BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Komunikasi

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki
sejumlah arti. Kata “komunikasi” berasal dari bahasa latin yaitu communis,
yang berarti “sama” atau communicare yang berarti “membuat sama”
(Mulyana, 2006).
Komunikasi menurut beberapa ahli di antara nya adalah menurut
Liliweri, komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk
menggunakan tanda–tanda (alamiah atau universal) berupa simbol–simbol
(berdasarkan perjanjian manusia) verbal atau non-verbal yang disadari
atau tidak disadari yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap orang lain.
Menurut
Muhammad
(2005)
komunikasi
didefinisikan
sebagai
“Pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk mengubah tingkah laku”. Dapat disimpulkan bahwa
komunikasi sebagai suatu proses pengiriman dan penyampaian pesan baik
berupa verbal maupun non verbal oleh seseorang kepada orang lain untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan,
maupun tidak langsung melalui media.
Dari beberapa definisi diatas, dapat dikatakan bahwa komunikasi
sebagai suatu aktivitas manusia yang selalu melibatkan: (1) sumber
7
8
komunikasi; (2) pesan komunikasi yang berbentuk verbal dan non-verbal;
(3) media atau saluran sebagai sarana, wadah, atau tempat pesan atau
rangkaian pesan dialihkan; (4) cara, alat, atau metode untuk memindahkan
pesan; (5) penerima atau sasaran yang menerima kamunikasi; (6) tujuan
dan maksud komunikasi; (7) rangkaian kegiatan antara sumber atau
pengirim dengan sasaran atau penerima; (8) situasi komunikasi; (9) proses
komunikasi, yaitu proses satu arah, interaksi, dan proses transaksi; (10)
pemberian makna bersama atas pesan dari sumber dan penerima yang
terlibat dalam komunikasi; (11) pembagian pengalaman atas pesan yang
dipertukarkan dari sumber dan penerima yang terlibat dalam komunikasi
(Liliweri, 2007). Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya
jalinan pengertian antara kedua belah pihak (pengirim dan penerima),
sehingga yang dikomunikasikan dapat dimengerti dan dilaksanakan.
2. Komponen Komunikasi
Menurut Kotler yang dikutip oleh Sendjaja (2004) dalam bukunya
yang berjudul Pengantar Ilmu Komunikasi, menyebutkan bahwa
komunikasi terdiri dari beberapa komponen-komponen, yaitu :
a. Pengirim (Sender), yaitu pihak yang mengirim pesan.
b. Pesan (Message), merupakan gagasan atau ide yang disampaikan
pengirim kepada penerima untuk tujuan tertentu.
c. Penerima (Receiver), yaitu pihak yang menerima pesan.
d. Media (Media), yaitu sarana bagi komunikator untuk menyampaikan
pesan kepada sasaran yang dituju.
9
e. Pengkodean (Encoding), yaitu proses untuk menjabarkan pesan ke
dalam simbol. Simbol dapat berupa kata lisan meupun tulisan, isyarat
dan lainnya ke dalam media.
f. Penerjemah (Decoding), yaitu proses yang dilakukan oleh penerima
pesan untuk menerjamahkan arti simbol yang dikirim pengirim.
g. Tanggapan (Response), yaitu reaksi penerima setelah menerima pesan.
h. Umpan
balik
(Feedback),
yaitu
bagian
dari
reaksi
yang
dikomunikasikan kembali kepada pengirim pesan.
i. Gangguan (Noises), yaitu gangguan yang tak terduga selama proses
komunikasi yang dapat mengakibatkan penerima pesan memperoleh
pesan yang berbeda dari yang dikirimkan.
3. Komunikasi interpersonal
Secara konstektual, komunikasi interpersonal digambarkan sebagai
suatu komunikasi antara dua individu atau sedikit individu, yang mana
saling berinteraksi, saling memberikan umpan balik satu sama lain.
Namun, memberikan definisi konstektual saja tidak cukup untuk
menggambarkan komunikasi interpersonal karena setiap interaksi antara
satu individu dengan individu lain berbeda-beda.
Komunikasi interpesonal (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik
verbal
maupun
nonverbal
(Mulyana,
2006).
Muhammad
(2005)
menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran
10
informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau
biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.
