIP Negeri Singaraja. Data
hasil uji coba dapat merupakan data kualitatif yang berupa tanggapan dan
saran perbaikan, dan data kuantitatif berupa hasil penilaian dosen dari
Jurusan Pendidikan Biologi, siswa, dan guru biologi kelas II SMA
Laboratorium IKIP Negeri Singaraja.
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa angket
tanggapan guru dan siswa, serta angket penilaian modul berorientasi siklus
belajar. Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif.
Tahap Implementasi
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran yang
dikembangkan, dilakukan eksperimen. Dalam eksperimen ini, ada dua
macam variabel, yaitu (a) variabel eksperimen (treatment variabel) berupa
pemberian strategi pembelajaran biologi menggunakan pendekatan
konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar pada kelompok
(kelas) eksperimen, dan (b) variabel noneksperimen merupakan variabel
pembanding berupa strategi pembelajaran biologi secara konvensional yang
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
542
diberikan pada kelompok (kelas) kontrol. Tahapan pembelajaran yang
dilakukan pada kelompok eksperimen adalah seperti pada Tabel 01 berikut.
Tabel 01. Sintaks pembelajaran dengan model siklus belajar
Tahap
Tingakah Laku Guru/Siswa
Tahap 1
Guru: Mengeksplorasi gagasan siswa tentang konsep biologi
Eksplorasi
Siswa : Aktif dan memanipulasi materi
Tahap 2
Pengenalan Konsep
Guru: Memperkenalkan suatu konsep dengan demonstrasi dan
diskusi informasi
Siswa: Berpartisipasi secara mental dan sosial
Tahap 3
Aplikasi Konsep
Guru: Memberikan situasi baru atau masalah
Siswa: Mencari solusi atau jawaban dari masalah yang diberikan
sesuai dengan konsep atau prinsip biologi
Diadaptasi dari Carin (1993)
Pada kelompok konvensional dilakukan pembelajaran dengan
menggunakan lembaran kerja siswa (LKS), dan kemudian dilanjutkan
dengan mendiskusikan hasil kerja siswa serta menginformasikan konsepkonsep biologi yang menjadi tujuan pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran tidak digunakan modul berorientasi siklus belajar.
Disain eksperimen yang digunakan adalah The Postest-Only Control
Group Design dengan gambar bagan seperti berikut.
Kelompok
Kelompok eksperimen (R)
Kelompok Kontrol (R)
Perlakuan
Pasca-uji
X
T
-
T
R
Gambar 1. Randomized Post-Only Control-Group Design
T (pasca-uji) untuk menyatakan rerata prestasi belajar sesudah pembelajaran
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
543
Keterangan :
X
(perlakuan)berupa strategi pembelajaran biologi menggunakan
konstruktivistik dengan Modul berorientasi silus belajar
pendekatan
-
(tanpa perlakuan) berupa strategi pembelajaran biologi secara konvensional (tanpa
modul berorientasi siklus belajar)
Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMA Laboratorium IKIP
Negeri Singaraja pada semester II dengan melibatkan siswa kelas II. Kelas
yang digunakan sebagai sampel adalah kelas II-3 sebagai kelas kontrol
dengan jumlah siswa 42 orang dan II-1 sebagai kelas eksperimen dengan
jumlah siswa 42 orang. Kelas yang digunakan sebagai sampel ditentukan
secara random.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut. (1) Pengetahuan awal siswa dengan menggunakan
tes yang diberikan pada awal pembelajaran atau pada tahapan eksplorasi.
(2) Prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes prestasi
belajar. (3) Respon guru dan siswa tentang pembelajaran biologi
dikumpulkan dengan menggunakan modul berorientasi siklus belajar
dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner.
Untuk membandingkan signifikansi perbedaan rerata prestasi
belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran menggunakan
pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar dan
rerata prestasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran
konvensional, dengan dilakukan pengujian secara statistik dengan uji-t
menggunakan program SPSS versi 10.
Di samping itu, profil hasil belajar siswa dibandingkan dan
dianalisis secara deskriptif. Untuk mengkategorikan hasil belajar siswa
tersebut, dibuat skala berikut ini.
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
544
Nilai 85-100 digolongkan sangat baik
Nilai 70-84,9 digolongkan baik
Nilai 55-69,9 digolongkan sedang
Nilai 40-54,9 digolongkan kurang
Nilai 00-39,9 digolongkan sangat kurang (Depdikbud, 1996)
Data pengetahuan awal siswa dan respon siswa ataupun guru
tentang pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik menggunakan
modul berorientasi siklus belajar dianalisis secara deskriptif dan
dideskripsikan secara naratif.
