Penerapan Model Belajar Resistasi Diskusi Kooperatif

advertisement
ISSN 0215 - 8250
944
PENERAPAN MODEL BELAJAR RESISTASI DISKUSI
KOOPERATIF (RDK) BERBASIS PORTOFOLIO UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
MATA KULIAH KIMIA ANALITIK KUALITATIF
oleh
I Gusti Lanang Wiratma
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas MIPA, Universitas Pendidikan Ganesha
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian perbaikan kualitas pembelajaran Kimia
Analitik Kualitatif pada mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia IKIP Negeri
Singaraja. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kesiapan dan aktivitas
belajar, meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Tindakan yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah Resistasi Diskusi Kooperatif. Dengan tindakan
tersebut, diperoleh hasil yaitu kesiapan belajar sangat baik, aktivitas
mahasiswa dalam proses belajar mengajar mengalami peningkatan,
kerjasama antarmahasiswa baik, dan hasil belajar mahasiswa baik. Persepsi
siswa terhadap model belajar yang diterapkan, sangat positif. Berdasarkan
hal tersebut, disimpulkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kata kunci : resisitasi, diskusi, kooperatif, portofolio, kualitas pembelajaran
ABSTRACT
The research was conducted to improve learning quality output at
Qualitatif Analysis Chemistry at the Chemistry Departement IKIP Negeri
Singaraja. It aimed at improving students readiness, learning activities and
improving their achievement. The technicques employed as the action were
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
945
Cooperative Learning Discussion and Resistation. The results showed that
was an improvement in students activities readiness and cooperation, the
improvement on their achievments was very good. There was a positive
perception from the students towards the learning model applied. In relation
to these facts it can be concluded that the action applied was able to
improve the learning quality.
Key word : cooperative, discussion, resistation, portofolio, quality learning
1. Pendahuluan
Berdasarkan pengalaman mengasuh mata kuliah Kimia Analitik
selama 10 tahun, persoalan yang selalu muncul adalah cara belajar
mahasiswa yang belum dewasa, mahasiswa masih menampakkan cara
belajar siswa sekolah menengah, yang selalu menunggu informasi atau
menunggu penjelasan-penjelasan yang detail mengenai konsep konsep,
prinsip-prinsip kimia. Hal ini mengharuskan seorang dosen berusaha
mendesain pembelajaran agar terjadi perubahan cara belajar pada diri
mahasiswa, terutama dalam menyiapkan diri mengikuti kuliah.
Kecenderungan lain yang terjadi adalah sebagian besar mahasiswa tidak
mampu mengemukakan gagasan atau ide ketika diberi pertanyaan atau
diminta untuk menjelaskan sesuatu persoalan/masalah. Keadaan ini terjadi
karena pengalaman belajar sebelumnya. Mereka belum terlatih
mempertanggungjawabkan tugas secara lisan, belum terlatih berdiskusi, dan
selama berada di sekolah menengah pembelajaran berpusat pada guru.
Penerapan belajar diskusi kooperatif yang berbasis portofolio
dilandasi oleh pemikiran berikut. Pertama, ada empat pilar pendidikan
yang dicanangkan “UNESCO” yaitu learning to do, learning to know,
learning to be dan learning to live together. Dalam proses pembelajaran
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
946
peserta didik boleh diposisikan sebagai pendengar ceramah guru. Peserta
didik harus diberdayakan agar mau dan mampu berbuat untuk memperkaya
pengalaman belajarnya (learning to do) dengan meningkatkan interaksi
dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik, sosial, maupun budaya
sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuannya terhadap
dunia sekitarnya (learning to know). Diharapkan hasil interaksi dengan
lingkungannya dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya
(learning to be). Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau
kelompok akan membentuk kepribadian untuk memahami kemajemukan
dan melahirkan sikap-sikap positif dan toleran terhadap keanekaragaman
dan perbedaan hidup (learning to live together) (Dasim B. 2002). Kedua,
pandangan konstruktivisme menganggap semua peserta didik mulai dari
usia taman anak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/
pengetahuan tentang lingkungan dan gejala lingkungan di sekitarnya,
meskipun gagasan/ pengetahuan itu sering miskonsepsi. Pengetahuan awal
itu cenderung dipertahankan secara kokoh karena terkait dengan
pengetahuan awal lainnya yang sudah dibangun dalam wujud “schemata”
(struktur kognitif). Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan
pendidikan adalah memulai pelajaran dari apa yang diketahui peserta didik.
Guru/dosen tidak dapat mengindroktinasi gagasan/ pengetahuan ilmiah.