Mulyana (2006) menyatakan bahwa “komunikasi interpersonal ini adalah
komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua
sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya”.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang komunikasi interpersonal,
maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
proses penyampaian informasi, pikiran dan sikap tertentu antara dua orang
atau lebih yang terjadi pergantian pesan baik sebagai komunikan maupun
komunikator dengan tujuan untuk mencapai saling pengertian, mengenai
masalah yang akan dibicarakan yang akhirnya diharapkan terjadi
perubahan perilaku.
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses pertukaran makna
antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Orang yang saling
berkomunikasi tersebut adalah sumber dan penerima. Sumber melakukan
encoding untuk menciptakan dan memformulasikan menggunakan saluran.
Penerima melakukan decoding untuk memahami pesan, dan selanjutnya
menyampaikan respon atau umpan balik. Tidak dapat dihindarkan bahwa
proses komunikasi senantiasa terkait dengan konteks tertentu, misalnya
konteks waktu. Hambatan dapat terjadi pada sumber, encoding, pesan,
saluran, decoding, maupun pada diri penerima (Sendjaja, 2004).
Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk
11
komunikasi interpersonal yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka
yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masingmasing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses
komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi
untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati
(Devito, 2007). Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan
disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa
masing – masing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar
dihargai dan dihormati sebagai manusia.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung
tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi
(personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh prbadi komunikan.
Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika
(immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan
terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara.
Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, gaya
komunikasi tersebut harus dipertahankan. Sebaliknya jika tanggapan
komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai
komunikasi berhasil.
Menurut
Devito
(2007),
interpersonal adalah sebagai berikut :
beberapa
komponen
komunikasi
12
a. Pengirim – Penerima
Komunikasi interpersonal paling tidak melibatkan dua orang, setiap
orang terlibat dalam komunikasi antarprbadi memfokuskan dan
mengirimkan serta mengirimkan pesan dan juga sekaligus menerima
dan memahami pesan. Istilah pengirim – pengirim ini digunakan untuk
menekankan bahwa, fungsi pengirim dan penerima ini dilakukan oleh
setiap orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal, contoh
komunikasi antara orang tua dan anak (Devito, 2007).
b. Encoding – Decoding
Encoding adalah tindakan menghasilkan pesan, artinya pesan – pesan
yang akan disampaikan dikode atau diformulasikan terlebih dahulu
dengan menggunakan kata – kata simbol dan sebagainya. Sebaliknya
tindakan untuk menginterpretasikan dan memahami pesan – pesan yang
diterima,
disebut
juga
sebagai
Decoding.
Dalam
komunikasi
interpersonal, karena pengirim juga bertindak sekaligus sebagai
penerima, maka fungsi encoding – decoding dilakukan oleh setiap
orang yang terlibat dalam komunikasi interpersonal (Devito, 2007).
c. Pesan – Pesan
Dalam komunikasi interpesonal, pesan – pesan ini bisa terbentuk verbal
(seperti kata – kata) atau non-verbal (gerak tubuh, simbol) atau
gabungan antara bentuk verbal dan non-verbal (Widjaja, 2000).
13
d. Saluran
Saluran ini berfungsi sebagai media dimana dapat menghubungkan
antara pengirim dan penerima pesan atau informasi. Saluran
komunikasi personal baik yang bersifat langsung perorangan maupun
kelompok lebih persuasif dibandingkan dengan saluran media massa.
Hal ini disebabkan pertama, penyampaian pesan melalui saluran
komunikasi personal dapat dilakukan secara langsung kepada khalayak.
Contoh dalam komunikasi interpersonal seseorang berbicara dan
mendengarkan (saluran indera pendengar dengan suara). Isyarat visual
atau sesuatu yang tampak (seperti gerak tubuh, ekpresi wajah dan lain
sebagainya).
e. Gangguan (Noise)
Seringkali pesan – pesan yang dikirim berbeda dengan pesan yang
diterima. Hal ini dapat terjadi karena adanya gangguan saat
berlangsungnya komunikasi (Widjaja, 2000). Gangguan tersebut antara
lain adalah:
1) Gangguan Fisik
Gangguan ini biasanya berasal dari luar dan mengganggu transmisi
fisik pesan, seperti kegaduhan, interupsi, jarak dan sebagainya.
2) Gangguan Psikologis
Gangguan ini timbul karna adanya perbedaan gagasan dan penilaian
subyektif diantara orang yang terlibat diantara orang yang terlibat
14
dalam komunikasi seperti emosi, perbedaan nilai – nilai, sikap dan
sebagainya.
