7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah arti. Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti “sama” atau communicare yang berarti “membuat sama” (Mulyana, 2006). Komunikasi menurut beberapa ahli di antara nya adalah menurut Liliweri, komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda–tanda (alamiah atau universal) berupa simbol–simbol (berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang disadari atau tidak disadari yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap orang lain. Menurut Muhammad (2005) komunikasi didefinisikan sebagai “Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media. Dari beberapa definisi diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi sebagai suatu aktivitas manusia yang selalu melibatkan: (1) sumber 7 8 komunikasi; (2) pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non-verbal; (3) media atau saluran sebagai sarana, wadah, atau tempat pesan atau rangkaian pesan dialihkan; (4) cara, alat, atau metode untuk memindahkan pesan; (5) penerima atau sasaran yang menerima kamunikasi; (6) tujuan dan maksud komunikasi; (7) rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima; (8) situasi komunikasi; (9) proses komunikasi, yaitu proses satu arah, interaksi, dan proses transaksi; (10) pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi; (11) pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi (Liliweri, 2007). Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima), sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan. 2. Komponen Komunikasi Menurut Kotler yang dikutip oleh Sendjaja (2004) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, menyebutkan bahwa komunikasi terdiri dari beberapa komponen-komponen, yaitu : a. Pengirim (Sender), yaitu pihak yang mengirim pesan. b. Pesan (Message), merupakan gagasan atau ide yang disampaikan pengirim kepada penerima untuk tujuan tertentu. c. Penerima (Receiver), yaitu pihak yang menerima pesan. d. Media (Media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju. 9 e. Pengkodean (Encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke dalam simbol. Simbol dapat berupa kata lisan meupun tulisan, isyarat dan lainnya ke dalam media. f. Penerjemah (Decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima pesan untuk menerjamahkan arti simbol yang dikirim pengirim. g. Tanggapan (Response), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan. h. Umpan balik (Feedback), yaitu bagian dari reaksi yang dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan. i. Gangguan (Noises), yaitu gangguan yang tak terduga selama proses komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh pesan yang berbeda dari yang dikirimkan. 3. Komunikasi interpersonal Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain. Namun, memberikan definisi konstektual saja tidak cukup untuk menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara satu individu dengan individu lain berbeda-beda. Komunikasi interpesonal (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2006). Muhammad (2005) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran 10 informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”. Mulyana (2006) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”. Berdasarkan beberapa pendapat tentang komunikasi interpersonal, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran. Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan, saluran, decoding, maupun pada diri penerima (Sendjaja, 2004). Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk 11 komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masingmasing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati (Devito, 2007). Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai manusia. Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya, dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh prbadi komunikan. Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, gaya komunikasi tersebut harus dipertahankan. Sebaliknya jika tanggapan komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil. Menurut Devito (2007), interpersonal adalah sebagai berikut : beberapa komponen komunikasi 12 a. Pengirim – Penerima Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang, setiap orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima dan memahami pesan. Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal, contoh komunikasi antara orang tua dan anak (Devito, 2007). b. Encoding – Decoding Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu dengan menggunakan kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang diterima, disebut juga sebagai Decoding. Dalam komunikasi interpersonal, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai penerima, maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal (Devito, 2007). c. Pesan – Pesan Dalam komunikasi interpesonal, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal (seperti kata – kata) atau non-verbal (gerak tubuh, simbol) atau gabungan antara bentuk verbal dan non-verbal (Widjaja, 2000). 13 d. Saluran Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa. Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak. Contoh dalam komunikasi interpersonal seseorang berbicara dan mendengarkan (saluran indera pendengar dengan suara). Isyarat visual atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain sebagainya). e. Gangguan (Noise) Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang diterima. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan saat berlangsungnya komunikasi (Widjaja, 2000). Gangguan tersebut antara lain adalah: 1) Gangguan Fisik Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya. 2) Gangguan Psikologis Gangguan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan penilaian subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat 14 dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan sebagainya. 3) Gangguan Semantik Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yang digunakan dalam komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan penerima gagal dalam menangkap dari maksud – makusud pesan yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. f. Umpan Balik Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses komunikasi interpersonal, karena pengirim dan penerima secara terus menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara, baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan (Devito, 2007).. g. Bidang Pengalaman Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam komunikasi interpersonal. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang sama (Devito, 2007) 15 h. Efek Dibanding dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku kepercayaan dan opini komunikan. Menurut Rakhmat (2005) meyakini bahwa komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah (1) persepsi interpersonal, (2) konsep diri, (3) atraksi interpersonal, dan (4) hubungan interpersonal. a. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal b. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang dirinya sendiri. c. Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. d. Hubungan interpersonal adalah hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain Kefektifan komunikasi interpersonal dapat diukur melalui ciri-ciri umum komunikasi interpersonal tersebut. Ada beberpa ciri-ciri komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya De Vito dalam Widjaja (2000) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi interpersonal yang umum yaitu sebagai berikut: 16 a. Keterbukaan (Openness) Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu. Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing. b. Empati (Emphaty) Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa saja yang dikomunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Apabila komunikator atau komunikan mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan besar akan terjadi komunikasi yang efektif. c. Dukungan (Supportiveness) Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang berkomuniaksi. Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan. d. Rasa Positif (Possitivenes) Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat menganggu jalinan komunikasi. 17 e. Kesamaan (Equality) Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain sebagainya. 