Dengan demikian, arsitek pengubah gagasan peserta didik adalah peserta
didik sendiri, sedangkan guru/dosen berperan sebagai fasilitator dan
penyedia kondisi, supaya proses belajar dapat berlangsung. Beberapa
bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan filosofi konstruksivisme, antara
lain (a) diskusi yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik
mau mengungkapkan gagasan, (b) pengujian dan hasil penelitian sederhana,
(c) demonstrasi dan peragaan prosedur ilmiah, (d) kegiatan praktis lain
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
947
yang memberi peluang peserta didik untuk mempertajam gagasannya.
(Dasim B, 2002; Budi Jatmiko, 2004)
Beberapa hasil penelitian yang dijadikan acuan dasar penerapan
model belajar tersebut adalah berikut ini. Puri (1996) menyatakan bahwa
metode resistasi dapat meningkatkan aktivitas belajar`siswa. Wiratma
(1999) menyatakan penerapan model belajar resistasi diskusi informasi
(RDI) cenderung membuat mahasiswa menyiapkan diri sebelum mengikuti
kuliah dan aktivitas belajarnya cukup tinggi. Dalam penelitian, penerapan
model pembelajaran resistasi pra-laboratorium dalam praktikum mampu
mengaktifkan motivasi dan mengarahkan perhatian siswa dan merangsang
ingatan siswa (Wiratma, 2000). Penerapan model belajar resistasi diskusi
kooperatif berhasil meningkatkan kesiapan belajar, aktivitas belajar, dan
kemampuan berkomunikasi meningkat sehingga kualitas belajar menjadi
baik (Wiratma, 2002).
Dasim (2002) mengemukakan bahwa model pembelajaran dan
penilaian berbasis portofolio dapat meningkatkan sikap demokratis dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa, dapat menghargai
pendapat orang lain dan menghargai keputusan bersama yang sudah
ditetapkan. Berdasarkan kajian tersebut, beberapa masalah yang dikaji
adalah (1) apakah model belajar resisitasi diskusi kooperatif berbasis
portofolio dapat meningkatkan kesiapan dan aktivitas belajar mahasiswa,
(2) apakah model belajar resisitasi diskusi kooperatif berbasis portofolio
dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa berkomunikasi dan
bekerjasama, (3) apakah model belajar resisitasi diskusi kooperatif berbasis
portofolio dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa, (4) bagaimana
persepsi mahasiswa terhadap penerapan model belajar resistasi diskusi
kooperatif berbasis portofolio.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
948
2. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan di Jurusan Pendidikan Kimia IKIP Negeri
Singaraja pada tahun 2005. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan
Pendidikan Kimia yang mengikuti kuliah Kimia Analitik, objek penelitian
adalah kualitas proses dan hasil belajar. Penelitian ini dirancang dengan
pola penelitian tindakan kelas dengan model resistasi diskusi kooperatif
berbasis portofolio. Prosedur penelitian terdiri atas 4 tahapan, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi, (4) refleksi (Suwarsih
Madya, 1994). Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan yaitu
mengelompokkan mahasiswa dalam kelompok kerja kooperatif,
menyiapkan tugas-tugas sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan.
Tugas-tugas yang dikerjakan mahasiswa dikumpulkan dalam bundel
portofolio. Mahasiswa diberikan tugas untuk didiskusikan dan dikerjakan
secara berkelompok, kemudian mahasiswa mempertanggungjawabkan
tugas yang dikerjakan dalam kegiatan diskusi kelas. Dalam diskusi kelas,
dosen mengondisikan agar terjadi tanya jawab yang mengarah pada
kompetensi yang harus dipahami. Menjelang akhir pertemuan di dalam
kelas dosen memberikan pemantapan konsep. Dalam penelitian ini,
dilakukan observasi/evaluasi yang meliputi kesiapan belajar mahasiswa,
aktivitas belajar, kerjasama dan kemampuan berkomunikasi, evaluasi
terhadap tugas yang dikerjakan dan evaluasi persepsi mahasiswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus,
yakni pada siklus I pada dua bulan pertama dengan beberapa pokok
bahasan dan pada siklus II dua bulan berikutnya. Pada masing- masing
siklus dilakukan refleksi untuk penyempurnaan tindakan. Pada akhir siklus
I dilakukan refleksi menyeluruh, yang bertujuan untuk memperoleh
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
949
gambaran tentang keberhasilan dan kekurangan siklus I. Hasil refleksi ini
digunakan acuan untuk penyempurnaan siklus II.
Instrumen dan teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam
penelitian ini disajikan dalam tabel 01 berikut.
