Tugas Individu Dosen: Dr. Ir. Arief Imam Suroso, MSc SHARING KNOWLEDGE CAPABILITY Disusun Oleh: Noviyanti Elizabeth P056101481.46 PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sangat pesat di era globalisasi. Pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management) menjadi salah satu metode meningkatkan produktivitas suatu organisasi, perusahaan atau instansi. Hal ini terjadi karena kompetisi tidak lagi mengandalkan sumber daya alam, tetapi lebih kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Pemanfaatan sumber daya manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi, agar dapat meningkatkan produktivitas suatu organisasi. Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya kepada anggota lainnya. Disinilah peran berbagi pengetahuan dikalangan karyawan menjadi amat penting untuk meningkatkan kemampuan karyawan agar mampu berpikir secara logika yang diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk inovasi. Dimana inovasi yang dihasilkan merupakan suatu proses dari ide melalui penelitian dan pengembangan akan menghasilkan prototipe yang bisa dikomersialkan. Knowledge management ini tidak hanya dilakukan pada organisasi namun dapat lembaga pendidikan dapat diterapkan. MB-IPB sebagai salah satu program studi pada Sekolah Pascasarjana IPB. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis merupakan perluasan dari MMA-IPB yang berperan serta dalam perkembangan pendidikan manajemen dan bisnis di Indonesia. Dengan status tersebut, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis menawarkan salah satu program yaitu Magister Manajemen (MM). Salah satu mata kuliah yang ditawarkan di program studi ini adalah manajemen pemasaran. Dimana pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut membentuk salah satu bidang usaha bisnis yang dibagi atas beberapa kelompok. Perlunya dibangun sharing knowledge menjadi suatu mekanisme pengelolaan (to manage), penyebaran (to share) informasi dan pengalaman dari sumber daya manusia yang ada agar terjadi peningkatan pengetahuan dari masing-masing individu di dalam suatu organisasi atau kelompok. 1.2. Tujuan Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat knowledge management yang terdapat di kelompok dalam memutuskan bidang usaha bisnis apa yang akan dibentuk. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Manajemen Pengetahuan Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) adalah proses bagaimana organisasi menghasilkan kemakmuran dari sisi intelektual atau knowledge-based assets, yakni sesuatu yang bernilai tanpa dimensi fisik yang melekat pada orang, atau diperoleh dari proses, sistem dan budaya yang terkait dengan organisasi, merek, pengetahuan individu, hak kekayaan intelektual (intelectual property), lisensi, serta pengetahuan organisasi (pangkalan data, pemahaman mengenai proses-proses organisasi dan relationship). Kemakmuran dapat diperoleh jika organisasi dapat mnggunakan pengetahuan untuk menciptakan proses yang lebih efektif dan efisien. Djohar (2000) menyatakan bahwa perusahaan mampu menggunakan pengetahuan untuk menciptakan nilai atau manfaat bagi konsumen dengan mendorong inovasi pengembangan produk yang unik. Selain itu, manajemen pengetahuan merupakan usaha mengumpulkan, mengorganisasi, menciptakan pengetahuan baru, menyebarkannya ke organisasi dan memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam teknologi dan produk yang baru. Manajemen pengetahuan merupakan proses yang terus menerus harus dilakukan oelh perusahaan, sehingga proses tersebut menjadi satu budaya organisasi yang akan membentuk organisasi yang berbasis pengetahuan. Pengetahuan organisasi merupakan perpaduan pengetahuan individu dan pengetahuan kelompok yang dikelola menjadi keunggulan organisasi. Ketidakmampuan organisasi dalam mengelola pengetahuan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi melakukan inovasi berkelanjutan. Keterlibatan manajemen pengetahuan bersumber pada hambatan penciptaan pengetahuan individu dan hambatan organisasi yang terkait dengan paradigma perusahaan (Nonaka et al., 2000). Kerangka manajemen pengetahuan melibatkan sumberdaya manusia, informasi dan teknologi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sumberdaya manusia antara lain