Hasil penilaian dosen, guru, dan siswa terhadap modul berorientasi
siklus belajar, dan respon guru dan siswa terhadap model pembelajaran
yang diterapkan dianalisis dengan menggunakan skala sebagai berikut.
Nilai 1 adalah kurang membantu/kurang
Nilai 2 adalah cukup membantu/sedang
Nilai 3 adalah membantu/baik
Nilai 4 adalah sangat membantu/baik sekali
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian yang dilaporkan meliputi dua hal, yaitu (a) hasil
pengembangan, dan (b) hasil implementasi model pembelajaran.
a) Hasil Pengembangan
Pengembangan pembelajaran adalah suautu proses yang sistematik
dalam mengidentifikasi masalah, mengembangkan bahan dan strategi
pembelajaran, serta mengevaluasi efektivitas dan efisiensinya dalam
mencapai tujuan pembelajaran (Suparman dan Purwanto, 1997). Metode
pengembangan model pembelajaran biologi dengan pendekatan
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
545
konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar diadaptasi
dari Dik and Carey. Prosedur pengembangan dilaksanakan dengan
melibatkan ahli isi pembelajaran (dosen dan guru biologi SMA) dan siswa
pemakai produk. Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap
yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang
disusun untuk membantu pebelajar mencapai sejumlah tujuan yang
dirumuskan secara khusus dan jelas. Sebuah modul dapat dirancang
berorientasi pada pebelajar dengan alokasi waktu tertentu, apakah satu jam,
atau satu hari, atau seminggu, atau lebih tergantung pada keluasan topik
yang dibicarakan (Degeng, 1997).
Hasil pengembangan yang dilaporkan dalam penelitian ini meliputi
(1) hasil analisis data penilaian modul berorientasi siklus belajar oleh ahli
isi pembelajaran (dosen dan guru), (2) hasil analisis data uji coba kepada
siswa secara perorangan, dan (3) hasil analisis uji coba kepada siswa secara
kelompok.
Ahli isi pembelajaran (dosen dan guru) dan uji coba pada siswa
memberikan penilaian untuk modul yang digunakan dengan kategori baik
dan amat baik, dengan rerata nilai 3,29 – 3,62. Akan tetapi, komponenkomponen tertentu dari modul masih perlu mendapatkan perhatian, apakah
dengan melakukan perbaikan atau memperhatikan komponen tersebut pada
saat implementasinya. Sebagai contoh, komponen alokasi waktu. Ketiga
penilai ahli memberikan nilai 3,0 (baik), belum 4,0 (sangat baik). Ini
berarti bahwa pada saat implementasi perlu diperhatikan strategi yang
ditempuh agar pemanfaatan waktu benar-benar optimal.
Penilaian dari siswa secara perorangan maupun kelompok,
menunjukkan modul berorientasi siklus belajar tersebut baik. Dengan
melakukan revisi sesuai dengan saran-saran yang disampaikan, modul
tersebut layak digunakan sebagai media edukatif baik untuk perorangan
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
546
maupun kelompok. Penilaian tim ahli dan siswa ini menunjukkan bahwa
modul untuk mata pelajaran biologi yang disusun berorientasi siklus belajar
layak digunakan dalam proses pembelajaran biologi di SMA. Dengan
modul berorientasi siklus belajar ini, pembelajaran dengan pendekatan
konstruktivistik dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
b) Hasil Implementasi
Hasil implementasi model pembelajaran yang dilaporkan, antara
lain : (1) profil pengetahuan awal siswa, (2) ) perubahan miskonsepsi yang
dialami siswa, (3) deskripsi proses pembelajaran dan aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran, (4) respon siswa terhadap model pembelajaran
yang diimplementasikan, dan (5) hasil belajar siswa.
Hasil tes menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa tentang
sistem koordinasi bervariasi dan masih tergolong dalam kategori sedang
dengan rata-rata 62,10 (simpangan baku 7,36) untuk kelompok kontrol, dan
rata-rata 63,79 (simpangan baku 6,89) untuk kelompok eksperimen. Dari
hasil tes awal itu juga terungkap bahwa sejumlah siswa mengalami
kesalahan konsep pada konsep-konsep tertentu pada sistem koordinasi.
