MODUL PERKULIAHAN Managing Identity & Organization Culture Symbolic Communications Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Public Relations Online 03 Kode MK Disusun Oleh 42029 Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Abstract Kompetensi Dalam modul ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan symbolic communications yang terdiri dari pengertian symbol, tanda dan lambang serta meaning intensity (or level) and diversity of indentity. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan dapat mampu memahami dan menjelaskan tanda dan makna tanda. Symbolic Communications 1. Pengertian Symbol, Tanda dan Lambang A. Proses Simbolik dalam Komunikasi Salah satu kebutuhan pokok manusia (Susanne K. Langer) adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Manusia memang satu-satunya hewan yang menggunakan lambang dan itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Ernst Cassier mengatakan bahwa keunggulan manusia atas makhluk lainnya adalah keistimewaan mereka sebagai animal symbolicum. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku non-verbal, dan objek yang maknanya disepakati bersama, misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan atau kecintaan terhadap negara. Kemampuan manusia menggunakan lambang verbal memungkinkan perkembangan bahasa dan menangani hubungan antara manusia dan objek (baik nyata maupun abstrak) tanpa kehadiran manusia dan objek tersebut. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Hubungan antara tanda dengan objek dapat juga dipresentasikan oleh ikon dan indeks, namun ikon dan indeks tidak memerlukan kesepakatan. Ikon adalah suatu benda fisik (dua atau tiga dimensi) yang menyerupai apa yang direpresentasikannya. Representasi ini ditandai dengan kemiripan. Misalnya patung Soekarno adalah ikon Soekarno, dan foto anda pada KTP anda adalah ikon anda. Putri Diana adalah adalah ikon (lambang) kecantikan atau SBY adalah ikon negara RI. Berbeda dengan lambang dan ikon, indeks adalah suatu tanda yang secara alamiah merepresentasikan objek lainnya. Istilah lain yang sering digunakan untuk indeks adalah Sinyal (signal), yang dalam bahasa sehari-hari disebut juga gejala (symptom). Indeks muncul berdasarkan hubungan antara sebab dan akibat yang punya kedekatan eksistensi. Misalnya awan gelap adalah indeks hujan yang akan turun, sedangkan asap merupakan indeks api. Namun bila asap disepakati sebagai tanda bagi masyarakat untuk berkumpul misalnya, seperti dalam kasus suku Indian primitif, maka asap menjadi lambang karena maknanya telah disepakati bersama. Lambang mempunyai beberapa sifat seperti berikut ; 16 2 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1) Lambang bersifat sebarang, manasuka, atau sewenang-wenang Apa saja bisa dijadikan lambang, bergantung pada kesepakatan bersama. Kata-kata (lisan atau tulisan), isyarat anggota tubuh, makanan dan cara makan, tempat tinggal, jabatan, olahraga, hobi, peristiwa, hewan, tumbuhan, gedung, alat (artefak), angka, bunyi, waktu, dsb semuanya bisa menjadi lambang. Lambang hadir dimana-mana dan tidak henti-hentinya menerpa kita: gosip antar tetangga, tagihan listrik, buku yang kita baca, lagu lewat radio, berita tv, suara azan, spanduk di pinggir jalan, stiker di kaca mobil, lampu lalulintas, bunyi peluit polisi, jilbab bagi wanita, kalung bertanda salib, seragam putih abu-abu, dll. Namun alam tidak memberikan penjelasan kepada kita mengapa manusia menggunakan lambang-lambang tertentu untuk merujuk pada hal-hal tertentu, baik yang konkret maupun abstrak. Kita tidak punya alasan mengapa kita menyebut hewan yang mengeong itu kucing, bukan kambing atau gajah. Penyebutan itu semata-mata berdasarkan kesepakatan saja. Lambang-lambang parpol misalnya banteng moncong putih untuk PDI-P, pohon beringin untuk Golkar, matahari untuk PAN juga tercipta dan tersosialisasikan berdasarkan prinsip itu. Makanan juga bersifat simbolik. Banyak orang makan McD, KFC, AW di restoran cepat saji bukan karena mereka benar-benar menyukai makanan itu, namun karena makan