METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Hasil Ternak. Bagian Teknologi Hasil Ternak, laboratorium lapang Pemuliaan dan Genetika, Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan serta Laboratorium Histologi, Departemen Anatomi, Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei sampai November 2010. Materi Bahan yang digunakan berupa kultur bakteri asal dadiah yaitu Lactobacillus plantarum D-01 dan Lactococcus lactis D-01 dan asal yogurt susu sapi Lactobacillus acidophilus Y-01 dan Bifidobacterium longum Y-01. Semua kultur bakteri tersebut merupakan koleksi dari laboratorium Mikrobiologi Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, IPB. Kultur ditumbuhkan pada media MRSB (de-Man’s Ragosa Sharpe Broth). Pengujian penempelan bakteri menggunakan usus tikus percobaan yaitu pada bagian usus halus tikus putih (Rattus novergicus) strain Sprague Dawley. Tikus yang digunakan adalah tikus jantan dengan bobot hidup ratarata 120-130 gram. Pengujian penempelan bakteri pada permukaan padat dilakukan dengan menggunakan media pelat stainless steel. Bahan-bahan media yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah larutan PBS (Phosphat Buffer Saline), formalin, larutan alkohol 70%, 80%, 90% dan 95%, parafin, de-Man’s Rogosa Sharpe Broth (MRSB), Buffer Pepton Water (BPW), de-Man’s Rogosa Sharpe Agar (MRSA), mounting media dan Hematoxilin-Eosin. Media untuk pengujian penempelan pada permukaan padat yaitu larutan detergen (SDS) 1%, aquades dan larutan acridin orange 0,026%. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah inkubator, waterbath, vortex, sentrifuse, tabung reaksi, mikropipet, lemari es, jangka sorong, gelas ukur, pemanas Bunsen, spektrofotometer, timbangan digital, sendok pengaduk, oven, autoklaf, pH meter, kamera, mikrotom, gunting, gelas objek, kandang koloni tikus, tempat minum dan pakan tikus, pelat stainless steel (SS), mikroskop cahaya, mikroskop epifluoresen serta kamera. Prosedur Penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan penelitian pendahuluan serta tahap kedua merupakan penelitian utama. Diagram alir penelitian yang dilakukan secara garis besar dapat dilihat pada gambar 6. Persiapan BAL indigenous dadiah dan asal yogurt susu sapi (pewarnaan Gram dan uji katalase) Penelitian Pembuatan kurva standar dengan metode Pendahuluan turbidimetri Persiapan sampel usus tikus Persiapan pelat stainless steel Uji agregasi Uji autoagregasi Uji koagregasi Uji penempelan BAL pada Penelitian Utama permukaan usus tikus secara in vitro Uji penempelan BAL pada permukaan Stainless steel secara in vitro menempel Probiotik tidak menempel Bukan probiotik Gambar 6. Diagram Alir Penelitian 20 Penelitian Pendahuluan Persiapan Bakteri Asam Laktat Indigenous Dadiah dan Yogurt Susu Sapi (Pelczar dan Chan, 2007). Penelitian pendahuluan meliputi: persiapan bakteri asam laktat yang digunakan dalam pengujian agregasi, autoagregasi, koagregasi dan penempelan terhadap usus tikus (in vitro) dan penempelan pada pelat stainless steel. Bakteri uji yang digunakan yaitu Lactobacillus plantarum D-01, Lactococcus lactis D-01, Lactobacillus acidophilus Y-01 dan Bifidobacterium longum Y-01. Karakteristik berupa morfologi dan sifat katalase diperiksa untuk konfirmasi kemurnian bakteri asam laktat yang digunakan. Pengamatan morfologi bakteri dilakukan melalui pewarnaan Gram (Pelczar dan Chan, 2007). Pewarnaan Gram dilakukan dengan cara bakteri asam laktat kultur muda (24 jam) diambil satu mata jarum Öse, kemudian dioleskan pada gelas objek. Gelas objek tersebut difiksasi (dilewatkan diatas api Bunsen), lalu ditetesi larutanlarutan dengan urutan berikut: ungu kristal (UK), larutan yodium, alkohol 95% (bahan pemucat) dan safranin. Bakteri yang telah diwarnai dicuci dari sisa pewarna dan dikeringkan, kemudian diamati dibawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 100x