3) Gangguan Semantik
Gangguan ini terjadi kata – kata atau simbol yang digunakan dalam
komunikasi, seringkali memiliki arti ganda, sehingga menyebabkan
penerima gagal dalam menangkap dari maksud – makusud pesan
yang disampaikan, contoh perbedaan bahasa yang digunakan dalam
berkomunikasi.
f. Umpan Balik
Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam proses
komunikasi interpersonal, karena pengirim dan penerima secara terus
menerus dan bergantian memberikan umpan balik dalam berbagai cara,
baik secara verbal maupun nonverbal. Umpan balik ini bersifat positif
apabila dirasa saling menguntungkan. Bersifat positif apabila tidak
menimbulkan efek dan bersifat negatif apabila merugikan (Devito,
2007)..
g. Bidang Pengalaman
Bidang pengalaman merupakan faktor yang paling penting dalam
komunikasi interpersonal. Komunikasi akan terjadi apabila para pelaku
yang terlibat dalam komunikasi mempunyai bidang pengalaman yang
sama (Devito, 2007)
15
h. Efek
Dibanding
dengan
bentuk
komunikasi
lainnya,
komunikasi
interpersonal dinilai paling ampuh untuk mengubah sikap, perilaku
kepercayaan dan opini komunikan.
Menurut Rakhmat (2005) meyakini bahwa komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah (1) persepsi
interpersonal, (2) konsep diri, (3) atraksi interpersonal, dan (4) hubungan
interpersonal.
a. Persepsi interpersonal adalah memberikan makna terhadap stimuli
inderawi yang berasal dari seseorang(komunikan), yang berupa pesan
verbal dan nonverbal
b. Konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang dirinya sendiri.
c. Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang.
d. Hubungan interpersonal adalah hubungan interpersonal dapat diartikan
sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain
Kefektifan komunikasi interpersonal dapat diukur melalui ciri-ciri
umum
komunikasi
interpersonal
tersebut.
Ada
beberpa
ciri-ciri
komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya
De Vito dalam Widjaja (2000) menurutnya ada 5 ciri-ciri komunikasi
interpersonal yang umum yaitu sebagai berikut:
16
a. Keterbukaan (Openness)
Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan ide atau gagasan
bahkan permasalahan secara bebas dan terbuka tanpa ada rasa malu.
Keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.
b. Empati (Emphaty)
Komunikator dan komunikan merasakan situasi dan kondisi yang
dialami mereka tanpa berpura-pura dan keduanya menanggapi apa-apa
saja yang dikomunikasikan dengan penuh perhatian. Empati merupakan
kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan
orang lain. Apabila komunikator atau komunikan mempunyai
kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain, kemungkinan
besar akan terjadi komunikasi yang efektif.
c. Dukungan (Supportiveness)
Setiap pendapat atau ide serta gagasan yang disampaikan akan
mendapatkan
dukungan
dari
pihak-pihak
yang
berkomuniaksi.
Dukungan membantu seseseorang untuk lebih bersemangat dalam
melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diharapkan.
d. Rasa Positif (Possitivenes)
Apabila pembicaraan antara komunikator dan komunikan mendapat
tanggapan positif dari kedua belah pihak, maka percakapan selanjutnya
akan lebih mudah dan lancar. Rasa positif menjadikan orang-orang
yang berkomunikasi tidak berprasangka atau curiga yang dapat
menganggu jalinan komunikasi.
17
e. Kesamaan (Equality)
Komunikasi akan lebih akrab dan jalinan pribadi akan menjadi semakin
kuat apabila memiliki kesamaan tertentu antara komunikator dan
komunikan dalam hal pandangan, sikap, kesamaan ideologi dan lain
sebagainya.
4.
