e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENERAPAN METODE DEMONSTRASI BERLANDASKAN TEORI MONTESSORI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A Nyoman Wida Komalasari 1 , Luh Putu Putrini Mahadewi2 , Putu Rahayu Ujianti3 13 Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 3 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini didasari atas permasalahan yang ditemui pada observasi awal yang dilakukan pada TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi.Permasalahan yang ditemui yaitu kurangnya kemampuan motorik halus anak pada Kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi dikarenakan kurangnya kemampuan anak dalam mengkoordinasikan mata dengan tangan, kurangnya anak dalam kegiatan merobek kertas, mewarnai dan membuat menara yang besar Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak pada Kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng. Keterampilan motorik halus merupakan kemampuan meibatkan otot-otot halus dengan mengkoordinasikan gerakan jari jemari tangan dengan mata. Kempuan motorik halus lebih melibatkan kegiatan fisik dengan menggunakan jari jemari tangan dan kaki. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak adalah metode demonstrasi yang berlandaskan teori Montessori Penelitian ini melibatkan 9 anak yang terdiri dari 4 anak laki-laki 5 anak perempuan. Data penelitian tindakan kelas dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrument lembaran observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I anak mencapai nilai 70% yang dikategorikan dalam kategori sedang dan hasil penelitian siklus II menunjukkan hasil 80% yang di kategorikan pada kategori tinggi. Hasil dari siklus I dan siklus II menunukkan terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A sebesar 10% Kata-kata kunci : Metode demonstrasi, teori meontessori , kemampuan motorik halus anak Abstract The research based on the problems encountered in the preliminary observations made on TK Santi Kumara Liligundi.Permasalahan village encountered is the lack of fine motor skills of children in Group A kindergarten Santi Kumara liligundi village due to lack of children's ability to coordinate eye-hand, the lack of children in activities tearing the paper, coloring and making a large tower this study aims to improve fine motor skills of children in Group A kindergarten Santi Kumara liligundi Village Buleleng. Fine motor skills are meibatkan ability of smooth muscles to coordinate the movement of the hand fingers with his eyes. ABILITY fine motor skills involve more physical activity by using the fingers and toes. One method that can be used to improve fine motor skills of children is a method that is based on theory of Montessori demonstration The study included nine children consisting of four boys 5 girls. Classroom action research data collected by the method of observation by observation sheet instruments. Data were analyzed using descriptive statistical analysis methods. From the results of the study show that in the first cycle reaches 70% of children were categorized in the moderate category and second cycle study results showed an 80% e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) revenue is categorized in the high category. The results of the first cycle and the second cycle menunukkan increased fine motor skills of children in group A by 10% Keywords: Method demonstration, meontessori theory, fine motor skills of children PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses dan usaha untuk menciptakan suatu lingkungan diamana manusia dapat mengembangkan pengetahuan, menciptakan, dan munumbuhkan segala potensi yang ada didalam diri manusia sejak dalam kandungan. Segala pengetahuan akan di dapatkan manusia dalam sebuah lingkungan hidup. Potensi manusia harus dapat dikembangkan sejak manusia masih berada di dalam kandungan. Pada dasarnya pendidikan harus diberikan sejak sedini mungkin karena, dari hasil-hasil penelitian para ahli yang terfokus pada perkembangan otak manusia menunjukkan bahwa usia dini menjadi peranan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Pada masa usia dini perkembangan otak anak akan mengelami lompatan dan berkembang mencapai 80%. