Harga pokok penjualan = Rp 270 juta (dari proyeksi pendapatan)

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan II
Perencanaan Keuangan
Fakultas
Program Studi
FEB
FDSK
Manajemen
Desain Produk
Tatap Muka
10
Kode MK
Disusun Oleh
90024
Maulida Khiatuddin, SE, DEA
Abstract
Kompetensi
Dana adalah sumber daya yang sangat
terbatas. Oleh karena itu perlu
digunakan seefektif mungkin untuk
mencapai tujuan usaha. Sebelum itu,
penggunaannya perlu direncanakan
sebaik mungkin baik dari segi
penggunaannya maupun dari segi
sumber darimana dana itu berasal.
Diharapkan mahasiswa dapat
memahami perencanaan keuangan dan
dapat mempraktekkannya dalam
perusahaan yang mereka luncurkan.
Pembahasan
Modul 9
Rencana Keuangan
Salah satu alat yang sangat diperlukan untuk dalam pengelolaan usaha adalah
rencana keuangan yang terancang baik, praktis dan realistis. Rencana keuangan
meliputi rencana penggunaan dana dan dari mana dana tersebut diperoleh.
Rencana keuangan sangat penting untuk membantu wirausahawan mengelola
usaha secara efektif dalam rangka menghindari jebakan yang menyebabkan
kegagalan. Wirausahawan yang mengabaikan aspek keuangan dari usahanya akan
beresiko melihat usahanya menjadi tambahan data statistik kegagalan.
Investor dan pemberi pinjaman potensial juga memerlukan rencana keuangan
sebelum menempatkan uangnya ke dalam perusahaan.
9.1 Membuat proyeksi keuangan
Membuat proyeksi laporan keuangan membantu
rencana usahanya menjadi kenyataan.
wirausahawan mewujudkan
Pertanyaan utama yang perlu diajukan adalah :
– Berapa laba yang diharapkan dapat diperoleh dari usaha?
– Jika tujuan laba perusahaan adalah x rupiah, berapa banyak
penjualan harus terjadi?
– Berapa biaya tetap dan biaya variabel yang terjadi ketika
pemilik perusahaan mengharapkan penjualan terjadi pada tingkatan
tersebut?
Salah satu tugas yang paling penting yang dihadapi oleh wirausahawan adalah
menentukan modal awal yang diperlukan untuk meluncurkan usahanya dan
mempertahankannya terus hingga perusahaan mulai menciptakan arus kas
yang positif.
2015
2
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jumlah uang yang diperlukan untuk memulai usaha tergantung dari jenis operasi,
lokasi, persediaan yang diperlukan, volume penjualan, persyaratan kredit, dll.
Perusahaan perlu membayar semua biaya awal yang meliputi biaya untuk
menyewa dan membeli pabrik, peralatan dan alat, membayar gaji dan upah, iklan,
izin, listrik dan air, biaya perjalanan, dll.
Sering terjadi, wirausahawan terlalu optimis dalam rencana keuangan dan gagal
menghitung pengeluaran awal yang melebihi pendapatan, yang akibatnya
menciptakan kebocoran arus kasnya.
Pada tahap awal, kerugian dan menyebabkan kekurangan kas adalah wajar
dan dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa tahun. Selama itu,
wirausahawan harus membayar gaji, mempertahankan persediaan yang cukup,
memberikan kredit kepada pelanggan, dsb.
Gambar 9.1 adalah model yang menunjukkan hubungan antara berbagai ramalan
laporan keuangan (laba rugi, neraca, dan arus kas).
9.2 Ramalan Penjualan
Ketika membuat proyeksi laporan keuangan, langkah pertama yang dilakukan adalah
membuat ramalan penjualan.
Ada dua pilihan:
1. Membuat ramalan penjualan dan menjabarkannya ke bawah, hingga
mencapai sasaran laba.
2. Menentukan sasaran laba dan menjabarkannya ke atas, hingga
sampai ke ramalan penjualan.
Sasaran penjualan ini perlu dibandingkan dengan hasil rencana pemasaran
untuk menentukan apakah realistis. Walaupun ramalan keuangan hanya proyeksi,
ramalan itu harus didasarkan pada kenyataan. Kalau tidak, ramalan itu tidak
lebih dari mimpi di siang bolong.
2015
3
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gbr 9.1 Prosedur pembuatan proyeksi keuangan
9.3 Proyeksi Laba Rugi
Langkah berikut adalah memperkirakan semua pengeluaran yang terjadi
dalam rangka menciptakan penjualan. Selisih antara penjualan dan pengeluaran
adalah laba, atau sasaran penghasilan.
