MODUL PERKULIAHAN ANALISIS 2 MODEL ANALISIS KOMUNIKASI KLASIK CONTENT ANALYSIS IKONOLOGI Fakultas Program Studi FAKULTAS DESAIN DAN SENI KREATIF DESAIN PRODUK Tatap Muka 11 Kode MK Disusun Oleh 19014 HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Abstract Kompetensi Tahap analisis dalam metode Glass Box berada setelah tahap pengumpulan data dan termasuk dalam kelompok kegiatan iluminasi. Dengan demikian dari tahap ini diharapkan akan lahir banyak ide desain yang sekaligus dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Bila dianalogikan dengan sebuah proses memasak, tahap pengumpulan data adalah tahap mengumpulkan bahan makanan dan tahap analisis adalah tahap mengolah makanan tersebut. Beberapa metode analisis tersebut adalah metode analisis Komunikasi Klasik, Content Analysis dan Ikonologi. Peserta perkuliahan mampu memahami prinsip analisis dengan menggunakan beberapa model menganalisis, dalam hal ini model Komunikasi Klasik, Content Analysis dan Ikonologi. Setelah paham, peserta perkuliahan mampu menerapkannya dalam proses desain yang tengah dijalani. TAHAP ANALISIS Tahap analisis dalam metode Glass Box berada setelah tahap pengumpulan data dan termasuk dalam kelompok kegiatan luminasi. Dengan demikian dari tahap ini diharapkan akan lahir banyak ide desain yang sekaligus dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Bila dianalogikan dengan sebuah proses memasak, tahap pengumpulan data adalah tahap mengumpulkan bahan makanan dan tahap analisis adalah tahap mengolah makanan tersebut. Tahap analisis juga dapat diartikan dengan cara mengelompokkan data yang telah dikumpulkan berdasarkan kaidah tertentu sesuai dengan sudut pandang peneliti/desainer. Sudut pandang yang berbeda dapat menghasilkan kategori yang berbeda yang berarti akan menghasilkan analisis yang berbeda juga. Tahap analisis adalah tahap milik desainer, setelah pada tahap pengumpulan data peneliti/desainer tidak diberikan kewenangan untuk melontarkan sudut pandangnya. Karena itulah segala hal baru yang telah didapatnya pada tahap pengumpulan data diharapkan dapat tercetus di tahap ini. Untuk menggali berbagai pemikiran tersebut diperlukan beberapa cara yang disebut dengan metode/model analisis. METODE KOMUNIKASI KLASIK Pada dasarnya memang ada unsur komunikasi pada sebuah desain, karena dalam desain menuntut adanya pemahaman dari pihak pengguna agar desain dapat berfungsi dengan baik. Metode analisis Komunikasi Klasik menggunakan teori komunikasi yang paling sederhana, yaitu dimana ada sumber, media dan audience, maka terjadilah komunikasi. Gambar 1 Skema dari teori komunikasi paling sederhana (Sumber: hady soedarwanto) Namun untuk menciptaan sebuah komunikasi yang baik perlu penelaahan lebih jauh. Diantara sumber dan media sebenarnya telah terjadi proses encoding yaitu menerjemahkan pesan ke dalam bentuk lain. Begitu pula diantara media dan audiens, terjadi proses decoding mengembalikan pesan ke bentuk semula. Berarti media yang baik 2014 2 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id harus dapat menyampaikan pesan yang sama dalam arti dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dari sudut pandang sumber dan sudut pandang audiens. Jika teori ini diterapkan ke dalam proses desain maka kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2 Skema dari teori komunikasi dan penerapannya dalam proses desain (Sumber: Lasswell 1948) Teori komunikasi yang dimaksud adalah Teori Lasswell yang khas dengan menggunakan pertanyaan “Who say?... With Who?... About What?... With What Channel?... For What Effect?...” Hal tersebut akan mengekplorasi hal-hal yang berhubungan dengan aspek komunikasi yaitu upaya menstimulus dan merespon, upaya membangun pemahamanpemahaman dan upaya menentukkan serta mengembangkan pilihan-pilihan media sebagai cara baru menyampaikan pesan. Pada skema diatas, posisi desainer berada diantara sumber (owner) dan target (audiens), ini berarti desainer dituntut untuk dapat memahami kenginan dan latar belakang sumber (owner) sekaligus target (audiens). Hal tersebut diperlukan agar desainer dapat merumuskan syarat-syarat yang harus ada pada media. Peneliti/desainer dapat menggunakan skema diatas untuk melakukan analisis dengan metode komunikasi klasik dengan langkah-langkah sebagai berikut: Isi bagian ‘who say’ dengan profil owner (pemilik proyek), badan terkait atau tokoh yang diperkirakan akan jadi subyek. 