TERAPI DALAM PSIKIATRI Tugas ini disusun untuk mengikuti mata

advertisement
TERAPI DALAM PSIKIATRI
Tugas ini disusun untuk mengikuti mata kuliah Pskiatri
Disusun Oleh:
Kelompok 12
Ayunda S. Tyara 190110100003
Keumala Nuranti 190110100032
Raisa Sharfina 190110100041
Dian Sartika Sari 190110100098
Zsaskia Shabrina 190110100090
Adi Surya Purnomo 190110100104
M. Okta Reza 190110100115
Novita Septiyana 190110100116
Astuti Rahayu Putri 190110100117
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
A. Definisi
Dalam kamus, definisi terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang
sedang sakit. Tidak disebut ‘usaha medis’ dan juga tidak disebut menyembuhkan penyakit.
Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada sekadar pengobatan atau
perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang
yang sedang sakit dapat pula dianggap sebagai terapi.
Di dalam Kamus Ilmu-ilmu Sosial juga ditemukan kata therapy yang berarti perlakuan
atau cara-cara penyembuhan penyakit yang diderita oleh seorang individu. Selanjutnya dalam
Kamus Lengkap Psikologi, therapy adalah suatu perlakuan dan pengobatan yang ditujukan
kepada penyembuhan suatu kondisi patologis.
Psikiatri adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang mempelajari aspek kesehatan jiwa
serta pengaruh timbal balik terdapat fungsi-fungsi fisiologis dan biologis tubuh manusia.
Sebagai suatu cabang ilmu kedokteran, ilmu psikiatri tidaklah berdiri sendiri, melainkan
selalu berkolaborasi dan segala aspeknya selalu berkaitan dengan cabang-cabang ilmu
kedokteran lainnya, misalnya dengan cabang ilmu saraf (Neurologi) dan ilmu penyakit dalam
(Internal Medicine)
Maka berdasarkan dua definisi sebelumnya, bisa kita simpulkan terapi dalam Psikiatri
adalah suatu pengobatan atau penyumbuhan terkait akan penyakit kesehatan jiwa.
B. Sejarah Terapi Psikiatri
Pemahaman manusia tentang sebab-sebab terjadinya gangguan jiwa dari waktu ke
waktu terus berkembang. Oleh karena itu, upaya penyembuhannya pun akan mengikuti
perkembangan etiologinya. Pada abad ke-15 gangguan jiwa masuk dalam era demonologis
dimana pada masa itu gangguan jiwa dianggap sebagai akibat guna-guna atau gangguan setan
atau roh jahat. Pada masa itu upaya penyembuhan dilakukan dengan tujuan agar setan-setan
yang mengganggu manusia meninggalkan tubuh pasien, antara lain dengan cara dibacakan
mantera, mengeluarkan darah dari tubuh pasien bahkan melubangi batok kepala.
Sampai dengan pertengahan abad 20, persepsi para tokoh atau ahli kesehatan pada
umumnya memandang agama sebagai sisi negatif terhadap kesehatan jiwa. Para pakar
kesehatan jiwa pada waktu itu sebagian besar beraliran atheis, seperti Sigmund Freud, Albert
Ellis, dan lain-lain. Kemudian perkembangannya mulai bergeser ke era fisikalistik, yang
menganggap bahwa semua sebab penyakit adalah akibat dari ketidakseimbangan fisikbiologik, dan parameter kesakitan disandarkan pada parameter somatik dari pasien
(Notosoedirdjo, 1999). Dengan demikian, upaya penyembuhan gangguan jiwa difokuskan
dengan cara fisik-biologis. Pada fase ini perkembangan psikofarmakologi mengalami
kemajuan pesat sampai saat ini, di samping terapi kejang listrik (ECT). Namun,
perkembangan pesat di bidang psikofarmakologik dan terapi fisik lainnya tidak dapat
menyembuhkan semua diagnosis gangguan jiwa. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk
meningkatkan hasil terapi gangguan jiwa terus dilakukan penyempurnaannya.
Mengingat bahwa hanya dengan mengandalkan aspek fisik-biologik saja banyak
fenomena psikiatrik yang tidak dapat dijelaskan, maka Karen Horney mengajukan konsep
holistik, yaitu terapi yang menyeluruh dalam penyembuhan gangguan jiwa. Jadi, selain
memberikan terapi fisik-biologik, juga diberikan terapi psikologis dan terapi sosial. Pada era
ini berkembang berbagai jenis psikoterapi, seperti psikoanalisis oleh Sigmund Freud,
eksistensial humanistik oleh Abraham Maslow, Client Centered oleh Carl Rogers, Terapi
Gestalt oleh Fritz Perls, Analisis Transaksional oleh Eric Berne, Terapi Tingkah laku oleh
Wolpe dan BF Skinner, Terapi Rasional Emotif oleh Albert Ellis, serta Terapi Realitas oleh
Williams Glaser (Corey, 1999; Maramis, 1994). Dengan kemajuan teknologi kedokteran saat
ini ternyata masih belum mampu diselesaikan berbagai masalah kesehatan jiwa baik ditinjau
dari faktor etiologi maupun faktor terapinya.
Oleh karena itu, upaya untuk menyempurnakan penyelesaian masalah gangguan jiwa
terus dilakukan, sehingga pada awal tahun 1980-an peran budaya, spiritual dan keagamaan
mulai mendapat perhatian. Sejak tahun 1994, WHO secara resmi memasukkan aspek
spiritual sebagai salah satu komponen dalam upaya memperoleh jiwa yang sehat, dan sejak
itu konsep holistik dilengkapi menjadi bio-psiko-sosio-spiritual.