adalah (1) mengetahui dengan pasti apa yang membuat komunitas tertari, (2) mengidentifikasi pengetahuan penting bagi sumberdaya manusia menggunakan manajemen kinerja untuk menghadapi perubahan budaya. dan (3) 2.2 Tantangan dan Manfaat Manajemen Pengetahuan Keefektifan manajemen dan kajian pengetahuan yang ada dalam organisasi memerlukan pandangan yang menyeluruh mengenai organisasi tersebut. Manajemen pengetahuan mencakup aspek sumberdaya manusia, budaya organisasi dan infrastruktur organisasi. Pengetahuan bukan hanya data ataupun informasi, tetapi juga pengalaman, dan pendapat para pakar. Data merupakan kumpulan fakta tentang kejadian yang bersifat objektif dan diskret. Informasi merupakan data yang telah dikumpulkan dan diolah serta dilengkapi dengan relevansi dan tujuan. Data berubah menjadi informasi saat individu memiliki arti. Informasi yang telah mendapatkan tempat dalam kerangka acuan penggunaa sehingga pengguna tersebut menghubungkan tindakan dengan kerangka acuan tersebut, maka informasi telah menjadi pengetahuan (Natarajan dan Shekhar, 2001). Cara memandang hubungan antara data-informasi-pengetahuan dapat memakai hirarki yang terbalik (the reversed hierarchy), dimana setiap orang memiliki struktur artian di kepalanya, yang merupakan dasar dari pengetahuannya. Pengetahuan berdasarkan sudut pandangnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang ada pada diri seseorang yang relatif sulit untuk diformalkan atau diterjemahkan, sehingga masih ada hambatan untuk dikomunikasikan dengan individu lainnya. Pengetahuan tacit bersifat subyektif, intuisi, terkait cara dengan aktifitas dan pengalaman individu serta idealisme, nilai dan emosi (Natarajan dan Shekhar, 2001). Pengetahuan tacit memiliki dua elemen, yaitu kognitif dan teknik. Kognitif berkaitan dengan pikiran, sehingga dikenal dengan mental model. Mental model merupakan suatu kerangka atau pola pikir dalam melihat atau menganalisa suatu fenomena. Elemen kedua, yakni teknis berkaitan dengan ketrampilan psikomotor seseorang, keahlian atau kecakapan seseorang berkenaan dengan know how (Endaryono, 2004). Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang dapat dikemukan dalam bentuk data, formulasi, spesifikasi produk, manual dan prinsip-prinsip umum (Natarajan dan Shekhar, 2001). Dalam organisasi, terdapat hubungan antara pengetahuan individu kolektif dan pengetahuan eksplisit-tacit (Gambar 1). Bentuk pertama pengetahuan eksplisit individu yang dipresentasikan dengan kecakapannya dan pengetahuan yang terdapat dalam individu tersebut dapat dengan mudah diajarkan dan dituliskan. Bentuk kedua adalah pengetahuan tacit individu yang merupakan pengetahuan yang melekat pada invidu yang berupa kerangka berpikir, keahlian, kebiasaan dan pengetahuan abstrak dan tidak mudah diartikulasi (Lyles dan Schwnk dalam Endaryono, 2004). Bentuk ketiga adalah pengetahuan kolektif eksplisit yaitu pengetahuan ayng berada di tingkat organisasi yang dapat dengan mudah diajarkan atau didokumentasikan. Pengetahuan tersebut merupakan manifestasi di dalam standar prosedur operasional, dokumentasi, sistem informasi dan peraturan (Brown dan Duguid dalam Endaryono, 2004). Bentuk yang keempat merupakan pengetahuan tacit kolektif yang terdapat dalam rutinitas organisasi, budaya perusahaan dan corporate mindset (Chua, 2002). Individu Kolektif Pengetahuan Eksplisit Pengetahuan tacit Individu Individu Pengetahuan Eksplisit Pengetahuan tacit Kolektif Kolektif Gambar 1. Bentuk Pengetahuan dalam Organisasi (Chua, 2002) Pengetahuan diciptakan dan konversi pengetahuan merupakan interaksi pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit, yang dapat digambarkan sebagai empat model yang berbeda (Gambar 2), yaitu dari pengetahuan tacit ke pengetahuan tacit yang disebut dengan sosialisasi, dari pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit yang disebut dengan eksternalisasi, dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit yang disebut dengan kombinasi dan dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan tacit yang disebut dengan internalisasi. Sosialisasi merupakan proses berbagai pengalaman, baik mental maupun ketrampilan teknik. Eksternalisasi merupakan proses menterjemahkan pengetahuan tacit ke dalam konsep