II. Teori Alkohol merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus hidroksil, -OH. Fenol juga mengandung gugus hidroksil tetapi gugus fungsi ini melekat pada cincin aromatik. ( Fessenden R.J , 1986 : 96 ) Alkohol mempunyai bentuk umum R – OH, dengan gugus fungsional – OH dan rumus empiris CnH2n+2O. pembagian alkohol berdasarkan jumlah gugus OH dibedakan atas : 1. Alkohol monovalen (terdapat sebuah gugus OH) 2. Alkohol polivalen (terdapat ˃ sebuah gugus OH) Misalnya : alkohol bivalen (2 buah OH), alkohol trivalent (3 buah OH) Berdasarkan letak gugus OH, alkohol dibedakan atas : 1. Alkohol primer : bila gugus OH terikat pada gugus OH primer 2. Alkohol sekunder : bila gugus OH terikat pada gugus OH sekunder 3. Alkohol tersier : bila gugus OH terikat pada gugus OH tersier (Pengelompokan ini hanya berlaku pada alkohol polivalen, pada alkohol monovalen tidak dinyatakan).( Diana Barsasella, 2012 : 189-191) Alkohol (R – OH) mempunyai bagian yang larut dalam air (hidrofilik = suka air) yaitu – OH dan yang tidak larut dalam air (hidrofobik = takut air) yaitu R- atau rantai hidrokarbon. Bila R makin panjang maka kelarutan dalam air akan menurun. Titik didih dari alkohol sebanding dengan kenaikan BM. Kelarutan alkohol dengan rantai R pendek adalah disebabkan terjadinya interaksi hidrogen (ikatan hidrogen) dengan air seperti berikut : H – O – H ……..O – CH3 (……..) adalah ikatan hidrogen O ( Marham Sitorus , 2010 : 47 – 48 ) Karakteristik senyawa fenol adalah mempunyai cincin benzena (aromatik) dan mempunyai paling sedikit satu subtituen hidroksil (-OH). Banyak senyawa fenol yang terikat dengan gula yang dikenal sebagai glukosida yang biasa terdapat pada vacuola sel. Pada umumnya senyawa fenol terdapat pada tumbuhan seperti lignin (pembangunan sel) antosianin (pigmen bunga) sedangkan peranan golongan fenolat yang lain masih merupakan dugaan. Cara klasik untuk uji kualitatif senyawaan fenol yang paa umumnya larut dalm air dan etanol adalah dengan mereaksikannya dengan besi (III) klorida 1% alam air atau etanol akan menimbulkan warna merah, ungu, biru atau hitam pekat. Senyawa fenol aktif terhadap protein dengan membentuk kompleks sehingga sering terjadi hambatan kerja enzim pada ekstrak tumbuhan kasar. Sebalikny senyawa fenol peka terhadap enzim fenolase (terjadi degradasi) sehingga pada prosedur ekstraksi dilakukan dengan pelarut yang panas untuk menghambat kerja enzim fenolase. ( Petrucci, 1987 ) Alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya maupun dengan air. Hal ini dapat mengakibatkan titik didih maupun kelarutan alkohol dalam air cukup tinggi. Selain dipengaruhi oleh ikatan hidrogen, kelarutan alkohol juga dipengaruhi oleh panjang pendeknya gugus alkil, banyaknya cabang dan banyaknya gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon. Seperti air, alkohol adalah asam atau basa sangat lemah. Pada larutan encer dalam air, alkohol mempunyai pKa yang kira-kira sama dengan pKa air. Namun dalam keadaan murni keasaman alkohol jauh lebih lemah daripada air. Hal ini disebabkan karena alkohol mempunyai tetapan elektrik yang rendah. ( Suminar , 1990 : 160-161 ). Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air. Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. ( Wilbraham, 1992 ) Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol denganNaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. ( Sarbini, 1993 )