dengan bantuan minyak imersi. Bakteri yang telah diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram positif, bila bakteri dapat mempertahankan zat warna ungu kristal dan tampak berwarna ungu tua. Kelompok yang lain yaitu bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah, karena pada saat dicuci dengan alkohol tidak dapat mempertahankan warna ungu sehingga sewaktu diberi pewarna tandingan dengan warna merah safranin bakteri menyerap warna tersebut dan tampak berwarna merah. Selain dilihat morfologinya, konfirmasi kemurnian dari bakteri asam laktat dapat melalui uji katalase. Uji katalase dilakukan dengan mengambil satu mata jarum Öse koloni bakteri dari stok kultur, kemudian dioleskan pada gelas objek. H2O2 diteteskan pada preparat bakteri tersebut kemudian diamati keberadaan gelembung udara (O2) yang timbul setelah bakteri ditetesi H2O2 tersebut. Contoh tahapan uji katalase dapat dilihat pada Gambar 7a. Uji katalase dikatakan positif bila terjadi gelembung udara (O2), sedangkan dikatakan negatif bila tidak terjadi gelembung udara (Gambar 7b). 21 gelembung udara Negatif Positif (a) (b) Gambar 7. (a) Tahapan Uji Katalase, (b) Contoh Hasil Uji Katalase Sumber: Pradhika (2010) Pembuatan Kurva Standar dengan Metode Turbidimetri (Waluyo, 2008). Kurva standar penting untuk mendapatkan jumlah populasi bakteri uji yang digunakan. Kurva standar ditentukan melalui persamaan y = ax + b, yang merupakan persamaan antara optical density (nilai absorbansi) yang diukur dengan spektrofotometer dan jumlah populasi bakteri uji yang diperoleh dengan metode pemupukan. Persamaan ini di dapat dengan melakukan pengenceran (P) bakteri uji pada P0, P1/2, P1/4, P1/8, P1/16 dan P1/32 yang kemudian sampel dari masingmasing pengenceran diukur nilai OD (Optical Density) dengan panjang gelombang 620 nm serta populasi berdasarkan hasil pemupukan. Korelasi antara masing-masing nilai OD dan populasi dari pemupukan ditentukan berdasarkan persamaan y = ax + b. Persamaan yang didapat berguna untuk penentuan jumlah populasi bakteri uji atau untuk standarisasi bakteri uji yang akan digunakan. Korelasi OD dan populasi bakteri asam laktat dalam pembuatan kurva standar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Korelasi OD dan Populasi dalam Pembuatan Kurva Standar Pengenceran P0 P1/2 P1/4 P1/8 P1/16 P1/32 OD (x) x1 x2 x3 x4 x5 x6 Populasi (y) y1 y2 y3 y4 y5 y6 22 Korelasi antara nilai OD dan populasi akan menghasilkan persamaan linier populasi bakteri (log cfu/ml) seperti tampak pada Gambar 8. y66 y= ax + b y55 y44 y33 y2 2 y1 1 x1 1 x2 2 3x3 4x4 5x5 6x6 OD (nm) Gambar 8. Korelasi Kurva Standar dengan Metode Turbidimetri Setiap bakteri memiliki persamaan yang berbeda-beda karena tiap bakteri memiliki karakteristik yang berbeda-beda pula. Standarisasi populasi bakteri dapat diperoleh dari persamaan tersebut dengan memasukan nilai OD (Optical density) pada persamaan y = ax + b, dengan x adalah nilai OD, a dan b merupakan konstanta dari persamaan yang didapatkan dari hasil korelasi antara nilai OD dan nilai populasi, sehingga didapatkan nilai y yang merupakan populasi standar dari bakteri tersebut dengan satuan Log10 CFU/ml. Persamaan dari masing-masing BAL indigenous dadiah dan asal yogurt susu sapi dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persamaan BAL Berdasarkan Kurva Standar BAL Indigenous Dadiah Persamaan dari Kurva Standar Koefisien dan Yogurt Susu Sapi (y = ax + b) Determinan (R2) L. plantarum D-01 y = 2,522x + 6,873 R² = 0,978 L. lactis D-01 y = 1,169x + 7,074 R² = 0,936 L. acidophilus Y-01 y = 1,812x + 7,2 R² = 0,976 B. longum Y-01 y = 1,093x + 6,684 R² = 0,957 23 Persamaan kurva standar diatas hanya dapat digunakan pada penggunaan media dan kondisi penelitian yang sama dengan kondisi penelitian saat pembuatan kurva standar tersebut. Masing-masing bakteri memiliki persamaan kurva standar yang