yang eksplisit, seperti buku, laporan dan lain sebagainya, dengan menggunakan analogo dan model, sedangkan kombinasi merupakan sistematika proses peruabh pengetahuan menjadi sistem pengetahuan (knowledge system). Pertukaran pengetahuan dapat dilakukan melalui berbagai macam media, seperti dokumen, rapat, percakapan telepon maupun jaringan komputer. Internalisasi merupakan proses penyerapan pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan tacit, berhubungan erat dengan proses belajar sambil bekerja (learning by doing) (Nonaka dan Takeuchi, 1995). Pengetahuan Tacit Pengetahuan Tacit Dari Pengetahuan Eksplisit Ke Pengetahuan Eksplisit Sosialisasi Eksternalisasi Sympathized Knowledge Conceptual Knowledge Internalisasi Kombinasi Operational Knowledge Systematic Knowledge Gambar 2. Empat Model Proses Konservasi Pengetahuan (Nonaka dan Takcuchi, 1995) Menurut Moran dan Goshal (1996), pengetahuan diciptakan melalui dua cara yaitu penggabungan (kombinasi) dan pertukaran dan memungkinkan ada cara lain di luar cara tersebut (terutama di tatanan individual), namun dua cara tersebut termasuk mekanismen kunci dalam pembentukan pengetahuan bersama. Sebuah pengetahuan dapat tercipta memlu perubahan dan perkembangan bertahap dari pengetahuan yang sudah ada. Beberapa manfaat dari penerapan manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut (Skyrme dan Amidon, 1997): 1. Mengetahui dan menyadari nilai dari aset-aset yang sulit dinilai (intangible asset) 2. Memiliki kesempatan untuk meningkatkan nilai tambah pada proses bisnis utama 3. Menyebarluaskan praktek yang benar, dengan berbagai pengetahuan dari pengetahuan individualdan bagian dari organisasi 4. Mengembangkan pengetahuan mengenai konsumen,sehingga mampu mengantisipasi keinginan konsumen. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan interaksi yang intensif dengan konsumen ataupun distributor 5. Meningkatkan efisiensi dalam organisasi. Informasi yang sistematik yang dapat menyediakan kebutuhan ekstenal, disisi lain, pengetahuan internal telah diketahui sehingga dapat mengidentifikasi kesenjangan pnegetahuan yang ada 6. Membangun kompetensi untuk mengantisipasi kebutuhany yang tidak terduga 7. Menjadi organisasi yang inovatif 8. Mempercepat proses aliran pengetahuan. Proses pencarian pengetahuan internal perusahaan seringkali lebih mudah dibandingkan dengan mencari pengetahuan dari luar perusahaan (Nonaka et al., 2000). 2.3. Daya saing dan Manajemen Pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki organisasi harus diimplementasikan dengan dukungan penggunaan teknologi informasi. Teknologi informasi memainkan peranan penting dalam proses pendistribusian informasi antar perusahaan dengan menggunakan media intranet. Organisasi harus mampu merancang teknologiteknologi untuk membuat perubahan revolusioner dalam penciptaan pengetahuan pekerja, komunikasi, dan pengelolaan pengetahuan. Tanpa teknologi baru untuk menciptakan perubahan revolusioner, komunikasi dan pengelolaan informasi melalui sistem manajemen pengetahuan akan memiliki kesempatan kecil dalam memperbaiki proses pendistribusian pengetahuan sehingga dapat menghambat proses kapitalisasi pengetahuan dalam organisasi. Melalui adopsi teknologi informasi, organisasi dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan pengetahuan, ide-ide baru sehingga dapat menghasilkan temuan baru yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan melalui informasi yang didapat dari konsumen. Hambatan yang menjadi daya saing dalam manajemen pengetahuan (Gupta dan Govindarajan dalam Pendit, 2001), yaitu: a. Penciptaan pengetahuan Adanya catatan keberhaslan masa lampau dapat menyebabkan organisasi sudah tahu apa yang terbaik; pegawai tidak diberi kesempatan mengambil keputusan, tidak ada “pasar internal” bagi ide-ide baru (pemimpin yang kurang mendukung akan mematikan inisiatif). b. Akuisisi Pengetahuan Perlunya tindakan awal untuk mengakuisisi pengetahuan dan bagaimana mengitegrasikan serta mendayagunakan pengetahuan eksternal. c. Mempertahankan Pengetahuan Terdapatnya pegawai yang keluar dari organisasi dengan membawa pengetahuan bersamanya. Hal ini mengakibatkan pengetahuan organisasi dapat menyebar ke para pesaing. d. Mengidentifikasi Pengetahuan Adanya anggapan bahwa orang yang sukses tidak perlu belajar dan orang yang tidak sukses tidak punya ide (Halo effect). Selain itu, setiap unit yang memasukkan best-practice secara sembarangan (GIGO). e. Aliran pengetahuan keluar dari pemiliknya Sindroma “apa keuntungan buat saya?” , “knowledge is power”. f. Perpindahan pengetahuan Ketidakcocokan antara struktur pengetahuan dan struktur saluran transmisi, keragaman links di dalam rangkaian alat transmisi. g. Aliran pengetahuan masuk ke pegawai (inflow) Keengganan untuk mengakui superioritas teman kerja. 