C. Jenis-jenis Terapi Psikiatri
1. Berdasarkan Tujuan Diberikannya
a. Prevensi: berkaitan dengan tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
gangguan terkait psikiatri seperti penataan pola hidup, memperkuat proses adaptasi.
b. Kurasi: usaha yang dilakukan untuk tujuan penyembuhan. Misalnya, terapi untuk
orang yang mengalami phobia.
c. Rehabilitasi: usaha untuk mengembalikan pasien ke masyarakat untuk menjadi
swadaya dan berguna.
2. Berdasarkan Pendekatan
a. Terapi Biologis
Terapi biologis ini identik dengan pharmacology, sehingga terapinya berasal dari
obat-obatan. Beberapa obat-obatan yang kerap digunakan adalah:
1) Anti Depresan
Anti depresan diberikan ketika terdapat indikasi pada semua jenis depresi
(dengan atau tanpa gejala psikotik) termasuk depresi terselubung. Penggunaan
lain untuk obat ini adalah pada gangguan phobia, obsessive compulsive disorder,
impulsif, panik, dan hiperkinesis.
Efek antidepresan dengan dosis equipoten tidak memiliki perbedaan yang
bermakna tetapi berbeda dalam efek sampingnya. Dosis harus adekuat, lama
penggunaannya 2-6 bulan, dalam 3 minggu dapat dinaikkan dosisnya sampai ada
perbaikan. Namun bila tak ada perbaikan atau ada efek samping maka obat harus
diganti.
Jenis jenis antidepresan adalah Nomifensin, Imipramine dan Amitriptilin,
Mianserin, Maprotilin, SSRI (Serotonin Selective reuptake Inhibitor).
2) Anti Insomnia
Obat anti insomnia adalah obat yang membantu orang yang mengalami
kesulitan tidur, bangun lebih awal, atau yang telah terganggu pola tidur
sehingga kurang tidur. Dokter menyatakan obat anti-insomnia sebagai
pengobatan jangka pendek dari masalah tidur di mana orang sulit tidur atau
tetap tidur atau bangun terlalu dini dan tidak dapat kembali tidur. Obat ini
hanya boleh digunakan sesekali untuk pengobatan sementara dari masalah
tidur (insomnia) dan tidak boleh dikonsumsi selama lebih dari satu atau dua
minggu.
Biasanya obat anti insomnia berasal dari golongan benzodiazepine, seperti
flurazepam (Dalmane), quazepam (Doral), triazolam (Halcion), estazolam
(ProSom), dan temazepam (Restoril). Untuk obat anti insomnia pentobarbital
(Nembutal) dan secobarbital (Seconal) sudah tidak lagi umum digunakan
untuk mengobati insomnia karena akan berbahaya jika pasien mengkonsumsi
obat tersebut secara berlebihan. Untuk pasien dengan insomnia ringan,
beberapa antihistamin, seperti diphenhydramine (Benadryl) atau hydroxyzine
(Atarax) dapat digunakan, karena obat ini juga bisa menyebabkan kantuk.
3) Anti Ansietas
Obat ini digunakan untuk mengurangi ansietas, ketegangan dan agitasi.
Dapat meningkatkan ambang kejang pada status epileptikus dan tidak
mempengaruhi sistem otonom dan ekstrapiramidal. Pemakaian dalam dosis
besar dan dalam jangka waktu lama akan berpotensi terjadi adiksi dependensi,
namun jika dihentikan mendadak akan memungkinkan terjadnyai gejala putus
zat (withdrawal syndrome).
4) Anti Psikotik
Antipsikotik (juga disebut neuroleptik) adalah kelompok obat-obatan
psikoaktif umum, tetapi tidak secara khusus, yang digunakan untuk mengobati
psikosis, yang ditandai oleh skizofrenia. Obat antipsikotik memiliki beberapa
sinonim antara lain neuroleptik dan transquilizer mayor. Seiring berjalannya
waktu berbagai antipsikotik telah dikembangkan. Antipsikotik generasi
pertama, dikenal sebagai antipsikotik tipikal, ditemukan pada 1950-an.
Sebagian besar obat-obatan pada generasi kedua, yang dikenal sebagai.
Obat antipsikotik dapat menghilangkan gejala-gejala psikotik sementara.
Klorpomazina merupakan contoh antipsikotik yang sangat banyak dipakai.
Obat ini bersifat menenangkan emosi dan menimbulkan rasa kantuk. Penderita
yang sangat gelisah dan ganas pun dapat ditenangkan menggunakan obat ini.
Efek samping yang sering ditimbulkan dari obat ini adalah parkinsonisme,
yaitu gejala kekakuan otot (terutama di daerah leher dan mulut), gemetaran
dan gangguan koordinasi gerak.
b. Terapi Kejang Listrik
Pencetusnya adalah Cherletti dan Binni. Biasanya dilakukan pada pasien yang
mengalami indikasi depresi, gangguan bipolar, schizrofrenia agitasi, stupor dan
katatonik. Sebenarnya terapi ini masih menjadi pro dan kontra dikalangan kedokteran,
sebab resiko yang cukup besar dari terapi ini bahkan hingga dapat mengakibatkan
kematian. Sampai saat ini perdebatan ini masih ada, namun sudah sedikit menurun
seiring banyak ditemukannya obat-obat penghilang rasa sakit selama proses terapi.