di tempat itu memberi mereka status tertentu. Padahal di kota besar Amerika justru orangorang kelas menengah ke bawah yang gemar makan di restoran-restoran itu. Restoran Yoshinoya di Jakarta juga memiliki status lebih tinggi bagi penikmatnya dibanding negara asalnya Jepang . Dandanan dan penampilan fisik juga bersifat simbolik seperti mengenakan stelan jas lengkap, t-shirt, sandal jepit, sarung, peci, warna kulit, jenggot, mini skirt. Kulit putih dianggap berstatus lebih tinggi daripada kulit hitam. Orang mudah memberi status “sukses” terhadap mereka yang menggunakan pakaian jas lengkap dengan dasi Tempat tinggal dan mobil juga bersifat simbolik. Bila anda tinggal di Menteng atau Pondok Indah dan naik Alphard anda akan diperlakukan istimewa. 2) Lambang pada dasarnya tidak mempunyai makna: kitalah yang memberi makna pada lambang Makna sebenarnya ada dalam kepala kita, bukan terletak pada lambang itu sendiri. Kalaupun ada orang yang mengatakan bahwa kata-kata mempunyai makna, yang ia maksudkan sebenarnya bahwa kata-kata itu mendorong orang untuk memberi makna (yang telah disetujui bersama) terhadap kata-kata itu. Persoalan akan timbul bila para peserta 16 3 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi tidak memberi makna yang sama pada suatu kata. Pernah profesor menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menulis sebuah naskah buku yang baru. Ia memberikan naskah tersebut keada sekretarisnya dengan perintah “burn this for me, will you?” (tolong bakar ini). Hasilnya naskah yang mestinya di fotokopi (burn) itu musnah menjadi asap dalam tempat pembakaran. Dengan kata lain, sebenarnya tidak ada hubungan yang alami antara lambang dengan objek yang ditujunya. Anda dapat mengatakan bahwa anda tentara dengan memakai baju tentara meskipun anda sama sekali bukan tentara. Kombinasi angka 17-8-45 sering diangga angka keramat, karenanya tidak mengherankan bila lambang Garuda kita dihiasi dengan sayap berjumlah 17 bulu, ekor berjumlah 8 bulu, dan leher berjumlah 45 bulu. Kenyataannya, tidak pernah ada seekor burung dari jenis apapun yang punya susunan bulu seperti itu. Banyak nomor handphone dikategorikan nomor hoki jika banyak angka 8 atau 9. Banyak hotel atau apartemen yang tidak punya lantai 4 dan 13. Sebagian orang bahkan ada kalanya menggantungkan nasib dan keselamatan mereka pada lambang-lambang tertentu. Mereka memilih hari dan tanggal tertentu untuk menikah, indah rumah, atau melaksanakan perjalanan. Atau menggunakan benda seperti batu, hiasan, tulisan, dsb untuk menjaga keselamatan mereka. 3) Lambang itu bervariasi Lambang itu bervariasi dari satu budaya ke budaya lain, dari satu tempat ke temat lain, dari satu konteks waktu ke konteks waktu yang lain. Begitu juga makna yang diberikan kepada lambang tersebut. Untuk orang Indonesia disebut buku, orang Inggris book, orang jerman buch, orang Arab kitab. Pendek kata kita hanya memerlukan kesepakatan mengenai suatu lambang. Kalau kita sepakat semua, kita bisa saja menamai benda berkaki empat yang biasa kita duduki dengan “meja” bukan “kursi”. Makna yang diberikan seseorang atau suatu masyarakat berbeda dari budaya ke budaya. Makna yang diberikan kepada suatu lambang boleh jadi berubah seiring perjalanan waktu. Dulu orang beranggapan tidak mungkin orang kulit hitam jadi presiden di Amerika, sekarang ada Obama. Barangkali tinggal perempuan yang menunggu waktu untuk bisa jadi presiden di Amerika. Makna yang kita berikan kepada benda-benda tertentu, kendaraan misalnya, juga berubah. Hingga awal tahun 1980 an orang berfikir hanya orang-orang kelas atas yang punya mobil. Kini, orang-orang kelas menengah dan menengah-bawah pun mampu punya mobil, apalagi dengan program Low Cost Green Car yang digalakkan pemerintah. Bahkan 16 4 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id handphone yang dianggap lambang status soail istimewa pada dekade 1990-an hingga banyak orang petantang-petenteng menggunakannya di temat umum, ternyata tidak lagi dipandang demikian pada penghujung dekade tersebut. Apalagi sekarang