Free Stop Ocean Pollution PPT Templates Insert the Subtitle of Your Presentation IDENTIFIKASI http://www.free-powerpoint-templates-design.com ANGGOTA NUR ZAHRA SALSABILLA I1C020047 ZIDAN FAWWAZ AUSATH I1C020049 BETHA VIRGINIA DIAZ PUTRI I1C020051 SHARFINA IZZATI WIJAYA I1C020053 TALITHA HENDRIA ARISTAWIDYA I1C020055 GINA FAUZIA RACHMA I1C020057 Alkohol Alkohol ialah salah satu senyawa organik dengan rumus umum ROH. Adanya gugus –OH pada alkohol menyebabkan adanya polaritas sebab adanya perbedaan keelektronegatifan antara atom karbon dan oksigen, sehingga alkohol lebih bersifat polar. Alkohol umumnya memiliki titik didih tinggi akibat adanya ikatan hidrogen. Alkohol dapat mengalami berbagai reaksi seperti substitusi nukleofilik, oksidasi, dan eliminasi. Alkohol memiliki banyak kegunaan, dalam bidang kesehatan alkohol biasa digunakan sebagai antiseptik. Alkohol Alkohol dapat dibedakan menjadi 3, yaitu alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Alkohol primer adalah alkohol yang gugus –OH nya mengikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C lainnya), alkohol sekunder adalaha alkohol yang gugus –OH nya mengikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom C lainnya), dan alkohol tersier adalah alkohol yang gugus –OH nya mengikat pada atom C tersier (atom C yang mengikat 3 atom C lainnya) (Solomons, 2011). Fenol Fenol memiliki rumus Ar-OH dimana gugus hidroksi (-OH) terikat pada benzen. Dengan gugus OH yang berikatan dengan benzene, fenol memiliki sifat fisika dan kimia yang berbeda dengan alkohol dimana titik didihnya lebih tinggi dibanding alkohol dengan jumlah atom karbon yang sama dan lebih asam dibanding alkohol. Fenol Reaksi-reaksi kimia pada fenol berbeda dari alkohol. Fenol tidak bisa mengalami reaksi eliminasi dan subtitusi nukleofilik, akan tetapi fenol dapat mengalami reaksi subtitusi elektrofilik. Fenol yang dikenal dengan nama asam karbolat ini memiliki sifat lebih asam dibandingkan dengan alkohol karena fenol mampu melepasakan ion H+ dari gugus hidroksil sehingga membuat fenol menjadi anion fenoksida. Anion (muatan negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik (delokalisasi), sedangkan pada alkohol tidak terjadi. Fenol memiliki sifat beracun (toksik) pada jaringan hewan dan berbau sangat menyengat (Ulya, 2012) Uji Kelarutan Digunakan untuk menentukan senyawa organik bersifat polar atau non polar. Uji kelarutan dilakukan dengan melarutkan senyawa ke dalam air, asam ,basa, dan pelarut organik. Suatu zat kimia dapat larut jika memenuhi prinsip “like dissolves like” dimana suatu senyawa yang sejenis akan larut dalam senyawa yang sejenis juga. Salah satu contohnya adalah akuades yang bersifat polar dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar namun tidak bisa melarutkan senyawa yang bersifat non polar (Sastrohamidjojo, 2001). Praktikum kali ini menggunakan sampel uji yaitu methanol, etanol, 2-propanol, tbutanol, Setilalkohol, dan fenol. Pelarut yang digunakan air, heksan, dan EtOH. Sampel uji etanol, methanol, 2-propanol, t-butanol, dan fenol memiliki sifat polar, sedangkan sampel setilalkohol memiliki sifat non polar. Pelarut air dan EtOH memiliki sifat polar sedangkan nheksan bersifat non polar. Cara Kerja: 1. Siapkan beberapa tabung reaksi 2. masukkan masing-masing tabung reaksi 2 mL air, heksan, dan etilasetat 3. Masukkan sampel uji (50 mg atau 2-3 mm ujung spatula bila sampel berupa padatan dan 5 tetes bila sampel berwujud cairan) kedalam tabung tersebut 4. Aduk atau kocok hingga homogen 5. Amati dan catat perubahan yang terjadi Data Hasil Percobaan : Sampel Dalam Air Dalam Heksan Dalam EtOH Metanol Larut Larut Larut Etanol Larut Tidak larut Larut 2-propanol Tidak larut Tidak larut Larut t-butanol Tidak larut Tidak larut Larut Setilalkohol Tidak larut Tidak larut Tidak larut Larut Tidak larut Larut Fenol Pembahasan: Dari percobaan di atas, didapatkan hasil bahwa sampel metanol, etanol, dan fenol dapat larut dalam air, sedangkan 2-propanol, t-butanol, dan setilalkohol tidak larut dalam air. Lalu saat digunakan pelarut heksan, hanya sampel