Terapi kejang listrik ini sering disebut sebagai suatu intervensi non farmakologis
dengan menggunakan aliran listrik yang singkat melalui otak untuk menginduksi
kejang menyeluruh di Sistem Syaraf Pusat (SSP) di bawah anestesi umum dan
relaksan otot. Terapi ini merupakan terapi yang efektif untuk pasien yang menderita
berbagai gangguan neuropsikiatrik dan pada pasien yang tidak berespon terhadap
terapi farmakologis, mengalami efek samping yang berat sehingga medikasi tidak
dapat ditoleransi, atau pasien dengan gejala sangat berat yang memerlukan intervensi
mendesak dengan respon yang cepat.
c. Psychotherapy
1) Psikoanalisis
Psikoanalisis didasarkan pada teori dari represi seksual, yang berawal dari
harapan-harapan libidional saat kecil yang tidak terpenuhi pada memori, tidak
sadar seorang individu. Proses terapi psikoanalisis antara lain dengan cara
membawa ke permukaan memori serta perasaan yang direpresikan. Proses
secara keseluruhannya, adalah dimana konflik neurotik yang tidak sadar.
Freud membuat proses yang ada dengan cara recollection, repetition, dan
working through. Recollection adalah dimana memori saat kecil dipanggil
kembali, yaitu waktu dimana inti dari neurosis itu terbentuk. Repetition lebih
kepada mental recall, itu merupakan pemutaran kembali hal-hal yang
emosional dari interaksi dengan orang yang signifikan dengan pasien.
Working through adalah integrasi afektif dan kognitif dari memori yang
ditekan sebelumyna yang telah dibawa ke alam sadar.
Tujuan dari metode psikoanalisis adalah agar klien bisa menyadari apa
yang sebelumnya tidak disadarinya. Gangguan psikologis mencerminkan
adanya masalah di bawah alam sadar yang belum terselesaikan. Untuk itu,
klien perlu menggali bawah sadarnya untuk mendapatkan solusi. Dengan
memahami masalah yang dialami, maka seseorang bisa mengatasi segala
masalahnya melalui “insight” (pemahaman pribadi).
2) Brief Psychodynamic
Terapi psikodinamik merupakan treatment yang time-limited (sekitar 10
sampai dengan 12 sesi) yang didasarkan pada teori psikoanalisis dan
psikoterapi. Terapi ini digunakan untuk membantu seseorang dengan depresi,
kecemasan, dan posttraumatic stress disorder, dan sebagainya. Terdapat
beberapa metode yang masing-masing teknik treatment dan kriterianya
berbeda pada setiap metode untuk memilih pasien. Namun, terapi ini lebih
banyak kemiripan dibandingkan perbedaannya. Terapi psikodinamik ini
termasuk terapi yang cukup populer, diantaranya karena terapi ini termasuk
murah. Selain itu, lebih mudah untuk mengevaluasi treatment dengan cara
membandingkan kelompok orang yang menjalani terapi jangka pendek
dengan penyakit mental dan kelompok lain yang menjalankan psikoterapi
jangka panjang.
Terapi dari brief psychodynamic ini bermacam-macam, antara lain adalah
brief focal psychotherapy, time-limited psychotherapy, short-term dynamic
psychotherapy, short-term anxiety-provoking psychotherapy—yang masingmasing terapinya memiliki tujuan, kriteria seleksi, durasi fokus, dan
terminasinya tersendiri.
3) Group Psychoteraphy
Psikoterapi kelompok menggunakan kekuatan terapeutik di dalam
kelompok, interaksi konstruktif antara anggota, dan intervensi dari pemimpin
terlatih untuk mengubah tingkah laku, pikiran, dan perasaaan maladaptif dari
seseorang yang secara emosional mengalami distress. Pada era yang secara
financial sangat ketat, terjadi penurunan titik berat pada psikoterapi individual
dan penggunaan yang meluas pada pendekatan psikofarmakologis. Semakin
banyak pasien yang dirawat dengan psikoterapi kelompok dibandingkan
dengan bentuk verbal terapi lainnya.
Terapi kelompok dapat diaplikasikan pada pasien yang rawat inap maupun
pasien yang rawat jalan, tempat kerja, unit rumah sakit, rumah singgah,
dengan setting komunitas, dan praktik privat. Prinsip-prinsip yang ada pada
terapi ini sudah diaplikasikan di banyak setting, seperti pelatihan bisnis dan
pendidikan, sensitivitas, dan role-play yang memberikan hasil akhir yang
sukses. Terapi ini merupakan treatment dimana orang-orang yang secara
emosional memiliki gangguan dipilih secara hati-hati dan dipertemukan pada
satu kelompok yang dipandu oleh terapis yang sudah terlatih dan anggotanya
saling membantu dan diharapkan kepribadiannya dapat berubah. Dengan
menggunakan berbagai maneuver teknis dan konstruk teori, pemimpin dari
kelompok tersebut mengarahkan anggotanya agar menciptakan suatu
perubahan ke arah yang positif.
4) Family Therapy dan Couple Therapy
Terapi keluarga dapat didefinisikan sebagai psikoterapi yang secara jelas
berfokus pada mengubah interaksi antar anggota keluarga dan meningkatkan
pemfungsian keluarga sebagai unit dan atau pemfungsian anggota keluarga
tersebut. Baik terapi keluarga maupun terapi pasangan, tujuannya adalah
sama-sama mengubah pemfungsian relasional. Pada kebanyakan kasus, terapi
ini juga membuat beberapa perubahan, khususnya individu pada keluarga
tersebut. Misalnya, terdapat keluarga yang salah satu anggotanya adalah
penderita schizophrenia, maka ia harus diterapi dengan cara mereka harus
diubah atau dikurangi emosi yang diekspresikannya (family’s expressed
emotion), agar pasien tersebut dapat tinggal bersama keluarga tersebut. Terapi
ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:

Untuk menyelesaikan atau mengurangi konflik patogenik dan
kecemasan dalam hubungan interpersonal.