2.4. Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage) Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk membantu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada pasar yang bersaing, kemampuan perusahaan menghasilkan kinerja, terutama kinerja keuangan, sangat bergantung pada derajad keunggulan kompetitifnya (Ferdinand, 2003). Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu kinerja yang menghasilkan keuntungan (profit) tinggi. Artinya, keunggulan bersaing berkelanjutan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir peusahaan, yaitu kinerja tinggi. Lebih lanjut dikatakan bahwa perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan jika perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai yang pada saat tersebut tidak sedang dilakukan baik oleh kompetitor maupun calon kompetitor dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Sumber daya perusahaan memiliki potensi keunggulan bersaing jika memiliki empat atribut, yaitu kelangkaan, nilai, tidak dapat ditiru, tidak dapat diganti. Day & Wensley dalam Hoffman (2000) berpendapat bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi upaya perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing mereka, yaitu: 1. Kapabilitas yang unggul. 2. Sumber Daya yang Unggul. Pendapat di atas didukung oleh Ferdinand (2003) yang menyatakan bahwa berdasarkan teori berbasis sumber daya, esensi keunggulan bersaing adalah kombinasi unik dari sumber daya dan kapabilitas. Sedangkan untuk melanggengkan keunggulan bersaing tersebut, perusahaan seharusnya memiliki sumber daya dan kapabilitas yang khas (company specific). Dengan mendasarkan pada seluruh pendapat di atas, maka keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai keunggulan yang dicapai secara terus menerus dengan mengimplementasikan strategi pencapaian nilai-nilai unik yang tidak sedang diimplementasikan baik oleh pesaing maupun calon pesaing karena ketidakmampuan mereka dalam meniru strategi tesebut. Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan (Sustainable Competitive Advantage) Inovasi yang berkelanjutan Pengetahuan Baru Disajikan dengan jelas Pengetahuan Tacit Artikulasi Pengetahuan Eksplisit Internalisasi Pembelajaran Organisasi (Organizational Learning) Hubungan antara Pengetahuan, PembelajaranOrganisasi Keunggulan bersaing III. PEMBAHASAN 3.1 Keadaan umum MB-IPB Program MB-IPB merupakan salah satu program studi pada Sekolah Pascasarjana IPB. Pada awalnya Program ini dinamakan Magister Manajemen Agribisnis - IPB (MMA-IPB) sebagai pelopor pendidikan tinggi bidang manajemen agribisnis di Indonesia yang lahir pada tahun 1991. Dalam pengembangannya, sesuai dengan visi IPB yang telah menjadi Badan Hukum Milik Negara sejak awal tahun 2001, serta dorongan permintaan pasar kerja, maka sejak tanggal 9 April 2005 MMAIPB berubah sebutan dan status menjadi Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB No. 029/K13/OT/2005. Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis merupakan perluasan dari MMA-IPB untuk lebih berperan serta dalam perkembangan pendidikan manajemen dan bisnis di Indonesia. Dengan status tersebut, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis selain menawarkan program Magister Manajemen (MM) juga menyelenggarakan program Doktor Manajemen Bisnis mulai Februari 2006. Pengenalan lebih jauh mengenai MB-IPB, terdapat di website MB-IPB. Segala informasi mengenai MB-IPB tentang sejarah, program yang ditawarkan serta aktivitas lainnya dapat ditelusuri pada website. Adapun visi IPB yaitu menjadi lembaga pendidikan manajemen dan bisnis berbasis kearifan lokal yang berwawasan global, berpengaruh di tingkat regional dan bereputasi