Motivasi belajar
a. Definisi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Pengertian lain dari istilah motivasi adalah berasal
dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat
dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau
berbuat. Uno (2010) menyampaikan bahwa motivasi merupakan
dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha
mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya. Sagala (2010) mengemukakan bahwa motivasi dapat
dipahami sebagai suatu variabel penyelang yang digunakan untuk
menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang
membangkitkan,mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah
laku menuju suatu sasaran. Dari pendapat Uno dan Sagala, maka dapat
dikatakan motivasi adalah dorongan yang terjadi dalam diri seseorang
yang
dapat
membangkitkan,
mengelola,
mempertahankan
menyalurkan tingkah laku agar tujuannya dapat tercapai.
dan
18
Pendapat lain mengenai motivasi disampaikan oleh Santrock
(2008) bahwa motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Hal ini
berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan
berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha,
berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya
(Pintrich, 2003). Secara singkat, dalam diri individu ada yang
mendasari atau menentukan perilaku individu (Sunaryo, 2004).
Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan
daya
penggerak
di
dalam
diri
mahasiswa
yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman, 2011). Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi
sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di
sekolah dapat menarik minat siswa. Menurut Suprijono (2009) motivasi
belajar adalah proses yang memberi semangat belajar, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Brophy (2004)
menyatakan bahwa motivasi belajar lebih mengutamakan respon
kognitif, yaitu kecenderungan mahasiswa untuk mencapai aktivitas
akademis yang bermakna dan bermanfaat serta mencoba untuk
19
mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Mahasiswa yang
memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang
disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan
menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain
itu, mahasiswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas
belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang
berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung
pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses
yang menyenangkan. Intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan
belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar
tersebut (Brophy, 2004).
Dari berbagai pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa
motivasi belajar adalah suatu dorongan atau daya penggerak dari dalam
diri individu yang memberikan arah dan semangat pada kegiatan
belajar, sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Selain itu
dapat dikatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal
dan eksternal pada mahasiswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar yang dijelaskan oleh
Uno (2010) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Adanya hasrat
dan keinginan berhasil. (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam
belajar. (3) Adanya harapan dan cita-cita masa depan. (4) Adanya
20
penghargaan dalam belajar. (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam
belajar. (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik. Menurut
Martin Handoko (1992), untuk mengetahui kekuatan motivasi belajar
siswa, dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut : (1)
Kuatnya kemauan untuk berbuat (2) Jumlah waktu yang disediakan
untuk belajar (3) Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang
lain (4) Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Sedangkan menurut Sardiman (2011) indikator motivasi belajar
adalah sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas. (2) Ulet
menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). (3) Menunjukkan minat
terhadap bermacam – macam masalah orang dewasa. (4) Lebih senang
bekerja mandiri. (5) Cepat bosan pada tugas – tugas rutin. (6) Dapat
mempertahankan pendapatnya. (7) tidak mudah melepaskan hal-hal
yang diyakini. (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
b. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam motivasi belajar
Uno (2010) mengemukakan bahwa motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi belajar dapat
timbul karena beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhinya antara
lain; (1) faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan
dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita, (2) faktor ekstrinsik
adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan belajar yang menarik. Seperti halnya Uno, Hamalik (2009)
21
mengemukakan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (1)
motivasi intrinsik, dan (2) motivasi ekstrinsik.
1) Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup di dalam situasi
belajar dan menemui kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi
intrinsik timbul dari dalam diri individu, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, memperoleh informasi dan
pengertian, mengembangkan sikap untuk berhasil, menyenangi
kehidupan, dan lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan
hadiah, dan persaingan yang bersifat negatif.
Menurut Ryan dan Deci (2000), bahwa motivasi instrinsik
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang karena hal itu
menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Sementara motivasi
ekstrinsik adalah tindakan yang dilakukan seseorang karena ada suatu
hasil yang diharapkan dari tindakan tersebut.
Pendapat yang lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi belajar adalah pendapat yang disampaikan oleh Rusyan
(2002), faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa antara
lain:
1) Faktor internal, meliputi (a) faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang
bersifat bawaan maupun yang diperoleh dari lingkungan. (b) faktor
psikologis, terdiri atas: faktor intelektual, faktor potensial yaitu
22
kecerdasan dan bakat, faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang
telah dimiliki, faktor non intelektual yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dan
emosi. (c) faktor kematangan fisik maupun psikis.
2) Faktor eksternal, meliputi: (a) faktor sosial yang terdiri atas:
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.
(b) faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian. (c) faktor lingkungan fisik seperti: fasilitas rumah,
fasilitas belajar dan iklim.