Untuk memperluas persepsi dan pemenuhan dari anggota keluarga
untuk kebutuhan emosional satu sama lain.

Untuk meningkatkan hubungan yang baik antar jenis kelamin dan
generasi.

Untuk memperkuat kapasitas individu dan keluarga untk mengatasi hal
destruktif yang ada di dalam keluarga dan di luar keluarga/lingkungan.

Untuk memengaruhi identitas dan nilai-nilai yang dianut di keluarga
sehingga anggota keluarga tersebut dapat berubah orientasinya kepada
kesehatan.
5) Dialectical Behavior Therapy
Dialectical behavior therapy (DBT) merupakan tipe psikoterapi yang
aslinya dikembangkan untuk pasien yang suka menyakiti diri sendiri yang
kronis dengan gangguan kepribadian borderline dan tingkah laku parasuicidal.
Namun, pada tahun selanjutnya, penggunaan terapi ini menjadi lebih luas
untuk dapat digunakan pada bentuk penyakit mental lainnya. Metode yang
digunakan eklektik, menggambarkan konsep yang berasal dari terapi suportif,
kognitif, dan behavioral.
Fungsi dari DBT ini adalah:
1. Untuk memperkaya dan memperluas skill dari pasien
2. Untuk meningkatkan motivasi pasien untuk berubah dengan cara
mengurangi tingkah laku maladaptive termasuk kognisi dan emosi yang
disfungsional
3. Untuk
meyakinkan
bahwa
bentuk
tingkah
laku
behavioral
digeneralisasikan dari lingkungan terapeutik kepada lingkungan yang
sebenarnya
4. Untuk menstrukturkan lingungan sehingga tingkah laku efektif lebih
diberikan reinforcement dibandingkan tingkah laku maladaptive
5. Untuk meningkatkan motivasi dan kapabilitas dari terapis sehingga
treatment yang efektif dapat tercapai.
6) Genetical Conseling
Konseling genetik adalah proses yang menggunakan informasi (medis,
teknis, dan berbagai kemungkinan yang ada) kepada pasien (dan keluarga)
tentang risiko-risiko yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan
gangguan tertentu yang dapat berkembang. Ketentuan dari informasi tersebut
muncul melalui hubungan dengan cara menolong mereka untuk beradaptasi
secara emosional dan psikologis pada diagnosis, lalu memfasilitasi
pengambilan keputusan mereka. Tujuan dari proses ini adalah untuk
meminimalisasi distress, meningkatkan perasaan kendali personal, dan untuk
memfasilitasi pengambilan keputusan.
7) Biofeedback
Biofeedback melibatkan pencatatan dan tampilan perubahan kecil dalam
tingkat fisiologis parameter umpan balik. Tampilan bisa visual, seperti
meteran besar atau bar lampu, atau pendengaran. Pasien diinstruksikan untuk
mengubah tingkat parameter, dengan menggunakan umpan balik dari layar
sebagai panduan. Biofeedback didasarkan pada gagasan bahwa sistem saraf
otonom bisa datang di bawah kontrol sukarela melalui pengkondisian operan.
Biofeedback dapat digunakan dengan sendirinya atau dalam kombinasi
dengan relaksasi. Sebagai contoh, pasien dengan inkontinensia urin
menggunakan biofeedback sendiri untuk mendapatkan kembali kontrol atas
otot-otot panggul. Biofeedback juga digunakan dalam rehabilitasi gangguan
neurologis. Manfaat biofeedback dapat ditambah dengan relaksasi bahwa
pasien dilatih untuk memfasilitasi.
8) Behavior Therapy
Istilah perilaku dalam terapi perilaku mengacu pada tindakan yang dapat
diamati dan respon seseorang. Terapi perilaku melibatkan perubahan perilaku
pasien untuk mengurangi disfungsi dan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Terapi perilaku meliputi metodologi, disebut sebagai analisis perilaku,
pemilihan strategis untuk mengubah perilaku, dan teknologi untuk membawa
perubahan perilaku, seperti memodifikasi anteseden atau konsekuensi atau
memberikan instruksi. Terapi perilaku tidak hanya dipengaruhi perawatan
kesehatan mental, tetapi, di bawah rubrik kedokteran perilaku, terapi perilaku
juga telah membuat terobosan ke spesialisasi medis lainnya.
Terapi perilaku merupakan aplikasi klinis dari prinsip-prinsip yang
dikembangkan dalam teori belajar. Psikologi perilaku, atau behaviorisme,
muncul pada awal abad ke-20 sebagai reaksi terhadap metode introspeksi
yang mendominasi psikologi pada saat itu. John B. Watson, ayah dari
behaviorisme, awalnya mempelajari psikologi hewan. Latar belakang ini
membuat lompatan konseptual kecil untuk berdebat psikologi yang harus
memperhatikan hanya dengan gejala yang tampak secara terbuka (yaitu,
perilaku terbuka ). Menurut pemikiran behavioristik, karena isi mental yang
tidak bisa diamati secara terbuka, itu tidak dapat dikenakan untuk
penyelidikan ilmiah yang ketat. Akibatnya, behavioris mengembangkan fokus
pada perilaku terbuka dan pengaruh lingkungan mereka.

Relaxation training
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan yang
kecemasan : denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer,
dan
stabilitas
neuromuskular.