4. Motivasi belajar a. Definisi Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Pengertian lain dari istilah motivasi adalah berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Uno (2010) menyampaikan bahwa motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Sagala (2010) mengemukakan bahwa motivasi dapat dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju suatu sasaran. Dari pendapat Uno dan Sagala, maka dapat dikatakan motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang yang dapat membangkitkan, mengelola, mempertahankan menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai. dan 18 Pendapat lain mengenai motivasi disampaikan oleh Santrock (2008) bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich, 2003). Secara singkat, dalam diri individu ada yang mendasari atau menentukan perilaku individu (Sunaryo, 2004). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2011). Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik minat siswa. Menurut Suprijono (2009) motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Brophy (2004) menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan mahasiswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk 19 mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, mahasiswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy, 2004). Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Selain itu dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal dan eksternal pada mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh Uno (2010) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil. (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. (4) Adanya 20 penghargaan dalam belajar. (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Menurut Martin Handoko (1992), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut : (1) Kuatnya kemauan untuk berbuat (2) Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar (3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain (4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas. Sedangkan menurut Sardiman (2011) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas. (2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa. (4) Lebih senang bekerja mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas – tugas rutin. (6) Dapat mempertahankan pendapatnya. (7) tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini. (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. b. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam motivasi belajar Uno (2010) mengemukakan bahwa motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhinya antara lain; (1) faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita, (2) faktor ekstrinsik adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Seperti halnya Uno, Hamalik (2009) 21 mengemukakan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1) motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik. 1) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi kehidupan, dan lain-lain. 2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif. Menurut Ryan dan Deci (2000), bahwa motivasi instrinsik merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang karena hal itu menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Sementara motivasi ekstrinsik adalah tindakan yang dilakukan seseorang karena ada suatu hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut. Pendapat yang lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah pendapat yang disampaikan oleh Rusyan (2002), faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa antara lain: 1) Faktor internal, meliputi (a) faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari lingkungan. (b) faktor psikologis, terdiri atas: faktor intelektual, faktor potensial yaitu 22 kecerdasan dan bakat, faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dan emosi. (c) faktor kematangan fisik maupun psikis. 2) Faktor eksternal, meliputi: (a) faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat. (b) faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian. (c) faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. Berdasarkan beberapa faktor yang telah disampaikan, bahwa faktor internal akan lebih berpengaruh terhadap motivasi belajar mahasiswa dibangingkan dengan faktor eksternal, hal ini dikemukakan oleh Afzal (2010) bahwa mahasiswa yang termotivasi dari luar (faktor eksternal) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk memperoleh kemampuan belajar (motivasi belajar) yang tidak baik dibandingkan dengan mahasiswa yang termotivasi dari dalam. B. Penelitian yang relevan Peneliti mengidentifikasikan beberapa penelitian yang relevan antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2009) tentang analisis pengaruh konsep diri terhadap motivasi belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 187 orang. Hasil yang diperoleh adalah adanya pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap motivasi belajar mahasiswa. 23 Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terdapat persamaan salah satu variabel yaitu motivasi belajar. Namun terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain, yaitu konsep diri. 2. Penelitian yang oleh Prasetya (2010) tentang Hubungan Antara Komunikasi Edukatif Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 62 responden, diambil menggunakan proportional random sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji korelasi Kendalls Tau_b dan Kendalls’s W(a). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa ada hubungan antara keseluruhan variabel dalam komunikasi edukatif dengan motivasi belajar mahasiswa. Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terdapat persamaan salah satu variabel yaitu motivasi belajar. Namun terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain, yaitu komunikasi edukatif. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang (2010) tentang studi korelasi komunikasi interpersonal dosen dan mahasiswa terhadap peningkatan prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan 94 orang dengan cara purposive sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Sumatera Utara. Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal dosen 24 dan mahasiswa. Namun terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain, yaitu prestasi belajar. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) tentang Efektifitas Komunikasi Interpersonal Dosen Pembimbing Akademik Dalam Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa (Studi Pada Proses Bimbingan Akademik Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Bengkulu). Penelitian ini menggunakan 34 responden berdasarkan proporsional random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan efektifitas komunikasi interpersonal dosen PA dalam peningkatan motivasi belajar mahasiswa. Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal dosen dan motivasi belajar. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Rozaq (2012) tentang korelasi komunikasi interpersonal guru dan siswa terhadap keaktifan belajar siswa kelas XI program keahlian teknik otomotif di SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini mengambil sampel 103 siswa dengan model total sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah adanya hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dengan keaktifan siswa. Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal guru 25 dan siswa. Namun terdapat perbedaan, subjek penelitian adalah siswa SMK, sedangkan subjek penelitian penulis adalah mahasiswa. C. Kerangka pikir - Persepsi interpersonal Konsep diri Atraksi interpersonal Hubungan interpersonal Faktor internal 1. Faktor jasmaniah - Sifat bawaan 2. Faktor psikologis - Kecerdasan - Bakat - Sikap - Kebiasaan - Emosi 3. Faktor kematangan fisik dan psikis Komunikasi interpersonal mahasiswa - dosen Motivasi belajar Komunikasi interpersonal antar mahasiswa Faktor eksternal 1. Faktor sosial - Lingkungan keluarga - Lingkungan sekolah - Lingkungan masyarakat 2. Faktor budaya - Adat istiadat - Ilmu pengetahuan dan teknologi 3. Faktor lingkungan fisik - Fasilitas belajar - Fasilitas rumah - Iklim Gambar 2.1. Kerangka Pikir 26 Hipotesis 1. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dengan dosen dengan motivasi belajar di jurusan ortotik prostetik Poltekkes Surakarta. 2. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal antar mahasiswa dengan motivasi belajar di jurusan ortotik prostetik Poltekkes Surakarta. 3. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dengan dosen dan antar mahasiswa dengan motivasi belajar di jurusan ortotik prostetik Poltekkes Surakarta.