MODUL PERKULIAHAN Pendidikan Agama Islam TAQWA Fakultas Program Studi Ekonomi dan Bisnis Manajemen Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh 10230 Lestiyani Inayah, SAg Abstract Kompetensi Secara bahasa taqwa berarti hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada. Akar Katanya wiqayah. Banyak sekali ayat dalam AL-Qur’an mengandung kata taqwa atau kata jadian wiqayah. banyak orang mengartikan taqwa dengan takut .Agaknya etimologi takut berasal dari taqwa. Apabila taqwa kepada Allah diartikan takut kepada Allah, ini adalah dalam pengertian yang sempit, sebab sikap taqwa kepada Allah bukanlah berunsurkan takut saja tapi juga cinta, mesra, mendekatkan diri , patuh , taat dsb.memang ada patuh yang disebabkan karena takut, tapi ada pula yang karena cinta, menghargai, atau karena meyakini. Pada akhir pertemuan ini mahasiswa diharapkan Agar mengerti dan memahami kedudukan taqwa,serta aplikasinya dalam kehidupan,sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal dalam kehidupan di dunia dan akherat Taqwa Pengertian Taqwa Secara bahasa taqwa berarti hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada. Akar Katanya wiqayah. Banyak sekali ayat dalam AL-Qur’an mengandung kata taqwa atau kata jadian wiqayah. banyak orang mengartikan taqwa dengan takut .Agaknya etimologi takut berasal dari taqwa. Apabila taqwa kepada Allah diartikan takut kepada Allah, ini adalah dalam pengertian yang sempit, sebab sikap taqwa kepada Allah bukanlah berunsurkan takut saja tapi juga cinta, mesra, mendekatkan diri , patuh , taat dsb.memang ada patuh yang disebabkan karena takut, tapi ada pula yang karena cinta, menghargai, atau karena meyakini, misalnya,seorang istri patuh menjalani tugas sebagai seorang istri,karena cintanya terhadap suami. Setiap mulim wajib takut kepada Allah, tapi bukan hanya takut melainkan karena cinta, mendekatkan diri, taat dsb. Dengan demikian takut hanya merupakan salah satu unsur dalam taqwa. Maka taqwa dapat disalin dengan kata “ingat” dengan makna awas , hati-hati. yaitu menjaga diri, memelihara keselamatan diri yang dapat diusahakan dengan melakukan yang baik dan benar, menghindari yang jahat dan yang salah seperti yang dikehendaki oleh taqwa. Atau dengan istilah lain taqwa adalah menjalankan segala yang diperintahkan Allah dan menjauhkan segala yang dilarangNya.Menjalankan perintahNya adalah sesuai dengan kadar kemampuan manusia (QS.AT-Taghabun : 16). Sedangkan yang menyangkut dengan larangan adalah mutlak untuk dihindari, artinya tidak ada alasan untuk tidak sanggup menjauhi larangan tersebut . Contohnya menunaikan puasa adalah perintah Allah yang wajib dilaksanakan. Tetapi kalau dia dalam keadaan sakit dan tidak sanggup menunaikan maka dia boleh meninggalkan puasa tersebut dan menggantinya pada hari yang lain. Kemudian berbuat maksiat adalah perbuatan yang dilarang oleh Allah dan tidak ada alasan untuk tidak menghindarinya dalam arti dia mutlak untuk dihindari Kedudukan Taqwa Taqwa merupakan jenis perintah yang akan menyebabkan seseorang memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat . Taqwa mempunyai nilai yang sangat penting dan begitu besar karena dia merupakan tujuan dari segala kebaikan kepada Allah. Apalagi di saat sekarang ini, yaitu pada saat manusia tenggelam dalam lumpur dosa , pada saat manusia melalaikan Allah,pada saat kejahatan merebak dimana-mana dan kebaikan justru `13 2 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dihalang-halangi. Maka manusia membutuhkan peringatan untuk membangunkan hati manusia yang lalai dan menggugah akal yang sesat. Di dalam AL-Qur’an banyak ayat yang menganjurkan agar kita menjadi manusia yang bertaqwa. Untuk memahami taqwa AL-Qur’an memberikan penjelasan dan keterangan tentang taqwa sebagai mana dalam Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 1-5 dapat dipahami bahwa taqwa itu terdapat pada mereka yang beriman kepada yang Ghaib, seperti adanya