Berbagai
metode
relaksasi
telah
dikembangkan. Beberapa, seperti yoga dan Zen, telah dikenal selama
berabad-abad. Sebagian besar metode menggunakan apa yang disebut
relaksasi progresif, yang dikembangkan oleh psikiater Edmund Jacobson.
Pasien bersantai kelompok otot utama dalam urutan tetap, dimulai dengan
kelompok otot kecil kaki dan cephalad bekerja atau sebaliknya. Beberapa
dokter menggunakan hipnotis untuk memfasilitasi relaksasi atau
menggunakan latihan direkam untuk memungkinkan pasien untuk berlatih
relaksasi sendiri. Citra mental adalah metode relaksasi di mana pasien
diinstruksikan untuk membayangkan diri mereka di tempat yang terkait
dengan
kenangan
yang
menyenangkan
santai.
Gambar
tersebut
memungkinkan pasien untuk memasuki keadaan atau pengalaman santai
(sebagai Herbert Benson disebut itu) respons relaksasi.
Perubahan fisiologis yang terjadi selama relaksasi adalah kebalikan
dari yang disebabkan oleh respon stres adrenergik yang merupakan bagian
dari banyak emosi. Ketegangan otot, laju respirasi, denyut jantung, tekanan
darah, dan penurunan konduktansi kulit. Suhu jari dan aliran darah ke jari
biasanya meningkat. Relaksasi meningkatkan variabilitas denyut jantung
pernapasan, indeks nada parasimpatis.

Participating modeling
Dalam pemodelan peserta, pasien belajar perilaku baru dengan imitasi,
terutama dengan observasi, tanpa harus melakukan perilaku sampai
mereka merasa siap. Sama seperti ketakutan irasional dapat diperoleh
dengan belajar, mereka dapat terpelajar dengan mengamati model kenal
takut menghadapi objek ditakuti. Teknik ini telah berguna dengan anakanak fobia yang ditempatkan dengan anak-anak lain dari usia dan jenis
kelamin yang mendekati objek atau situasi yang ditakuti mereka sendiri.
Dengan orang dewasa, terapis mungkin menggambarkan aktivitas ditakuti
dalam cara yang tenang bahwa pasien dapat mengidentifikasi. Atau, terapis
dapat bertindak keluar proses menguasai aktivitas ditakuti dengan pasien.
Kadang-kadang, hirarki kegiatan didirikan, dengan aktivitas kecemasanmerangsang paling tidak ditangani dengan pertama. Teknik pesertapemodelan telah berhasil digunakan dengan agoraphobia dengan memiliki
terapis menemani pasien ke dalam situasi yang ditakuti. Dalam varian dari
prosedur, yang disebut perilaku latihan, masalah kehidupan nyata yang
bertindak di bawah pengamatan terapis atau arah.

Assertiveness training
Ketegasan didefinisikan sebagai berikut: Perilaku asertif memungkinkan
seseorang untuk bertindak berdasarkan kepentingan sendiri yang terbaik,
untuk membela dirinya sendiri atau dirinya sendiri tanpa kecemasan yang
tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan jujur nyaman, dan
untuk melaksanakan hak-hak pribadi tanpa menyangkal hak orang lain.
Dua jenis situasi sering disebut untuk perilaku asertif: (1)
menetapkan batas pada teman-teman atau kerabat memaksa dan (2) situasi
komersial, seperti melawan promosi penjualan atau menjadi gigih ketika
kembali barang dagangan rusak. Program pelatihan ketegasan awal
cenderung menentukan perilaku spesifik tegas atau nonassertive. Sebagai
contoh, individu didorong untuk menegaskan diri mereka sendiri jika
seseorang mendapat di depan mereka dalam garis checkout supermarket.
Meningkatkan perhatian sekarang diberikan kepada konteks, yaitu, apa
yang akan menjadi perilaku asertif dalam situasi ini tergantung pada
keadaan.

Social Skill Training
Gejala negatif pada pasien dengan skizofrenia merupakan defisit perilaku
yang melampaui kesulitan dengan asertif. Pasien-pasien ini memiliki
perilaku ekspresif yang tidak cukup dan stimulus kontrol yang pantas
terhadap perilaku sosial mereka (yaitu, mereka tidak mengambil isyaratisyarat sosial). Demikian pula, pasien dengan depresi sering mengalami
kurangnya penguatan sosial karena kurangnya keterampilan sosial, dan
pelatihan keterampilan sosial telah ditemukan untuk menjadi berkhasiat
untuk depresi. Pasien dengan fobia sosial sama sering tidak memperoleh
keterampilan sosial remaja '. Bahkan, perilaku sosial mereka defensif
(misalnya, menghindari kontak mata, membuat pernyataan singkat, dan
meminimalkan self-disclosure) meningkatkan kemungkinan penolakan
yang mereka takuti.
Program pelatihan keterampilan sosial untuk pasien dengan
keterampilan penutup skizofrenia dalam bidang berikut: percakapan,
manajemen konflik, ketegasan, hidup komunitas, persahabatan dan kencan,
pekerjaan dan panggilan, dan manajemen obat-obatan. Masing-masing
keterampilan ini memiliki beberapa komponen. Misalnya, kemampuan
bersikap asertif termasuk membuat permintaan, menolak permintaan,
membuat keluhan, menanggapi keluhan, mengekspresikan perasaan
menyenangkan,
meminta
informasi,
membuat
permintaan
maaf,
mengekspresikan ketakutan, dan menolak alkohol dan obat-obatan jalanan.