berbeda-beda. Pengujian yang memiliki kondisi berbeda tidak dapat menggunakan persamaan kurva standar yang sama. Rahman (1992) menyatakan bahwa pengukuran optical density (OD) pada batas tertentu, jumlah sinar yang diserap pada contoh cairan kultur akan sebanding dengan konsentrasi sel. Jika dibuat kurva kalibrasi antara OD dengan jumlah bakteri yang diketahui dalam suatu suspensi bakteri, akan dapat dihitung massa bakteri per unit volume. Waluyo (2008) menambahkan bahwa pengukuran massa sel secara langsung dapat dilakukan dengan mengukur kekeruhan biakan dengan spektrofotometer atau nefelometer. Dasar teknik perhitungan ini adalah banyaknya cahaya yang diabsorpsi sebanding dengan banyaknya sel mikroba pada batas-batas tertentu. Data yang diperoleh dari pengukuran spektrofotometer dinyatakan dalam konsentrasi mikroba, diperlukan suatu kurva standar yang menyatakan korelasi antara kekeruhan biakan dengan jumlah organisme per ml biakan. Kurva dapat diperoleh dengan menggunakan metode hitungan cawan untuk menentukan jumlah organisme di dalam biakan yang kekeruhannya diketahui. Setelah kurva standar diperoleh, maka sejumlah besar biakan organisme sejenis dengan cepat diukur kekeruhannya dan konsentrasinya segera diketahui dengan membaca kurva. Persiapan Sampel Usus Tikus. Pengujian penempelan (adesi) bakteri kandidat probiotik dilakukan secara in vitro yaitu dengan mengamati penempelannya pada usus tikus, sehingga diperlukan sampel usus tikus. Sampel usus tikus harus bebas dari bakteri asal saluran pencernaan tikus tersebut, maka terhadap tikus-tikus yang dipelihara diberikan perlakuan awal yaitu dengan dicekok antibiotik (amoksisilin) selama lima hari pertama. Antibiotik dicekokan sebanyak 0,2 ml per hari dengan dosis 5 mg/0,2 ml. Pada hari ke-6 sampai hari ke-11 pemberian antibiotik dihentikan dan hanya diberi pakan yaitu berupa pelet starter broiler dengan kadar pemberian 30 gram/ekor/hari. Penghentian pemberian antibiotik beberapa hari sebelum hewan dibedah dimaksudkan untuk menghilangkan tertimbunnya residu antibiotik dalam jaringan (Priyono, 2008). 24 Sampel usus tikus didapat dengan membedah tikus putih yang sebelumnya telah dianastesi, dengan menyuntikkan cairan pembius pada tikus. Setelah tikus pingsan baru dilakukan pembedahan. Pembedahan dilakukan dengan membuka kulit bagian perut dan mengambil saluran pencernaan bagian usus halus. Andra (2006) menyatakan bahwa fungsi utama usus halus adalah tempat berlangsung absorbsi mikronutrien, mineral dan vitamin. Oleh karena itu, pelekatan bakteri probiotik penting untuk mendukung fungsi usus tersebut dengan menghambat penempelan bakteri patogen yang bersifat merugikan sehingga fungsi penyerapan zat nutrien dapat dimaksimalkan. Proses persiapan sampel usus halus tikus dapat dilihat pada Gambar 9. a b c Gambar 9. Proses Adaptasi dan Pengambilan Sampel Usus Tikus (a) Pemeliharaan Selama Pemberian Antibiotik, (b) Pemingsanan Tikus, (c) Pembedahan dan Pengambilan Sampel Usus Tikus Persiapan Pelat Stainless Steel. Pengujian penempelan bakteri pada permukaan padat menggunakan media stainless steel. Sebelum digunakan, pelat stainless steel (SS) terlebih dahulu perlu ditandai dan dibersihkan dari kotoran yang mungkin menempel pada permukaannya. Pelat SS dibilas dengan air destilata kemudian direndam kembali dalam larutan detergen (SDS) 1% suhu 40-450C selama 1 jam, dibilas dengan air destilata sebanyak 2 kali dan dikeringkan. Pengeringan dilakukan di udara terbuka dengan dialasi kertas saring (Dewanti dan Wong, 1995). Pelat SS kemudian dimasukan ke dalam botol jar dan disterilisasi dengan autoklaf 121 0C selama 20 menit. Penelitian Utama Uji Agregasi (Jankovic et al., 2003). Uji agregasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu bakteri untuk membentuk koloni (agregat). Pada uji ini bakteri uji (Lactobacillus plantarum D-01, Lactococcus lactis