2014 3 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Isi bagian ‘with who’ dengan profil target audiens atau konsumen yang diperkirakan akan menjadi pihak yang akan diajak berkomunikasi. Isi bagian ‘about what’ dengan pesan atau kesan yang akan disampaikan kepada audiens. Isi bagian ‘for what effect’ dengan harapan atau goal apa yang diharapkan akan terjadi Dengan skema yang sudah lengkap diisi diharapkan peneliti/desainer dapat membuat alternatif media yang akan dipergunakan dalam proyek desain ini. Output dari proses analisis ini adalah desainer mempunyai alternatif media beserta dengan masing-masing spesifikasi dan pertimbangannya. Penulisan untuk pelaporan proses analisis ini tetap menggunakan tulisan deskripsi yang memaparkan pemetaan situasi berdasarkan skema yang telah dibuat dan memaparkan setiap alternatif media berserta spesifikasinya lengkap dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Unsur komunikasi disini mulai berfungsi dari tataran kongkrit/langsung (fungsi memberi tanda) hingga tataran abstrak/tidak langsung (membangun makna baru). Dalam penerapannya metode analisis komunikasi klasik akan memanfaatkan teori komunikasi untuk mengeksplorasi obyek desain yang sedang dikerjakan. Gambar 3 Penerapan teori komunikasi pada desain (a) komunikasi pada tataran kongkrit memberi tanda dan (b) komunikasi pada tataran makna yang lebih abstrak (Sumber: google image) 2014 4 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada tataran kongkrit, komunikasi yang terjadi bersifat langsung, misalnya pada desain sign system untuk toilet (gambar 3.a). Visual yang muncul pada pictogram tersebut berkomunikasi dengan audiens bahwa disekitar situ ada toilet untuk laki-laki dan perempuan. Sepintas ini terlihat mudah, namun desainer gagal memahami keinginan pemilik toilet dan latar belakang audiens nya, lalu menerapkan visual yang keliru, maka maka pilihan desain menjadi tidak berhasil. Pada tataran abstrak, komunikasi yang terjadi bersifat tidak langsung, contohnya dapat kita lihat pada desain telepon selular iPhone. Desain dengan bentuk yang sederhana mewakilkan kemudahan yang ditawarkan oleh iPhone. Namun selain itu juga menawarkan kemewahan lewat kesederhanaan bentuk namun memiliki fitur yang tidak sederhana, tampilan fitur yang futuristik ditunjang dengan harga yang paling mahal dikelasnya. Pada akhirnya desain tersebut akan coba berkomunikasi dengan lingkungannya dan segera membentuk jejaring makna baru yang lebih dalam. METODE CONTENT ANALYSIS Content analisis atau analisisi isi adalah sebuah cara menganalisis yang dipelopori oleh Harold D. Lasswell dengan teknik symbol coding-nya, yaitu sebuah cara melihat lambang atau pesan yang kemudian diberi intepreatasi. Yang di analisis disini biasanya adalah sebuah informasi tertulis, tercetak atau terkandung secara eksplisit yang terletak pada media yang terkait dengan proyek desain Analisis isi adalah metode untuk mempelajari isi teks tertulis dan artefak. (Hodder, 1994:155) juga dalam bentuk buku, website, lukisan atau hukum (Earl, 2010:530). Jadi metode ini dipergunakan untuk menganalisis data yang dapat dipergunakan oleh peneliti dalam hal ini desainer untuk dapat mentransformasi data, menerjemahkannya menjadi makna-makna lalu mentransformasinkannya menjadi desain. Ada 6 hal yang harus diperhatikan dalam menganalisis dengan menggunakan metode content analysis (Krippendorff, 2004:413), yaitu: Data yang mana yang dianalisis? Seperti apa data itu ingin didefinisikan? Dari kelompok data (populasi) seperti apa data tersebut diambil? Konteks relatif seperti apa yang berhubungan dengan data yang dianalisa? Apa saja yang membatasi proses analisis? Simpulan apa yang ditargetkan? Penerapan content analysis pada bidang desain mungkin tidak sesulit pada penerapannya pada bidang lain. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis dengan menggunakan content analysis adalah sebagai berikut: 2014 5 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Salin dan bacalah seluruh transkrip (data yang ingin dianalisis), dan buatlah catatan saat menemukan data yang menarik atau konteks yang relevan. Buatlah daftar berdasarkan catatan yang telah dibuat. Pahamilah dan buatlah kategori untuk setiap catatan tersebut. Identifikasikan dan buatlah konteks (relevansi) antar kategori tersebut. Bandingkan dan review hasil antar identifikasi tersebut. Kembalilah ke data (transkrip) asli dari data tersebut, lalu review untuk memastikan bahwa semua data sudah melalui proses analisis. Analisis dengan metode Content Analysis dalam proses desain biasanya digunakan untuk menyelesaikan permasalahan pada desain cover buku, cover music, pembuatan video clip dan sejenisnya, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk digunakan untuk proyek desain lainnya. Misalnya desain packaging dvd Harry Potter Limited Edition. Gambar 4 Desain packaging dvd Harry Potter Limited Edition karya Eduardo Lima dan Miraphora Mina yang kurang lebih dapat mewakilkan desain dengan menggunakan content analysis (Sumber: google image) Sebenarnya ada banyak pernak pernik yang terdapat pada film Harry Potter dan sequelnya, naum yang terpilih adalah bentuk yang terinspirasi dari lunch box milik Ron Weasley yang hanya muncul satu kali dalam sequel film Harry Potter. Desain ini terpilih dari sekian banyak pernak pernik yang ada di film Harry Potter dan sequelnya. Bentuk ini yang terpilih pasti sudah melalui sekian banyak proses desain, namun yang ingin ditekankan disini adalah bawa sekiranya desain kemasan dvd Harry Potter ini dapat mewakilkan proses content Analysis yang sedang kita bahas. 2014 6 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sevelum sampai pada pilihan ini mungkin desainernya menonton kembali seluruh tayangan film Harry Potter dan sequelnya, mencatat beberapa bagian yang menarik, mengkategorinya lalu menyesuaikan bagian yang cocok untuk sebuah kemasan dvd. Gambar 5 Beberapa isi (content) dalam film Harry Potter dan sequelnya yang dijadikan pertimbangan dalam mendesain (Sumber: http://nerd.is/merlinmannwishlist) Ada hal yang perlu ditekankan disini yaitu transkrip harus benar-benar dibedah sedetail mungkin agar didapati hasil yang dapat dipertanggung jawabkan, bukan hanya mengambil satu atau dua obyek kemudian dianggap selesai tanpa disertai pemikiran dan pembahasan yang dalam. Penulisan laporan dengan metode content analysis ini tetap dengan laporan tertulis yang dideskripsikan secara sistematik dan mudah dipahami. METODE IKONOLOGI Metode analisis Iconology adalah metode analisis yang akan mengeksplorasi obyek desain berkenaan dengan makna yang terkandung didalamnya. Metode ini tepat untuk 2014 7 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id membedah obyek desain yang sudah ada atau sebagai cara lain dalam melakukan studi banding. Metode analisis Iconologi terdiri dari dua tahapan yaitu tahap pra-ikonografis dan tahap ikonografis (analisis iconografik dan intepretasi iconografik) . Tahap Pra-Ikonografis adalah tahap dimana obyek desain di break down menjadi unsur rupa dan prinsip rupa yang terkandung di dalamnya. Lalu proses dilanjutkan dengan tahap ikonografis yaitu menilai unsur dan prinsip rupa tadi dan meninjaunya dari berbagai sudut pandang bidang kehidupan. Dari sana diharapkan akan terlihat hubungan dari obyek desain dengan berbagai bidang kehidupan lain. Berikut tabel sistem Iconology yang diutarakan oleh Panofsky. Tabel 1 Sistem Iconology yang dieksplorasi Panofsky (Sumber: Erwin Panofsky) OBJECT OF INTEPRETATION I. Primary of natural subject matter. (A) factual, (b) expressional, constituting the world of artistic motifs II. Secondary