Tabel 01. Objek, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
No
Objek
Instrumen
Teknik Pengumpulan
Data
Chek list (daftar Menilai tugas
cocok)
1
Kesiapan belajar
2
Aktivitas belajar
kerjasama dan
kemampuan
berkomunikasi
Lembar observasi
Observasi
dalam
kuliah dan diskusi
3
Hasil belajar
Tes hasil belajar
Menilai hasil tes
4
Persepsi mahasiswa
Angket
Pemberian angket
Analisis kesiapan belajar mahasiswa didasarkan pada nilai yang
diperoleh mahasiswa dari tugas yang dikerjakan. Untuk menilai aktivitas
belajar, kerjasama dan kemampuan berkomunikasi dilakukan analisis
terhadap hasil observasi. Analisis dilakukan dengan cara perkelompok item
dan analisis secara menyeluruh. Hasil belajar dihitung berdasarkan skor
tugas dan skor tes hasil belajar dengan pembobotan 40 % tugas dan 60 %
hasil tes, kemudian dikonversi ke pedoman penilaian acuan patokan skala
lima sesuai dengan buku pedoman studi. Selanjutnya, dihitung prosentase
mahasiswa yang memperoleh nilai A, nilai B, dan seterusnya.
Analisis persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran dengan model
Resistasi Diskusi Kooperatif Berbasis Portofolio didasarkan pada jawaban
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
950
mahasiswa terhadap angket. Dari jawaban mahasiswa dapat dihitung skor
yang diperoleh mahasiswa. Analisis menggunakan dengan statistik
sederhana. Analisis hasil tes menggunakan skor maksimal ideal (SMI) dan
mencari standard deviasi (SD) kemudian dilakukan konversi pada suatu
acuan. Dengan itu akan diperoleh hasil/jawaban apakah persepsi mahasiswa
positif atau negatif.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
3.1.1 Hasil Tindakan Siklus I
Untuk mengakses hasil tindakan dilakukan observasi aktivitas
belajar/ diskusi, penilaian tugas, penilaian hasil tes. Untuk mengetahui
tanggapan mahasiswa terhadap model yang diterapkan, disebarkan angket.
Pada awal pertemuan kepada mahasiswa diberitahukan bahwa dalam
perkuliahan akan diberlakukan pembelajaran dengan langkah kegiatan
memberikan tugas kelompok kemudian diskusi dan hasil tugas dibundel
dalam sebuah portofolio, dengan istilah model belajar resisitasi diskusi
kooperatif berbasis portofolio. Di samping cara pembelajaran, juga
diberitahukan mengenai kompetensi yang harus mereka kuasai, pokok
bahasan materi kuliah, buku sumber dan sistem asesmen yang
diberlakukan. Pada pertemuan itu langsung diminta agar mahasiswa
membuat kelompok diskusi, dan menjelang akhir pertemuan diberikan
tugas untuk didiskusikan di rumah bersama kelompoknya. Pada pertemuan
berikutnya, (pertemuan II) mahasiswa menyerahkan tugas, kemudian
dilakukan diskusi dalam kelas.
Bundel portofolio sebagai kumpulan tugas mahasiswa yang selalu
disempurnakan dan didiskusikan dalam diskusi kelas. Dalam situasi dan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
951
kondisi seperti itu, proses belajar terus terjadi yang lebih banyak dilakukan
oleh mahasiswa. Gambaran kelas yang diberi tindakan dengan model ini
adalah jumlah mahasiswa 22 orang, kemudian mereka membagi diri
menjadi 6 kelompok dengan anggota 3-4 orang. Setiap kelompok diberikan
tugas yang sama dengan kelompok lain agar dikerjakan dengan penuh
tanggung jawab oleh kelompok tersebut. Jenis tugas yang diberikan, ada
tugas rumah, ada tugas di kelas, dengan bentuk tugas yang bervariasi,
misalnya merangkum pokok bahasan, membuat peta konsep, mengerjakan
soal dan mencari konsep-konsep inti dalam suatu pokok bahasan. Untuk
melihat apa yang terjadi dan bagaimana hasilnya berikut ini disajikan hasil
penelitian pada masing-masing siklus.
Pada siklus I, masing-masing kelompok mengerjakan tugas,
kemudian tugas yang sudah dikerjakan diserahkan kepada dosen untuk
dievaluasi. Selanjutnya, dilakukan pembelajaran yang lebih menonjolkan
diskusi dalam kelas. Dalam pembelajaran yang diseting dengan
menonjolkan diskusi dan tanya jawab, dilakukan observasi terhadap
aktivitas mahasiswa dalam diskusi tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi
beberapa kali pertemuan dan skor beberapa tugas pada siklus I, diperoleh
hasil skor tugas rata-rata adalah 71, termasuk dalam kategori baik. Skor
rata-rata aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran adalah 2,62 berada dalam
kategori cukup.