D-01, Lactobacillus acidophilus 25 Y-01 dan Bifidobacterum longum Y--01) ditumbuhkan pada MRSB (Oxoid, CM 0359) selama 24 jam pada suhu 37°C. Agregasi dinilai positif jika pada MRSB didapatkan agregat yang jelas (partikel seperti pasir) membentuk endapan di dasar tabung dan supernatan akan terlihat jernih. Populasi sebelum diinkubasi dan populasi setelah diinkubasi dihitung untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri asam laktat yang diuji. Perhitungan populasi dilakukan dengan mengukur nilai OD (Optical Density). Uji Autoagregasi (Kost et al ., 2003). Uji autoagregasi dilakukan untuk menentukan besarnya kemampuan interaksi bakteri antara sesamanya. Pada pengujian autoagregasi bakteri ditumbuhkan pada MRSB selama 18 jam pada suhu 37 0C. Sel dipanen dengan disentrifugasi pada 5000 g selama 15 menit, dicuci dua kali dan dibuang cairannya (supernatan) sehingga tertinggal pelet (padatannya) kemudian dimasukan ke dalam larutan PBS dengan pH 7.2 dan diamati nilai absorbansinya dengan spektrofotometer sampai kekeruhan tertentu yang dicerminkan dengan nilai OD (Optical Density) yang menunjukan bahwa jumlah populasi tersebut sebanyak 108 CFU/ ml. Penentuan jumlah populasi berdasarkan OD menggunakan persamaan yang terbentuk untuk masing-masing bakteri. Suspensi sel dihomogenkan dengan vortex selama 10 detik dan autoagregasi kultur BAL ditentukan selama 5 jam yang diinkubasi pada suhu ruang (27 + 0,5oC). Setiap satu jam, diambil sampel sebanyak 2 ml dan diperiksa nilai absorbansi (A 620 nm). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dan duplo. Persentase autoagregasi dapat dihitung sebagai 1(At/A0) x 100, dengan At adalah nilai absorbansi pada t = 1, 2, 3, 4 atau 5 jam dan A0 adalah nilai absorbansi pada t = 0. Uji Koagregasi (Kost et al., 2003). Uji koagregasi dilakukan untuk menentukan besarnya kemampuan interaksi antar kultur bakteri untuk saling menempel, sehingga tidak mudah tercuci keluar akibat pergerakan usus. Uji koagregasi ditentukan berdasarkan pada penurunan nilai OD (optical density) relatif antara bakteri yang dicampur dengan yang tidak dicampur (tunggal). Metode ini menggunakan kultur tunggal dan campuran dengan perbandingan 1:1. Metode persiapan suspensi bakteri sama dengan pengujian autoagregasi yaitu sebanyak 2 ml dari setiap suspensi BAL yang uji dicampur (BAL x + BAL y) dan dihomogenkan dengan vortex selama 10 26 detik. Tabung kontrol yang berisi 4 ml dari setiap suspensi BAL yang diuji dipersiapkan untuk diamati nilai absorbansinya. Nilai absorbansi (A) diamati pada 620 nm dari suspensi diukur setelah dua bakteri uji dicampur dan setelah 5 jam di inkubasi pada suhu ruangan. Sampel diambil dengan cara yang sama seperti pengujian autoagregasi. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 3 kali ulangan dan duplo. Persentase koagregasi dihitung dengan rumus sebagai berikut: Koagregasi (%) = (Ax + Ay)/2 – A(x+y) x 100 Ax + Ay/2 Keterangan : Ax Ay A(x+y) = nilai absorbansi bakteri x = nilai absorbansi bakteri y = nilai absorbansi kultur campuran (bakteri x dan y) Pengujian Penempelan BAL pada Usus Tikus Secara in vitro (Modifikasi Kost et al. 2003). Pengujian penempelan BAL pada usus tikus secara in vitro mengacu pada Kost et al. (2003) yang dimodifikasi pada perlakuan usus dengan mukus dan usus tanpa mukus. Sampel usus halus tikus yang sebelumnya telah mendapat perlakuan (lihat persiapan sampel usus) dipotong-potong dengan ukuran 1cm2, kemudian dibagi ke dalam beberapa kelompok perlakuan yaitu kontrol usus yang tidak dicuci dengan larutan PBS (K1) dan kontrol usus tikus yang dicuci sebanyak tiga kali dengan larutan PBS (K2). Pencucian dengan PBS dilakukan pada suhu 4 oC selama 30 menit untuk menghilangkan mukus pada permukaan usus. Sampel usus dari kedua kelompok perlakuan kemudian diinkubasi dengan suspensi bakteri (109 sel dalam PBS) pada suhu 370C selama 30 