or conventional subject matter, constituting the world of images, stories and allegories III. Intrinsic meaning or content, constituting the world of ‘symbolic values’ ACT OF INTERPRETATION Pre-iconographical description(and pseudo-formal analysis) Iconographical analysis Icnological intepretation EQUIPMENT INTEPRETATION Practical expression (familiarity with objects and events) Knowledge of literary sources (familiar with specific themes and concepts) Synthetic intuition (familiarity with the essential tendencies of the human mind), conditioned by personal psychology and ‘Weltanschauung’ CORRECTIVE PEOPLE OF INTEPRETATION (history of tradition) History of style (insight into the manner in which, under varying historical conditions, objects and event were expressed by forms) History of types (insight into the manner in which, under varying historical conditions, specific themes or concepts were expressed by objects and events History of cultural symptoms or symbols in general (insight into the manner in which, under varying historical conditions, essential tendencies of the human mind were expressed by specific themes and concepts) Maksud dari tabel diatas adalah bahwa dalam proses analisis iconologi desainer harus melewati beberapa tahap intepretasi (bukan intepretasi langsung). Dalam proses desain obyek yang dianalisis biasanya berbentuk benda desain (dapat berbentuk visual 2 dimensi atau artefak 3 dimensi). Sangat baik sekali bila dalam proses menganalisis, desainer memiliki benda aslinya, agar proses analisis dapat berjalan dengan lebih detail. Namun bila tidak ada atau sulit ditemukan bisa saja dengan cara menganalisis gambarnya saja 2014 8 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ditambah dengan data berupa keterangan tambahan. Berikut penjelasan tahapan analisis tersebut: Pra-Ikonografis (Pre-iconographic) Tahap ini adalah tahap dimana obyek yang dianalisis di-extract menjadi unsur desain dan prinsip desain. Point yang termasuk unsur desain adalah unsur titik, garis, bidang, bentuk, warna, typografi, material, tekstur, gambar, cahayabayangan, suara dan lain-lain. Point yang termasuk prinsip rupa seperti ukuran, skala, proporsi, teknik, berat, harmoni, keseimbangan, irama (pengulangan), kontrast, kesatuan (kedekatan), penekanan dan lain-lain. Sebagai studi kasus misalnya saat menganalisis desain telepon BlackBerry type Bold. Pertama obyek harus di tampilkan terlebih dahulu secara utuh. Gambar 6 Tampilan desain telepon selluler BlackBerry Bold (Sumber: google image) Setelah itu desainer dapat memberikan tanggapan awal tentang kesan pertama melihat/menggunakan telepon selluler tersebut. Tanggapan dapat berupa ungkapan perasaan, sensasi, kenyamanan Selanjutnya desainer mengekstrak bagian obyek menjadi dua kategori, yaitu unsur desain dan prinsip desain. Pada tahap unsur desain, BlackBerry Bold ini di-ekstrak menjadi lima unsur desain yaitu unsur titik, garis, bidang, warna dan tekstur (paling tidak itu yang sudah diekplorasi). Dalam penyajiannya di laporan biasanya setiap gambar diberi penjelasan yang cukup mendalam. Hal ini harus diperhatikan, karena yang sering terjadi gambar hanya diberi keterangan sama dengan apa yang terlihat saja dan tanpa ada tanggapan/penilaian. Padahal tanggapanlah yang dibutuhkan disini sebagai buah fikir dari sudut pandang desainer yang membuat analisis ini menjadi sebuah proses 2014 9 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang khas. Karena berbeda desainer seharusnya menghasilkan hasil analisis yang berbeda pula. . Gambar 7 Proses analisis Pra-ikonografis pada Blackberry Bold (Sumber: google image) Selanjutnya adalah mengekstrak desain BlackBerry Bold ini terhadap prinsip Desain. Gambar 8 Proses analisis Pra-ikonografis pada Blackberry Bold (Sumber: google image) 2014 10 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yang dibahas dalam prinsip desain pada BlackBerry Bold ini adalah ukuran, skala (perbandingan ukuran obyek dengan manusia), proporsi (ukuran antar