Taqwa - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Pendidikan
Agama Islam
TAQWA
Fakultas
Program Studi
Ekonomi dan Bisnis
Manajemen
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
10230
Lestiyani Inayah, SAg
Abstract
Kompetensi
Secara bahasa taqwa berarti hati-hati, ingat,
mawas diri
dan waspada. Akar Katanya
wiqayah. Banyak sekali ayat dalam AL-Qur’an
mengandung kata taqwa atau kata jadian
wiqayah. banyak orang mengartikan taqwa
dengan takut .Agaknya etimologi takut berasal
dari taqwa. Apabila taqwa kepada Allah
diartikan takut kepada Allah, ini adalah dalam
pengertian yang sempit, sebab sikap taqwa
kepada Allah bukanlah berunsurkan takut saja
tapi juga cinta, mesra, mendekatkan diri ,
patuh , taat dsb.memang ada patuh yang
disebabkan karena takut, tapi ada pula yang
karena cinta,
menghargai, atau karena
meyakini.
Pada akhir pertemuan ini mahasiswa
diharapkan Agar mengerti dan memahami
kedudukan taqwa,serta aplikasinya dalam
kehidupan,sehingga dapat memberikan
manfaat yang maksimal dalam kehidupan di
dunia dan akherat
Taqwa
Pengertian Taqwa
Secara bahasa taqwa berarti hati-hati, ingat, mawas diri
dan waspada. Akar Katanya
wiqayah. Banyak sekali ayat dalam AL-Qur’an mengandung kata taqwa atau kata jadian
wiqayah. banyak orang mengartikan taqwa dengan takut .Agaknya etimologi takut berasal
dari taqwa. Apabila taqwa kepada Allah diartikan takut kepada Allah, ini adalah dalam
pengertian yang sempit, sebab sikap taqwa kepada Allah bukanlah berunsurkan takut saja
tapi juga cinta, mesra, mendekatkan diri , patuh , taat dsb.memang ada patuh yang
disebabkan karena takut, tapi ada pula yang karena cinta,
menghargai, atau karena
meyakini, misalnya,seorang istri patuh menjalani tugas sebagai seorang istri,karena
cintanya terhadap suami.
Setiap mulim wajib takut kepada Allah, tapi bukan hanya takut melainkan karena cinta,
mendekatkan diri, taat dsb. Dengan demikian takut hanya merupakan salah satu unsur
dalam taqwa.
Maka taqwa dapat disalin dengan kata “ingat” dengan makna awas , hati-hati. yaitu menjaga
diri, memelihara keselamatan diri yang dapat diusahakan dengan melakukan yang baik dan
benar, menghindari yang jahat dan yang salah seperti yang dikehendaki oleh taqwa. Atau
dengan istilah lain
taqwa adalah menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan
menjauhkan segala yang dilarangNya.Menjalankan perintahNya adalah sesuai dengan
kadar kemampuan manusia (QS.AT-Taghabun : 16).
Sedangkan yang menyangkut dengan larangan adalah mutlak untuk dihindari, artinya tidak
ada alasan untuk tidak sanggup menjauhi larangan tersebut . Contohnya menunaikan puasa
adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan. Tetapi kalau dia dalam keadaan sakit dan
tidak sanggup menunaikan maka dia boleh meninggalkan puasa tersebut dan menggantinya
pada hari yang lain. Kemudian berbuat maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah
dan tidak ada alasan untuk tidak menghindarinya dalam arti dia mutlak untuk dihindari
Kedudukan Taqwa
Taqwa merupakan jenis perintah yang akan menyebabkan seseorang memperoleh
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat . Taqwa mempunyai nilai yang sangat penting
dan begitu besar karena dia merupakan tujuan dari segala kebaikan kepada Allah. Apalagi
di saat sekarang ini, yaitu pada saat manusia tenggelam dalam lumpur dosa , pada saat
manusia melalaikan Allah,pada saat kejahatan merebak dimana-mana dan kebaikan justru
`13
2
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dihalang-halangi. Maka manusia membutuhkan peringatan untuk membangunkan hati
manusia yang lalai dan menggugah akal yang sesat.