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diperuntungkan untuk anak usia 0-6 tahun dimana dalam peraturan Sistem Pendidikan Nasional yang menegaskan bahwa, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui, pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pada masa peka ini anak akan lebih banyak mengembangkan aspek-aspek yang terdapat didalam diri anak. Pada masa ini stimulasi seluruh aspek sangat berperan penting dalam meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak. Aspekaspek perkembangan tersebut yang nantinya akan memudahkan anak untuk berinteraksi,bersosialisasi,dengan lingkungan sekitar. Salah satu aspek perkembangan yang sangat perlu dikembangkan pada masa usia dini adalah kemampuan motorik halus anak. Keterampilan motorik halus anak lebih banyak menggunakan otot-otot kecil, melibatkan gerakan-gerakan halus seperti menggengam, mengancing baju, dan melakukan apapun yang melibatkan penggunaan jari tangan. Pada masa usia 4-5 tahun anak telah mampu melakukan kegiatan seperti memindahkan air dari gelas satu ke gelas lainnya, mengancingkan baju, merobekrobek kertas menjadi beberapa bagian, menggunting pola sederhana. Jika dalam perkembangan anak ada salah satu kemampuan yang belum tercapai pada anak sudah menjadi tanggung jawab orang tua dan pendidik untuk menstimulasi kemampuan anak yang belum dapat dicapai anak. Sebagai pendidik guru harus mampu dalam memberikan stimulasistimulasi yang tepat untuk perkembangan sesuai dengan tahapan anak. Dalam mengembangkan kemampuan motorik halus diperlukan ketelitian dalam melakukan kegiatan. Mempersiapkan peralatan atau media yang dapat menunjang proses pembelajaran dan metode yang tepat dalam mengaplikasikan pembelajaran agar apa yang anak lihat dan dapat dalam proses pembelajaran bisa menjadi pengelaman untuk anak. Montessori (Magini, 2013) menyatakan tugas utamma pendidik adalah mendidik anak menjadi lebih baik. Kebaikan anak didalam kelas tidak hanya diartikan dari perilaku anak yang menunjukkan anak duduk saja tanpa bergerak atau diam dan menurut pada kehendak guru. Kebaikan itu seperti hal moral yang di dalamnya terkandung rasa tanggung jawab dan rasa disiplin. Memberikan kebebasan dengan kedisiplinan akan mempu memberikan pengalaman kepada anak untuk bebas melalkukan sesuatu untuk kebaikan. Dengan begitu, anak akan belajar hal yang baik dari sebuah pengalaman. Pendekatan pendidikan yang tepat harus bisa memberikan kebebasan pada anak. Metode Demonstrasi dapat memberikan e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pengalaman belajar yang lebih berbeda kepada anak karena dalam metode ini guru akan memberikan kesempatan anak untuk mencoba memperaktekan dan melihat contoh yang telah diperlihatkan oleh guru. Selain itu metode Demonstrasi yang berlandaskan dengan Teori Montessori akan memberikan anak kebebasan dalam belajar menggunakan bahan-bahan yang lebih kongkret. Guru hanya bertugas untuk mendemostrasikan saja lalu setelah itu anak diberikan kesempatan untuk melakukannya sendiri sehingga anak akan lebih memahami apa yang tejadi dari sebuah peristiwa atau anak akan lebih banyak mengenal bahan-bahan yang digunakan dalam belajar. Montessori berkeyakinan bahwa anak-anak pada masa 0-6 tahun berada pada masa yang disebut dengan masa peka. Montessori (dalam Magini, 2013) mengatakan kelas yang anak-anaknya dapat bergerak bebas secara cerdas dan sukarela tanpa adanya perilaku kasar itu merupakan kelas yang disiplin. Sujiono (2009:107) menyatakan bahwa Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa usia dini. Beberapa pandangan dan prinsip montessori dalam mengembangkan pendidikan anak usia dini dapat dicermati dari filsafah berikut ini a). Anak usia dini tidak seperti orang dewasa, mereka terus menerus berada dalam tahap perkembangan dan perubahan, dimana pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan. b). Anak usia dini senang sekali belajar, selalu ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru. Tugas orang dewasa adalah mendorong, memberikan kesempatan belajar dan membarkan anak belajar sendiri. c)Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan besar untuk menyerap berbagai pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa pada rentan usia sejak lahir hingga usia 6 tahun. d)Anak usia dini menyerap hampir semua yang dipelajarinya dari lingkungan. e). Anak belajar banyak melalui gerakan-gerakan, ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereskplorasi, belajar melalui alat indera f). Anak melewati masa-masa tertentu dalam perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar, yang disebut dengan periode sensitive untuk belajar. g). Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan rangsangan-rangsangan sensori ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya. h). Anak paling baik belajar dalam situasi kebebasan yang disertai disiplin diri, anak harus bergerak dan memilih kegiatan yang disenanginya di dalam kelas disertai disiplin diri. I). Orang dewasa khusunya guru tidak bole memaksakan anak untuk belajar sesuatu dan tidak boleh menggangu apa yang sedang dipelajari anak. j) Anak harus belajar sesuai dengan taraf kematangan. Tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak yang lain k). Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila ia berhasil melaksanakan tugastugas sederhana. l) Bila anak diberikan kesempatan untuk belajar pada saat sudah siap “matang” untuk belajar. Anak tidak saja dapat meningkatkan kecerdasannya tetapi juga anak merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri dan keinginan untuk belajar lebih banyak. Montessori (2016) meyatakan anak usia dini bergerak tidak secara kebetulan tetapi anak bergerak dibawah arahan dari egonya anak membangun koordinasi yang diperlukan bagi gerakan yang terorganisasi. Anak mengkoordinasikan dan menaytukan ekspresinya melalui pengalamanpengalaman yang didapatkan anak. Anak masih ada dalam proses pembentukan dini maka anak harus bebas menetukan dan melakukan aksi-aksi anak sendiri. Pada masa usia dini rasa ingin tahu anak tinggi sehingga aksi-aksi yang dilakukan anak tidak jauh dari aksi-aksi yang dilakukan oleh orang dewasa. Anak pada masa ini akan berusaha untuk meniru cara orang dewasa menggunakan atau memegang sebuah benda. Anak akan berusaha untuk melakukan apa yang orang dewasa lakukan dengan menggunakan benda-benda yang sama. Seorang anak ingin menyapu, mencuci piring atau pakaian, menuangkan air, memberishkan diri sendiri, menysisir rambutnya, menggenakan pakaian sendiri. kecendrungan alami anak ini yang disebut dengan imitasi. Montessori 2016 menyatakan bahwa kehidupan praktis seorang anak begitu cair singga kemampuan alami anak dapat hilang dalam sebuah lingkungan e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang tidak menguntungkan. Guru harus mampu dalam menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendorong perkembangan, bakat alami seorang anak. Guru harus mampu menghilangkan gangguan-gangguan yang akan menghambat perkembangan anak, dan prinsip pendidikan Montessori ini harus menjadi landasan dan titik tolak bagi semua Pendidikan di masa depan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan watak asli dari seorang anak dan membantunya dalam perkembangan yang normal. Hal yang terpenting dalam memeberikan pembelajaran untuk anak adalah dengan memberikan bahan-bahan khusus kepada anak dalam melakukan proses pembelajaran. Anak-anak tertarik oleh bendabenda yang membantu anak dalam menyempurnakan presepsi-presepsi indra mereka, memberikan kesempatan untuk menganalisis dan memahirkan gerakangerakan anak. Keadaan khusus yang dapat melingkungi anak adalah sebuah lingkungan yang sesuai, seorang guru yang sederhana, dan bahan-bahan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak. Salah satu cara yang paling menakjubkan untuk membuka gerbang menuju ekspresi normal dari bakat alami seorang anak adalah dengan aktivitas yang dikonsentrasikan pada sebagian tugas yang memerlukan gerakan-gerakan dari tangan yang dipandu oleh kecerdasan (Montessori, 2016) Montessori (The Absobrent mind, 2015) menyatakan bahwa Pada tahapan ini anak berada pada masa sensitif dimana anak seperti sebuah spons yang dapat menyerap segala ilmu pengetahuan dan pengalaman yang di dapat anak melalui lingkungannya. Montessori percaya periode dari lahir sampai anak 6 tahun adalah waktu yang paling penting dari kehidupan. Anak tumbuh dari bawah sadar untuk belajar sadar. Periode sensitif dan pikiran penyarapan dua alat bantu untuk pola pembangunan anak. Kesan dan interaksi anak dapatkan dari lingkungannya. Anak akan memasukkan apa yang anak dapat dari lingkungan dan memasukkan pengalamannya ke dalam alam bawah sadarnya. Pikiran bawah sadar anak di bangun melalui interaksi anak dengan