Individu - Noviyanti Elizabeth

advertisement
Tugas Individu
Dosen: Dr. Ir. Arief Imam Suroso, MSc
SHARING KNOWLEDGE CAPABILITY
Disusun Oleh:
Noviyanti Elizabeth
P056101481.46
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi sangat pesat di era
globalisasi. Pengelolaan pengetahuan (Knowledge Management) menjadi salah satu
metode meningkatkan produktivitas suatu organisasi, perusahaan atau instansi. Hal ini
terjadi karena kompetisi tidak lagi mengandalkan sumber daya alam, tetapi lebih
kepada pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal. Pemanfaatan sumber daya
manusia melalui potensi kreativitas dan inovasi, agar dapat meningkatkan
produktivitas suatu organisasi.
Berbagi pengetahuan hanya dapat dilakukan bilamana setiap anggota memiliki
kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan, dan komentarnya
kepada anggota lainnya. Disinilah peran berbagi pengetahuan dikalangan karyawan
menjadi amat penting untuk meningkatkan kemampuan karyawan agar mampu
berpikir secara logika yang diharapkan akan menghasilkan suatu bentuk inovasi.
Dimana inovasi yang dihasilkan merupakan suatu proses dari ide melalui penelitian
dan pengembangan akan menghasilkan prototipe yang bisa dikomersialkan.
Knowledge management ini tidak hanya dilakukan pada organisasi namun dapat
lembaga pendidikan dapat diterapkan.
MB-IPB sebagai salah satu program studi pada Sekolah Pascasarjana IPB.
Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis merupakan perluasan dari MMA-IPB
yang berperan serta dalam perkembangan pendidikan manajemen dan bisnis di
Indonesia. Dengan status tersebut, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis
menawarkan salah satu program yaitu Magister Manajemen (MM). Salah satu mata
kuliah yang ditawarkan di program studi ini adalah manajemen pemasaran. Dimana
pada mata kuliah ini mahasiswa dituntut membentuk salah satu bidang usaha bisnis
yang dibagi atas beberapa kelompok. Perlunya dibangun sharing knowledge menjadi
suatu mekanisme pengelolaan (to manage), penyebaran (to share) informasi dan
pengalaman dari sumber daya manusia yang ada agar terjadi peningkatan pengetahuan
dari masing-masing individu di dalam suatu organisasi atau kelompok.
1.2. Tujuan
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat knowledge
management yang terdapat di kelompok dalam memutuskan bidang usaha bisnis apa
yang akan dibentuk.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Manajemen Pengetahuan
Manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) adalah proses bagaimana
organisasi menghasilkan kemakmuran dari sisi intelektual atau knowledge-based
assets, yakni sesuatu yang bernilai tanpa dimensi fisik yang melekat pada orang, atau
diperoleh dari proses, sistem dan budaya yang terkait dengan organisasi, merek,
pengetahuan individu, hak kekayaan intelektual (intelectual property), lisensi, serta
pengetahuan organisasi (pangkalan data, pemahaman mengenai proses-proses
organisasi dan relationship). Kemakmuran dapat diperoleh jika organisasi dapat
mnggunakan pengetahuan untuk menciptakan proses yang lebih efektif dan efisien.
Djohar (2000) menyatakan bahwa perusahaan mampu menggunakan pengetahuan
untuk menciptakan nilai atau manfaat bagi konsumen dengan mendorong inovasi
pengembangan produk yang unik. Selain itu, manajemen pengetahuan merupakan
usaha
mengumpulkan,
mengorganisasi,
menciptakan
pengetahuan
baru,
menyebarkannya ke organisasi dan memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam
teknologi dan produk yang baru. Manajemen pengetahuan merupakan proses yang
terus menerus harus dilakukan oelh perusahaan, sehingga proses tersebut menjadi satu
budaya organisasi yang akan membentuk organisasi yang berbasis pengetahuan.
Pengetahuan organisasi merupakan perpaduan pengetahuan individu dan pengetahuan
kelompok yang dikelola menjadi keunggulan organisasi. Ketidakmampuan organisasi
dalam mengelola pengetahuan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi melakukan
inovasi berkelanjutan. Keterlibatan manajemen pengetahuan bersumber pada
hambatan penciptaan pengetahuan individu dan hambatan organisasi yang terkait
dengan paradigma perusahaan (Nonaka et al., 2000).