metanol saja yang dapat larut di dalamnya. Hal ini melenceng dari literasi yang didapat bahwa karena n-heksan tidak memiliki atom F, O, atau N yang dapat membentuk ikatan hidrogen, maka baik fenol maupun alkohol tidak larut dalam n-heksan. Terakhir untuk pelarut EtOH semua sampel dapat larut dalam EtOH, kecuali untuk setilalkohol. Dari uji kelarutan ini kita dapat menentukan apakah senyawa- senyawa organik itu polar atau non polar. Sebagian kecil alkohol larut dalam air karena gugus hidroksi pada alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Jika larut dalam air, berarti senyawa tersebut cenderung polar, dan jika larut dalam n-heksana berarti senyawa tersebut cenderung non polar. Penambahan n-heksan ke dalam mengakibatkan terbentuk 2 fase berbeda. Hal ini menunjukan sampel uji tidak larut dalam n-heksan karena memiliki kepolaran yang berbeda (Koirewoa et al., 2012). Uji Kebasaan Fenol memiliki sifat asam sehingga dengan suatu basa dapat bereaksi menghasilkan garam yang larut dalam air. Perbedaan sifat keasaman senyawa fenol dan alkohol dapat digunakan untuk membedakan kedua golongan senyawa tersebut. Fenol akan lebih mudah bereaksi dengan basa bila dibandingkan dengan alkohol karena fenol bersifat lebih asam daripada alkohol. Hal ini dikarenakan bila direaksikan dengan suatu basa maka basa konjugasi yang terbentuk yaitu ion fenolat akan lebih terstabilkan dengan adanya efek resonansi dari cincin aromatik bila dibandingkan dengan ion alkoksida. Cara Kerja : 1. Ditambahkan sejumlah sampel uji sebanyak 2-3mm atau sekitar 5 tetes ke dalam 2 mL larutan NaOH 5% pada tabung reaksi 2. Diaduk campuran dengan spatula hingga homogen Sampel Hasil pengamatan Metanol Larut Etanol Larut 2-propanol Larut t-butanol Tidak larut Setilalkohol Tidak larut Fenol Larut Pembahasan Pada uji kebasaan, senyawa etanol, metanol, t-butanol, fenol, dan 2-propanol yang memiliki warna awal bening direaksikan dengan 2 ml NaOH 5%. Dalam praktikum menunjukkan bahwa setelah adanya reaksi etanol, metanol, 2-propanol, dan fenol tidak membentuk adanya endapan (larut). Pada alkohol primer bereaksi lumayan cepat, alkohol sekunder beraksi lambat, dan alkohol teriser bereaksi lebih lambat. Reaksi yang cepat ini didasari karena penggantian gugus –OH dengan cepat oleh natrium (oksidator). Senyawa golongan fenol dengan uji ini sebagian akan menghasilkan suatu larutan berwarna atau sebaliknya yaitu tidak membentuk larutan berwarna akan tetapi terbentuk suatu endapan, sedangkan untuk senyawa golongan alkohol akan membentuk suatu larutan 2 fasa yang tidak saling campur. Turunan fenol seperti nitrofenol yang lebih asam akan menghasilkan larutan berwarna. Uji Besi (III) Klorida Uji besi (III) klorida merupakan salah satu metode yang digunakan untuk membedakan antara alkohol dan fenol dengan reagen FeCl3 (ferri klorida). Besi (III) klorida (FeCl3) merupakan zat berwarna kuning, heksagonal, terhidrolisis cepat di udara basah, dalam larutan terhidrolisis sebagian, dan senyawa ini banyak larut dalam pelarut organik (Martin, 2012). Pada uji besi klorida, fenol yang larut dalam air bereaksi dengan besi (III) klorida menunjukkan warna merah, ungu, biru, atau hijau yang tergantung pada konsentrasi atau senyawa fenolik yang digunakan, sedangkan alkohol menunjukkan warna kuning saat penambahan FeCl3 (Casey, 2000). Cara Kerja: 1. 2. 3. 4. Ditambahkan sejumlah sampel uji ke dalam 1 mL air pada tabung reaksi Diaduk campuran dengan spatula hingga homogen Ditambahkan 3-5 tetes larutan FeCl3 ke dalam campuran Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi Data Hasil Percobaan: Sampel Hasil Pengamatan Metanol Terbentuk warna kuning Etanol Terbentuk warna kuning 2-propanol Terbentuk warna kuning t-butanol Terbentuk warna kuning Setilalkohol Terbentuk warna kuning Fenol Terbentuk warna ungu Analisis Data Sampel yang digunakan pada uji ini yaitu metanol, etanol, 2-propanol, t-butanol, setilalkohol, dan fenol. Berdasarkan hasil pengamatan, hampir semua sampel membentuk warna kuning setelah ditetesi dengan larutan ferri klorida (FeCl3), kecuali fenol yang membentuk