26 | Eksplorasi MINGGU, 1 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA NATURE Fosil Tikus Terbesar Ditemukan D ALAM sebuah penelitian arkeologi di Timor Timur, para peneliti menemukan tulang belulang tikus terbesar yang pernah hidup dengan perkiraan berat 6 kilogram. Bersama tulang belulang itu, di dalam gua yang digali para peneliti itu juga menemukan tulang belulang dari 13 spesies Rodent (sejenis tikus), 11 di antaranya merupakan spesies baru di dunia ilmiah. Delapan spesies di antaranya diperkirakan berbobot 1 kilogram atau bahkan lebih. “Indonesia bagian timur memang merupakan titik utama tempat terjadinya evolusi Rodent. Kami mengharapkan perhatian seluruh umat manusia di dunia ini untuk melindungi wilayah konservasi itu,” kata Dr Ken Aplin, ahli peneliti dari CSIRO. “Rodent melengkapi 40% dari keragaman mamalia di dunia dan menjadi salah satu kunci ekosistem. Mereka sangat berperan dalam proses perawatan tanah, dan penyebaran benih. Menjaga keanekaragaman hayati tikus sama saja seperti kita menjaga kehidupan ikan paus atau burung.” Selama yang kita ketahui, tikus terbesar yang pernah hidup adalah yang hidup sekitar 1.000 hingga 2.000 tahun yang lalu. “Lebih dari 40.000 tahun sudah ada kehidupan manusia di kepulauan Timor, mereka berburu dan memakan tikus selama periode itu. Meski begitu, hingga saat ini tikus asli Timor belum SCIENCEDAILY dikategorikan menjadi hewan yang hampir punah,” kata Aplin. “Ini menunjukkan manusia memiliki kehidupan yang seimbang pada sekitar 1.000 hingga 2.000 tahun yang lalu. Kepunahan tak terelakkan ketika orang mendarat di pulau tersebut. Pembukaan hutan besar-besaran untuk lahan pertanian mungkin menjadi penyebab kepunahan.” Setiap pulau di Indonesia bagian timur memiliki jenis tikus yang unik. Beberapa di antaranya mungkin masih hidup di Flores, tapi menghindar dari para kolektor dan aktivitas penelitian. Timor memiliki beberapa mamalia asli, seperti kelelawar dan Rodent mendominasi spesies di sana. Tanah di Timor saat ini kering atau tandus. Padahal dulunya di sana terdapat hutan hujan yang rimbun. Namun, para peneliti masih optimistis, mereka meyakini di bagian lain kepulauan itu masih ada hutan lebat. “Selama perjalanan ke Timor Timur, saya menemukan serpihan bangkai tikus yang masih baru.” Akhirnya Dr Aplin menemukan tulang belulang tikus yang besar, tikus terbesar yang ada selama ini dengan bobot sekitar 2 kg dan hidup di hutan hujan di Filipina serta Nugini. (sciencedaily/desi/ Ghp/M-6) EKSPEDISI BIOTEK Uji Coba Teleskop Terbaru Dengan RNA, Lebih Muda dan Aman N EBERAPA tahun terakhir para ilmuwan telah membuktikan mereka mampu menyusun ulang sel kulit menjadi muda lagi. Kemampuan itu disebut pluripotensi, yang mungkin juga dapat mengobati penyakit seperti diabetes dan parkinson. Sekarang ini teknik tersebut baru digunakan untuk mengubah posisi sel penting. Untuk menyalurkan sejumlah gen penting yang digunakan untuk menyusun ulang menjadi bentuk pluripoten, para ilmuwan menggunakan virus yang membawa DNA. Virus itu terhubung dengan sel-sel yang memiliki DNA. Saat ini, untuk pertama kalinya, para peneliti MIT memperlihatkan cara menyalurkan gen yang diprogram ulang dengan menggunakan RNA, yaitu materi gen yang biasanya memberi instruksi kepada DNA untuk membuat sel protein. “Cara itu terbukti lebih aman jika dibandingkan dengan menggunakan DNA,” kata guru besar ilmu kelistrikan dan rekayasa biologi Mehmet Fatih. Namun, Fatih belum bisa mengklaim program ASA menempatkan cermin pada peralatan terbarunya, yaitu James Webb Telescope, melalui serangkaian uji coba dalam kondisi udara dingin. Teleskop diuji coba dengan temperatur ratusan derajat celsius di bawah titik beku, untuk meyakinkan alat itu dapat bekerja di luar angkasa. Enam teleskop luar angkasa berukuran besar itu dilengkapi dengan cermin-cermin yang mengandung berilium agar tahan terhadap suhu hingga minus 248 derajat celsius. Teleskop James Webb Space ini dipersiapkan meluncur pada 2014, dan melakukan pemindaian alam semesta menggunakan inframerah dengan jarak spektrum cahaya yang selama ini belum pernah ada. Misi teleskop itu diperkirakan menghabiskan biaya sekitar US$5 miliar. Namun, sistem terpenting pada cermin harus melewati uji coba daya tahan terlebih dahulu sebelum diluncurkan. Uji coba itu dilakukan dengan menggunakan X-ray & cryogenic facility yang terdapat di Marshall Space Flight Center milik NASA di Huntsville, Alabama. Melalui eksperimen itu, para peneliti dapat memahami kekuatan tiap cermin mengatasi