Di dalam UKM, laba harus cukup besar untuk mendatangkan pengembalian
modal untuk waktu yang dihabiskan oleh pemilik untuk menjalankan usaha,
dan pengembalian modal untuk investasi dalam perusahaan yang didirikannya.
Idealnya, pendapatan yang diciptakan dari UKM harus sama dengan yang
diperoleh oleh pemilik ketika bekerja di tempat lain.
Kalau seorang pendiri perusahaan, memiliki uang Rp 100 juta, dan dapat disimpan di
bank atau diinvestasikan di pasar modal yang menghasilkan 8% per tahun, usaha
sendiri yang hanya menghasilkan tingkat pengembalian modal hanya 3% per tahun,
bukan pilihan terbaik menurut pandangan ilmu ekonomi konvensional.
2015
4
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Langkah
pertama adalah menciptakan proyeksi laporan laba rugi (pro-forma).
Sasaran penghasilan wirausahawan adalah jumlah gaji yang masuk akal untuk
waktu yang dihabiskan menjalankan usaha dan pengembalian modal yang normal
untuk jumlah uang yang diinvestasikan dalam perusahaan.
Langkah berikutnya adalah menerjemahkan
penjualan untuk periode yang diramalkan.
sasaran laba ini ke perkiraan
Misalkan wirausahawan ingin membuka penjualan bibit tanaman dan menentukan
sasaran penghasilannya adalah Rp 60 juta (Rp 5 juta/ bulan) di tahun mendatang.
Menurut informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, margin laba bersih dari
perusahaan penjual bibit tanaman adalah sekitar 10%.
Berdasarkan data tersebut, wirausahawan dapat memperkirakan tingkat penjualan
yang diperlukan untuk menciptakan laba bersih sebesar Rp 60 juta per tahun.
•
Margin laba bersih = (Laba bersih)/ (Penjualan tahunan)
•
Penjualan tahunan = (Laba bersih) / (Margin laba bersih)
•
Penjualan tahunan = 60.000.000/ 0,1
= Rp. 600 juta / tahun
Apakah penjualan sebesar itu masuk akal ?. Kalau dihitung per hari penjualan yang
harus dicapai adalah Rp 600 juta / 312 hari = Rp 1,9 juta/hari. Kalau penjualan
sebesar itu sulit dicapai, wirausahawan perlu menurunkan sasaran penghasilan bulanan
(tahunan) yang ingin diperolehnya.
Berdasarkan nilai penjualan di atas, wirausahawan harus menghitung harga pokok
penjualan (biaya barang yang terjual). Anggaplah HPP adalah 45% dari penjualan,
dan biaya operasi 45% dari penjualan.
•
Margin laba kotor = Penjualan - HPP
= (Rp 600 jt ) - (0,45)(Rp 600 jt)
= Rp 600 jt - Rp 270 jt
= Rp 330 juta
Laba bersih = Margin laba kotor - biaya operasi
= Rp 330 jt - (0,45)(Rp.600 jt)
= Rp 330 jt - Rp 270 jt
= Rp 60 juta.
2015
5
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Setelah ramalan penjualan ditentukan, perhatian diarahkan pada penentuan biaya.
Usahakan semua biaya teridentifikasi, jangan ada yang luput dari perhatian.
Perhitungan biaya relatif lebih realistis dibandingkan dengan penentuan penjualan.
Salah satu contoh perhitungan biaya bulanan
•
disajikan dalam Gambar 9.2 .
Kas yang dibutuhkan untuk menutupi biaya tersebut disajikan dalam kolom
2 berdasarkan penjelasan dari kolom 3.
Gambar 9.2 Perkiraan pengeluaran kas bulanan
2015
6
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 9.3 Perkiraan perlengkapan, perabotan yang dibutuhkan
9.4 Proyeksi neraca
Setelah membuat proyeksi laba atau rugi, wirausahawan harus membuat proyeksi
neraca (neraca proforma/ sementara) yang menunjukkan aset, kewajiban dan
modal perusahaan yang akan diluncurkan.
Kebanyakan wirausahawan berfokus pada tingkat laba potensial dari usaha
mereka, tetapi aset yang digunakan untuk menciptakan laba, tidak kalah penting.
Dalam banyak kasus, UKM memulai usaha dengan pondasi keuangan yang
lemah , karena pemiliknya gagal menentukan aset total yang dibutuhkan
perusahaan.
Aktiva (aset) lancar :Kas
•
2015
Kas adalah aset yang paling berguna yang dimiliki perusahaan, karena dapat
dikonversi dengan mudah menjadi aset lainnya .
7
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
Berapa banyak jumlah kas yang dibutuhkan perusahaan. Tidak ada rumus
baku.