elemen obyek), keseimbangan, penekanan, irama, pengulangan dan harmoni. Masingmasing dari gambar tersebut diberi keterangan dan tanggapan yang mendalam. Analisis Iconografis (Iconographical Analysis) Tahap ini adalah tahapan dimana hasil tahap pra-iconografis dianalisis lebih lanjut dengan cara meninjaunya dari beberapa sudut pandang (keilmuan) untuk didapati kemungkinan adanya konteks tertentu di dalam obyek desain yang dianalisis. Gambar 9 Proses analisis Pra-ikonografis pada Blackberry Bold (Sumber: Edy Hady Waluyo) Bidang ilmu yang berhasil dituliskan mungkin belum semuanya, masih banyak sudut pandang lain yang mungkin bisa dikembangkan. Dalam meninjau desain sebenarnya tidak perlu menggunakan semua bidang ilmu yang ada, tetapi lebih kepada ketajaman berfikir dari desainer. Jadi bila desainer merasakan tidak ada hubungan antara desain dengan sebuah bidang ilmu itu sah-sah saja. Namun bukan berarti tidak memiliki hubungan sama sekali, setidaknya desain dapat ditinjau dari satu bidang ilmu sebagai tinjauan yang mendalam. Dalam kasus BlackBerry Bold ini memiliki beberapa tinjauan yaitu dengan bidang ilmu budaya, sosial, ekonomi, politik, estetik, psikologi, teknologi dan etik. Dalam pembuatan 2014 11 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id laporan peneliti/desainer mendeskripsikan dengan mendalam masing-masing tinjauan tersebut dan menjelaskan konteksnya dengan desain. Intepretasi Iconografis (Icnographical Intepretation) Pada akhirnya peneliti/desainer dapat mengaitkan dan membandingkan hasil analisis iconografi yang telah dibuat oleh peneliti/desainer dengan penilaian orang lewat kasus serupa. Hasil perbandingan tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan akhir sebagai bahan perbandingan, namun bukan untuk pembenaran yang mengubah hasil analisis sebelumnya. Metode analisis iconografis digunakan untuk mengetahui unsur dan prinsip desain yang digunakan untuk menyususun desain yang telah ada sekaligus untuk mengetahui konteksnya dengan berbagai bidang keilmuan lain sebagai pembelajaran. 2014 12 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id DAFTAR PUSTAKA Amrose, Gavin. And Paul Harris.(2010).Design Thinking. Ava Publishing. San Antonio Berman, David D. (2009). Do Good Design:How Designer Can Change The World. Aiga Design Press. Barkeley. Bohm, David. Bohm On Creativity. Routledge, Newyork 1998 Bürdek, Bernhard E. (2005).Design:History, Theory and Practice of Product Design. Publishers for Architecture Basel Switzerland. Chapman, Jonathan. (2005).Emotionally Durable Design. Cromwell Press. Trowbridge. Dilts, Robert B. (1994).Strategies of genius:Volume 2. Meta Publication. California. Foster, Hal. (1983).The Anti Aesthetics Essay. Bay Press. Port Townsend, Washington. Landa, Robin.(2011). Graphic Design Solution. Wadsworth 20 Channel Center, Boston. Lawson, Bryan, (2005).How Designers Think. Elsevier. Oxford. Mallgrave, Harry Francis (ed). (2005). An Anthology from Vitruvius to 1870. Blackwell Publishing. Mijksenaar, Paul. Visual Function. 010 Publishers. Rotterdam, 1997 Norman, Donald A. (1988).Design of Everyday Things. Curency Dobleday. New York. Norman, Donald A . (2004).Emotional Design:Why We Love Or Hate Everyday Things. Basic Book. New York. Papanek, Viktor. Design for The Real World. Samara, Timothy. (2007). Design elements :A Graphic Style Manual (Understanding The Rules and Knowing When To Break Them. Rockport Publisher. Massachusets. Slack, Laura. (2006).What is Product Design?. Page One Publishing Private Limited. Singapore. Smith, Kendra Schank.(2008).Architect’s Sketches: Dialogue And Design. Elsevier. Burlington. Taura, Toshiharu. Yukari Nagai. Design Creativity 2010. Springer-Verlag. London. Utterback, James. Bengt-Arne Vedin.(2005). Design inspired Innovation. World Scientific Publishing. London, 2006 Ware, Colin. (2008).Visual Thinking for Design. Elsevier Inc. Burlington. 2014 13 METODOLOGI DESAIN HADY SOEDARWANTO, ST., M.DS. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id