handhone sudah bisa dimiliki tukang sayur dan tukang ojek sehingga lebih dianggap sebagai sebuah kebutuhan. Oleh karena itu lambang sangat penting dalam komunikasi. Berkat kemampuan menggunakan lambang, baik dalam penyandian maupun penyandian balik, manusia dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan, bukan hanya antara mereka yang bersama-sama hadir disuatu tempat, bahkan juga antara mereka yang tinggal berjauhan dan tidak pernah saling bertemu, atau antara pihak-pihak yang berbeda generasi. B. Makna dalam Makna Brodbeck (1963) seperti dikutip Fisher membantu kita merumuskan tiga macam makna. 1) Makna Referensial Yakni makna suatu istilah mengenai objek, pikiran, ide, atau konsep yang ditunjukkan oleh istilah itu. Makna itu lahir dari pikiran seseorang ketika suatu istilah merujuk pada suatu objek. Misalnya, istilah “kendaraan” merujuk pada mobil, motor, sepeda, bahkan kuda, artinya sesuatu yang dapat ditumpangi dan membawa penumpangnya pada jarak tertentu. Istilah “baik” mengacu pada penilaian (pikiran) seseorang mengenai suatu hal. “Keadilan” adalah istilah untuk sebuah konsep mengenai kesesuaian antara sebab dan akibat. Makna yang menunjukkan arti suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep lain. Misalnya, istilah phlogiston yang dicontohkan Fisher dulu digunakan untuk menjelaskan proses pembakaran. Suatu benda bisa terbakar kalau ada phlogiston. Tapi sejak ditemukannya istilah oksigen, phlogiston tidak digunakan lagi untuk menjelaskan proses pembakaran. Istilah perang dingin kini tidak dipakai lagi setelah Blok Timur runtuh. Banyak istilah menjadi tidak berarti lagi setelah ditemukan kesalahan pada konsep yang lama. 2) Makna Intensional 16 5 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yakni arti suatu istilah atau lambang tergantung pada apa yang dimaksudkan oleh si pemakai dengan arti lambang itu. Makna inilah yang melahirkan makna individual. Dari segi ini, maka tak akan ada dua buah makna yang dimaksudkan identik, walaupun makna-makna itu boleh saja amat mirip. Ini merupakan makna yang disebabkan oleh tindakan mental individu tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Anda boleh menyebut jeruk Garut itu manis, demikian pula dengan kawan anda. Tapi makna manis untuk anda dan kawan anda tentu berbeda. Bagi anda mungkin manis yang dimaksud tanpa campuran rasa asam, tapi untuk kawan anda boleh jadi yang diartikan manis mengandung sedikit rasa pahit. Manis bagi anda adalah khas anda. Begitu pula dengan kawan anda. Maka janganlah langsung menafsirkan demokrasi menurut barat sama maknanya dengan demokrasi di tempat lain. Masing-masing mempunyai pengalaman yang khas dengan istilah itu sehingga makna yang munculpun berbeda-beda pula. C. Teori Makna Dari ketiga corak makna tersebut, yang menarik adalah proses terjadinya pemaknaan. Kapankah makna itu muncul ? Fiske menyatakan makna muncul ketika sebuah sign yang mengacu pada suatu objek, dipakai oleh pengguna sign, saat itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam benak si pemakai. Yang dimaksud sign disini dapat berupa kata, tulisan, simbol, maupun isyarat. Sedangkan objek bisa mengacu ada benda, ide, atau konsep. Beberapa ahli merumuskan ketiga hubungan antara sign, objek, dan pemakai itu dalam bentuk hubungan segitiga. Maka teori segitiga makna (triangle meaning theory) pun dibuat untuk menjelaskan proses terjadinya makna. Salah seorang ahli yang menyusun teori segitiga makna adalah Charles S.Pierce. Menurut Pierce, sebuah sign yang mengacu pada sesuatu di luar dirinya, yaitu objek, akan mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya, karena adanya hubungan timbal balik antara ketiga elemen tersebut. Hasil hubungan timbal balik itulah yang menghasilkan makna suatu objek, dan dilambangkan oleh pemakainya dengan suatu simbol antara lain kata-kata, gambar, atau isyarat. Misalnya, anda mendengar orang menyebut kata permata. Di dalam benak anda terpikirkan bahwa permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya. Kata “permata” adalah sign (simbol), batu permata adalah objek rujukan; sedangkan sebagai pemakainya adalah anda sendiri. Makna yang muncul dari ketiga hubungan elemen tersebut adalah kesimulan anda yang menyebut permata adalah batu mulia untuk perhiasan yang mahal harganya. 