Refleksi dilakukan dengan mencermati hasil observasi dan evaluasi
serta dengan melihat kelemahan dan kelebihan yang ada pada mahasiswa
yang dicatat dalam jurnal, kemudian dirancang suatu perbaikan tindakan.
Rancangan tindakan siklus II diutamakan untuk mengatasi kekurangan
mahasiswa dalam mencari sumber belajar, belajar mandiri dan kelemahan
memahami suatu konsep secara tuntas dan menyeluruh. Tindakan yang
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
952
dilakukan pada siklus II tetap dalam resistasi diskusi kooperatif berbasis
portofolio, dan diikuti dengan kegiatan tampil mempresentasikan hasil
tugas secara berkelompok bergiliran dalam bentuk seminar kecil.
Setelah melakukan pengamatan dan pencatatan data dalam beberapa
kali pertemuan, maka diperoleh hasil aktivitas mahasiswa berada dalam
kategori cukup dengan skor rata-rata 2,62. Skor yang diperoleh sangat
dekat dengan kategori kurang. Hal ini menandakan bahwa secara individu
aktivitas mahasiswa kurang aktif. Kurang aktifnya mahasiswa secara
individu dapat diamati pada saat dilakukan diskusi dan tanya jawab. Pada
saat diskusi, terlihat hanya sebagaian kecil mahasiswa yang memiliki
kemampuan menjawab, atau bertanya tentang sesuatu hal yang
didiskusikan. Mahasiswa yang aktif tersebut hanya beberapa orang dan ituitu saja, tidak banyak berkembang pada minggu berikutnya. Walaupun
secara umum aktivitas mahasiswa dalam kategori cukup, mahasiswa
memiliki potensi keunggulan dalam bekerjasama dan sikap yang baik
dalam mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan refleksi tersebut di atas, dengan melihat kelemahan dan
kelebihan yang ada pada mahasiswa, dirancang suatu perbaikan tindakan
yang dilakukan pada tindakan siklus II. Rancangan tindakan pada siklus II
diutamakan untuk mengatasi kekurangan mahasiswa dalam mencari sumber
belajar yang lebih, kelemahan dalam belajar mandiri dan kelemahan dalam
memahami suatu konsep secara tuntas dan menyeluruh. Rancangan yang
dibuat adalah tetap dalam resistasi diskusi kooperatif berbasis portofolio,
dengan kegiatan tampil mempresentasikan hasil tugas secara berkelompok
bergiliran dalam bentuk seminar kecil.
Mahasiswa diberikan tugas dalam bentuk membuat ringkasan suatu
pokok bahasan, boleh dalam bentuk peta konsep maupun rangkuman.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
953
Tugas yang dikerjakan dikumpulkan dan diserahkan kepada dosen
pembimbing untuk dievaluasi. Di dalam kelas mahasiswa secara bergiliran
menjelaskan atau mempresentasikan ke depan kelas terhadap tugas yang
sudah mereka kerjakan. Kelompok lain diharapkan memberikan tanggapan
atau bertanya tentang hal-hal yang disajikan oleh kelompok penyaji. Semua
anggota kelompok yang bertugas sebagai penyaji harus berperan aktif
secara keseluruhan dan harus memiliki kesiapan sebagai penyaji maupun
menjawab pertanyaan. Dengan pengondisian belajar seperti ini, mahasiswa
diyakini akan menyiapkan diri lebih dari pada biasanya, dan wajib mencari
sumber belajar yang lebih mendalam.
Pada saat dilakukan diskusi dalam kelas, dilakukan penilaian
aktivitas mahasiswa baik yang berperan sebagai penyaji maupun yang
menjawab pertanyaan. Kepada mahasiswa yang aktif bertanya maupun
menanggapi pertanyaan mahasiswa lain juga diberikan nilai secara
individu. Pemberian nilai kepada mahasiswa yang aktif dimaksudkan untuk
memberi perhatian dan memotivasi mahasiswa agar selalu mendalami suatu
konsep dari berbagai sumber belajar.
3.1.2 Hasil Penelitian Siklus II
Pada siklus II ini dilakukan pencatatan terhadap skor tugas yang
dibuat oleh mahasiswa, dan aktivitas mahasiswa dalam melaksanakan
diskusi kelas. Dari beberapa kali kegiatan yang dilakukan ternyata
diperoleh hasil evaluasi dengan skor rata-rata 87,5, artinya dalam kategori
sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas belajar mahasiswa diperoleh
skor rerata 3,79 berada dalam kategori baik.
