MODUL PERKULIAHAN Pemasaran Sosial Mengelola Dana Adopsi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 05 Kode MK Disusun Oleh 43012 Tri Diah Cahyowati, M.Si Abstract Kompetensi Produk social harus dapat diperoleh dan dipakai oleh target adopter (khalayak sasaran) atau pemakai yang dituju. Menjadikan suatu produk mudah untuk diperoleh dan digunakan adalah tugas bagian pengelolaan biaya pemakaian produk. memahami dan mampu mengelola pembiayaan proses adopsi dalam rangka menyususn program sosial Pengantar Pengelolaan Biaya Moneter dari Pemakaian Produk Beberapa kampanye perubahan social, semacam program Keluarga Berencana, rehabilitasi pencandu obat bius, dan gerakan anti rokok menuntut sustu harga atau biaya untuk produk barang dan jasa. Makin tinggi harga yang dituntut, makin besar biaya pemakaian produk, dan semakin sedikit jumlah target adopter. Karena itu, kampanye perubahan social harus secara berhati-hati menentukan harga produknya. Fungsi Penentuan Harga Dalam Pemasaran Dalam mempertimbangkan berapa besar harga untuk suatu produk social tertentu, seorang pemasar social harus menyadari beberapa fungsi pricing, sebagai berikut : 1. Fungsi Aksebilitas (fungsi mencapai sasaran). Penentuan harga mempengaruhi kemampuan target adopter untuk mendapatkan produk social. Secara umum, semakin tinggi harga itu, semakin sulit mendapatkan produk social tersebut. Semakin rendah semakin mudah untuk mendapatkannya. 2. Fungsi Penempatan Produk Aturan tentang harga merupakan subjek dari beberapa kualifgikasi. Harga dapat dipandang sebagai symbol atau wakil dari suatu kualitas produk. Jika target adopter kesulitan menafsirkan kualitas suatu barang, mereka sering menggunakan harga sebagai patokan. Karena harganya tinggi, mungkin target adopter menganggap suatu produk memiliki kualitas atau prestise yang tinggi, dan karena harganya rendah mungkin suatu produk dianggap berkualitas buruk. Beberapa barang kebutuhan gratis, semacam pelayanan kesehatan masyarakat atau bantuan hokum, tidak otomatis mendatangkan permintaan yang menyangka bahwa produk tersebut di bawah standar. Ilustrasi : ‘13 2 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id maksimum, karena orang Sebuah kota di Amerika Selatan telah membangun sebuah rumah sakit modern yang menyediakan pelayanan klinis bagi penduduk yang miskin. Pada waktu mulai beroperasi, para petugas mengharapkan datangnya arus pasien baru yang besar. Tetapi kebanyakan pendudukan miskin tersebut melanjutkan kepercayaan mereka pada para dokter Pribadi atau klinik-klinik yang ada yang membuat mereka harus membayar. Para target adopter ini tidak yakin terhadap kualitas dan perhatian yang akan mereka terima dari rumah sakit tersebut. Untuk merebut hati kliennya pihak rumah sakit memutuskan untuk mencoba memungut tariff. Hasilnya, pasien pun mulai berdatangan. 3. Fungsi Demarketing (mengerem pemasaran). Fungsi demarketing dijalankan manakala suatu produk teretntu sudah dirasakan terlalu berlebih atau tidak diinginkan lagi. Demarketing dilakukan ketika permintaan melampaui kapasitas program sosialnya, atau ketika pemasar social menghendaki pengurangan penggunaan suatu produk dengan menaikkan harganya. Contoh dalam hal ini adalah upaya mengurangi penggunaan rokok dan alcohol lewat kampanye anti rokok dan anti alcohol. Dalam kondisi ini, pemasar social mencoba mengurangi tingkat perilaku target adopter, baik secara temporer maupun permanen. Demarketing dapat dijalankan dengan menggunakan program 4P, yaitu product, price, promotion, dan place. Secara khusus, kualitas dapat dikurangi, harga dapat dinaikkan, promosi dikurangi atau dihilangkan. Contoh : Undang-undang negara Malaysia, menuntut harga yang tinggi atas jual-beli atau penyimpanan obat bius dengan taruhan nyawa bagi yang tertangkap melakukannya. Pemerintah menerapkan suatu harga hukuman tanpa pandang bulu, dan telah membuktikannya ketika tanpa ampun menindak orang asing yang telah melakukan pelanggaran tersebut dalam wilayah negara Malaysia. Tidak peduli Anda warga Inggris atau Australia, Anda adalah sasaran hokum negara Malaysia manakala Anda berada di sini. Menyusun Sasaran Pricing Dalam mengembangkan suatu kebijakan pricing, hal pertama yang harus diputuskan untuk suatu kampanye perubahan social dengan dasar produk nyata, adalah sasaran-sasaran yang hendak dicapai. Disini, kita membahas apa saja alternatif-alternatif sasaran yang ‘13 3 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mungkin bisa didapatkan dalam pembuatan strategi pricing. Ambil suatu misal sebuah pusat rehabilitasi yang ingin menentukan harga atas pelayanan jasanya. Ada lima sasaran pricing bisa ditemukan dalam hal ini 1. Memaksimalkan keuntungan (profit) Pusat rehabilitasi ini, sepatutnya menguji kecenderungan perilaku permintaan dan biaya pada berbagai tingkat harga yang masih mungkin, kemudian menetapkan suatu harga yang memaksimalkan keuntungan. 