Allah, malaikat, hari akhirat dsb. Kemudian mereka yang melaksanakan pokok-pokok ibadah seperti shalat, puasa ,zakat dan haji. Lebih lanjut keterangan Al-Qur’an tentang taqwa adalah sebagaimana yang dijelaskan dalam Qs. Ali Imran :133-136. Menurut ayat-ayat ini kriteria muttaqin (orang-orang yang taqwa) diantaranya adalah selalu menuju kepada maghfiroh (ampunan)Allah, suka menafkahkan sebagian harta bendanya, baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit,mampu menahan amarah, memaafkan kesalahan orang, selalu memohon ampun apabila berbuat dosa dst.Penjelasan lain tentang taqwa misalnya terdapat dalam Qs. Ali Imran: 76, Qs.Al-Maidah : 8 , Qs. At-Taubah: 9, Qs. Yunus: 62-63. Keterangan – keterangan tentang taqwa berdasarkan pada ayat – ayat di atas menegaskan bahwa taqwa itu adalah sikap hidup dan akhlak seorang muslim yang merupakan buah dan hasil dari didikan – didikan ibadah, khususnya ibadah -ibadah pokok sedang ibadah – ibadah adalah pancaran keluar daripada iman. Maka dapatlah kita memahami bahwa taqwa itu adalah hasil dari ibadah kepada Tuhan, karena tidak mungkin ada taqwa tanpa ada ibadah. Demikianlah Agama islam membina kehidupan manusia, diawali dengan tauhid, menebarkan iman dan aqidah yang membuahkan amal ibadah dan amal shalih. Akhirnya amal ibadah yang dijiwai oleh iman dan dipelihara terus menerus,menciptakan suatu sikap hidupmuslim yang bernama taqwa. Manusia yang berhasil mencapai derajat taqwa kemudian mempertahankannya terus,dipandang sebagai manusia yang sukses ibadah nya yang kemudian memberikan kenikmatan kepada manusia karena itu Allah menempatkan manusia taqwa sebagai manusia paling mulia di sisi Allah (QS.Al-hujurat:13). Taqwa dan aplikasinya Dalam kehidupan Hubungan dengan Allah Seseorang yang bertaqwa adalah orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga hubungan denganNya setiap saat. Memelihara hubungan dengan Allah terus-menerus akan menjadi kendali dirinya dapat menghindar dari kejahatan dan kemungkaran dan membuat konsisten terhadap peraturan–peraturan Allah. Karena itu inti ketaqwaan adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Memelihara `13 3 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas perhambaan yakni melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh(khusyuk) dan ikhlas. Menjaga hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah bentuk-bentuk perilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus menerus dengan selalu meningkatkan kualitas zikir ( ingat ) kepada Allah, sehingga Allah akan terasa begitu dekat. Apabila ini telah terjadi wujud Allah kan dirasakan hadir setiap saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak melakasanakan perintah atau menjauhi laranganNya. islam senantiasa menyeru kepada manusia agar menghambakan diri kepada Allah, menyandarkan diri kepada Allah, meminta bantuan dan pertolongan dariNya, dan mencari ridho serta cintaNya. sebab Allah adalah sumber segala kebenaran, kemuliaan , kesucian , ketenangan , keharmonisan dan keselamatan. Segala aktivitas hidup manusia yang ditujukan kepada Allah akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan. Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang dikerjakan dengan berlandaskan iman dinilai sebagai ibadah. Dengan demikian, setiap manusia yang menghambakan dirinya kepada Allah dan berbuat sebanyak-banyaknya kebajikan di dalam segala aspek kehidupannya akan dinilai sebagi ibadah. Dengan demikian instrument taqwa yang paling utama adalah iman yang diwujudkan melalui kecenderungan untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kiprah hidup secara konsisten kepada diin islam. Yakni dengan berpegang teguh dan berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada Al Qur’an dan sunah Rasul Hubungan dengan diri sendiri Manusia adalah makhluk multidimensial artinya memiliki dimensi yang sangat banyak meliputi susunan kodrati Jiwa dan raga, sifat kodrati individu dan