Hasil belajar mahasiswa diakses dengan jalan memberikan tes hasil
belajar. Jenis tes yang diberikan berupa tes tertulis dalam bentuk tes esei
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
954
yaitu menjelaskan dan menghitung suatu permasalahan yang terkait dengan
konsep-konsep dasar Kimia Analitik. Tes hasil belajar diberikan pada akhir
tindakan siklus II, yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
mahasiswa secara individual. Tes yang diberikan mencakup keseluruhan
materi yang sudah didiskusikan dari awal perkuliahan sampai mengakhiri
tindakan siklus II. Skor rerata tes hasil belajar adalah 80,41. Jika
dibandingkan dengan pengkategorian menurut buku pedoman studi maka
skor di atas berarti berada dalam kategori baik.
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diinterpretasikan bahwa
secara kelasikal terjadi peningkatan skor tugas dari kategori cukup menjadi
sangat baik, dengan skor rerata 87,5. Jika dilihat hasil tugas untuk setiap
kelompok, bahwa ada dua kelompok dalam kategori baik dan empat
kelompok dalam kategori sangat baik. Dengan memperhatikan jawaban
mahasiswa terhadap tugas yang diberikan, ternyata terjadi perubahan cara
menyajikan dalam tulisan dan sistematika serta penjelasannya sangat
komunikatif. Sebagian besar kelompok mahasiswa dalam menyelesaikan
dan mengerjakan tugas selalu memberi penjelasan yang lengkap dan jelas.
Ternyata, secara keseluruhan aktivitas belajar mahasiswa berada
dalam kategori baik dengan skor rerata 3,79. Pada siklus II terjadi
peningkatan aktivitas belajar mahasiswa yang sangat berarti yaitu dari skor
2,62 menjadi 3,79. Dari beberapa hasil pengamatan yang dilakukan,
memang, sangat tampak ada perkembangan dan peningkatan, terutama
aktivitas mahasiswa dalam mengacungkan tangan untuk bertanya atau
menanggapi pertanyaan. Pertanyaan maupun jawaban terhadap pertanyaan
yang disampaikan cukup bermakna. Jumlah mahasiswa yang berkeinginan
untuk bertanya semakin meningkat, hampir semua mahasiswa ingin tampil
bertanya maupun menjawab pertanyaan. Intensitas diskusi dalam
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
955
kelompoknya juga meningkat, terutama ketika ada suatu permasalahan
yang belum mampu dijawab secara tuntas.
3.1.3 Persepsi Mahasiswa
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap tindakan yang
diberikan, dilakukan penjaringan pendapat mahasiswa. Pendapat
mahasiswa dijaring dengan menggunakan angket. Angket yang disebarkan
kepada mahasiswa berupa angket tertutup dan angket terbuka. Angket
tertutup berisi 15 pernyataan, pada masing-masing pernyataan diberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk menyatakan persetujuannya yang
dikategorikan dalam lima kategori, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju,
cukup setuju, setuju, dan sangat setuju. Dengan lima kategori tersebut,
setiap pilihan mahasiswa diberikan skor, skor minimal adalah satu (1) dan
skor maksimal adalah lima (5). Untuk angket yang terbuka, mahasiswa
diberikan kebebasan untuk menuliskan pendapatnya mengenai
pembelajaran yang telah diikuti dan saran-saran yang ingin disampaikan.
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap model
pembelajaran yang diterapkan, dilakukan pengolahan data dengan
menggunakan statistik sederhana norma absolut skala lima. Pengolahan
data menggunakan statistik sederhana dimaksudkan untuk membuat
standard penilaian terhadap hasil pendapat mahasiswa. Dalam membuat
standard sebagai acuan menilai persepsi mahasiswa, dilakukan perhitungan
mulai dari menghitung skor maksimal ideal (SMI), mean ideal (MI) dan
standard deviasi ideal (SDI) seperti berikut.
Pedoman konversinya adalah:
MI + 1,5 SDI = 37,5 + 1,5 (12,5) = 66,25
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
956
MI + 0,5 SDI = 37,5 + 0,5 (12,5) = 43,75
MI - 0,5 SDI = 37,5 - 0,5 (12,5) = 31,25
MI - 1,5 SDI = 37,5 - 1,5 (12,5) = 18,75
Pemaknaan dari pedoman konversi tersebut adalah sebagai berikut.