•
Aturan sederhana yang praktis yaitu saldo kas perusahaan harus menutupi
biaya operasi (dikurangi biaya depresiasi, sebagai pengeluaran bukan kas) untuk
satu periode perputaran persediaan.
•
Berdasarkan aturan tersebut, saldo kas yang dibutuhkan wirausahaan penjual
bibit yaitu:
•
Biaya operasi = Rp 270 jt (dari proyeksi laba rugi)
•
Kurang depresiasi (2% dari penjualan tahunan) = 0,02 (Rp 600 jt) = Rp 12 jt.
•
Pengeluaran kas tahunan = Rp 270 jt – Rp 12 jt
= Rp 258 jt
•
Kas yang diperlukan adalah = (Pengeluaran kas) / (rasio perputaran persediaan
rata-rata*)
•
*Rasio perputaran persedian rata-rata = (Harga pokok penjualan)/(persediaan ratarata)
•
Rasio perputaran ini diasumsikan 13 kali lipat.
•
Jadi, Kas yang diperlukan = Rp 258 jt / 13,
Sekitar Rp 20 jt
•
Catatan : Ada hubungan terbalik antara persediaan rata-rata dengan kas yang
diperlukan. Semakin cepat persediaan berputar, semakin pendek waktu
yang mengikat kas dalam dalam bentuk persediaan, dan semakin sedikit
jumlah kas yang diperlukan perusahaan.
•
Bila rasio perputaran persediaan rata-rata meningkat menjadi 17 kali lipat,
maka kas yang diperlukan menjadi = Rp 258 jt / 17 = Rp 15,2 jt
Aktiva lancar: Persediaan yang dibutuhkan
2015
•
Keputusan penting lainnya adalah jumlah persediaan yang perlu ditentukan.
Bila persediaan terlalu rendah, pelanggan dapat kecewa, karena barang yang
diinginkan tidak ada. Namun, bila persedian terlalu tinggi, uang kas terikat
dalam bentuk persediaan.
•
Perkiraan jumlah persediaan dapat dihitung berdasarkan proyeksi pendapatan
dan data yang dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan sebanding yang
bergerak dalam bidang yang sama.
8
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Harga pokok penjualan = Rp 270 juta (dari proyeksi pendapatan)
– Perputaran persediaan rata-rata = (HPP)/(Persediaan rata-rata)
– Persediaan rata-rata = (HPP)/ (Perputaran persediaan rata-rata)
= (Rp 270 jt)/ 13 kali lipat (asumsi sebelumnya)
Sekitar Rp 21 jt
•
Ke dalam aktiva lancar ini perlu ditambahkan aktiva lancar lainnya sekitar 10
% dari (Kas + Persediaan ) yaitu 10% (Rp 20 jt + rp 21 jt) = Rp 4, 1 juta
Aktiva tetap yang dibutuhkan
•
Perkiraan aktiva (aset) tetap yang dibutuhkan untuk penjualan bibit a.l. yaitu :
•
– Perbaikan tempat / meja tatakan
Rp 5 jt
– Pompa dan tangki air
Rp 7,5 jt
– Rak / konter
Rp 4 jt
– Komputer/mesin kas
Rp 6 jt
– Lampu /kabel
Rp 2 jt
– Papan merek
Rp 0,5 jt
– Alat siram /selang
Rp 6 jt
– Aktiva tetap lainnya
Rp 3 jt
Keseluruhan aktiva tetap
Rp 34 jt.
Proyeksi aktiva
Kas
2015
Rp 20 jt
– Persediaan
Rp 21jt
– Lain-lain
Rp
4,1jt
•
Aktiva lancar
Rp 45,1 jt
•
Aktiva tetap
Rp 34
•
Aset keseluruhan
9
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
jt
Rp 79,1 jt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Proyeksi passiva (sumber dana)
•
Berdasarkan penggunaan dana dalam bentuk aset sebesar Rp 79,1 juta ,
wirausahawan mencari sumber dana (pembiayaan).
•
Modal sendiri yang dimiliki adalah Rp 50 jt.
•
Sisanya Rp 29,1 jt harus dipinjam dari sumber lain.
•
Pemasok bersedia memberi penundaan pembayaran atas barang yang dipasoknya
selama satu bulan sebesar Rp. 5 jt.
•
Kekurangannya menjadi Rp 24,1 jt.
•
Mertua bersedia memberi pinjaman jangka panjang Rp 15 jt.
•
Dan seorang kawan juga bersedia menutup sisa kebutuhan dana sebesar Rp
9,1 juta dalam bentuk pinjaman jangka pendek 3 bulan.
•
Sehinga passiva perusahaan penjual bibit :
•
Hutang jangka pendek (Rp 5 jt + 9,1 jt), Hutang jangka panjang Rp 15 jt, dan
Modal pemilik Rp 50 jt.