Kerangka manajemen pengetahuan melibatkan sumberdaya manusia, informasi
dan teknologi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan sumberdaya manusia antara
lain adalah (1) mengetahui dengan pasti apa yang membuat komunitas tertari, (2)
mengidentifikasi
pengetahuan
penting
bagi
sumberdaya
manusia
menggunakan manajemen kinerja untuk menghadapi perubahan budaya.
dan
(3)
2.2 Tantangan dan Manfaat Manajemen Pengetahuan
Keefektifan manajemen dan kajian pengetahuan yang ada dalam organisasi
memerlukan pandangan yang menyeluruh mengenai organisasi tersebut. Manajemen
pengetahuan mencakup aspek sumberdaya manusia, budaya organisasi dan
infrastruktur organisasi.
Pengetahuan bukan hanya data ataupun informasi, tetapi juga pengalaman, dan
pendapat para pakar. Data merupakan kumpulan fakta tentang kejadian yang bersifat
objektif dan diskret. Informasi merupakan data yang telah dikumpulkan dan diolah
serta dilengkapi dengan relevansi dan tujuan. Data berubah menjadi informasi saat
individu memiliki arti. Informasi yang telah mendapatkan tempat dalam kerangka
acuan penggunaa sehingga pengguna tersebut menghubungkan tindakan dengan
kerangka acuan tersebut, maka informasi telah menjadi pengetahuan (Natarajan dan
Shekhar, 2001). Cara memandang hubungan antara data-informasi-pengetahuan dapat
memakai hirarki yang terbalik (the reversed hierarchy), dimana setiap orang memiliki
struktur artian di kepalanya, yang merupakan dasar dari pengetahuannya.
Pengetahuan berdasarkan sudut pandangnya dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan pengetahuan eksplisit (explicit
knowledge). Pengetahuan tacit merupakan pengetahuan yang ada pada diri seseorang
yang relatif sulit untuk diformalkan atau diterjemahkan, sehingga masih ada hambatan
untuk dikomunikasikan dengan individu lainnya. Pengetahuan tacit bersifat subyektif,
intuisi, terkait cara dengan aktifitas dan pengalaman individu serta idealisme, nilai
dan emosi (Natarajan dan Shekhar, 2001). Pengetahuan tacit memiliki dua elemen,
yaitu kognitif dan teknik. Kognitif berkaitan dengan pikiran, sehingga dikenal dengan
mental model. Mental model merupakan suatu kerangka atau pola pikir dalam melihat
atau menganalisa suatu fenomena. Elemen kedua, yakni teknis berkaitan dengan
ketrampilan psikomotor seseorang, keahlian atau kecakapan seseorang berkenaan
dengan know how (Endaryono, 2004).
Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang dapat dikemukan dalam bentuk
data, formulasi, spesifikasi produk, manual dan prinsip-prinsip umum (Natarajan dan
Shekhar, 2001). Dalam organisasi, terdapat hubungan antara pengetahuan individu
kolektif dan pengetahuan eksplisit-tacit (Gambar 1). Bentuk pertama pengetahuan
eksplisit individu yang dipresentasikan dengan kecakapannya dan pengetahuan yang
terdapat dalam individu tersebut dapat dengan mudah diajarkan dan dituliskan.
Bentuk kedua adalah pengetahuan tacit individu yang merupakan pengetahuan yang
melekat pada invidu yang berupa kerangka berpikir, keahlian, kebiasaan dan
pengetahuan abstrak dan tidak mudah diartikulasi (Lyles dan Schwnk dalam
Endaryono, 2004). Bentuk ketiga adalah pengetahuan kolektif eksplisit yaitu
pengetahuan ayng berada di tingkat organisasi yang dapat dengan mudah diajarkan
atau didokumentasikan. Pengetahuan tersebut merupakan manifestasi di dalam
standar prosedur operasional, dokumentasi, sistem informasi dan peraturan (Brown
dan Duguid dalam Endaryono, 2004). Bentuk yang keempat merupakan pengetahuan
tacit kolektif yang terdapat dalam rutinitas organisasi, budaya perusahaan dan
corporate mindset (Chua, 2002).