lingkungannya. Pada umur 3 tahun anak tidak sadar memperoleh pengetahuan dari lingkungan sekiatarnya melalui interaksi dengan orang dewasa. Dari pengalaman yang akan dapat anak akan sadar dengan perlahan-lahan mengambil alih membangun memori, daya memahami, dan kemampuan untuk berfikir. Montessori (dalam Absobrent mind, 2015) Menyatakan hal yang harus guru lakukan dalam menstimulasi anak pada masa peka ini adalah membiarkan anak mencari kesempatan untuk belajar, memberikan waktu dan ruang yang nyaman untuk anak, memperkenalkan kegiatan yang mendukung munculnya keterampilan, memberikan pengetahuan baru, memperkenalkan pengetahuan baru tersebut dan dan mengajak untuk mengingat pengetahuan yang baru diberikan oleh guru. Semua aspek perkembangan anak harus dapat di stimulasi oleh guru. Semua aspek perembangan akan mempengaruhi perkembangan anak salah satu perkembangan yang harus dapat di stimulasi adalah kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik harus merupakan kemampuan anak dalam menggkoordinasikan tangan dengan mata. Kemampuan anak menggunakan jari jemari dengan cermat. Santrock (2007) menyatakan bahwa kemampuan motorik halus melibatkan gerakan-gerakan yang diatur secara halus. Contohnya seperti menggenggam mainan, mengancingkan baju, atau melakukan apapun yang memerlukan keterampilan tangan yang menunjukkan gerakan secara halus. Wahyudin & Agustin (2012) meyatakan perkembangan motorik halus mencangkup pada kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasi gerakangerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jarijemari. Melong 2004 (dalam wahyudin & Agustin 2012) menyatakan, kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecedasan jamak terkait dengan kecerdasan kinestetik tubuh. Secara aspek e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) sosial tentunya kematangan motorik halus anak membantu anak utuk menanamkan citra diri yang positiv dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya Montessori (dalam Susanto,2012) menyatakan bahwa salah satu kegaiatan yang merupakan kemampuan motorik halus adalah kemampuan menulis. Menulis memerlukan korrdinasi tangan dan mata. Kemampuan menulis meliputi kemampuan anak untuk memegang alat pensil, membuka dan menutup buku, menggunakan pengapus, kemampuan membuat coretan, cara duduk yang benar, menggambar garis lurus, lengkung, miring, segitiga, segi empat dan lingkaran. Agar kemampuan motorik halus anak dapat berkembang secara opimal maka perlu di gunakan metode yang tepat untuk dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak. salah sau metode yang dapat di gunakan dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak yang dapat berkaitan dengan teori Montessori yang telah di paparkan adalah metode Demonstrasi. Metode demonstrasi Demonstrasi merupakan metode yang anak memberikan pengalaman untuk anak belajar lebih banyak lagi. Metode demonstrasi merupakan metode yang menantang bagi anak karena pada metode ini rasa ingin tahu anak akan lebih di stimulasi. Metode ini dapat meningkatkan cara berpikir anak dan metode ini sangat membantu guru dalam menjelasakan suatu konsep yang sulit dimengerti anak. Gurnati, dkk (2010) menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah salah satu cara pengembangan dengan memberikan pengalaman belajar melalui melihat, mendengarkan dan mengikuti pekerjaan yang di demontrasikan. Menurut Bahari (dalam Gunarti, dkk 2010) metode demoentrasi merupakan metode yang digunakan untuk memperagakan sesuatu/ cara kerja suatu benda yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan digunakan di dalam kelas. Gurdon dan Jeannette (dalam Anita Yus 2011) menyatakan keberhasilan belajar anak dapat ditemtukan dari seberapa besar anak diberikan kesempatan untuk melakukan sesuatu.Dengan memberikan kesempatan untuk anak melakukan dan memberikan anak peluang sebanyakbanyaknya untuk mencoba hal baru maka peluang keberhasilan anak akan lebih besar. Salah satu metode belajar yang memberikan kesempatan dan peluang untuk anak yaitu metode demonstrasi. Menurut Anita Yus ( 2011) Metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif digunakan untuk membantu anak dan merangsang rasa ingin tahun anak untuk mencari jawaban atas pertanyaannya. Pada Pendidikan Pra sekolah banyak kemampuan yang dapat dibentuk melalui metode demontrasi terutama