2. Mengembalikan Biaya (recovering cost) Pusat rehabilitasi ini, sepatutnya mempertimbangkan kemampuannya untuk menghimpun dana dari para donatur, sebagai factor dalam penetuan harga. Yang dicari mungkin adalah suatu harga yang dapat mengembalikan suatu bagian dari total biaya. Upaya ini mungkin akan menutup biaya sebagian dari biaya. Sementara sisanya, dana dari sumber-sumber masyarakat ataupun swasta, karena jumlah dana yang memadai tak dapat diperoleh dari sumber lainnya lagi. 3. Memaksimalkan Jumlah Target Adopter Jika ingin menarik target adopter sebanyak-banyaknya, pusat rehabilitasi ini harus menetapkan tingkat harga yang rendah atau bahkan gratis. Tetapi sebagaimana telah dijelaskan di muka, para calon target adopter mungkin menafsirkan tingkat harga yang rendah ini dengan kualitas pelayanan yang kurang. 4. Keadilan Sosial Beberapa kampanye social lebih suka akan kebijakan yang menjunjung keadilan social di antara warga negara. Secara khusus, mereka menarik tariff yang lebih rendah bagi kalangan warga negara yang miskin, dan lebih tinggi bagi warga negara yang kaya. Jadi, pusat rehabilitasi tersebut menetapkan harga yang bervariasi, berdasarkan tingkat penghasilan target adopter. 5. Demarketing ‘13 4 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Penetapan harga, dapat digunakan untuk menghambat sebanyak mungkin orang dari pemakaian produk social tertentu. Jadi, pemerintah menetapkan pajak tinggi atas rokok dan minuman keras untuk mengurangi penggunaannya. Satu-satunya alas an bagi rehabilitasi menetapkan suatu demarkting harga adalah untuk mengurangi permintaan berlebih atas jasa pelayanan. Metode Menyusun Pricing 1. Pricing berdasarkan biaya Terdapat dua metode pricing berdasarkan biaya yang terkenal, yaitu markup pricing (penyesuaian harga skala proporsional) dan investment-return pricing (pemasar menghitung suatu harga yang akan menghasilkan suatu tingkat perolehan atas modal yang diinvestasikan). Harga, dari sudut pandangan sosil harus didasarkan atas seberapa jauh manfaat dari suatu kampanye atau program dapat diharapkan untuk didistribusikan. Harga semestinya lebih rendah, manakala kemanfaatan suatu produk social ingin didistribusikan secara meluas. Manakala kemanfaatannya diutamakan untuk sekelompok orang tertentu maka kelompok tersebut harus menanggung biayanya. Prinsip ini mengarah pada pembedaan tiga tipe produk social dari perspektif pricing public campaign (kampanye publik), public-private campaingn dan privat campaign (kampanye Pribadi), pembiayaan dapat ditanggung melalui system pajak, bukan dengan pricing. Dalam public-privat campaign (penyelenggaraan pihak swasta untuk kepentingan umum), sasaran utamanya kemanfaatannya ditujukan untuk segmensegmen tertentu dari masyarakat, sementara masyarakat luaspun sedikit banyak juga ikut merasakan. Karena itu pricingnya hanya mengejar sebagian dari total biaya. Pada private campaign, karena kemanfaatannya ditujukan pada target adopter khusus, dipakai prinsip benefits-received, dimana sekuruh biaya pelayanan haryus digantikan oleh target adopter. 2. Harga Produk para pesaing Sebelum menentukan harga, dalam kampanye perubahan social dilakukan lebih dulu survei harga untuk produk yang sama atau sejenis. Dalam suatu proyek pemasaran alat kontrasepsi misalnya, survei dilakuakn dalam bentuk cek harga ke toko-toko obat dan klinik. Harga eceran kondom, misalnya, bisa sangat bervariasi. Dari ‘13 5 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berbagai harga yang ada ini, bisa diketahui harga tertinggi, terendah, atau dihitung harga rata-rata sebagai patokan. 