Lembar Kerja Segmentasi Khalayak Gunakan data hasil penelitian kualitatif Anda untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Karakteristik geografis apa yang membagi populasi penelitian Anda menjadi segmen yang berbeda? Jawab : a. Untuk Desa Lamanggau (suku Bajo), letak geografisnya pulaunya berada terpisah dari daratan pulau Tomia besar dan tidak ada lahan daratan untuk digarap dan hampir 80% penduduknya tinggal diatas air (rumah gantung), sehingga ketergantungan terhadap laut sangat tinggi, dan pemukiman desa Lamanggau sangat dekat ZPR tolandona dan akses ke ZPR Marimabuk juga sangat mudah dijangkau b. Untuk desa Waitii dan Waitii Barat, letak geografisnya berada di pulau besar Tomia, namun untuk kondisi tanah hampir dikatakan tidak cocok untuk berkebun karena tekstur tanah adalah batu bertanah, sehingga tingkat ketergantungan terhadap laut sangat tinggi dan kondisi lokasi desa berhadapan dengan daerah ZPR Tolandona dan dekat dengan ZPR Mari mabuk 2. Karakteristik demografi apa yang paling berkaitan dengan permasalahan yang membagi populasi penelitian Anda menjadi segmen yang berbeda? Jawab : a. Desa Lamanggau (suku Bajo) ; Pendapatan : untuk tingkat pendapatan suku Bajo (desa lamanggau) yang mayoritas nelayan relative berfariasi tergantung dari factor keberuntungan dalam mencari hasil laut, namun bisa dirata-ratakan dalam sebulan pendapatan berkisar 1 juta – 1,5 juta atau dalam sehari bisa berkisar 35.000 ribu – 50.000 Suku : Desa lamanggau adalah suku Bajo (suku laut) yang datang dan menetap hingga sekarang di pulau Tomia dan bahasa mereka berbeda dengan bahasa yang ada di daratan pulau besar Tomia Usia : untuk desa Lamanggau (suku Bajo) yang mayoritas penghidupan tergantung dengan sumberdaya laut usia yang sudah produktif untuk mencari hasil laut adalah mulai dari usia diatas 15 – 60 tahun b. Desa Waitii dan Waitii Barat ; Pendapatan : untuk tingkat pendapatan desa Waitii dan Waitii barat yang berprofesi nelayan relative berfariasi tergantung dari factor keberuntungan dalam mencari hasil laut, namun bisa dirata-ratakan dalam sebulan pendapatan berkisar 1 juta – 1,5 juta atau dalam sehari bisa berkisar 35.000 ribu – 50.000 ribu Suku : untuk pulau Tomia besar termasuk Desa Waitii dan Waitii barat berasal dari suku Buton namun secara bahasa berbeda dengan bahasa di daratan Buton, dahulu pulau Waktobi di bawah pemerintahan keSultanan Buton Usia : untuk desa Waitii dan Waitii barat yang profesi sebagai nelayan usia produktif untuk mencari hasil laut adalah mulai dari usia diatas 15 – 60 tahun 3. Apakah karakteristik fisik atau medis yang membagi populasi penelitian Anda menjadi segmen yang berbeda? Jawab : Desa Lamanggau ; Karakteristik Fisik : Untuk karakteristik fisik untuk desa Lamanggau (suku Bajo), mayoritas adalah nelayan yang bergantung pada sumber daya laut, dan tidak memiliki lahan perkebunan untuk dijadikan alternative mata percaharian Karakteristik Medis : Untuk karakteristik medis untuk desa Lamanggau (suku Bajo), masih sangat percaya dengan sandro (dukun) dan masih sangat minim yang bersentuhan dengan pihak medis (kesehatan/puskesmas) Desa waitii dan Waitii Barat ; Karakteristik Fisik : Untuk karakteristik fisik untuk desa Waitii dan Waitii Barat, dimana letak geografis berada di daratan besar pulau Tomia, sehingga sebagian penduduk di desa tersebut masih memiliki lahan untuk berkebun, namun sangat terbatas karena kondisi struktur tanahnya yang tandus (batu bertanah), sehingga aktifitas terbanyak adalah berprofesi sebagai nelayan (pancing, bubu, jarring, teripang) dan ditunjang dengan letak desa berada di pesisir pantai. Sedangkan yang sebagiannya adalah sebagai PNS dan Wiraswata. Karakteristik Medis : Untuk karakteristik medis untuk desa Waitii dan Waitii Barat, sudah berbeda dengan Desa Lamanggau yang masih percaya dengan sandro (dukun), untuk desa ini pemahaman dan keyakinan terhadap pihak kesehatan (puskesmas) sudah sangat tinggi dimana di daratan besar pulau Tomia sudah tersedia fasilitas berupa puskesmas dan dokter PTT yang ditugaskan oleh Pemda Wakatobi. 