Di dalam AL-Qur’an banyak ayat yang menganjurkan agar kita menjadi manusia yang
bertaqwa. Untuk memahami taqwa AL-Qur’an memberikan penjelasan dan keterangan
tentang taqwa sebagai mana dalam Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 1-5 dapat dipahami
bahwa taqwa itu terdapat pada mereka yang beriman kepada yang Ghaib, seperti adanya
Allah, malaikat, hari akhirat dsb. Kemudian mereka yang melaksanakan pokok-pokok ibadah
seperti
shalat, puasa ,zakat dan haji. Lebih lanjut keterangan Al-Qur’an tentang taqwa
adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam Qs. Ali Imran :133-136.
Menurut ayat-ayat ini kriteria muttaqin (orang-orang yang taqwa) diantaranya adalah selalu
menuju kepada maghfiroh (ampunan)Allah, suka menafkahkan sebagian harta bendanya,
baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit,mampu menahan amarah, memaafkan
kesalahan orang, selalu memohon ampun apabila berbuat dosa dst.Penjelasan lain tentang
taqwa misalnya terdapat dalam Qs. Ali Imran: 76, Qs.Al-Maidah : 8 , Qs. At-Taubah: 9, Qs.
Yunus: 62-63. Keterangan – keterangan tentang taqwa berdasarkan pada ayat – ayat di
atas menegaskan bahwa taqwa itu adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim yang
merupakan buah dan hasil dari didikan – didikan ibadah, khususnya ibadah -ibadah pokok
sedang ibadah – ibadah adalah pancaran keluar daripada iman.
Maka dapatlah kita memahami bahwa taqwa itu adalah hasil dari ibadah kepada Tuhan,
karena tidak mungkin ada taqwa tanpa ada ibadah. Demikianlah Agama islam membina
kehidupan manusia, diawali
dengan tauhid, menebarkan iman dan aqidah yang
membuahkan amal ibadah dan amal shalih. Akhirnya amal ibadah yang dijiwai oleh iman
dan dipelihara terus menerus,menciptakan suatu sikap hidupmuslim yang bernama taqwa.
Manusia
yang
berhasil
mencapai
derajat
taqwa
kemudian
mempertahankannya
terus,dipandang sebagai manusia yang sukses ibadah nya yang kemudian memberikan
kenikmatan kepada manusia karena itu Allah menempatkan manusia taqwa sebagai
manusia paling mulia di sisi Allah (QS.Al-hujurat:13).
Taqwa dan aplikasinya Dalam kehidupan
Hubungan dengan Allah
Seseorang yang bertaqwa adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan
selalu menjaga hubungan denganNya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah
terus-menerus akan menjadi kendali dirinya
dapat menghindar dari kejahatan dan
kemungkaran dan membuat konsisten terhadap peraturan–peraturan Allah. Karena itu inti
ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Memelihara
`13
3
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan yakni
melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh(khusyuk) dan ikhlas.
Menjaga hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang
Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk-bentuk perilaku yang lahir dari pengendalian
diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya.
Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus dengan selalu
meningkatkan kualitas zikir ( ingat ) kepada Allah, sehingga Allah akan terasa begitu dekat.
Apabila ini telah terjadi wujud Allah kan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada
kesempatan untuk tidak melakasanakan perintah atau menjauhi laranganNya. islam
senantiasa menyeru kepada manusia agar menghambakan diri
kepada Allah,
menyandarkan diri kepada Allah, meminta bantuan dan pertolongan dariNya, dan mencari
ridho serta cintaNya. sebab Allah adalah sumber segala kebenaran, kemuliaan , kesucian ,
ketenangan , keharmonisan dan keselamatan. Segala aktivitas hidup manusia yang
ditujukan kepada Allah akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan.
Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang dikerjakan dengan berlandaskan
iman
dinilai sebagai ibadah. Dengan demikian, setiap manusia yang menghambakan
dirinya kepada Allah dan berbuat sebanyak-banyaknya kebajikan di dalam segala aspek
kehidupannya akan dinilai sebagi ibadah.
Dengan demikian instrument taqwa yang paling utama adalah iman yang diwujudkan melalui
kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kiprah
hidup secara konsisten kepada diin islam. Yakni dengan berpegang teguh dan berpedoman
secara utuh dan menyeluruh kepada Al Qur’an dan sunah Rasul
Hubungan dengan diri sendiri
Manusia adalah makhluk multidimensial artinya memiliki dimensi yang sangat banyak
meliputi susunan kodrati Jiwa dan raga, sifat kodrati individu dan sosial, kedudukan kodrat
makhluk yang mandiri ( bebas ) dan Makhluk Allah. Islam mengajarkan harmoni untuk
semua unsure tersebut. Manusia harus mampu mengembangkan potensi ruhaninya meliputi
kemampuan cipta, rasa, karsa dan iman, namun tidak boleh mengesampingkan hak atas
jasmaninya. Manusia tidak boleh hanya mementingkan diri ( egois ) tetapi harus memiliki
kepedulian sosial, manusia diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kebebasannya
namun tetap dalam batas-batas koridor aturan dan hukum-hukum Allah. Ketidakseimbangan
terhadap unsure-unsur tersebut dapat menimbulkan kesulitan dan bahaya dalam hidup
manusia.
`13
4
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Dalam hubungannya dengan diri sendiri, ketaqwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
a. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya,baik
perintah,larangan maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah dengan
ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar
perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik. Disini diperlukan kesabaran yang lahir
dalam diri sebagai ungkapan penerimaan dirinya terhadap perintah yang datang
padanya. Demikian pula sabar terhadap larangan Allah harus ada upaya mengendalikan
diri
agar larangan tersebut dapat dihindari. Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan
masalah sabarm antara lain : Qs. 3 : 18, 120,125,126, Qs. 4 : 24, Qs, Lukman : 18.
b. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah.
Tawakal
bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal kemudian hasilnya
diserahkan sepenuhnya kepada Allah yang menentukan. Lihat Qs. Hud : 56,77,123, Qs.
Al-Anfal : 50, Qs. Yusuf: 67, Qs. Mulk: 29
c. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama
manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih kepada apa yang telah
diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan
adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai keharusannya. Lihat : Qs. AlBaqarah : 52,56,152,158,Qs. An-Nisaa : 146, Qs. Ali Imran : 123,144 dsb.
d. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensi dari
komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran.
Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan
pengendalian dari sikap-sikap buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya,
sebagaimana disabdakan Rasulullah:”Bukanlah orang yang gagah berani lantaran dia
cepat melompati musuhnya di dalam pertempuran, tetapi orang yang berani ialah
orangyang bisa menahan dirinya dari kemarahan”(HR.Muslim).
Hubungan dengan sesama manusia
Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesame manusia. Orang yang
bertaqwa dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin
dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan
keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itulah orang yang bertaqwa akan
menjadi motor penggerak gotong royong an kerjasama dalam segala bentuk kebaikan dan
kebajikan.
Allah menjabarkan ciri-ciri orang yang bertaqwa dengan ciri perilaku yang berimbang antara
pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia. Firman Allah : “
Bukanlah kebajikan itu ( di dalam urusan ) kamu memalingkan muka kamu ke pihak timur
`13
5
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan baratm tetapi kebajikan itu ialah ( kebajikan ) orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan para nabi, dia mendermakan harta yang dia cintai
itu kepada keluarga dekat dan anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
terputus di perjalanan dan orang yang meminta, dan di dalam urusan menebus hambahamba, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyempurnakan janji apabila berjanji
dan sabar di waktu kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar
dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa “. ( Qs. Al-Baqarah : 172 ).