Jika skor berada pada 66,25  X  75
= A = sangat positif
Jika skor berada pada 43,75  X  66,25 = B = positif
Jika skor berada pada 31,25  X  43,75 = C = cukup positif
Jika skor berada pada 18,75  X  31,25 = D = negatif
Jika skor berada pada 15  X  16,75
= E = sangat negatif
Angka 75 merupakan skor maksimal ideal, yang artinya apabila mahasiswa
dalam menjawab pernyataan dengan nilai maksimal untuk keseluruhan
pernyataan, maka akan memperoleh skor 5 x 15 = 75. Angka 15 merupakan
nilai paling minimal yang akan diperoleh apabila seluruh pernyataan
dijawab dengan memperoleh nilai minimal yaitu 1 sehingga nilai
minimalnya adalah 1 x 15 = 15.
Untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pembelajaran yang
diberikan, jawaban – jawaban mahasiswa yang dituangkan dalam angket
ditabulasi dan diolah. Hasil pengolahan data persepsi mahasiswa dari
angket yang diberikan menunjukkan skor 50,95, yaitu berada dalam
kategori positif. Hal ini bermakna bahwa tanggapan mahasiswa terhadap
model pembelajaran yang diberlakukan pada mahasiswa adalah positif.
Persepsi positif yang dinyatakan oleh mahasiswa lebih menonjol
persetujuannya terhadap pemberian tugas sebelum pembelajaran dan pola
diskusi untuk pendalaman suatu konsep.
Pada angket yang terbuka, diperoleh jawaban yang cukup bervariasi
dalam mengemukakan pendapatnya, namun dapat digolongkan dalam
beberapa hal yang prinsip. Beberapa hal yang dianggap prinsip yang
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
957
bernada positif, yaitu : semua menyatakan senang/setuju dengan model
kuliah seperti yang dilakukan, sebagian besar menyatakan setuju dengan
pemberian tugas berkelompok sebelum pembelajaran, dan hampir semua
mahasiswa menyatakan setuju dengan metode diskusi yang diterapkan. Ada
beberapa mahasiswa menyarankan agar diberikan waktu yang lebih banyak
dalam diskusi mendalami suatu konsep, buku ajar perlu diperbaiki. Dan
semua menyarankan agar metode ini dilanjutkan untuk dilaksanakan,
dengan alasan meningkatkan aktivitas belajarnya.
3.2 Pembahasan
Pembelajaran dengan model resistasi diskusi kooperatif berbasis
portofolio pada prinsipnya adalah memberikan tugas kepada mahasiswa
dalam kelompok kooperatif, kemudian tugas-tugas tersebut dibundel dalam
portofolio dan tugas tersebut dipertanggungjawabkan dalam diskusi kelas.
Pemberian tugas dimaksudkan untuk merangsang mahasiswa agar aktif
belajar dengan mencari sumber belajar yang relevan, dan diharapkan
dengan mencari berbagai sumber belajar mahasiswa memiliki pengetahuan
yang lebih luas dan mendalam terhadap suatu konsep. Dengan demikian
sasaran pembelajaran yaitu belajar agar mampu membangun pemahaman
dan pengetahuan (learning to know) dan mampu berbuat untuk
memperkaya pemahaman belajarnya (learning to do) dapat diwujudkan.
Pengemasan pembelajaran dengan kondisi kooperatif, bertujuan agar terjadi
kerjasama antarmahasiswa, dapat saling bertukar informasi dan
pengetahuan, membangun sikap positif dan toleran anatarteman, sesuai
dengan prinsip learning to live together. Pembelajaran di kelas dengan
metode diskusi, akan membuat mahasiswa bertanggung jawab atas apa
yang sudah dikerjakan, dan melatih diri berkomunikasi menyampaikan
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
958
gagasan, membangun pengetahuan dan kepercayaan diri sebagai ajang
berlatih agar dapat mencapai sasaran learning to be.
Pengaruh dari model belajar yang diterapkan, dapat dilihat pada
hasil yang diperoleh pada tindakan siklus I dan tindakan siklus II. Pada
tindakan siklus I, ternyata, skor tugas mahasiswa berada dalam kategori
baik, dan aktivitas dalam pembelajaran di kelas, dalam kategori cukup.
Skor tugas yang baik ini disebabkan oleh mahasiswa memiliki kemauan
belajar yang baik, punya rasa tanggung jawab yang tinggi, dan kemampuan
intelektual yang bagus. Walaupun demikian, jawaban terhadap tugas yang
dipaparkan tampak masih miskin informasi dan penjelasan belum optimal.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan sumber belajar yang sangat terbatas
yang dipakai acuan untuk menjawab tugas yang diberikan. Penggunaan
sumber belajar yang terbatas ini, disebabkan oleh sebagian besar
mahasiswa cenderung hanya membaca atau mempelajari buku ajar dan
buku-buku SMA yang mereka miliki. Padahal, sumber belajar berupa bukubuku teks tersedia cukup banyak di perpustakaan maupun pada kakak
tingkatnya. Keadaan ini perlu diatasi dengan mendorong agar mahasiswa
tergugah untuk mencari dan menggunakan sumber belajar yang lain, yang
lebih berkualitas.