Berdasarkan beberapa faktor yang telah disampaikan, bahwa
faktor internal akan lebih berpengaruh terhadap motivasi belajar
mahasiswa dibangingkan dengan faktor eksternal, hal ini dikemukakan
oleh Afzal (2010) bahwa mahasiswa yang termotivasi dari luar (faktor
eksternal) memiliki resiko yang lebih tinggi untuk memperoleh
kemampuan belajar (motivasi belajar) yang tidak baik dibandingkan
dengan mahasiswa yang termotivasi dari dalam.
B. Penelitian yang relevan
Peneliti mengidentifikasikan beberapa penelitian yang relevan antara lain:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Widyawati (2009) tentang analisis pengaruh
konsep
diri
terhadap
motivasi
belajar
mahasiswa.
Penelitian
ini
menggunakan sampel sejumlah 187 orang. Hasil yang diperoleh adalah
adanya pengaruh yang signifikan dari konsep diri terhadap motivasi belajar
mahasiswa.
23
Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
terdapat persamaan salah satu variabel yaitu motivasi belajar. Namun
terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain, yaitu konsep diri.
2. Penelitian yang oleh Prasetya (2010) tentang Hubungan Antara Komunikasi
Edukatif Dengan Motivasi Belajar Mahasiswa. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 62 responden, diambil menggunakan proportional random
sampling. Analisis data penelitian menggunakan uji korelasi Kendalls
Tau_b dan Kendalls’s W(a). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan
bahwa ada hubungan antara keseluruhan variabel dalam komunikasi
edukatif dengan motivasi belajar mahasiswa.
Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
terdapat persamaan salah satu variabel yaitu motivasi belajar. Namun
terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain, yaitu komunikasi edukatif.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Gumilang (2010) tentang studi korelasi
komunikasi interpersonal dosen dan mahasiswa terhadap peningkatan
prestasi belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan 94 orang dengan
cara purposive sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
bahwa komunikasi interpersonal berpengaruh signifikan terhadap prestasi
belajar mahasiswa di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas
Sumatera Utara.
Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal dosen
24
dan mahasiswa. Namun terdapat perbedaan dalam hal variabel yang lain,
yaitu prestasi belajar.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi (2011) tentang Efektifitas
Komunikasi
Interpersonal
Dosen
Pembimbing
Akademik
Dalam
Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa (Studi Pada Proses Bimbingan
Akademik Pada Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Bengkulu).
Penelitian ini menggunakan 34 responden berdasarkan proporsional random
sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
efektifitas komunikasi interpersonal dosen PA dalam peningkatan motivasi
belajar mahasiswa.
Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal dosen
dan motivasi belajar.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Rozaq (2012) tentang korelasi komunikasi
interpersonal guru dan siswa terhadap keaktifan belajar siswa kelas XI
program keahlian teknik otomotif di SMK Muhammadiyah 4 Klaten Tengah
tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini mengambil sampel 103 siswa dengan
model total sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah
adanya hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal
dengan keaktifan siswa.
Dibandingkan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis,
terdapat persamaan salah satu variabel yaitu komunikasi interpersonal guru
25
dan siswa. Namun terdapat perbedaan, subjek penelitian adalah siswa SMK,
sedangkan subjek penelitian penulis adalah mahasiswa.
C. Kerangka pikir
-
Persepsi interpersonal
Konsep diri
Atraksi interpersonal
Hubungan interpersonal
Faktor internal
1. Faktor jasmaniah
- Sifat bawaan
2. Faktor psikologis
- Kecerdasan
- Bakat
- Sikap
- Kebiasaan
- Emosi
3. Faktor kematangan fisik
dan psikis
Komunikasi interpersonal
mahasiswa - dosen
Motivasi belajar
Komunikasi interpersonal
antar mahasiswa
Faktor eksternal
1. Faktor sosial
- Lingkungan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
2. Faktor budaya
- Adat istiadat
- Ilmu pengetahuan dan
teknologi
3. Faktor lingkungan fisik
- Fasilitas belajar
- Fasilitas rumah
- Iklim
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
26
Hipotesis
1. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dengan
dosen dengan motivasi belajar di jurusan ortotik prostetik Poltekkes
Surakarta.
2. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal antar mahasiswa
dengan motivasi belajar di jurusan ortotik prostetik Poltekkes
Surakarta.
3. Ada hubungan antara komunikasi interpersonal mahasiswa dengan
dosen dan antar mahasiswa dengan motivasi belajar di jurusan ortotik
prostetik Poltekkes Surakarta.
Download