16 6 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Gambar: Pikiran atau referensi Simbol Objek Sasaran Teori segitiga makna juga dikembangkan oleh Ogden dan I.A.Richard, yang menyatakan bahwa makna muncul tatkala suatu simbol yang mengacu pada suatu objek mengenai pikiran seseorang. Sebetulnya mekanisme berfikirnya sama dengan Pierce. Bedanya hanya terletak pada hubungan antara objek dengan simbol. (Lihat gambar). Menurut model Ogden dan Richard, hubungan antara simbol dan objek bersifat tidak langsung, karena simbol hanya mewakili objek tanpa objek itu harus hadir. Jadi ketika kita menyebut istilah “hutan”, objek hutan yang dirujuk oleh istilah itu tak selalu harus hadir di depan mata pemakai istilah itu. Dari beberapa studi tentang makna dan teori makna, kemudia Little John menyimpulkan bahwa makna itu mempunyai tiga dimensi; 1) Dimensi Referensial Yang berarti bahwa secara jelas kata kata dan simbol-simbol yang lain dipakai untuk menunjukkan objek, situasi, kondisi, atau pernyataan. Kata “buku” untuk menunjukkan objek benda semacam yang sedang anda baca ini. Simbol huruf S disilang menunjukkan larangan berhenti. Kata “gembira” untuk menunjukkan situasi dan suasana hati yang riang. Kata “panas” untuk menunjukkan kondisi suatu benda atau ruangan yang panas. 2) Dimensi Eksperensial Artinya makna adalah bagian terbesar dari suatu pengalaman tentang objek. Tanpa kita mengenal objeknya, kita tak dapat memberinya makna. Makin tahu kita tentang suatu objek, makin banyak makna yang dapat kita peroleh. Bagi yang belum mendengar kata diktator tentu saja orang tak akan mengerti dari kata itu. 3) Dimensi Purpossive 16 7 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Yang maksudnya tujuan seseorang bertatap muka atau berkomunikasi (mengirim dan menerima simbol) adalah aspek penting dari makna. Dengan kata lain, dipakainya suatu simbol karena ada tujuan yang hendak dicapai oleh simbol itu. Hati-hatilah dengan kawan dekat anda yang selalu mengucapkan “sayang”, itu berarti ia mempunyai maksud tertentu terhadap anda, mungkin ingin dekat. Kata “bagus” dipakai untuk menunjukkan maksud bahwa kita mempunyai penilaian yang baik pada sebuah lukisan, misalnya. Sebaliknya, kita katakan “jelek” pada suatu gambar untuk menunjukkan maksud kita mengenai gambar yang buruk. Jika dihubungkan dengan segitiga makna, maka hubungan antara ketiga dimensi itu dapat memperlihatkan bahwa pemakaian suatu simbol (referential) itu didasarkan pengalaman atau pengetahuan (experential) pada objek yang dirujuk simbol tersebut, adalah untuk menunjukkan tujuan (purpossive) si pemakainya. Misalnya, jika seseorang mengatakan suka ada temannya, itu didasarkan pada pengalamannya mengenai objek yang dirujuk istilah suka, untuk memperlihatkan bahwa maksud si orang tersebut adalah senang pada temannya itu. Karena itu, hati-hatilah menggunakan istilah. Orang bisa senang pada kita karena istilah yang kita gunakan, orang juga bisa marah besar pada kita karena penggunaan istilah pula. D. Bahasa dan Makna 1) Bahasa Sebagai Suatu Sistem Simbol Bahasa dapat dibayangkan sebagai kode, atau sistem simbol, yang kita gunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kita. Kita dapat mendefinisikan bahasa sebagai sistem produktif yang dapat dialih-alihkan dan terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap (rapidly fading), bermakna bebas (arbitrary), serta dipancarkan secara kultural (Hackett). Masingmasing karakteristik ini akan dijelaskan secara singkat. 