pada kempuan yang berkaitan dengan keterampilan misalnya seperti melipat, menggunting, mengancingkan baju, mengambar. Anak usia 4-5 tahun telah mampu mengkoordinasikan tangan dan matanya dengan baik. Santrock (2007) menyatakan bahwa pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak akan lebih tepat. Anak usia 4 tahun kadang bermasalah dalam membangun menara yang tinggi menggunakan balok. Karena pada masa usia 4 tahun keinginana anak akan lebi tinggi untuk memangun manara maka anak akan membokar lagi menara itu. Pada usia lima tahun koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan, dan jari semua akan bergerak bersamaan dengan koordinasi mata. Pada usia 5 tahun anak sudah tidak lagi tertarik membangun manara, anak akan lebih tertarik membangun rumah atau istana yang lengkap dengan manaranya. Meggitt (2013) menyebutkan anak umur 4 tahun telah mampu membangun manara dari balok-balokan dan mainan kontruksi yang lainnya. Mampu dalam menggambar seseorang yang familiar dengannya, misalnya seperti menggambar kepala, badan dan kaki. Selain itu juga anak umur 4 tahun telah mampu dalam memasukkan manik-manik kecil kedalam benang. Keterampilan gerak motrik halus pada anak usia empat tahun mengalami kemajuan. Mereka bisa menunpuk potongan-potongan kayu setinggi 10 biji dan merangkai manik-manik jadi kalung. Menyelesaikan 10 puzzel sederhana tidak lagi merupakan kekecewaan, tetepi e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kemenangan. Mewarnai, melukis dan menyobek serta melipat kkertas memikat anak-anak dalam usia ini takala mereka mengembangkan peningkatan kendali atas otot-otot halus mereka. Seefeld & wasik (2008) Kesimpulan dari teori-teroi di atas yaitu metode montessori adalah suatu pembelajaran yang memberikan naka kebebasan untuk belajar. Montessori meyakini bahwa perkembangan anak pesat pada rentan usia 0-6 tahun. Motode Montessori ini lebih menekankan pada bagaimana cara anak dapat belajar secara mendiri dan bebas tanpa adanya tekanan. Kemampuan anak dapat distimulasikan dengan metode ini terutama pada kemampuan motroik halusnya. Kemampuan motrorik halus mencangkup pada bagaimana anak dapat mengkoordinasikan jari tangan dan mata untuk membuat sebuah hasil karna. Dengan adanya metode montessori ini anak-anak tidak lagi belajar menurut apa yang diberikan oleh guru secara memoton tapi anak belajar secara bebas yang tentunya akan melatih kemampuan moteorik halusnya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 6 Januari 2016 anak-anak dikelompok A TK Santi Kumara Kecamatan Liligundi masih kurang dalam kemampuan motorik halusnya seperti menuangkan air dari gelas satu ke gelas yang lainnya, merobek-robek kertas menjadi kecil, memegang pensil, membuat menara yang besar mewarnai dengan benar. Dari hasil penilaian guru setiap hari dari 9 orang anak 6 diantaranya masih mendapat bintang satu (*belum berkembang) dan 2 anak yang telah mampu mendapat bintang 2 (mulai berkembang**) dalam kegiatan motorik halus anak. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi hal diatas terkait pada metode pembelajaran yang digunakan, pengaturan ruang kelas, dan alat-alat yang dijuangkau anak dalam menunjang pelajaran masih sangat minim. Perlu solusi yang tepat dalam mengatasi masalah yang terjadi pada anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu solusi adalah dengan memilih metode pembelajaran yang dapat menstimulasi anak dengan baik. Memberikan pembelajaran yang memenuhi segala aspek perkembangan anak. Metode pembelajaran yang semakin berkembang saat ini adalah metode dengan pembelajaran Montessori. Tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui peningkatan motorik halus anak kelompok A tahun ajaran 2015/2016 di TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi setelah penerapan Metode demonstrasi. Maka dari itu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak peneliti merancang penelitian yang berjudul “Penerapan metode demonstrasi berlandasrkan teori Montessori untuk meningkatkan kemampuan anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng Tahun ajaran 2015/2016” METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan kelas (classrom action reseaech) penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk memperbaiki masalah dalam suatu pendidikan yang ada di dalam kelas dengan cara mendorong para guru untuk memikirkan peraktik mengajar yang lebih baik. Dalam penelitian ini subjek yang digunakan berjumlah 9 orang anak yang berada pada kelompok A yang terdiri dari 4 anak laki-laki dan 5 anak perempuan. Penelitian ini menggunakan dua Variabel Variabel merupakan sesuatu yang akan menjadi objek dalam penelitian ini. dalam penelitian ini hanya melibatkan satu variabel Variabel bebas dan satu variabel terikat. dalam peneltian ini variabel bebas merupakan metode demonstrasi berlandaskan teori Montessori sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus anak. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak dua siklus Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan penerapan metode demonstarsi berlandaskan teori Montessori untuk meningkatkan keterampilan motorik halus dengan alat dan media yang telah disiapkan begitu pula pada siklus II. Jika dalam siklus I anak pada kelompok A telah mencapai nilai rata- e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) rata maka penelitian akan dihentikan pada siklus I. Jika dalam siklus I anak kelompok A belum mencapai nilai rata-rata maka penelitian ini akan dilanjutkan pada Siklus II. Pada penelitian ini tahap pelaksanaan yang dilakukan untuk memperbaiki dan memperbaiki keteramopilan motorik halus anak. dalam peneltian ini menggunakan 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refeleksi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan satu metode saja yaitu metode Observasi. Metode obserasi dilakukan untuk kegiatan anak pada saat anak belajar dan melakukan kegiatan. Observasi dilakukan pada masing-masing siklus dengan menggunakan lembar observasi. Setiap kegiatan yang akan dinilai menggunakan lembar evalusi yang berpedoman pada teori-teori perkembangan anak yaitu dalam teori yang di paparkan oleh Montessori dan Meggit. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi pengamatan. Observasi dilakukan untuk mengetahui seberapa kemampuan anak meningkat dengan menggunakan metode demonstrasi. Setiap kegiatan yang diobserbasikan akan diberikan bintang sesuai dengan tingkat pencapaian anak. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan maka peneliti harus menyusun kisi-kisi instrumen penelitian penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak . Ini disajikan dalam tabel 1. Metode analisis statistik deskriptif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumusrumus statistik deskriptif seperti : distribusi, frekwensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi untuk mengembangkan suatu objek/variabel tertentu.”Metode analisis deskriptif kuantitatif Metode analisis deskriptif kuantitatif ini dugunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya kemampuan motorik halus anak. Tingkat kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Tahun ajaran 2015/2016 dengan metode Demosntrasi berlandaskan teori Montessori dapat ditentukan dengan membandingkan ratarata persen M% kedalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut pada tabel 2. Tabel No 1 1. Kisi-kisi instrumen Penelitian keterampilan motorik halus anak dengan menggunakan meode demonstrasi Variabel Indikator Keterampilan Dapat meraba benda motorik halus dengan cermat anak Dapat kelompok A mengkoordinasikan anatara gerakan mata dan jari tangan Dapat menggambar bentuk yang sederhana seperti bentuk kepala, lingkaran, segitiga Dapat memuangkan air dari dalam teko ke gelas Tabel 2. Pedoman PAP skala lima tentang keterampilan motorik halus Presentasi Keterampilan motorik halus anak dengan menggunakan metode Demostrasi berlandaskan teori Montessori 90-100 Sangat tinggi 80 – 89 Tinggi 65 – 79 Sedang 55 – 64 Rendah 0 – 54 Sangat rendah Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan dalam keterampilan motorik halus anak dalam menggunakan metode demonstrasi berlandaskan teori Montessori pada anak kelompok A di TK Santi Kumara Keluaran Liligundi tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan motorik halus anak mencapai e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) predikat sedang. yang minimal pada kategori HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian siklus I dan siklus II, dapat di simpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng setelah di terapkan metode demonstrasi berlandasarkan teori Montessori. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan presentase kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng. Pada siklus I di peroleh rata-rata nilai kemampuan motorik halus anak sebesar 60% yang berada pada kreteria rendah. Kemampuan motorik halus anak sebelum diberikan tindakan masih sangat rendah ini dapat dibuktikan dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan bahwa dari 9 orang anak hanya 2 orang anak yang telah mampu perkembangan motorik halusnya. Tetapi dalam penerapan siklus I pada hari pertama hingga hari ke tiga rata-rata anak mendapat (**)/mulai berkembang. Hal ini disebabkan karena anak-anak kurang dapat memperhatikan guru dengan baik pada saat guru mendemontrasikan kegiatan yang dilakukan. Tetapi pada hari ke empat dan hari kelima anak sudah mampu melakukan kegiatan yang diberikan guru dengan baik. Sehingga, pada hari ke empat dan hari kelima rata-rata anak telah mampu mendapat nilai (***) berkembang sesuai dengan harapan guru. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan, yakni harus berada pada presentase keberhasilan 80-89% dengan kreteria tinggi. Pada hari pertama hingga hari ke tiga anak-anak masih beradaptasi dengan kegiatan yang diberikan guru dan masih kurang memperhatikan guru. Selama proses kegiatan yang diberikan pada siklus I anak-anak masih terlihat bingung dengan kegiatan yang diberikan oleh guru. Ini dikarenakan kegiatan yang diberikan menggunakan peralatan nyata seperti Teko air yang berukuran lebih besar dari alat permainan yang sebelumnya, mengancingkan baju juga termasuk kegiatan yang pertama kali di berikan oleh guru. Sehingga pada kegiatan siklus I ini anak masih kurang mampu dalam mengkoordinasikan tangan dengan mata, dan pada kegiatan siklus I ini anak masih malu-malu dalam mendemontrasikan kegiatan yang diberikan oleh guru. Sehingga sewaktu guru memperhatikan cara kerja anak seketika anak diam dan mengatakan tidak bisa melakukannya. Untuk mengatasi hal tersebut maka guru dan peneliti melakukan refleksi dan memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Hal yang dilakukan oleh guru adalah posisi duduk anak dirubah agar semua anak dapat melihat guru saat guru mendemonstrasikan kegiatan. Posisi duduk guru dengan anak sejajar sehingga anak tidak terlalu tinggi melihat guru mendemontrasikan kegiatan. Setelah ini guru memberikan arahan anak untuk memperhatikan guru secara cermat. Sebelum guru mendemontrasikan kegiatan sebelumya guru menanyakan tentang fungsi dari alat yang akan digunakan untuk belajar. selain itu guru memberikan perhatian lebih dan membina anak yang kurang mampu dalam mengkoordinasikan mata dengan tangan. Melalui pendekatan tersebut, maka jika dilakukan dengan baik maka hasilnya pun juga akan meningkat. Selain itu peneliti juga ikut serta dalam melatih anak untuk dapat berkembang dengan baik. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada siklus I cukup efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peningkatan presentase peningkatan kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng dari siklus I ke Siklus II sebesar 10%. Pada siklus II rata-rata kemampuan motorik halus anak sebesar 80% yang berada pada kreteria tinggi. Dalam siklus II tidak lagi ditemukan masalah-masalah yang timbul seperti siklus I. Hasil tersebut menggambarkan bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi berlandaskan teori Montessori dapat memberikan pembelajaran yang baru e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) kepada anak, memberikan anak kesempatan untuk aktif dalam belajar, dan mengetahui alat-alat yang ditemukan anak sehari-hari. Sehingga dalam belajar anak tidak saja meningkatkan kemampuan motorik halusnya tetapi juga anak dapat mengetahui cara-cara dalam mengancingkan baju dengan benar dan cara menuangkan air dengan benar ke dalam gelas. Pada hasil penilaian anak dari hari pertama hingga hari ke lima hasil dari kemampuan motorik halus anak sebesar 70% yang dikategorikan dalam PAP Skala lima dalam kategori sedang. dari ditemukannya hasil dari kemampuan motorik halus anak pada siklus I belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Maka dari hasil tersebut guru dan peneliti melakukan refleksi untuk mengetahui kendala-kendala yang dialami oleh guru dan peneliti dalam kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Maka menanggapi kendala-kendala