Masing-masing komponen melibatkan langkah-langkah tertentu. Sebagai
contoh, manajemen konflik meliputi keterampilan dalam negosiasi,
kompromi, tidak setuju bijaksana, menanggapi tuduhan tidak benar, dan
meninggalkan situasi terlalu stres. Situasi di mana keterampilan
manajemen konflik dapat digunakan adalah ketika pasien dan seorang
teman memutuskan untuk pergi ke bioskop dan pilihan mereka berbeda
film. Negosiasi dan kompromi, misalnya, melibatkan langkah-langkah
berikut:

1.
Jelaskan sudut pandang seseorang sebentar.
2.
Dengarkan sudut pandang orang lain.
3.
Ulangi sudut pandang orang lain.
4.
Sarankan kompromi.
Aversion Therapy
Ketika stimulus berbahaya (hukuman) disajikan segera setelah respon
perilaku tertentu, secara teoritis, respon akhirnya terhambat dan padam.
Banyak jenis rangsangan berbahaya yang digunakan: kejutan listrik, zat
yang menyebabkan muntah, hukuman fisik, dan ketidaksetujuan sosial.
Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku, yang dengan demikian
ditekan. Perilaku yang tidak diinginkan dapat menghilang setelah
serangkaian urutan tersebut. Terapi aversion telah digunakan untuk
penyalahgunaan alkohol, parafilia, dan perilaku lainnya dengan kualitas
impulsif atau kompulsif, tetapi terapi ini kontroversial karena berbagai
alasan. Misalnya, hukuman tidak selalu menyebabkan penurunan respon
yang diharapkan dan kadang-kadang dapat memperkuat positif. Terapi
aversion telah digunakan dengan efek yang baik dalam beberapa budaya
dalam pengobatan pecandu opioid.
9) Cognitive Therapy
Penekanan pada pentingnya psikologis keyakinan orang tentang diri
mereka sendiri, dunia pribadi mereka (termasuk orang-orang dalam kehidupan
mereka), dan masa depan. Pasien yang mengalami gangguan emosi,
cenderung memikirkan yang menekan dirinya. Sebagai contoh, pasien depresi
klinis percaya bahwa mereka tidak mampu dan tidak berdaya, dan melihat
orang lain menghakimi dan kritis,
masa depan sebagai suram dan tidak
menguntungkan. Demikian pula, pasien dengan gangguan kecemasan
mungkin cenderung melihat diri mereka sangat rentan, orang lain lebih
mampu, dan masa depan lebih mungkin akan ditandai dengan bencana
pribadi.
Pasien depresi cendering mengabaikan prestasi mereka dan lebih
memikirkan bahwa mereka adalah bencana untuk dirinya dan masyarakat.
Artinya cenderung memikirkan hal yang buruk dan mengabaikan hal baik
tentang mereka. Akibatnya rasa pesimislah yang muncul Maka terapi kognitif
ini
mengajarkan
pasien
mereka
keterampilan
secara
sistematis
mengidentifikasi, memeriksa, dan memodifikasi gaya berpikir maladaptif
mereka. Tujuan menyeluruh adalah untuk pasien untuk mendapatkan
pandangan yang lebih objektif dan dikelola masalah mereka dan solusi potensi
mereka.
Terapi kognitif terdiri dari satu set luas teknik kognitif dan perilaku
digunakan secara strategis dalam konteks kasus konseptualisasi komprehensif,
difasilitasi oleh pemahaman, menerima, hubungan terapeutik empati. Terapi
kognitif sangat berfokus pada pemberdayaan dan mendidik pasien dalam
keterampilan psikologis seperti rasional menanggapi, tujuan pemantauan diri,
merumuskan dan menguji hipotesis pribadi, perilaku manajemen diri,
pemecahan masalah, dan lain-lain.
Terapis kognitif menggunakan pekerjaan rumah untuk memperkuat
keterampilan ini, sehingga pasien belajar dan mengingat bagaimana
membantu diri mereka sendiri dan dengan demikian mempertahankan
keuntungan terapi mereka dalam jangka panjang. Memang, pemeliharaan
perbaikan klinis adalah ciri dari kemanjuran terapi kognitif. Terapi kognitif
telah berhasil digunakan dalam pengobatan gangguan mood (dan dalam
mengurangi risiko bunuh diri), gangguan kecemasan (misalnya, fobia,
gangguan panik, gangguan kecemasan sosial, gangguan kecemasan umum),
gangguan psikotik, gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat, dan gangguan
makan, serta untuk sejumlah gangguan psiko-fisiologis (misalnya, sindrom
iritasi usus, fibromyalgia, disfungsi seksual).
Terapi kognitif juga telah diteliti sebagai pengobatan tambahan untuk
kondisi medis seperti sakit kronis, kecemasan kesehatan pada pasien kanker,
dan kompetensi sosial berikut cedera otak, antara lain. Terapi kognitif dapat
digunakan dalam individu, kelompok, pasangan, dan keluarga format. Ada
bukti empiris yang mendukung kemanjuran terapi kognitif untuk pasangan,
serta untuk pengobatan anak-anak, remaja, dan orang tua. Baru-baru ini,
perkembangan
menarik
dalam
terapi
kognitif
telah
mengakibatkan,
pendekatan berbasis empiris baru untuk pengobatan gangguan bipolar,
gangguan attention-deficit/hyperactivity, dan skizofrenia.