2) Produktivitas Bahasa bersifat produktif, terbuka, kreatif. Artinya pesan-pesan verbal kita merupakan gagasan-gagasan baru; setiap gagasan bersifat baru. Tentu ada beberapa pengecualian dari kaidah umum ini, tetapi tidak banyak dan tidak penting. Sebagai contoh, esan seperti “apa kabar?”, “selamat malam” tidaklah produktif karena kata-kata ini tidak tercipta baru setiap kali diucapkan> Kalau pengecualian seperti ini dikesampingkan, semua pesan verbal tercipta pada saat diutarakan. Ketika anda berbicara, anda tidak mengulang kalimat-kalimat hasil mengingat melainkan menciptakan sendiri kalimat-kalimat baru. Begitu pula, 16 8 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pemahaman anda atas pesan-pesan verbal menunjukkan produktivitas dalam arti bahwa anda dapat memahami pemikiran-pemikiran baru yang dikemukakan. Dimensi lain dari produktivitas adalah bahwa sistem pesan manusia memungkinkan terciptanya kata-kata baru. Bila semua ditemukan atau diciptakan, kita dapat menciptakan kata-kata baru untuk menggambarkannya : “komputer, email, modem”. Sistem bahasa kita terbuka untuk pengembangan-suatu aspek. 3) Pengalihan Karena bahasa kita mengenal pengalihan (displacement), kita dapat berbicara mengenai hal-hal yang jauh dari kita, baik dari segi tempat maupun waktu. Kita dapat berbicara tentang masa lalu dan masa depansemudah kita berbicara tentang masa kini. Dan kita dapat berbicara tentang hal-hal yang tidak pernah kita lihat-tentang manusia duyung, kuda bertanduk, dan makhluk dari planet lain 4) Pelenyapan Cepat Suara bicara melenyap dengan cepat; suara-suara ini lenyap. Suara harus diterima segera setelah itu dikirimkan atau kita tidak akan pernah menerimanya. Semua isyarat berangsurangsur akan melenyap; simbol-simbol tertulis dan bahkan simbol-simbol yang dipahatkan pada batu tidaklah permanen. Tetapi secara relatif, isyarat suara barangkali merupakan yang paling tidak permanen diantara semua media komunikasi; inilah yang dimaksud dengan pelenyapan cepat (rapid fading) 5) Kebebasan Makna Isyarat bahasa mempunyai kebebasan makna (arbitrary) ; mereka tidak memiliki karakteristik atau sifat fisik dari benda atau hal yang mereka gambarkan. Kata anggur tidak lebih lezat ketimbang kata bulgur. Kata bulgur juga tidak lebih mengenyangkan ketimbang kata anggur. Suatu kata memiliki arti atau makna yang mereka gambarkan karena kitalah yang secara bebas menentukan arti atau maknanya. 6) Transmisi Budaya Bentuk bahasa manusia dipancarkan secara budaya atau tradisional . Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang berbahasa Inggris akan menguasai bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, apapun bahasa orangtua kandungnya. Karunia genetik bahasa bagi manusia berkaitan dengan bahasa manusia secara umum, tidak dengan bahasa manusia tertentu. 16 9 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Makna dan Persepsi A. Definisi Persepsi Persepsi adalah proses internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas. Persepsi meliputi : · Penginderaan ( sensasi ), melalui alat – alat indra kita ( indra perasa, indra peraba, indra pencium, indra pengecap, dan indra pendengar ). Makna pesan yang dikirimkan ke otak harus dipelajari. Semua indra itu mempunyai andil bagi berlangsungnya komunikasi manusia.penglihatan menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk diinterprestasikan. Pendengaran juga menyampaikan pesan verbal ke otak untuk ditafsirkan. Penciuman, sentuhan dan pengecapan, terkadang memainkan peranan penting dalam komunikasi, seperti bau parfum yang menyengat, jabatan tangan yang kuat, dan rasa air garam dipantai. · Atensi atau perhatian adalah, pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan dan, proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu. Atensi dapat merupakan proses sadar maupun tidak sadar. · Interpretasi adalah, proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan) atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan). 16 10 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya, Bandung 2004 Joseph A DeVito, Komunikasi Antarmanusia : Kuliah Dasar, Professional Books, 1997 Sasa Djuarsa Sendjaja dkk, Materi Pokok Pengantar Komunikasi, Universitas TerbukaJakarta, 1993 16 11 Managing Identity and Organization Culture Ervan Ismail, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id