yang dialami pada siklus I, maka tindakan yang dilakukan pada siklus II berdasarkan dengan refleksi yang telah di lakukan sebelumya dengan melakukan pendekatan dengan anak, mengubah posisi duduk anak dan guru mendemontasikannya dengan posisi sejajar dengan anak. Dampak dari tindkan tersebut terjadi perubahan pada anak yaitu anak dapat memperhatiakan guru dengan baik karena tidak ada anak yang menghalangi pengelihatan anak satu dengan yang lainnya. Anak dapat melihat guru dengan maksimal, anak senang memperagakan saat anak diberikan kesempatan untuk menuangkan air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini sangat di dukung oleh keberhasilan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Amamul Amanah. Penelitian ini menunjukan Dari metode demostrasi berlandaskan teori Montessori sangat membantu anak dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak, hal ini dikarenakan metode demonstrasi dapat memberikan pengalaman baru bagi anak untuk belajar selain itu juga teori montessori yang menyatakan bahwa anak-anak pada usia 06 tahun berada pada masa peka yang harus di stimulasi dengan maksimal. Anak- anak pada usia 0-6 tahun mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi maka dari itu dengan menggunakan metode demosntasi rasa ingin tahu anak akan semakin besar saat melihat guru melakukan suatu hal. Montessori juga menyatakan bahwa anakanak adalah peniru orang dewasa dan anak-anak senang jika diberikan untuk mengerjakan pekerjaan orang dewasa. Adanya peningkatan kemampuan motorik halus anak erat kaitannya dengan konsentrasi anak saat memperhatikan guru dan saat anak mengerjakan dan mengkoordinasikan tangannya. Selain itu juga peningkatan kemampuan motorik halus anak ini di sebabkan karena dalam penelitian ini alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini alat-alat yang terdapat pada lingkungan anak sehingga anak senang memperhatikan dan termotivasi untuk belajar. Berdasarkan hasil temuan dan pembehasan yang telah diuraikan diatas, secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, penelitian ini dikatakan berhasil, karena semua indikator yang sudah ditetapkan telah terpenuhi, jadi, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi berlandasakan teori Montessori dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok A semester II di TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan dalam penetian ini Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. Penerapan metode demonstrasi berlandaskan metode Montessori dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak kelompok A TK Santi Kumara Kelurahan Liligundi tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase kemampuan motorik halus pada siklus I sebesar 70% berada pada kategori sedang menjadi 80% pada siklus II yang berada pada ketegori tinggi. Kemampuan motorik halus anak pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 10%. e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) DAFTAR PUSTAKA Anita, Yus. 2011. Penilaian perkembangan belajar anak taman kanak-kanak. Jakarta:Kencana Anita, Yus. 2011. Model Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: kencana . Gunarti Winda, Suryani Lilis, Muis Azizah. 2010. Metode pengembangan perilaku dan kemampuan dasar anak usia dini. Jakarta :Universitas terbuka Meggitt, Carolyn. 2013. Memahami Perkembangan Anak . Jakarta Montessori, Maria. 2013. Sejarah Pendekatan Montessori. Oleh Prasetyo Magini 2013 Yogyakarta: Kanisius. Montessori, Maria 2012 Perkembangan Anak Usia Dini. Oleh Ahmad Susanto 2012. RawamangunJakarta: Kencana. Montessori, Maria. 2016. Rahasia Masa Kanak-kanak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Montessori, Maria, 2015. What’s The Absobrent mind& Sensitive Periods?. Tardapat dalam Artikel the Absobrent Mind Sugiatiningsih, 2015 Penerapan Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Kolase Untuk Meningkatkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Pada Anak Kelompok B1 Paud Kusuma 2 Denpasar. Terdapat dalam jurnal Universitas Pendidikan Ganesha (2015) Santrock, Jhon. W. 2007. Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jakarta . Sujiono, Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Mancana Jaya Cermerlang. Wahyudin, Uyu dan Agustin Mubinar. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: PT Refika Aditama.