menit. Suspensi bakteri yang digunakan yaitu L. plantarum D-01, L. lactis D-01, L. acidophilus Y-01 dan B. longum Y-01. Masing-masing kelompok usus yang telah diinkubasi dibagi lagi menjadi dua kelompok perlakuan yaitu usus yang tidak dicuci larutan PBS (P1) dan usus yang dicuci dua kali dengan larutan PBS (P2), sehingga terdapat empat perlakuan dalam pengujian tersebut. Semua usus yang sudah mendapatkan perlakuan (K1P1, K1P2, K2P1 dan K2P2) kemudian difiksasi dalam 10% formalin, dilakukan dehidrasi dengan alkohol konsentrasi bertingkat, yaitu 70%, 80%, 90% dan 95%, selanjutnya dilakukan embedding dan parafinasi, dipotong secara serial (5 µm) menggunakan mikrotom, lalu dilakukan penempelan pada gelas obyek, direkatkan dengan entelan atau 27 mounting, diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin kemudian diamati secara mikroskopis dan hasilnya didokumentasikan. Tahapan proses pengujian penempelan BAL pada usus tikus secara in vitro dapat dilihat pada Gambar 10. Tikus diberi pakan broiler starter + H0-H5 dicekok amoksisilin Tikus hanya diberi pakan broiler starter H6-H11 Tikus dibius, dibedah dan diambil organ usus halus Usus halus dipotong-potong sebesar 1 cm2 K1(usus dengan mukus): K2 (usus ≠ mukus): usus ≠ dicuci dgn PBS usus dicuci 3x dgn PBS suhu 40oC selama 30 menit Usus diinkubasi dengan 9 Usus diinkubasi dengan suspensi BAL (10 sel dalam suspensi BAL (109sel dalam PBS) pada suhu 37oC PBS) pada suhu 37oC selama 30 menit) selama 30 menit) K1P1: K1P2: K2P1: K2P2: Usus dengan mukus Usus dengan mukus Usus ≠ mukus dan Usus ≠ mukus dan dan ≠ dicuci PBS dan dicuci 2x PBS tidak dicuci PBS dicuci 2x PBS masing-masing sampel Fiksasi & dehidrasi embedding dan parafinasi sampel dipotong (5µm) dengan mikrotom sampel direkatkan dengan entelan pewarnaan dengan Hematoksilin & Eosin pengamatan secara mikroskopis & dokumentasi Gambar 10. Tahapan Proses Pengujian Penempelan BAL pada Usus Tikus in vitro 28 Pengujian Penempelan BAL pada Permukaan Padat (Dewanti dan Wong, 1995). Analisis penempelan dilakukan dengan membiarkan sel BAL untuk menempel pada permukaan SS selama satu jam pada suhu kamar (27 + 0,5oC), dengan konsentrasi BAL 108 CFU/ml. Pelat SS kemudian dibilas dengan air steril, diwarnai dengan larutan acridine orange 0,026% selama 5 menit, kemudian dicuci kembali dengan air steril. Jumlah BAL yang menempel dihitung dengan menggunakan mikroskop epifluoresen. Bakteri kemudian dibedakan secara morfologi. Metode analisis pengujian penempelan sel bakteri pada permukaan padat (stainless steel) diawali dengan mengukur diameter bidang pandang mikroskop (D). Diketahui bahwa D sebesar 0,17 mm. Luas bidang pandang mikroskop dihitung dengan rumus sebagai berikut: Luas bidang pandang (mm2) = ¼ D2 Hasil perhitungan luas bidang pandang mikroskop yaitu 0,0227 mm 2 atau 0,000227 cm2. Penentuan jumlah bakteri yang melakukan penempelan dilakukan dengan pertama-tama menghitung jumlah bakteri yang menempel pada sepuluh bidang pandang, lalu jumlah tersebut dirata-ratakan. Penentuan jumlah bakteri yang menempel dalam CFU/cm2 digunakan rumus sebagai berikut: Jumlah bakteri yang menempel per cm2 = rata-rata jumlah koloni 0,000227 Angka yang diperoleh dinyatakan dalam bentuk logaritma. Angka yang diperoleh menunjukkan jumlah bakteri asam laktat yang menempel pada permukaan padat stainless steel. Analisis Data Data dari hasil pengujian autoagregasi dan koagregasi berupa persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Hasil pengamatan penempelan bakteri pada sampel usus tikus dan pada permukaan padat stainless steel ditampilkan dalam bentuk gambar dan pengamatan dilihat secara kualitatif. Selain itu, ditampilkan data jumlah bakteri yang menempel pada stainless steel dalam bentuk tabel dengan nilai populasi dalam satuan CFU/cm2. Hasil dari pengujian-pengujian tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. 29