perubahan suhu selama berada di luar angkasa. Kondisi dingin dengan suhu terendah yang bisa diatasi teleskop luar angkasa dengan sistem cermin ini berkisar minus 228 derajat celsius. Dalam pengoperasiannya, cermin-cermin itu harus ada dalam keadaan yang sangat dingin agar memiliki kepekaan yang tinggi terhadap cahaya infra merah yang sangat lemah. Bila tidak demikian, jarak antargalaksi akan hilang tidak SPACE tertangkap inframerah yang dihasilkan cermin-cermin itu. James Webb Space Telescope itu akan dilengkapi dengan 18 cermin yang saling terhubung untuk mendeteksi sinar inframerah di luar angkasa. Satu set cermin lengkap telah dipersiapkan diuji coba pada bulan ini. (Space/Desi/Ghp/M-6) B ulang sel menggunakan RNA itu dapat menjadi bentuk pluripoten, seperti bila menggunakan DNA. Untuk membuktikannya, mereka perlu mengembangkan sel di laboratorium selama beberapa periode dan meneliti kemampuan mereka berkembang menjadi sel jenis lain. Langkah itu sedang mereka lakukan di laboratorium saat ini. Sejauh ini yang ingin mereka tunjukkan adalah gen-gen tersebut dapat disusun ulang dengan RNA. “Sebelumnya, belum ada cara untuk melakukan transfect sel beberapa kali dengan menggunakan kode protein RNA,” katanya. Transfect adalah proses mengenalkan DNA atau RNA kepada sel tanpa menggunakan virus sebagai perantara. SCIENCEDAILY Pada 2006, peneliti Kyoto University membuktikan mereka dapat menyusun ulang sel kulit tikus menjadi bentuk pluripoten. Yang terbaru, ilmuwan lainnya telah melakukan hal yang sama terhadap sel manusia dengan cara menyalurkan kode protein melalui gen ke sel dewasa. (sciencedaily/Desi/Ghp/M-6) DO YOU KNOW Gerakan Perut Ulat Sang Penyelamat Daun Awan Jamur Lumut Primata Langka Ditemukan BILA pernah menaiki sebuah permainan roller coaster atau merasakan guncangan bus, mungkin Anda merasa isi perut seperti sedang SCIENCEMAG diaduk-aduk dan ingin muntah. Ulat merasakan hal seperti itu setiap waktu. Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan secara daring akhir bulan lalu pada Current Biology, para peneliti melaporkan isi perut insekta itu melompat setiap kali mereka bergerak merangkak. Ketika ulat bergerak maju 1 inci, kedua kaki belakang dan isi perutnya pun menyorong ke depan. Itu menyebabkan bagian tengah perutnya seperti melompat sebagiansebagian. Para ahli menduga gerakan itu berkaitan dengan sifat ulat yang rakus, karena ulat hanya mengenal makan dan tumbuh membesar. KETIKA dedaunan berubah warna menjadi kuning, dan jatuh ke tanah, ngengat penambang daun (Phyllonorycter blancardella) segera melakukan pertolongan pertama. SCIENCEMAG Meski semua daun itu gugur, larva ngengat daun yang berada di sekitarnya tetap bersinar dan proses fotosintesis tetap membuat keadaan di sekelilingnya tetap hijau. Sejumlah mikroba, di antaranya Wolbachia, membawa gen yang ditemukan pada tumbuhan yang mendorong sel-sel menghasilkan hormon sitokinin. Hormon ini dapat menunda kematian sel pada tumbuhan. Hasil penelitian para ahli ekologi dari Universite Francois Rabelais, Prancis, ini dipublikasikan dalam Proceedings of the Royal Society B. KETIKA musim kawin tiba, lumut Sphagnum melakukannya sendiri. Tumbuhan yang bisa hidup di mana saja ini berkembang biak dengan cara meluncurkan sporanya hingga ketinggian 16 sentimeter ke udara. Spora itu pun terbawa SCIENCEMAG oleh angin. Bagaimana spora tersebut bisa meluncur setinggi itu? Mereka membentuk awan jamur. Itu kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yang dipublikasikan bulan ini di Science. Ketika kapsul berisi spora mengering, mereka bergabung dan membangun gundukan tinggi. Awan jamur itu dapat mendorong spora hingga 20 kali lebih tinggi daripada ketinggian yang dicapai sebuah peluru. Ubur-ubur dan cumi-cumi juga menggunakan mekanisme serupa ketika bergerak di dalam air. SETELAH dianggap punah selama 60 tahun, sejenis primata unik ditemukan kembali dan berhasil difoto. SCIENCEMAG Sebelumnya primata jenis loris horton plains (Loris tardigradus nycticeboides) ini sempat dilaporkan terlihat pada 2002. Penelitian dilakukan di 120 hutan di Sri Lanka oleh para ahli biologi bekerja sama dengan Zoological Society of London (ZSL). Pencarian itu akhirnya menemukan loris di enam wilayah, dan para peneliti menangkap tiga spesimen hidup untuk diteliti. Diperkirakan, saat ini jumlah loris tinggal 100 ekor sehingga menjadikannya salah satu dari lima hewan paling terancam populasinya. Loris pertama kali ditemukan secara ilmiah pada 1937. (Sciencemag/ Desi/Ghp/M-6)