Proyeksi Neraca
Penjual bibit tanaman
31 Januari 20XX
Aktiva
• Kas
• Persediaan
• Lain-lain
Aktiva lancar
Aktiva tetap
Rp 20 jt
Rp 21 jt
Rp 4,1 jt
Rp 45,1 jt
Rp 34 jt
Jumlah
2015
10
Rp 79,1 jt
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Passiva
• Pemasok
Rp 5 jt
• Hutang lain Rp 9,1 jt
Hutang lancar
Rp 14,1 jt
Htg jk panjang
Rp 15 jt
Hutang
Rp 29,1 jt
Modal pemilik
Rp 50 jt
Jumlah
Rp 79,1 jt
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
9.5 Analisa kembali pokok
•
Analisa kembali pokok (disebut juga analisa volume-laba) menentukan suatu
titik penjualan dimana pendapatan total sama dengan biaya total
sehingga
perusahaan tidak menghasilkan laba dan juga tidak rugi
(kembali pokok). TR (total revenue) = TC (total cost).
•
Ketika penjualan lebih besar dari titik itu, perusahaan menghasilkan laba
dan pada saat penjualan lebih sedikit dari itu, perusahaan mengalami
kerugian.
•
Dengan menganalisa titik kembali pokok, wirausahawan dapat menghitung
tingkat kegiatan minimum yang diperlukan untuk mempertahankan
usahanya tetap beroperasi.
•
Teknik ini juga dapat memproyeksikan penjualan yang diperlukan untuk
mencapai tingkat tertentu laba yang diinginkan.
•
Kebanyakan investor dan pemberi pinjaman juga memerlukan analisa
kembali modal untuk menilai potensi keuntungan dan peluangnya untuk
berhasil.
Rumus kembali pokok (dalam rupiah)
2015
•
TR = TC => Penerimaan total = biaya total
•
P.Q = F + V.Q => (Harga/unit) X (jumlah yang dihasilkan) = [biaya tetap +
(biaya variabel/ unit) X ( jumlah yang dihasilkan)
•
PQ – VQ = F
•
(P – V) Q = F
•
Q = F / (P-F) => titik kembali pokok dalam unit
•
QRp = F / 1 – V/P => titik kembali pokok dalam rupiah
•
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan berubahnya volume
penjualan atau produksi. Misalnya sewa, biaya depresiasi asuransi, gaji, sewa,
pembayaran cicilan, dll,.
•
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara langsung dengan
perubahan volume penjualan atau produksi. Misalnya biaya bahan baku, komisi
penjualan, upah per jam, dll.
11
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
(P – V ), selisih antara harga dan biaya variabel disebut juga margin
kontribusi.
Contoh perhitungan titik kembali pokok (dalam rupiah)
•
Perusahaan Trilex Manufacturing Company memperkirakan biaya tetap dalam
baris produksi mesin kecil adalah USD 390.000. Biaya variabel adalah USD
12,10 / unit dan harga jual adalah USD 17,50 /unit.
•
Titik kembali pokok Q = (Biaya tetap)/(margin kontribusi)
= 390.000/ (17,50 -12,10)
= 72,222 unit
2015
•
Nilai penjualan pada titik kembali pokok adalah 72,222 X 17,50 = USD
1.264
•
Jika perusahaan ingin mencapai suatu sasaran laba, misalkan USD 60.000,
maka laba tersebut seolah-olah dihitung sebagai tambahan biaya tetap.
•
Untuk mencapai laba sebesar USD 60.000 maka penjualan harus dinaikkan
menjadi
•
Q = (390.000 + 60.000)/ (17,50 – 12,10) = 83,333 unit ( sekitar 11 unit lebih
banyak dari titik kembali pokok). Atau nilai penjualan sebanyak 17,5 X 83,333
= USD 1.459
12
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
2015
•
Barringer, B.R., dan Ireland, R.D., 2012, Entrepreneurship: Succesfully Launching New
Ventures, 4th ed., Pearson, Boston.
•
Bygrave, W. dan Zacharakis, A., 2011, Entrepreneurship, 2nd ed., Wiley, New York.
•
Mellor, R., dkk., 2009, Entrepreneurship for Everyone : A Student Textbook, Sage, London.
•
Scarborough, N.M., 2012, Effective small business management: an entrepreneurial approach, 10th ed.,
New Jersey, Pearson.
•
Suharyadi, Nugroho, A.,Purwanto, S.K., dan Faturohman, M., 2007, Kewirausahaan : Membangun
Usaha Sukses sejak Usia Dini, Salemba Empat dan Universitas Mercu Buana, Jakarta. Kepustakaan
13
Kewirausahaan III
Maulida Khiatudd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download