Skor aktivitas belajar mahasiswa di kelas yang berada dalam
kategori cukup, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
belum terbiasa dengan pola belajar diskusi dan tanya jawab, sebagaian
besar mahasiswa ada kesulitan atau ketidakberanian mengkomunikasikan
gagasan serta pemahaman konsep yang dimiliki belum tuntas. Dalam
berdiskusi diperlukan beberapa keterampilan seperti keterampilan
berbicara, keterampilan menyampaikan ide agar sistematis, keterampilan
mendengarkan atau menyimak pembicaraan orang lain. Pada saat
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
959
mahasiswa menyampaikan gagasannya, sering terjadi kekeliruan
penyampaian, karena antara ide yang dipikirkan dengan yang disampaikan
dengan kalimatnya sendiri sering tidak nyambung. Agar seseorang
memiliki keterampilan berdiskusi, diperlukan latihan berkomunikasi untuk
menyampaikan gagasan. Latihan berkomunikasi perlu dikondisikan atau
diwajibkan melalui suatu kegiatan tertentu. Oleh karena itu, salah satu
bentuk kegiatan yang diberikan pada siklus II adalah, setiap kelompok
wajib mempresentasikan tugas yang dibuat melalui seminar kecil di kelas.
Dengan tindakan tambahan pada siklus II berupa kewajiban
mahasiswa mempresentasikan tugas yang dibuat, tampak hasil yang cukup
signifikan dan memuaskan. Skor tugas rerata menjadi sangat baik dan
aktivitas mahasiswa dalam kelas juga berada dalam kategori sangat baik.
Hal ini menandakan bahwa tindakan mewajibkan mahasiswa
mempresentasikan hasil kerja mereka cukup efektif untuk mengharuskan
mahasiswa untuk belajar yang lebih, baik dari segi waktu maupun jumlah
sumber belajar yang digunakan. Keterampilan berdiskusi jika dicermati
ternyata mengharuskan seseorang menggunakan sebagian besar inderanya
dalam proses pembelajaran. Kemampuan bediskusi harus diawali dengan
mengetahui suatu konsep, kemudian mampu menyampaikan gagasan yang
dimiliki kepada orang lain, dan harus mampu menjelaskan dengan analogi
atau contoh-contoh yang ditulis secara sederhana. Beberapa anggota yang
harus difungsikan dalam berdiskusi antara lain, mata, mulut dan otak untuk
membaca, tangan untuk menulis kembali untuk persiapan penyajian,
dilanjutkan dengan menyampaikan konsep yang sudah ditulis agar
dipahami orang lain. Sesuai dengan prinsip belajar yang efektif, apabila
pebelajar menggunakan seluruh inderanya dalam belajar, maka mereka
belajar lebih bermakna.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
960
Beberapa nilai-nilai positif yang terjadi pada pembelajaran ini,
adalah keberanian menyampaikan pendapat semakin meningkat, kerjasama
antar mahasiswa semakin bagus dan motivasi untuk tampil menjadi lebih
bagus cukup tinggi, artinya terjadi nuansa kompetisi yang positif. Motivasi
belajar yang cukup baik ini dapat dilihat dari semangat mahasiswa mencari
sumber belajar, seperti berusaha memiliki buku-buku teks, melalui
mengkopi atau meminjam di perpustakaan atau meminjam dari kakak
tingkatnya.
Berdasarkan angket yang disebarkan dapat diketahui tanggapan
mahasiswa terhadap pembelajaran yang diberikan, ternyata positif. Jika
ditelusuri, skor persepsi setiap mahasiswa ternyata berada dalam kategori
positif dan sangat positif. Tidak ada mahasiswa yang memilki persepsi
negatif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Dengan mengamati
hasil angket terbuka yang disebarkan kepada mahasiswa, dapat diketahui
semua mahasiswa setuju diberikan tugas kemudian didiskusikan. Semua
mahasiswa menyarankan agar cara mengajar seperti ini diteruskan pada
mata kuliah yang lain. Walaupun demikian, ternyata ada sebagian kecil
mahasiswa lebih menyukai tugas individu, tidak setuju dengan tugas
kelompok. Ada juga mahasiswa yang senang diajar dengan diberikan
ceramah dan mencatat. Berdasarkan pengalaman sebagai pendidik, hal
semacam ini terjadi pada siswa yang berada dalam kondisi khusus,
misalnya yang pintar atau siswa yang lemah. Pada umumnya, siswa yang
pintar ingin mengerjakan sesuatu yang diberikan oleh guru secara individu.