Pada ayat di atasAllah menerangkan bahwa di antara ciri-ciri orang bertaqwa ialah iman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat dan kitab-kitab Allah. Aspek-aspek tersebut
merupakan dasar keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa dan dasar
hubungan Allah dalam bentuk ubudiyah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan
kemanusiaan yaitu mengeluarkan harta dan menepati janji. Dalam ayat tersebut Allah
menggambarkan dengan jelas bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama
manusia diuraikan secara terperinci, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi
juga mengeluarkan harta benda diposisikan di antara aspek keimanan dan shalat. Setelah
mendirikan shalat dirangkaikan dengan perintah mengeluarkan zakat. Di dalam zakat
terkandung perhatian, kepedulian terhadap sesama khususnya kaum fakir miskin. Demikian
juga Allah menunjukkan bahwa kepedulian orang-orang yang bertaqwa terhadap saudara
sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan kondisi. Kesediaan untuk membantu
sesama akan selalu diwujudkan dalam keadaan senang ataupun sedih bahkan dalam
keadaan amarah dan teraniaya sekalipun. Firman Allah : “ Yaitu orang-orang yang
menderma di waktu senang dan susah, menahan amarah dan memaafkan manusia. Dan
Allah mengasihi mereka yang berbuat kebajikan “. ( Qs. Ali Imran : 314 ).
Firman-firman Allah di atas mengajarkan bahwa substansi ibadah kepada Allah, bukanlah
pemenuhan ibadah formal kepada Allah semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama
manusia dalam bentuk kesadaran untuk berbagi harta dan cinta atau kasih sayang, tolongmenolong, saling memaafkan, menepati janji dan menegakkan keadilan. Selain ayat-ayat
tersebut di atas, lihat juga : Qs. Ali Imran : 159,103, Qs.Al Baqarah : 270, Qs. Al- Anfal :
72,74, Qs. Al-Hajj : 40 dsb.
Hubungan Dengan Alam semesta dan Lingkungan Hidup
Taqwa ditampilkan pula dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan hidupnya.
Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah
alam semesta, sebagai subyek yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan
pemeliharaan kelestarian alam lingkungannya. Sebagai subyek yang mengelola alam
manusia akam memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya tanpa merusak dan
`13
6
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
membinasakannya. Alam dengan segala potensi yang ada di dalamnya diciptakan Allah
untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna untuk manusia. Alam
yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras
menggunakan segenap potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk mengelola
kekayaan alam menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya.
Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan dan berinteraksi
secara harmonis dengan alam. Alam bisa hidup dengan baik dan teratur tanpa kehadiran
manusia, namun tidak sebaliknya, manusia mustahil hidup tanpa keberadaan ala mini. Oleh
karena itulah manusia harus bertindak sebagai penjaga dan pemelihara alam, artinya
manusia harus mampu mengelola lingkungan alam untuk kesejahteraan hidupnya sekaligus
memberikan perhatian atas kelestarian alam agar tidak rusak dan musnah. Ini tersebut di
dalam firman Allah antara lain Qs. Al-A’raf : 56 dan 85. Fenomena kerusakan lingkungan
alam sekarang ini menunjukkan bahwa manusia jauh dari ketaqwaan. Manusia terus
mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperdulikan dampaknya di
masa yang akan datang. Berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan, pemanasan global dan lain-lain terjadi akibat ulah manusia. Kerusakan pada alam
hakekatnya juga kerusakan pada diri manusia itu sendiri. Manusia tidak dapat menempatkan
diri sebagai pemimpin dan penguasa bagi alam. Manusia ditunjuk sebagai khalifah fil –ardh
dalam rangka menjaga rantai keteraturan alam ini dan bukan justru merusaknya. Firman
Allah : “ Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena tangan-tangan
manusia , supaya Allah merasakan kepada mereka sebagai akibat dari perbuatan mereka,
agar mereka kembali ke jalan yang benar “ ( Qs. 30 : 41 ).
Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah rahmat dan karunia Allah yang harus
disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan memeliharanya
dengan sebaik-baiknya. Di samping nikmat Allah, alam semesta ini juga merupakan amanat
yang harus di pelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang
demikian itu akan menambah kadar dan kualitas nikmat yang akan diberikan Allah kepada
manusia. Tambahan nikmat itu hadir dalam bentuk nilai tambah bagi manfaat dari
lingkungan alam. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan
memperoleh azab yang menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini antara lain adalah
datangnya bencana alam yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan dan tindakan perusakan
alam lainnya.Firman Allah : “ Kalau kalian bersyukur., tentu Aku akan menambahkan nikmat
untukmu, tetapi apabila kamu kufur ( terhadap nikmat itu ), sesungguhNya azabKu sangat
pedih “ ( Qs. 14 : 7 ).
`13
7
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Usaha yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menjaga dan melestarikan alam ini antara
lain :
1. Melarang penebangan pohon-pohon secara liar
2. Melarang perburuan hewan-hewan secara liar
3. Mengaktifkan gerakan reboisasi
4. Membuat cagar alam dan suaka margasatwa
5. Melaksanakan konservasi tanah dan air
6. Melaksanakan budaya hidup bersih, hemat dalam penggunaan sumber daya alam.
7. Memberikan sanksi-sanksi tertentu kepada pelanggar-pelanggarnya.
Manfaat Iman dan Taqwa dalam Kehidupan
Keimanan dan ketaqwaan dalam diri manusia akan memberikan manfaat yang luar biasa.
Peran iman dan taqwa adalah sebagai nilai yang melandasi sekaligus menjadi tujuan,
mewarnai dan menjadi spirit bagi seluruh kehidupan manusia. Dalam konteks melandasi
dan menjadi tujuan, iman dan taqwa menjadi dasar pijakan serta sasaran yang hendak
dituju. Ibarat seperti bangunan, maka dasar atau pondasi sangat memberi peran bagi bentuk
dan kekuatan bangunan tersebut. Iman dan taqwa yang kuat akan menjadi control yang
sangat kuat bagi aktivitas manusia dan menjadi inspirasi bagi peningkatan kualitas hidup
manusia. Manusia yang bertaqwa akan senantiasa berusaha menjaga dirinya untuk tidak
terjerumus dalam perbuatan dosa sekaligus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk mengemban tugasnya dalam kapasitasnya sebagai abdillah sekaligus Khalifah Allah.
Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjabarkan tentang manfaat yang akan diperoleh bagi
seseorang yang bertaqwa. Di antara manfaat itu adalah :
a. Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitan yang dihadapi manusia. Firman
Allah : “ Barang siapa yang bertaqwa, maka Allah akan menunjukkan baginya jalan keluar
“ ( Qs. At- Thalaq : 2 ).
b. Allah hendak memberikan petunjuk kepada mereka yang bertaqwa. Firman Allah : “ Jika
kamu taqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan kepadamu pembedaan (
antara yang haq dan yang batil ) “ ( Qs. Al-Anfal : 29 ).
c. Allah akan menganugerahka rezeki dan nikmat kemakmuran. Firman Allah : “ Sekiranya
penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa kepada Allah, niscaya Kami akan
melimpahkan berkah kemakmuran dari langit dan bumi “. Qs. Al-A’raf : 96.
d. Allah akan memberikan ilmu pengetahuan, Lihat : Qs. Al-Baqarah : 282.
`13
8
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
e. Mendapatkan perlindungan Allah. Lihat Qs. Al-Jatsiyah : 19.
f. Allah akan selalu menyertai dan bersama orang-orang muttaqin. Lihat Qs. At-Taubah :
123.
g. Memperoleh kenikmatan syurga. Lihat Qs. Al-Qalam : 34.
`13
9
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
`13
10
Pendidikan Agama Islam
Lestiyani Inayah. S.Ag
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download