Melalui pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik menggunakan
modul berorientasi siklus belajar diharapkan kesalahan konsep siswa dapat
diperbaiki. Belajar menurut pandangan konstruktivis adalah proses aktif
sehingga dalam pembelajaran biologi perlu diupayakan agar pebelajar dapat
mengkonstruksi pengetahuan yang diperolehnya dengan memperhatikan
pengetahuan awal yang dimiliki pebelajar. Jika pengetahuan awal tersebut
tidak sesuai dengan konsep ilmiah, maka perlu diklarifikasi melalui
kegiatan observasi, eksperimentasi, atau konflik kognitif. Pebelajar
membangun pengetahuan dari kegiatan, refleksi, dan interpretasi serta
pemahaman sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Dengan demikian,
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
547
berarti bahwa pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk melayani
keperluan pebelajar, dan pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator
dan mediator yang kreatif (Bodner, 1986).
Modul yang disusun
berorientasi siklus belajar, diharapkan dapat membantu proses belajar
pebelajar (siswa) yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar
mereka. Dengan siklus belajar, guru dapat memaksimalkan proses belajar
siswa karena pada tahapan eksplorasi guru dapat mengetahui profil
pengetahuan awal siswa, dan dengan mengetahui profil pengetahuan awal
tersebut guru dapat menentukan strategi yang paling tepat untuk membantu
siswa mengontruksi pengetahuannya pada tahap pengenalan konsep. Pada
tahap aplikasi konsep, siswa diberi kesempatan memantapkan
pemahamannya melalui latihan pemecahan masalah atau menemukan solusi
dari suatu masalah nyata yang ada di sekitarnya. Dengan demikian, siswa
akan menjadi lebih memahami konsep-konsep yang dipelajarinya.
Respon siswa terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan menyatakan bahwa penggunaan modul berorientasi siklus belajar dapat
membantu siswa dalam mengubah miskonsepsinya dan memperoleh konsep
sistem koordinasi yang benar, memudahkan mempelajari konsep sistem
koordinasi dan mengaplikasikan konsep tersebut, memotivasi untuk belajar
lebih awal, memanfaatkan pengetahuan awal yang mereka miliki,
menjadikan mereka lebih aktif dalam pembelajaran, dan mendidik mereka
untuk belajar mandiri.
Penilaian terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa
kegiatan guru pada tahap eksplorasi tergolong baik-sangat baik (3,00 –
4,00), dan kegiatan siswa tergolong baik dengan nilai 3,00. Kegiatan siswa
yang mendapat nilai 3,00 menunjukkan bahwa kemampuan siswa secara
umum dalam berdiskusi dan menyampaikan gagasan perlu dilatih secara
terus-menerus. Demikian juga halnya dengan kemampuan siswa dalam
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
548
bertanya. Dalam pembelajaran, siswa yang lebih banyak bertanya dan
menyampakan gagasan adalah siswa yang mempunyai kemampuan yang
baik. Siswa yang mempunyai kemampuan sedang, perlu dilatih dalam
berdiskusi dan menyampaikan pendapat ataupun bertanya. Pada tahapan
pengenalan konsep, kegiatan guru diniliai baik-sangat baik (3,30 - 4,00),
dan kegiatan siswa dinilai sangat baik-sangat baik (3,3-3,7). Pada aplikasi
kosep, kegiatan guru dan siswa dinilai sangat baik dengan nilai 4,0 dan 3,7.
Antusiasme guru dan siswa selama proses pembelajaran dinilai baik (3,3).
Ini berarti secara keseluruhan proses pembelajaran biologi dengan
pendekatan konstruktivistik menggunakan modul berorientasi siklus belajar
dinilai baik, bahkan pada sejumlah aspek dinilai sangat baik.
Dalam pembelajaran menggunakan modul berorientasi siklus
belajar, siswa dapat menilai ketepatan konsep yang telah dimiliki melalui
eksperimen baik dengan media asli maupun tiruan (tidak asli), atau dengan
media gambar. Dari data yang didapatkan melalui percobaan, atau dari
hasil pengamatan diharapkan terjadi konflik kognitif pada diri siswa.
Melalui diskusi dan dibantu dengan literatur akhirnya siswa menyadari
kesalahan konsep yang dialaminya, dan menemukan sendiri konsep baru
yang tepat. Menurut Gabel (1994), penggunan siklus belajar dalam
pembelajaran sangat baik untuk mengidentifikasi dan memperbaiki
kesalahan konsep pada siswa.