Salah satu kekuatan dari terapi kognitif adalah untuk pasien yang
mengalami penyakit berat dan harus minum obat terus, dan pada akhirnya
ketergantuangan obat meskipun secara medis ia telah membaik. fokus pada
memodifikasi pasien keyakinan maladaptif tentang minum obat (misalnya,
"Jika saya merasa baik, saya bisa berhenti minum obat”). Hasilnya adalah
sebuah sinergi yang lebih baik antara terapi kognitif dan farmakoterapi, yang
menguntungkan pasien dalam beberapa cara. Singkatnya, terapi kognitif
adalah pengalaman belajar di mana terapis memainkan peran aktif dalam
membantu pasien untuk mengenali, mengidentifikasi, dan memodifikasi bias
kognitif yang menyebabkan penderitaan yang tidak semestinya dan yang lain
akan menghambat pemecahan masalah yang konstruktif. Pengobatan
membantu pasien untuk menjadi lebih aktif dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka mengembangkan rasa yang lebih besar self-efficacy dan
penguasaan, yang menyediakan pengalaman korektif yang melawan
keyakinan negativistik tentang diri sendiri dan masa depan seseorang.
10) Hypnosis
Hypnosis saat ini dipahami sebagai aktivitas normal dari pikiran normal
melalui mana perhatian lebih terfokus, penilaian kritis sebagian ditangguhkan,
dan kesadaran perifer berkurang. The keadaan trance, menjadi fungsi dari
pikiran subjek, tidak dapat secara paksa diproyeksikan oleh orang luar.
Hipnotis, bagaimanapun, dapat membantu dalam pencapaian negara dan
menggunakan kritis, fokus yang intens untuk memfasilitasi penerimaan
pikiran dan perasaan baru, sehingga mempercepat perubahan terapi. Untuk
subjek, hipnosis ditandai dengan perasaan involuntariness dan gerakan
tampaknya otomatis.
Mengalami keadaan konsentrasi hipnosis membutuhkan konvergensi dari
tiga komponen penting: penyerapan, pemisahan, dan sugesti. Penyerapan
adalah kemampuan untuk mengurangi kesadaran perifer yang menghasilkan
perhatian fokus yang lebih besar. Hal ini dapat metaforis digambarkan sebagai
lensa zoom psikologis yang meningkatkan perhatian pada pikiran tertentu atau
emosi dengan mengesampingkan peningkatan semua konteks, bahkan
termasuk orientasi ruang dan waktu.
Disosiasi adalah memisahkan dari unsur-unsur kesadaran identitas pasien,
persepsi, memori, atau respon motorik sebagai pengalaman hipnotis
memperdalam. Hasilnya adalah bahwa komponen dari kesadaran diri, waktu,
persepsi, dan aktivitas fisik dapat terjadi tanpa diketahui kesadaran pasien
sehingga mungkin tampak paksa.
Sugesti adalah kecenderungan pasien terhipnotis untuk menerima sinyal
dan informasi dengan suspensi relatif penilaian kritis yang normal, itu adalah
kontroversial apakah penilaian kritis dapat sepenuhnya dihentikan. Sifat ini
akan bervariasi dari respon hampir kompulsif untuk masukan dalam sangat
hypnosis untuk rasa otomatisitas di masing kurang hypnosis.
Hipnosis dalam memfasilitasi penerimaan pikiran dan perasaan baru
membuatnya berguna dalam mengobati masalah kebiasaan dan juga dengan
manajemen gejala. Merokok, makan berlebihan, fobia, kecemasan, gejala
konversi, dan nyeri kronis adalah semua indikasi untuk hipnosis. Mereka
sering dapat diobati dalam satu sesi, di mana pasien diajarkan untuk
melakukan self-hypnosis. Hipnosis juga dapat membantu dalam psikoterapi,
terutama untuk gangguan stres pasca trauma, dan telah digunakan untuk
pengambilan memori.
11) Interpresonal Therapy
Psikoterapi interpersonal (ITP), pengobatan waktu terbatas untuk
gangguan depresi utama, dikembangkan pada 1970-an, didefinisikan dalam
manual, dan diuji dalam uji klinis secara acak oleh Gerald L. Klerman dan
Myrna Weissman. ITP awalnya dirumuskan sebagai upaya untuk mewakili
praktek saat psikoterapi untuk depresi.
Ini mengasumsikan bahwa
pengembangan dan pemeliharaan beberapa penyakit kejiwaan terjadi dalam
konteks sosial dan interpersonal dan bahwa onset, respon terhadap
pengobatan, dan hasil dipengaruhi oleh hubungan interpersonal antara pasien
dan lain-lain yang signifikan. Tujuan keseluruhan dari ITP adalah untuk
mengurangi atau menghilangkan gejala kejiwaan dengan meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal saat ini pasien dan fungsi sosial.
Kursus khas ITP berlangsung 12 sampai 20 sesi selama 4 - untuk jangka
waktu 5 bulan. ITP bergerak melalui tiga tahap didefinisikan: (1) Tahap awal
ini didedikasikan untuk mengidentifikasi area masalah yang akan menjadi
target untuk pengobatan, (2) tahap menengah dikhususkan untuk bekerja pada
bidang masalah target (s), dan (3 ) fase terminasi difokuskan pada konsolidasi
keuntungan yang dibuat selama pengobatan dan menyiapkan pasien untuk
pekerjaan di masa depan mereka sendiri.