4. Apakah karakter fisiografi, seperti gaya hidup, kepribadian, nilai-nilai, dan norma sosial yang membagi populasi penelitian Anda menjadi segmen yang berbeda? Jawab : Desa Lamanggau (suku Bajo) ; Gaya Hidup : Masih memegang prinsip hari ini dapat uang dari hasil laut dan hari ini juga akan dihabiskan, karena esok masih bisa dapat lagi hasil laut dengan mudah (belum ada kesadaran untuk menabung uang untuk hari esok) Kepribadian : Sifat nelayan (suku Bajo) tidak mau susah dan mau mendapatkan penghasilan yang cepat Nilai-nilai dan norma social : untuk desa Lamanggau masih sangat kental dengan kebiasaan gotong royong seperti acara (pesta perkawinan, pesta sunatan, dan ritual untuk menghormati dewa-dewa laut) Desa Waitii dan Waitii Barat ; Gaya Hidup : untuk desa Waitii dan Waitii Barat untuk gaya hidup dapat dibagi dalam tiga kelompok, yakni kelompok PNS (pegawai negeri sipil), Wiraswaata, dan kelompok Nelayan. Untuk kelompok PNS, bisa dikatakan gaya hidup cukup baik ini terlihat dari beberapa kondisi rumah sudah permanen, hampir sama halnya dengan gaya hidup yang bekerja sebagai wiraswasta. Namun berbeda dengan gaya hidup kelompok nelayan yang hanya sebagian kecil yang memiliki rumah permanen, ini disebabkan karena nelayan meskipun dari segi pendapatan bisa dikatakan cukup, namun dalam manajemen pengaturan keuangan masih sangat rendah (kemungkinan disebabkan oleh factor sangat mudah mendapatkan uang dari hasil melaut, sehingga tidak berpikir untuk menabung) Kepribadian : dapat dibagi dalam tiga kategori ; untuk kategori penghidupan sebagai nelayan berpikiran bahwa esok masih mudah untuk kami mendapatkan hasil laut untuk dijual dan tidak berpikir untuk menabung, berbeda dengan pola kepribadian PNS dan Wiraswaata yang sudah paham dengan manfaat menabung. Nilai-nilai dan norma social : untuk desa Waitii dan Waitii Barat hampir sama dengan Desa Lamanggau dalam hal kebiasaan gotong royong seperti acara hajatan (pesta perkawinan, pesta sunatan) masih saling kunjung-mengunjungi satu sama lain, dan untuk norma social yang masih sangat kental adalah terkait adat perkawinan, kematian, keagamaan. Namun norma-norma yang berkaitan dengan aturan adat tentang laut sudah hilang, yang masih tersisa adalah aturan adat terhadap hutan Mangrove. 5. Perilaku apa yang menempatkan masyarakat pada risiko tertinggi dari masalah tersebut? Jawab : Untuk ketiga desa target (Lamanggau, Waitii, dan Waitii Barat) : Ancaman utama di kawasan Taman Nasional Wakatobi, khususnya di Pulau Tomia SPTN III adalah penangkapan ikan berlebihan (overfishing). Namun demikan sampai saat ini sebagian besar nelayan tidak pernah mendengar / mengenal istilah penangkapan ikan berlebihan (overfishing). Mereka lebih mengenalnya dengan fenomena menurunnya kondisi sumber daya perikanan. Penurunan kondisi sumberdaya ikan tersebut berupa : 1. Ukuran ikan (berat dan panjang) ikan lebih kecil dibandingkan 5 tahun yang lalu 2. Langka/ Tidak ditemukan lagi beberapa jenis ikan (misal: Napoleon) 3. Biaya untuk setiap kali trip lebih besar dibandingkan 5 tahun yang lalu 4. Waktu menangkap ikan dalam jumlah yang sama dibandingkan 5 tahun yang lalu lebih lama 5. Lokasi untuk menangkap ikan pun semakin jauh 6. Hasil tangkapan dalam satu trip mencari ikan semakin berkurang/menurun 7. Jumlah ikan semakin berkurang. Menurunnya kondisi sumber daya perikanan ini