Proses pembelajaran yang baik tentunya akan diikuti oleh
peningkatan hasil belajar. Dengan pengetahuan awal yang berkategori
sedang dan sejumlah kesalahan konsep, melalui model pembelajaran ini
hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan nilai rata-rata 77,58
(simpangan baku 5,99). Di samping itu, kesalahan konsep yang terjadi pada
siswa dapat diperbaiki.
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
549
Hasil uji komparatif pascauji siswa pada kelas dengan
menggunakan modul berorientasi siklus belajar dengan yang tidak (secara
konvensional) menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05). Prestasi
hasil belajar siswa yang menggunakan modul berorientasi siklus belajar
lebih baik (rerata 77,58) dibandingkan siswa pada kelas konvensional
(rerata 70,20). Hasil belajar siswa yang menggunakan modul berorientasi
siklus belajar 93,02% memiliki nilai baik dan sangat baik, dan tidak ada
yang memiliki nilai kurang. Prestasi belajar sesuai dengan hasil observasi
terhadap kegiatan pembelajaran dan penilaian siswa terhadap model
pembelajaran yang diterapkan.
4. Penutup
Berdasarkan atas hasil penelitian dan analisis data, dapat dibuat
beberapa simpulan berikutini. (1) Siswa telah memiliki pengetahuan awal
yang bervariasi terkait dengan materi sistem koordinasi (sistem saraf,
indera dan hormon). (2) Modul berorientasi silkus belajar yang
dikembangkan dinilai layak sebagai media edukatif dalam pembelajaran
biologi di SMA, khususnya untuk materi sistem koordinasi. (3) Prestasi
belajar siswa menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul
berorientasi siklus belajar lebih baik dibandingkan dengan cara
konvensional (tidak menggunakan modul berorientasi siklus belajar). (4)
Secara umum respon siswa dan guru terhadap pembelajaran biologi
menggunakan pendekatan konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus
belajar adalah positif atau baik.
Berdasarkan temuan penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran
berikut ini. (1) Para guru biologi di SMA disarankan agar mencoba
mengimplementasikan model pembelajaran yang menggunakan modul
berorientasi siklus belajar sebagai inovasi dalam pembelajaran sains. (2)
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
550
Sebelum mengajarkan materi pelajaran yang baru, disarankan guru untuk
melakukan inventarisasi pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa
berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Pengetahuan tentang profil
pengetahuan awal siswa, akan memudahkan untuk memilih atau
menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar pengetahuan baru yang
akan diberikan mudah dikonstruksi oleh siswa. Di samping itu, kesalahan
konsep yang terjadi pada siswa dapat dideteksi secara dini dan dilakukan
upaya klarifikasi.
DAFTAR PUSTKA
Bodner, G.M, 1986. Contructivism: A Theory of knowledge. Journal of
Chemical Education, 63 (10)
Citrawathi, D.M, Md. Sutajaya, Pt. Budi Adnyana. 2000. Pengembangan
Model Pembelajaran Anatomi dan Fisiologi Manusia Manggunakan
Suplemen Bahan Ajar dan Siklus Belajar Berbasis SainsTeknologi-Masyarakat (STM) di Program Studi Biologi STKIP
Singaraja. Laporan Penelitian. Dibiayai oleh Proyek PGSM, IBRD
Loan No. 3979-IND
Carin, A. 1993. Teaching Modern Science, 6
Publishing Company.
th
ed. New York: Macmillan
Degeng, I.N.S. 1997. Penulisan Bahan Ajar: Modul Pembelajaran.
Makalah. Pelatihan Staf, Guru, dan Karyawan Sekolah Ciputra
Surabaya.
Gabel, D.L. 1994. Handbook of Research on Science Teaching and
Learning. A Project of The National Science Teachers Association.
New York: Macmillan Publishing Company.
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
ISSN 0215 - 8250
551
Lawson, A.E. 1988. Better Way to Teach Biology. The American Biology
Teacher, 50 (5) : 166-278
Nur, M. 2000. Strategi-strategi Belajar.
Matematika dan IPA Sekolah UNESA
Suparman A dan Purwanto.
Depdikbud
1997.
Surabaya.
Pusat Studi
Analisis Pembelajaran.
Jakarta:
Waras. 1997. Menuju pembelajaran yang Berperspektif Konstruktivis.
Jurnal Teknologi Pembelajaran, Teori dan Penelitian. Tahun 5 (1):
22-28
_______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 3 TH. XXXIX Juli 2006
Download