sosial, kedudukan kodrat makhluk yang mandiri ( bebas ) dan Makhluk Allah. Islam mengajarkan harmoni untuk semua unsure tersebut. Manusia harus mampu mengembangkan potensi ruhaninya meliputi kemampuan cipta, rasa, karsa dan iman, namun tidak boleh mengesampingkan hak atas jasmaninya. Manusia tidak boleh hanya mementingkan diri ( egois ) tetapi harus memiliki kepedulian sosial, manusia diberikan kebebasan untuk mengekspresikan kebebasannya namun tetap dalam batas-batas koridor aturan dan hukum-hukum Allah. Ketidakseimbangan terhadap unsure-unsur tersebut dapat menimbulkan kesulitan dan bahaya dalam hidup manusia. `13 4 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam hubungannya dengan diri sendiri, ketaqwaan ditandai dengan ciri-ciri antara lain: a. Sabar, yaitu sikap diri menerima apa saja yang datang kepada dirinya,baik perintah,larangan maupun musibah yang menimpanya. Sabar terhadap perintah dengan ikhlas. Dalam melaksanakan perintah terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu dapat dilaksanakan dengan baik. Disini diperlukan kesabaran yang lahir dalam diri sebagai ungkapan penerimaan dirinya terhadap perintah yang datang padanya. Demikian pula sabar terhadap larangan Allah harus ada upaya mengendalikan diri agar larangan tersebut dapat dihindari. Dalam Al-Qur’an banyak diterangkan masalah sabarm antara lain : Qs. 3 : 18, 120,125,126, Qs. 4 : 24, Qs, Lukman : 18. b. Tawakal, yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha maksimal kemudian hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah yang menentukan. Lihat Qs. Hud : 56,77,123, Qs. Al-Anfal : 50, Qs. Yusuf: 67, Qs. Mulk: 29 c. Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas apa saja yang diberikan Allah atau sesama manusia. Bersyukur kepada Allah adalah sikap berterima kasih kepada apa yang telah diberikan Allah, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan adalah menggunakan nikmat yang diberikan Allah sesuai keharusannya. Lihat : Qs. AlBaqarah : 52,56,152,158,Qs. An-Nisaa : 146, Qs. Ali Imran : 123,144 dsb. d. Berani, yaitu sikap diri yang mampu menghadapi resiko sebagai konsekuensi dari komitmen dirinya terhadap kebenaran. Jadi berani berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran. Kebenaran lahir dari hubungan seseorang dengan dirinya terutama berkaitan dengan pengendalian dari sikap-sikap buruk yang datang dari dorongan hawa nafsunya, sebagaimana disabdakan Rasulullah:”Bukanlah orang yang gagah berani lantaran dia cepat melompati musuhnya di dalam pertempuran, tetapi orang yang berani ialah orangyang bisa menahan dirinya dari kemarahan”(HR.Muslim). Hubungan dengan sesama manusia Hubungan dengan Allah menjadi dasar bagi hubungan sesame manusia. Orang yang bertaqwa dapat dilihat dari peranannya di tengah-tengah masyarakat. Sikap taqwa tercermin dalam bentuk kesediaan untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan pada kebenaran dan keadilan. Karena itulah orang yang bertaqwa akan menjadi motor penggerak gotong royong an kerjasama dalam segala bentuk kebaikan dan kebajikan. Allah menjabarkan ciri-ciri orang yang bertaqwa dengan ciri perilaku yang berimbang antara pengabdian formal kepada Allah dengan hubungan sesame manusia. Firman Allah : “ Bukanlah kebajikan itu ( di dalam urusan ) kamu memalingkan muka kamu ke pihak timur `13 5 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan baratm tetapi kebajikan itu ialah ( kebajikan ) orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan para nabi, dia mendermakan harta yang dia cintai itu kepada keluarga dekat dan anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan dan orang yang meminta, dan di dalam urusan menebus hambahamba, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyempurnakan janji apabila berjanji dan sabar di waktu kesusahan dan di waktu perang. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa “. ( Qs. Al-Baqarah : 172 ). Pada ayat di atasAllah menerangkan bahwa di antara ciri-ciri orang bertaqwa ialah iman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat dan kitab-kitab Allah. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar keyakinan yang dimiliki oleh orang-orang yang bertaqwa dan dasar hubungan Allah dalam bentuk ubudiyah. Selanjutnya Allah menggambarkan hubungan kemanusiaan yaitu mengeluarkan harta dan menepati janji. Dalam ayat tersebut Allah menggambarkan dengan jelas bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia diuraikan secara terperinci, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi juga mengeluarkan harta benda diposisikan di antara aspek keimanan dan shalat. Setelah mendirikan shalat dirangkaikan dengan perintah mengeluarkan zakat. Di dalam zakat terkandung perhatian, kepedulian terhadap sesama khususnya kaum fakir miskin. Demikian juga Allah menunjukkan bahwa kepedulian orang-orang yang bertaqwa terhadap saudara sesama manusia itu tidak mengenal situasi dan kondisi. Kesediaan untuk membantu sesama akan selalu diwujudkan dalam keadaan senang ataupun sedih bahkan dalam keadaan amarah dan teraniaya sekalipun. Firman Allah : “ Yaitu orang-orang yang menderma di waktu senang dan susah, menahan amarah dan memaafkan manusia. Dan Allah mengasihi mereka yang berbuat kebajikan “. ( Qs. Ali Imran : 314 ). Firman-firman Allah di atas mengajarkan bahwa substansi ibadah kepada Allah, bukanlah pemenuhan ibadah formal kepada Allah semata, tetapi juga pengabdian terhadap sesama manusia dalam bentuk kesadaran untuk berbagi harta dan cinta atau kasih sayang, tolongmenolong, saling memaafkan, menepati janji dan menegakkan keadilan. Selain ayat-ayat tersebut di atas, lihat juga : Qs. Ali Imran : 159,103, Qs.Al Baqarah : 270, Qs. Al- Anfal : 72,74, Qs. Al-Hajj : 40 dsb. Hubungan Dengan Alam semesta dan Lingkungan Hidup Taqwa ditampilkan pula dalam bentuk hubungan seseorang dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertaqwa adalah manusia yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam semesta, sebagai subyek yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pemeliharaan kelestarian alam lingkungannya. Sebagai subyek yang mengelola alam manusia akam memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya tanpa merusak dan `13 6 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membinasakannya. Alam dengan segala potensi yang ada di dalamnya diciptakan Allah untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna untuk manusia. Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia untuk bekerja keras menggunakan segenap potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk mengelola kekayaan alam menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menyikapi lingkungan dan berinteraksi secara harmonis dengan alam. Alam bisa hidup dengan baik dan teratur tanpa kehadiran manusia, namun tidak sebaliknya, manusia mustahil hidup tanpa keberadaan ala mini. Oleh karena itulah manusia harus bertindak sebagai penjaga dan pemelihara alam, artinya manusia harus mampu mengelola lingkungan alam untuk kesejahteraan hidupnya sekaligus memberikan perhatian atas kelestarian alam agar tidak rusak dan musnah. Ini tersebut di dalam firman Allah antara lain Qs. Al-A’raf : 56 dan 85. Fenomena kerusakan lingkungan alam sekarang ini menunjukkan bahwa manusia jauh dari ketaqwaan. Manusia terus mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan tanpa memperdulikan dampaknya di masa yang akan datang. Berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, pemanasan global dan lain-lain terjadi akibat ulah manusia. Kerusakan pada alam hakekatnya juga kerusakan pada diri manusia itu sendiri. Manusia tidak dapat menempatkan diri sebagai pemimpin dan penguasa bagi alam. Manusia ditunjuk sebagai khalifah fil –ardh dalam rangka menjaga rantai keteraturan alam ini dan bukan justru merusaknya. Firman Allah : “ Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena tangan-tangan manusia , supaya Allah merasakan kepada mereka sebagai akibat dari perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar “ ( Qs. 30 : 41 ). Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah rahmat dan karunia Allah yang harus disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya dan memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Di samping nikmat Allah, alam semesta ini juga merupakan amanat yang harus di pelihara dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang demikian itu akan menambah kadar dan kualitas nikmat yang akan diberikan Allah kepada manusia. Tambahan nikmat itu hadir dalam bentuk nilai tambah bagi manfaat dari lingkungan alam. Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan memperoleh azab yang menyedihkan. Azab Allah dalam kaitan ini antara lain adalah datangnya bencana alam yang terjadi akibat eksploitasi berlebihan dan tindakan perusakan alam lainnya.Firman Allah : “ Kalau kalian bersyukur., tentu Aku akan menambahkan nikmat untukmu, tetapi apabila kamu kufur ( terhadap nikmat itu ), sesungguhNya azabKu sangat pedih “ ( Qs. 14 : 7 ). `13 7 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Usaha yang dapat dilakukan oleh manusia untuk menjaga dan melestarikan alam ini antara lain : 1. Melarang penebangan pohon-pohon secara liar 2. Melarang perburuan hewan-hewan secara liar 3. Mengaktifkan gerakan reboisasi 4. Membuat cagar alam dan suaka margasatwa 5. Melaksanakan konservasi tanah dan air 6. Melaksanakan budaya hidup bersih, hemat dalam penggunaan sumber daya alam. 7. Memberikan sanksi-sanksi tertentu kepada pelanggar-pelanggarnya. Manfaat Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Keimanan dan ketaqwaan dalam diri manusia akan memberikan manfaat yang luar biasa. Peran iman dan taqwa adalah sebagai nilai yang melandasi sekaligus menjadi tujuan, mewarnai dan menjadi spirit bagi seluruh kehidupan manusia. Dalam konteks melandasi dan menjadi tujuan, iman dan taqwa menjadi dasar pijakan serta sasaran yang hendak dituju. Ibarat seperti bangunan, maka dasar atau pondasi sangat memberi peran bagi bentuk dan kekuatan bangunan tersebut. Iman dan taqwa yang kuat akan menjadi control yang sangat kuat bagi aktivitas manusia dan menjadi inspirasi bagi peningkatan kualitas hidup manusia. Manusia yang bertaqwa akan senantiasa berusaha menjaga dirinya untuk tidak terjerumus dalam perbuatan dosa sekaligus mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi untuk mengemban tugasnya dalam kapasitasnya sebagai abdillah sekaligus Khalifah Allah. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang menjabarkan tentang manfaat yang akan diperoleh bagi seseorang yang bertaqwa. Di antara manfaat itu adalah : a. Allah akan memberikan jalan keluar bagi setiap kesulitan yang dihadapi manusia. Firman Allah : “ Barang siapa yang bertaqwa, maka Allah akan menunjukkan baginya jalan keluar “ ( Qs. At- Thalaq : 2 ). b. Allah hendak memberikan petunjuk kepada mereka yang bertaqwa. Firman Allah : “ Jika kamu taqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan kepadamu pembedaan ( antara yang haq dan yang batil ) “ ( Qs. Al-Anfal : 29 ). c. Allah akan menganugerahka rezeki dan nikmat kemakmuran. Firman Allah : “ Sekiranya penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa kepada Allah, niscaya Kami akan melimpahkan berkah kemakmuran dari langit dan bumi “. Qs. Al-A’raf : 96. d. Allah akan memberikan ilmu pengetahuan, Lihat : Qs. Al-Baqarah : 282. `13 8 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id e. Mendapatkan perlindungan Allah. Lihat Qs. Al-Jatsiyah : 19. f. Allah akan selalu menyertai dan bersama orang-orang muttaqin. Lihat Qs. At-Taubah : 123. g. Memperoleh kenikmatan syurga. Lihat Qs. Al-Qalam : 34. `13 9 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka `13 10 Pendidikan Agama Islam Lestiyani Inayah. S.Ag Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id