12) Psychiatric Rehabilition
Rehabilitasi kejiwaan menunjukkan berbagai intervensi yang dirancang
untuk membantu orang-orang cacat yang disebabkan oleh penyakit mental
meningkatkan fungsi dan kualitas hidup mereka dengan memungkinkan
mereka untuk memperoleh keterampilan dan mendukung yang diperlukan
untuk berhasil dalam peran orang dewasa biasa dan dalam lingkungan pilihan
mereka. Peran orang dewasa normatif meliputi hidup secara mandiri,
bersekolah, bekerja di pekerjaan yang kompetitif, yang berkaitan dengan
keluarga, memiliki teman, dan memiliki hubungan intim. Rehabilitasi
kejiwaan menekankan kemandirian bukan ketergantungan pada profesional,
integrasi masyarakat daripada isolasi dalam pengaturan terpisah untuk para
penyandang cacat, dan preferensi pasien dan bukan tujuan profesional.
13) Combined Psychotherapy and pharmation
Penggunaan
obat-obatan
psikotropika
dalam
kombinasi
dengan
psikoterapi telah menyebar luas. Bahkan, ia telah menjadi standar perawatan
bagi banyak pasien dilihat oleh psikiater. Dalam pendekatan terapi ini,
psikoterapi ditambah dengan penggunaan agen farmakologis. Ini seharusnya
tidak menjadi sistem di mana terapis bertemu dengan pasien secara berkala
atau teratur untuk memantau efek obat atau membuat catatan di skala
penilaian untuk menilai kemajuan atau efek samping, melainkan harus sistem
di mana kedua terapi terintegrasi dan sinergis. Dalam banyak kasus, telah
menunjukkan bahwa hasil terapi kombinasi lebih unggul daripada kedua jenis
terapi yang digunakan saja. Istilah farmakoterapi berorientasi psikoterapi
digunakan oleh beberapa praktisi untuk merujuk pada pendekatan gabungan.
Metode psikoterapi yang digunakan dapat bervariasi sangat dan semua dapat
dikombinasikan dengan farmakoterapi.
REFERENSI
Sadocks dkk. 2009. Comperhensive text book of psychiatry.9th. Lippincott Williams &
Wilkins.USA
Sample, David. 2005. Oxford Handbook of Psychiatry. Oxford University Press. 1st
Edition. USA
Arijanto, Iwan. 2010. Terapi dibidang Psikiatri. Departemen Psikiatri Rumah sakit Hasan
Sadaikin. Bandung
Yongky.2012. Pro dan Kontra Terhadap Terapi Kejang Listrik (TKY) sebagai terapi
alternative medis pada pasien Psikotik. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Suaryana. 2005. Aktivitas Terapi. Fakultas Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri
Yogyakarta.Yogyakarta
Dari Website
http://my.opera.com/farhans1/blog/index.dml/tag/pengertian%20terapi
http://www.doktergaul.com/tentang/pengertian-terapi-adalah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Psikiatri
http://www.persify.com/id/perspectives/medical-specialty/psikiatri-_-91100010335
KUIS #12
1. Berikut ini adalah jenis-jenis terapi biologis, yaitu...
a. Anti depressan
b. Anti psikotik
c. Anti insomnia
d. Anti ansietas
e. Semua jawaban benar
2. Antidepresan sesuai diberikan untuk orang yang mengalami gangguan sebagai berikut,
kecuali...
a. Phobia
b. OCD
c. Hiperkinesis
d. Anti social
e. Impulsif
3. Tokoh yang mengajukan konsep holistik, yaitu terapi yang menyeluruh dalam
penyembuhan gangguan jiwa, adalah...
a. Sigmund Freud
b. Abraham Maslow
c. Karen Horney
d. Carl Rogers
e. William Glaser
4. Usaha yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya suatu
gangguan terkait psikiatri seperti penataan pola hidup, memperkuat proses adaptasi
adalah...
a. Prevensi
b. Kurasi
c. Rehabilitasi
d. Promosi
e. Jawaban salah semua
5. Gangguan jiwa dianggap sebagai akibat dari guna-guna atau gangguan setan atau roh
jahat pada abad ke...
a. 20
b. 15
c. 10
d. 5
e. 21
6. Suatu proses yang menggunakan informasi (medis, teknis, dan berbagai kemungkinan
yang ada) kepada pasien (dan keluarga) tentang risiko-risiko yang berkaitan dengan
kemungkinan-kemungkinan gangguan tertentu yang dapat berkembang merupakan
terapi...
a. Cognitive therapy
b. Behavior therapy
c. OCD
d. Genetical conseling
e. Relaxation training
7. Berikut ini yang termasuk dalam metode-metode behavior therapy, yaitu...
a. Relaxation training
b. Participating modeling
c. Assertiveness training
d. Aversion therapy
e. Semua benar
8. Terapi ini pada awalnya dikembangkan untuk pasien yang suka menyakiti diri sendiri
(self-injuring) dengan gangguan kepribadian tertentu, yaitu..
a. Family therapy
b. Psychoanalytic therapy
c. Dialectical behavior therapy (DBT)
d. Cognitive behavior therapy (CBT)
e. Couple theraphy
9. Terapi yang mengajarkan pasien tentang keterampilan secara sistematis mengidentifikasi,
memeriksa, dan memodifikasi gaya berpikir maladaptif mereka adalah terapi...
a. Family therapy
b. Psychoanalytic therapy
c. Dialectical behavior therapy (DBT)
d. Cognitive therapy
e. Behavior theraphy
10. Tujuan keseluruhan dari Psikoterapi interpersonal (ITP) adalah...
a. Untuk mengurangi atau menghilangkan gejala kejiwaan dengan meningkatkan
kualitas hubungan interpersonal saat ini pasien dan fungsi sosial.
b. Untuk memberikan solusi dari masalah mereka
c. Untuk mengubah perilaku pasien agar lebih baik
d. Untuk membuat pasien mudah tidur
e. Semua jawaban benar
Download