3. Kepekaan target adoper terhadap harga Nagle mengidentifikasikan sembilan pendekatan untuk meneliti kepekaan terhadap harga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan akan harga: Efek nilai keunikan: Pembeli kurang peka terhadap harga, makala produk social tersebut unik Efek kesadaran substitusi: Pembeli kurang peka akan harga, manakala mereka tidak sadar akan adanya subsitusi produk Efek kesulitan pembanding: pembeli kurang peka akan harga, mamakala mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas produk alternatif. Efek total ekspenditur: pembeli kurang peka akan harga, karena lebih rendahnya ratio antara biaya produk dan penghasilan mereka Efek tujuan kemanfaatan: pembeli kurang peka akan harga, karena lebih rendahnya biaya produk dalam kaitannya dengan kemanfaatannya Efek berbagi biaya: pembeli kurang peka akan harga, manakala bagian dari biaya ditanggung oleh kelompok lain Efek menanam investasi: pembeli kurang peka akan harga, manakala suatu produk digunakan dalam hubungannya dengan asset yang telah dibeli sebelumnya (misalnya film dan kamera) Efek kualitas harga: pembeli kurang peka akan harga, manakala mereka menduga suatu produk memiliki kualitas, prestise dan eklusivitas Efek inventori (persediaan): pembeli kurang peka akan harga, manakala mereka kehabisan persediaan suatu produk. Bagaimana daftar factor-faktor ini dipergunakan? Jika suatu kampanye perubahan social harus memujngut harga yang tinggi atas produknya, daftar factor-faktor di atas akan membantu menetapkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperoleh penerimaan atas harga yang tinggi tersebut. Mengelola Biaya Non Moneter dari Proses Adopsi ‘13 6 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ilustrasi Seorang wanita yang megidap kanker payudara, merencanakan pergi ke dokter untuk periksa. Wanita tersebut telah mendengar tentang kampanye social yang menganjurkan para wanita secara rutin memeriksakan diri. Untuk kunjungannya ke dokter tersebut sejumlah biaya dikeluarkan. Jika dia seorang buruh harian, dan tidak memiliki kendaraan, dia harus mengeluarkan biaya transportasi, dan mungkin kehilangan upah tiga jam kerjanya. Pergi ke dokter mencakup biaya non moneter dalam arti energi fisik, dan juga biaya-biaya psikis: Kecanggungan saat meminta izin meninggalkan pekerjaannya Rasa malu saat menjelaskan kondisi sakitnya pada reka kerja Kejengkelan saat mencari taksi atau kendaraan umum lainnya Rasa malu saat diperiksa payudaranya Ketakutan seandainya pemeriksaannya menyakitkan Ketakutan bahwa kanker akan ditemukan dan sebagainya Seorang pemasar social, dengan demikian harus membantu adopter mengurangi, baik biaya moneter maupun nonmoneter. Biaya nonmoneter dari proses adopsi pada dasarnya dibagi dua: biaya waktu, dan perkiraan risiko (risiko psikologis, social, dan risiko fisik) Biaya Waktu Para pemasar social, sewajarnya dan berupaya membantu target adopter mengurangi biaya waktu. Mengurangi waktu perjalanan adalah suatu masalah dalam mengelola saluran distribusi. Semakin banyak saluran dan semakin baik lokasi, semakin berkurang waktu perjalanan. Jika produk social berupa ide atau perilaku. Distribusinya juga mencakup pengelolaan pesan-pesan komunikasi secara efisien, melalui media atau hubungan interpersonal. Kampanye social, harus meminimalkan waktu menunggu para target adopter untuk pengiriman produk social. Waktu penggunaan dapat dikurangi dengan strategi menanamkan (strategy of embedding) Menanamkan suatu sasaran perilaku, berarti harus menemukan cara bagaimana perilaku baru tersebut dapat dilakukan secara bersamaan dengan aktivitas-aktivitas yang sudah ada. ‘13 7 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Risiko-risiko yang Diperkirakan Kategori lain dari biaya nonmoneter adalah risiko-risiko yang diperkirakan apakah pemasar social dapat menguranginya? Gewmunden mengusulkan model berikut: 1. Terhadap risiko psikologis yang diperkirakan, sediakan produk social dalam caracara yang memberikan ganjaran psikologis. 2. Terhadap risiko social yang diperkirakan, kumpulkan dukungan-dukungan dari sumber-sumber yang beropengaruh, yang dapat mengurangi gejala stigma atau rasa malu mengadopsi suatu produk. 3. Terhadap risiko penggunaan, sediakan informasi yang memberikan jaminan kembali atas produk atau dengan suatu uji coba gratis atas produk tersebut sehingga dapat mengalami apa-apa yang dihasilkan oleh produk tersebut. 4. Terhadap risiko fisikal yang diperkirakan. Mintakanlah segel dari institusi-institusi yang berwenang. ‘13 8 Komunikasi Antar Budaya Tri Diah Cahyowati Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id