Hal ini disebabkan oleh keinginan mendapat pengakuan yang lebih atau
khusus dari gurunya. Di samping itu, biasanya ketika berada dalam kerja
kelompok dia sendiri yang lebih banyak berperan dibandingkan temannya,
sementara hasil kerja tersebut dimiliki bersama. Siswa yang lemah atau
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
961
terlambat dalam belajar, cenderung meminta diajar dengan diceramahi dan
diberikan catatan. Siswa dalam keadaan seperti ini biasanya mengalami
kesulitan atau kelemahan dalam mencari informasi atau belajar sendiri. Ada
kecenderungan mereka ingin sedikit belajar tetapi lulus dalam tes. Kondisi
semacam ini menandakan variasi individu yang normal dalam suatu
komunitas.
Rerata skor tes hasil belajar dari 22 orang mahasiswa adalah 80,41.
Jika dibandingkan dengan pengkategorian menurut buku pedoman studi
maka skor di atas berada dalam kategori baik. Dari 22 mahasiswa, kalau
dilihat sebaran skor yang tertera tersebut, ternyata ada 2 mahasiswa atau
sekitar 9,1% berada dalam kategori cukup, 17 mahasiswa atau 77,3% dalam
kategori baik dan 3 mahasiswa atau 13,6% dalam kategori sangat baik.
Jikalau dibandingkan dengan kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu
tindakan dianggap berhasil apabila 75% mahasiswa berada dalam kategori
baik atau sangat baik, maka tindakan ini memiliki keberhasilan yang cukup
tinggi. Keberhasilan yang tinggi dapat dilihat dari prosentase mahasiswa
yang memperoleh kategori baik atau sangat baik yaitu sebesar 90,9%.
Hasil belajar ini membuktikan bahwa model belajar yang diterapkan cukup
efektif diterapakan kepada mahasiswa.
4. Penutup
Pembelajaran dengan menggunakan model resisitasi diskusi
kooperatif berbasis portofolio dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
kimia analitik tahun akademik 2005-2006. Beberapa informasi pendukung
yaitu meningkatkannya kesiapan belajar dan aktivitas belajar mahasiswa,
meningkatkannya kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi dan
bekerjasama dan memberikan hasil belajar yang memuaskan. Model ini
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
962
ditanggapi positif oleh mahasiswa. Artinya, mahasiswa sangat setuju
dengan model belajar yang diterapkan.
Untuk mengoptimalkan aktivitas dan kesiapan belajar mahasiswa,
mereka perlu diberikan tugas rumah untuk dikerjakan. Agar terjadi
kerjasama yang baik antarmahasiswa, perlu diciptakan kondisi kooperatif.
Untuk melatih mengoptimalkan seluruh indera dalam belajar maka
pembelajaran perlu dikemas dalam model belajar resistasi diskusi
kooperatif.
DAFTAR PUSTAKA
Budi jatmiko, 2004. Model-Model pembelajaran. Makalah UNESA
Surabaya.
Dasim B., 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio.
Bandung Genesindo.
Wiratma, Kirna, Subagia. 1999. Meningkatkan aktivitas Belajar Mahasiswa
Pada Proses Pembelajaran Kimia Larutan dan Redoks Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran ResistasDiskusi Informasi
(RDI). STKIP Singaraja. Laporan Penelitian.
Wiratma, Suja, Masni. 2000. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dengan
Model Belajar Resistasi Diskusi Berlandaskan Sains Teknologi
Masyarakat (STM) pada Pembelajaran Konsep Larutan Bidang
Studi Kimia di Kelas II SMU Lab. STKIP Singaraja. Laporan
Penelitian.
Wiratma, 2002. Peningkatan Aktivitas Belajar IPA dengan Pola
Pembelajaran Diskusi Kooperatif Berbantuan KIT IPA Pada Siswa
Kelas IV SD 3 Astina Singaraja. Laporan Penelitian
Puri Ni Made, 1997. Penggunaan Metode Tugas Belajar dan Resitasi dalam
upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. STKIP
Singaraja : Tugas Akhir.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
ISSN 0215 - 8250
963
Suwarsih Madya, 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta:
Lembaga penelitian IKIP Yogya.
___________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Edisi Khusus TH. XXXIX Desember 2006
Download