sudah dirasakan para nelayan dan masyarakat pada umumnya sejak 10 (sepuluh) tahun yang lalu sampai sekarang. Penyebab yang paling diyakini oleh sebagian besar nelayan dari penurunan kondisi sumber daya perikanan saat ini, adalah : 1. Semakin efektifnya alat tangkap yang ramah lingkungan yang digunakan oleh para nelayan dalam mencari ikan - Jumlah alat tangkap yang digunakan semakin banyak dan jenis alat tangkap semakin beragam 2. Jumlah nelayan semakin banyak untuk areal tangkapan yang sama 3. Masih adanya penggunaan alat tangkap destruktif (misal: bom, bius, dan akar tuba) pada daerah karang-karang terluar 4. Penegakan aturan bidang perikanan lemah (mis: penggunaan jenis alat tangkap, perijinan). 5. Kepatuhan nelayan terhadap peraturan bidang perikanan dan tata ruang wilayah perairan (zonasi) rendah 6. Penegakan aturan tentang tata ruang wilayah perairan (zonasi) lemah. Para nelayan sampai saat ini belum terlalu peduli terkait dengan masih adanya aktifitas penangkapan ikan di Zona Larang Tangkap/Tabungan ikan (Zona Pariwisata) yang merupakan bagian dari zonasi TN.Wakatobi. Sebagian besar mereka selalu berpendapat bahwa, “Kalo hanya memancing,menjaring,dll tidak menggunakan bom dan bius. Maka tidak akan menyebabkan kerusakan sumber daya perikanan.” Sehingga di kalangan sebagian besar para nelayan pemahaman akan pentingnya mematuhi aturan zonasi TN.Wakatobi dengan melakukan tindakan melindungi zona larang tangkap (Zona Perlindungan Bahari dan Zona Pariwisata) dari aktifitas penangkapan ikan masih sangat rendah dan bukan hal yang penting untuk dilakukan guna memulihkan kondisi sumber daya perikanan. Motivasi para nelayan menggunakan alat tangkap yang lebih efektif, alat tangkap destruktif dan melakukan penangkapan ikan di Zona Larang Tangkap adalah untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dan memenuhi kebutuhan hidup mereka yang bersumber dari laut. alat tangkap yang mereka gunakan biasanya berupa Jaring lamba, bubu, pancing dasar dan tonda, teripang dan gurita. Jika tingkat kepatuhan nelayan terhadap aturan zonasi TN.Wakatobi semakin rendah dan penghentian penangkapan ikan di zona larang tangkap tidak dilakukan, maka kondisi sumber daya perikanan di Pulau Tomia akan terus menurun dan mengancam ketahanan pangan penduduk Pulau Tomia. 6. Perilaku apa yang membantu mengurangi risiko atau mencegah terjadinya masalah? Jawab : Untuk ketiga desa target (Lamanggau, Waitii, dan Waitii Barat) : Tindakan-tindakan yang diharapkan terjadi di nelayan sebagai khalayak target selama pelaksanaan kampanye ini adalah : a. Nelayan Ketiga desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) mereka percaya zonasi itu ada manfaatnya, tapi mereka menganggap zonasi merupakan pembatasan bagi mereka ketrika melaut. b. Nelayan Ketiga desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) memiliki aturan adat untuk permasalahan di darat yang sangat baik juga untuk diterapkan bagi nelayan pelanggar aturan di laut. c. Nelayan Ketiga desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) Perilaku mereka untuk tidak merusak karang di depan ZPr Tolandona depan resort karena mendapatkan insentif dari Wakatobi Dive Resort. d. Gotong royong dalam acara pesta adat, pesta perkawinan/sunatan masih kental di ketiga desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) tersebut. e. Nelayan masih percaya kepada kepala desa, tokoh agama di ketiga desa (Waitii Barat, Waitii, Lamanggau). 