internasional. Selain visi, misi MBIPB dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pendidikan gelar yang terakreditasi nasional dan internasional dalam bidang manajemen dan bisnis 2. Mengembangkan dan menyebarkan konsep manajemen dan bisnis yang berakar kuat pada budaya Indonesia 3. Menyediakan jasa pemecahan masalah bisnis dan manajemen di Indonesia 4. Mengembangkan secara aktif disiplin ilmu dan praktik manajemen dan bisnis di tingkat nasional, regional maupun internasional 5. Mendukung pengembangan agribisnis dan industri berbasis sumberdaya yang berkelanjutan Berdasarkan visi dan misi MB-IPB yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan MB-IPB adalah sebagai berikut: 1. Merekrut calon mahasiswa berkualitas tinggi 2. Menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi: o berintegritas tinggi, berakar kokoh pada budaya nasional, berwawasan internasional, mampu melakukan analisis dan sintesis dalam pemecahan masalah manajemen dan bisnis, terampil dalam menjalankan organisasi, dan mempunyai jiwa entrepreneurship (Master) o berintegritas tinggi, berakar kokoh pada budaya nasional, berwawasan internasional, menguasai perkembangan mutakhir ilmu manajemen dan bisnis, dan mampu merancang penelitian independen secara kreatif untuk memecahkan masalah dan mengembangkan teori dalam bidang manajemen dan bisnis (Doktor) 3. Memperoleh sertifikasi dari lembaga akreditasi nasional dan internasional untuk program yang ditawarkan. 4. Menyelenggarakan pelatihan manajemen dan bisnis baik secara berkala maupun sesuai dengan permintaan pemangku kepentingan. 5. Menyebarkan opini dan konsep manajemen dan bisnis melalui berbagai media massa dan media lainnya. 6. Memberikan jasa konsultansi kepada dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya untuk membantu pemecahan masalah bisnis dan manajemen yang dihadapi. 7. Membangun dan mengembangkan jejaring lembaga pendidikan, masyarakat bisnis dan organisasi profesional yang bergerak dalam bidang manajemen dan bisnis. 8. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam bidang agribisnis dan industri berbasis sumberdaya yang berkelanjutan (www.ipb.ac.id). 3.2 Knowledge Management Program Magister Manajemen Bisnis-IPB diselenggarakan dengan sistem kredit, dengan jumlah bobot 43 satuan kredit triwulan (skt) yang dibagi atas 37 skt untuk kegiata perkuliahan dan 6 skt untuk kegiatan penulisan tesis. Selain itu, MBIPB juga memberikan kesempatan kepada pesertanya untuk mendalami minat keahliannya. Pada salah satu mata kuliah triwulan terdapat manajemen pemasaran. Metode pendidikan yang dilakukan pada mata kuliah ini dengan kegiatan simulasi yang dilakukan dalam kelas seperti presentasi dan perencanaan pembuatan bisnis pada masing-masing kelompok. Dimana masing-masing anggota kelompok turut serta dalam memberikan ide dalam perencanaan pembuatan bisnis. Jenis bisnis yang telah disepakti nantinya akan dibagi kepada masing-masing anggota untuk mengembangkan dan mencari tahu sesuai dengan pengetahuan sehingga nantinya dapat dihasilkan bisnis yang layak. Adapun jumlah anggota dari kelompok oryza ini terdiri dari 7 orang yang dengan pemimpin yang telah disepakati. Pada dasarnya masing-masing anggota kelompok ini memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda-beda dalam menentukan jenis bisnis apa yang akan dikembangkan. Hal ini disebabkan bedanya pandangan di masing-masing anggota. Tujuan pembuatan kelompok yang berbaur antar karakter adalah untuk saling mengisi kekurangan antar anggota lain, sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal dengan saling memberikan ilmu dan pengetahuan. 3.3 Komitmen Mengerjakan Bisnis Saat penggerjaan bisnis yang akan diterapkan kelompok oryza melakukan beberapa tahapan yaitu: a. Tahap usulan dan Pemilihan Merupakan tahap awal dimana setelah menerima tugas seluruh anggota berkumpul untuk memberikan usulan sesuai dengan ide masing-masing anggota. Pertemuan ini telah membawa titik temu dalam menentukan jenis bisnis apa yang akan dibentuk oleh kelompok oryza. Dimana sebelumnya dari masing-masing anggota mengemukan pendapat tentang bisnis yang akan mereka dibentuk, sebagai berikut: 1. Atsenk, mengusulkan bisnis baju sepak bola yang dijual melalui internet dengan memberdayakan tukang jahit kecil dimana bahan yang digunakan nyaman untuk semua kalangan dan harga yang bersaing dengan produk terkenal 2. Rival, mengusulkan bisnis peralatan-peralataan komputer yang berkualitas dan bersaing dengan produk yang ada di mall. 3. Ninin, mengusulkan bisnis makanan cepat saji dari korea yang masih jarang ditemukan di kota Bogor. 