warna ungu. Metanol, etanol, 2-propanol, t-butanol, dan setilalkohol termasuk ke dalam senyawa alkohol sehingga membentuk warna kuning pada uji ini. Warna kuning yang dihasilkan merupakan warna asli dari FeCl3. Sedangkan senyawa fenol menunjukkan warna ungu dikarenakan fenol membentuk senyawa kompleks dengan ion besi (III). Kompleks yang terbentuk berupa besi (III) heksa fenolat. Persamaan reaksinya yaitu: 6 PhOH + Fe3+ → [Fe(OPh)6]3– Pada uji ini, senyawa fenol yang larut dalam air dapat pula membentuk warna lain misalnya merah, biru, atau hijau. Hal ini bergantung pada konsentrasi dan senyawa fenolik yang digunakan (Casey, 2000). Uji Lucas Uji Lucas ialah tes yang digunakan untuk membedakan antara alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier yang dilarutkan dalam suatu reagen. Hal ini didasarkan pada perbedaan reativitas dari tiga kelas alkohol dengan hidrogen halida. Reagen Lucas melarutkan alkohol, kemudian menghilangkan gugus -OH dan terakhir membentuk gugus karbokation (Antonius et al, 2021). Alkohol tersier mampu bereaksi dengan reagen Lucas menghasilkan kekeruhan tanpa pemanasan, alkohol sekunder mampu bereaksi menghasilkan kekeruhan dengan pemanasan, sedangkan alkohol primer tidak mampu menghasilkan kekeruhan. Sekaligus, ketiga senyawa tersebut mampu memberikan hasil reaksi berupa warna yang berbeda, dimana alkohol primer akan menghasilkan warna yang terang (bening), alkohol sekunder menghasilkan warna yang pekat, sedangkan alkohol tersier menghasilkan warna yang keruh (Antonius et al, 2021). Uji Lucas Cara Kerja : Pembuatan pereaksi Lucas : -10 ml HCl pekat didinginkan dalam gelas kimia menggunakan penangas es - ditambahkan 16 g ZnCl2 anhidrat -diaduk hingga larut Pengujian : -2 mL pereaksi Lucas dimasukkan dalam tabung reaksi -ditambahkan 3-4 tetes larutan uji -ditutup dengan alumunium foil atau gabus -digoyangkan dengan kuat Data Hasil Percobaan : Sampel Hasil Pengamatan Metanol Tidak terbentuk Keruh Etanol Tidak terbentuk Keruh 2-propanol Terbentuk Keruh T-butanol Terbentuk Keruh Setilalkohol Tidak terbentuk Keruh Fenol Tidak terbentuk Keruh Dari hasil percobaan diatas, didapatkan hasil percobaan terhadap metanol dan etanol tidak terbentuk keruh. Hal ini menandakan bahwa baik metanol dan etanol merupakan alkohol primer. Percobaan pada 2-propanol dan t-butanol menunjukkan terbentuknya keruh. Hal ini disebabkan 2-propanol merupakan alkohol sekunder sedangkan t-butanol merupakan alkohol tersier. Percobaan pada setil alkohol dan fenol tidak menunjukkan adanya keruh. Hal ini disebabkan setil alkohol termasuk alkohol primer, sedangkan fenol termasuk golongan benzena. Uji Asam Kromat Prinsip dari pengujian ini yaitu reaksi reduksi oksidasi, yang mana dengan adanya alkohol, kromium (VI) yang berwarna jingga akan mengalami reduksi menjadi kromium (III) yang berwarna hijau. Alkohol itu sendiri akan mengalami oksidasi, alkohol primer akan teroksidasi menjadi asam karboksilat, alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton, dan alkohol tersier tidak teroksidasi. Untuk dapat membedakan alkohol primer dan sekunder dilihat dari kemampuan asam kromat untuk mengoksidari aldehid, karena keton tidak akan teroksidasi lebih lanjut menjadi aldehid. Alkohol primer pertama-tama teroksidasi menjadi aldehid, dan selanjutnya teroksidasi menjadi asam karboksilat (Fareza & Rehana, 2021) Uji Asam Kromat Cara Kerja : Pembuatan pereaksi asam kromat : - 20 gram CrO3 dilarutkan dengan 60 mL air dingin ke dalam gelas piala - Diaduk dengan magnetik stirrer - Saat proses pengadukan, ditambah 20 mL asam sulfat pekat secara perlahan - Penggunaan pereaksi ini harus dalam keadaan segar Pengujian : - Dilarutkan 1 tetes atau 10 mg sampel uji dalam 1 mL aseton p.a - Ditambahkan 1 tetes pereaksi kromat - Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi Data Hasil Percobaan : Dengan adanya asam kromat, alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat. Bilangan oksidasi Cr +6 pada asam kromat, yang berwarna merah kecoklatan, tereduksi menjadi Cr +3, yang berwarna hijau. Alkohol sekunder teroksidasi