7. Bagaimana cara terbaik Anda membagi khalayak sasaran berdasarkan pada perilaku kunci yang telah didaftar pada no 5 dan/atau 6 (misal: pengguna/bukan pengguna, seringnya pemanfaatan, alasan pemanfaatan)? Jawab : Alat tangkap pancing dasar yang menjadi khalayak sasaran pada perilaku kunci di ketiga desa tersebut (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) yang melakukan aktifitas di ZPr Marimabuk dan Tolandona lokasi bank ikan. 8. Sikap atau kepercayaan (yang ada hubungannya dengan permasalahan) atau perilaku relevan yang mana yang telah didaftar di atas yang membagi populasi penelitian Anda menjadi segmen yang berbeda? Jawab : 1. Konsep nelayan 3 desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) pancing dasar menangkap ikan di ZPr(marimabuk, Tolandona/lokasi bank ikan adalah lokasi yang terbaik. 2. Jenis ikan yang ke 3 desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) tangkap yakni ikan jenis kerapu, dan sunu. 3. Ketidaktahuan ke 3 desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) mengenai wilayah larang tangkap 4. Lemahnya penegakan hukum bagi nelayan ke 3 desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) yang melakukan pelanggaran zonasi meskipun dengan alat tangkap berupa alat pancing dasar. 5. Tidak adanya (rusak, hilang) rambu / tanda batas wilayah larang tangkap di ZPr Marimabuk dan ZPr Tolandona/table coral city. 9. Apakah ada segmen yang jelas-jelas tidak akan Anda gunakan dalam program? Misalnya karena tidak mungkin dapat dikerjakan atau sudah ada program lain yang sedang dikerjakan yang menyasar kelompok tersebut? Jawab : Untuk ke tiga desa (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) tidak ada 10. Lihat kembali kriteria segmentasi yang telah Anda catat di atas dan tulis kembali 5 hal yang Anda anggap paling penting, secara berurutan: a. Nelayan lokal (Waitii, Waitii Barat, dan Lamanggau) yang menggunakan alat pancing dasar untuk menangkap (ikan Demersal) ikan karang (kerapu dan sunu) di ZPr marimabuk, ZPr Tolandona/table coral city. b. yang melakukan aktifitas di ZPR Tolandona dan Mari Mabuk pada saat malam bulan purnama c. usia antara 15-60 tahun d. Pendidikan e. waktu dimalam hari 11. Dengan menggunakan kriteria segmentasi pada poin no 10, tentukan karakteristik segmen khalayak yang paling berisiko mempunyai masalah yang Anda tangani di dalam program Anda (target yang berisiko): Jawab : Adalah nelayan 3 desa (Waitii, Waitii Barat, lamanggau) yang melakukan kegiatan pancing dasar yang beraktifitas di Zona Pariwisata/tabungan ikan Tolandona dan Marimabuk pada bulan purnama pada saat ikan memijah karena mudah tertangkap oleh alat tangkap pancing dasar tersebut. 12. Dengan menggunakan kriteria segmentasi pada poin 10, tentukan karakteristik segmen khalayak yang paling mudah dijangkau atau diubah melalui program Anda (target yang memiliki peluang): Jawab : Lamanggau, Waitii, Waitii barat yang semuanya menggunakan alat tangkap berupa pancing dasar 13. Bagaimana Anda akan mengalokasikan sumber daya pada segmen yang akan Anda tuju dalam program Anda? Jawab : Waktu, dana, dan kegiatan akan dibagi rata di ketiga desa target kampanye (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau) 14. Apakah ada khalayak sekunder yang mempengaruhi khalayak sasaran yang harus Anda pertimbangkan untuk juga dijangkau dalam program Anda? Identifikasikan segmen yang paling penting: Jawab : Para kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, Guru, para istri-istri nelayan ketiga desa target (Waitii, Waitii Barat, Lamanggau). 15. Tulis segmen final yang telah Anda pilih sebagai target pada program Anda: Jawab : Yang menjadi target pada program saya adalah : nelayan pancing Dasar ikan Demersal (ikan karang/sunu dan kerapu) di tiga desa (waitii, Waitii Barat, lamanggau)yang sering beraktifitas di daerah larang tangkap/tabungan ikan Zona Pariwisata Mari Mabuk dan ZPR Tolandona/table coral city pada malam hari disaat bulan purnama (pada saat ikan memijah)