4. Novi, mengusulkan bisnis jasa dalam hal pemindahan barang bagi keluarga ataupun kantor yang dimulai dari kota Bogor. 5. Rizka, mengusulkan bisnis makanan yang menjadi oleh-oleh khas Bogor dengan bahan baku berupa talas yang akan ditepungkan. 6. Ananda, mengusulkan bisnis jasa dalam bidang pengangkutan sampah dimana kerja sama dengan pemerintah daerah. 7. Shanty, mengusulkan bisnis supermarket kecil dengan prinsip one stop shopping online dimana bisnis yang tertera di atas dilakukan pada satu gedung. Berdasarkan pendapat di atas maka keputusan pembuatan bisnis dilakukan berdasarkan ide dari Rizka yaitu usaha bisnis makanan khas oleh-oleh dari Bogor yang berupa lapis talas dan brownies dalam beraneka rasa dan bahan baku berupa tepung talas b. Tahap pembuatan bisnis Penetapan bisnis yang telah disepakati membawa masing-masing anggota oryza membuat kerangka usaha yang dimulai dari data jenis bidang usaha, lokasi, jumlah produksi, pesaing, analisis SWOT, juga kelayakan bisnis yang dikaitkan dengan teori yang telah diperoleh pada mata kuliah pemasaran c. Tahap pembuatan presentasi Setelah menyusun kerangka usaha, anggota oryza membuat presentasi tentang bisnis makanan khas oleh-oleh dari Bogor seperti mempromosikan produk baru sekreatifnya. Promosi ini dilakukan di depan dosen, kelompok yang lain, serta kakak kelas yang mengambil pendalaman pemasaran. d. Permasalahan yang terjadi Saling toleransi dalam menjalankan perencanaan bisnis menjadi kunci utama pelaksanaan promosi. Tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing anggota dalam menyelesaikan telah disepakati. Jalannya pelaksanaan kerja kelompok terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan, hal ini karena masih barunya pengenalan karakter masing-masing anggota. Kesepakatan waktu kumpul menjadi permasalahan utama kelompok oryza, karena adanya masing-masing keperluan anggota terutama dari segi keluarga. Oleh karena itu, diperlukannya pengendalian efektif dalam mengatur aktifitas anggota secara terarah, sehingga dihasilkan suatu pekerjaan yang efektif dan efisien. IV. KESIMPULAN Adanya toleransi yang disertai dengan kerjasama yang baik akan menghasilkan sebuah pekerjaan yang optimal. Dimana pekerjaan yang sulit dapat diselesaikan dengan mudah dan cepat. Komunikasi, setiap anggota kelompok harus terjalin dengan baik tanpa hambatan dan kesalahan penyampaian maupun penerimaan, hal ini bertujuan untuk mencegah aksi yang tidak diinginkan. Distribusi pekerjaan, dilakukan sesuai tugas dan tanggng jawab masing-masing di dalam anggota kelompok, bagaikan suatu sistem kerja mesin apabila satu tidak berjalan maka akan mengganggu sistem yang lain. Pemahaman budaya kelompok, untuk menjalankan organisasi dengan hati nurani (management by heart) akan lebih optimal daripada orang yang menjalankan pekerjaan dengan paksaan dan berat hati. DAFTAR PUSTAKA Chua. A. 2002. Taxonomy of Organizational Knowledge. Singapore Management Review, 24, 2, 2002. Djohar. S. 2000. Knowledge Management. Majalah Management Juni 2000. Endaryono. T. 2004. Inovasi dan Manajemen Alur Pengetahuan. Forum Manajemen Prasetiya Mulia. Tahun ke- XVIII, No.83, Agustus 2004. Ferdinand. A. 2003. Sustainable Competitive Advantage: Sebuah Eksplorasi Model Konseptual. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Nonaka. I, dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge Creating Company. Oxford University Press. Nonaka. I, G. V. Krogh dan K. Ichijo. 2000. Enabling Knowledge Creation. Oxford University Press. Pendit. P. L. 2001. Manajemen Pengetahuan dan Profesional Informasi Harapan, Kenyataan dan Tantangan. Makalah untuk Kuliah Program Studi Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan, 18 September 2001, Pustaka Studi Jepang, Universitas Indonesia, Depok. Skyrme. D dan D. Amidon. 1997. The Knowledge Agenda. The Journal of Knowledge Management Volume I Number 1 September 1997.