menjadi keton oleh asam kromat. Sedangkan alkohol tersier tidak dapat teroksidasi oleh asam kromat (Wahyuni, et al., 2020). Dari data berikut, didapat bahwa pada metanol, etanol, dan 2-propanol terbentuk warna hijau, yang artinya senyawa tersebut merupakan alkohol primer dan sekunder. Namun terdapat perbedaan bahwa pada data, T-butanol menghasilkan warna hijau padahal senyawa tersebut tergolong pada alkohol tersier. Begitupula pada setilalkohol yang seharusnya membentuk warna hijau karena termasuk dalam alkohol primer. Serta pada data, fenol diketahui menmbentuk warna kuning, sedangkan menurut Wahyuni et al. (2020) fenol biasanya teroksidasi menjadi tar berwarna kecoklatan oleh asam kromat. Sampel Hasil Pengamatan Metanol Terbentuk warna hijau Etanol Terbentuk warna hijau 2-propanol Terbentuk warna hijau T-butanol Terbentuk warna hijau Setilalkohol Terbentuk warna kuning Fenol Terbentuk warna kuning Uji Iodoform Uji iodoform digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan sebuah gugus metil keton (CH3CO). Iodium direaksikan dengan bantuan NaOH menentukan keberadaan asetilaldehid dan metil keton akan menghasilkan endapan berwarna kuning Dasar dari percobaan ini adalah kemampuan dari sampel uji untuk membentuk endapan iodoform ketika direaksikan dengan larutan basa iodin. Cara Kerja : • Pembuatan Pereaksi Iodin - Disiapkan 100 mL air Ditambahkan 20 gram kalium iodida (KI) dan 10 gram iod (I2) Diaduk hingga homogen • Penangas Air - Disiapkan penangas air dengan suhu 60-70oC di gelas kimia • Sampel Uji - Dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 0,06 gram untuk sampel padatan atau 6 tetes untuk sampel cairan - Ditambahkan 2 ml larutan NaOH 10% hingga sampel larut (ditambahkan pula 1,2-dimetoksietan bila sampel tidak larut) - Dipanaskan campuran dipenangas air yang telah dibuat - Diambahkan 4 ml larutan I2-KI dan kocok campuran tersebut - Dipanaskan selama 5 menit higga warna larutan menghilang - Ditambahkan kembali tetes demi tetes larutan NaOH 10% bila warna larutan belum hilang - Dikeluarkan tabung reaksi setelah warna menghilang - Diamati dan catat perubahan yang terjadi Data Hasil Percobaan : Sampel Hasil Pengamatan Metanol Tidak terbentuk endapan Etanol Terbentuk endapan kuning 2-propanol Terbentuk endapan kuning t-butanol Tidak terbentuk endapan Setilalkohol Tidak terbentuk endapan fenol Tidak terbentuk endapan Percobaan yang dilakukan yaitu tes iodoform pada sampel alkohol. Seperti judulnya uji ini dilakukan dengan menggunakan reagen iodoform untuk proses reaksinya. Percobaan pada etanol dan 2-propanol terbentuk endapan kuning. Hal ini karena etanol dan 2 propanol bereaksi dengan iodoform, kedua sampel ini mengandung metil keton sehingga terbentuk endapan yang berwarna kuning. Metil keton merupakan contoh senyawa yang umum yang memberikan hasil positif terhadap uji ini meskipun asetaldehid dan alkohol sekunder juga dapat memberikan hasil yang sama. Hasil yang demikian dapat terjadi karena senyawa yang mengandung sebuah gugus metil keton akan bereaksi dengan I2 dalam NaOH akan memberikan endapan kuning. Daftar Pustaka Antonius, Kartika, N., Marissa, D., Melvine, D., Juniarti, L., Vicry, V. & Wahyuni, E., 2021. Senyawa Alkohol dan Fenol. Jurnal Praktikum Kimia Organik Dasar, pp. 8-9. Casey, J. P., 2000. Pulp and Paper Chemistry and Chemical Technology. New York: John and Wiley and son. Fareza, M. S. & Rehana, 2021. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman. Koirewoa, Adithya, Y., Farimawali. & Wiyono, W. I., 2012. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Beluntas (Pluchea indica L.). Pharmacon. 1(1), pp. 47-52. Martin, E. A., 2012. Kamus Sains. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sastrohamidjojo, H., 2001. Kimia Dasar Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Solomons, T. W. G. & Fryhle, C. B., 2011. Organic Chemistry Tenth Edition. United States of America: Wiley. Wahyuni, H. S., Haro, G., Ginting, N. & Lasma, M., 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Medan: Laboratorium Kimia Organik Universitas Sumatera Utara.