Individu
Kolektif
Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan tacit
Individu
Individu
Pengetahuan Eksplisit
Pengetahuan tacit
Kolektif
Kolektif
Gambar 1. Bentuk Pengetahuan dalam Organisasi (Chua, 2002)
Pengetahuan diciptakan dan konversi pengetahuan merupakan interaksi
pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit, yang dapat digambarkan sebagai empat
model yang berbeda (Gambar 2), yaitu dari pengetahuan tacit ke pengetahuan tacit
yang disebut dengan sosialisasi, dari pengetahuan tacit ke pengetahuan eksplisit yang
disebut dengan eksternalisasi, dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan eksplisit
yang disebut dengan kombinasi dan dari pengetahuan eksplisit ke pengetahuan tacit
yang disebut dengan internalisasi. Sosialisasi merupakan proses berbagai pengalaman,
baik mental maupun ketrampilan teknik. Eksternalisasi merupakan proses
menterjemahkan pengetahuan tacit ke dalam konsep yang eksplisit, seperti buku,
laporan dan lain sebagainya, dengan menggunakan analogo dan model, sedangkan
kombinasi merupakan sistematika proses peruabh pengetahuan menjadi sistem
pengetahuan (knowledge system). Pertukaran pengetahuan dapat dilakukan melalui
berbagai macam media, seperti dokumen, rapat, percakapan telepon maupun jaringan
komputer. Internalisasi merupakan proses penyerapan pengetahuan eksplisit menjadi
pengetahuan tacit, berhubungan erat dengan proses belajar sambil bekerja (learning
by doing) (Nonaka dan Takeuchi, 1995).
Pengetahuan Tacit
Pengetahuan
Tacit
Dari
Pengetahuan
Eksplisit
Ke
Pengetahuan Eksplisit
Sosialisasi
Eksternalisasi
Sympathized Knowledge
Conceptual Knowledge
Internalisasi
Kombinasi
Operational Knowledge
Systematic Knowledge
Gambar 2. Empat Model Proses Konservasi Pengetahuan
(Nonaka dan Takcuchi, 1995)
Menurut Moran dan Goshal (1996), pengetahuan diciptakan melalui dua cara
yaitu penggabungan (kombinasi) dan pertukaran dan memungkinkan ada cara lain di
luar cara tersebut (terutama di tatanan individual), namun dua cara tersebut termasuk
mekanismen kunci dalam pembentukan pengetahuan bersama. Sebuah pengetahuan
dapat tercipta memlu perubahan dan perkembangan bertahap dari pengetahuan yang
sudah ada.
Beberapa manfaat dari penerapan manajemen pengetahuan adalah sebagai berikut
(Skyrme dan Amidon, 1997):
1. Mengetahui dan menyadari nilai dari aset-aset yang sulit dinilai (intangible asset)
2. Memiliki kesempatan untuk meningkatkan nilai tambah pada proses bisnis utama
3. Menyebarluaskan praktek yang benar, dengan berbagai pengetahuan dari
pengetahuan individualdan bagian dari organisasi
4. Mengembangkan
pengetahuan
mengenai
konsumen,sehingga
mampu
mengantisipasi keinginan konsumen. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan
interaksi yang intensif dengan konsumen ataupun distributor
5. Meningkatkan efisiensi dalam organisasi. Informasi yang sistematik yang dapat
menyediakan kebutuhan ekstenal, disisi lain, pengetahuan internal telah diketahui
sehingga dapat mengidentifikasi kesenjangan pnegetahuan yang ada
6. Membangun kompetensi untuk mengantisipasi kebutuhany yang tidak terduga
7. Menjadi organisasi yang inovatif
8. Mempercepat proses aliran pengetahuan.
Proses pencarian pengetahuan internal perusahaan seringkali lebih mudah
dibandingkan dengan mencari pengetahuan dari luar perusahaan (Nonaka et al.,
2000).
2.3. Daya saing dan Manajemen Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki organisasi harus diimplementasikan dengan
dukungan penggunaan teknologi informasi. Teknologi informasi memainkan peranan
penting
dalam
proses
pendistribusian
informasi
antar
perusahaan
dengan
menggunakan media intranet. Organisasi harus mampu merancang teknologiteknologi untuk membuat perubahan revolusioner dalam penciptaan pengetahuan
pekerja, komunikasi, dan pengelolaan pengetahuan. Tanpa teknologi baru untuk
menciptakan perubahan revolusioner, komunikasi dan pengelolaan informasi melalui
sistem manajemen pengetahuan akan memiliki kesempatan kecil dalam memperbaiki
proses pendistribusian pengetahuan sehingga dapat menghambat proses kapitalisasi
pengetahuan dalam organisasi. Melalui adopsi teknologi informasi, organisasi dapat
meningkatkan kemampuan dan kekuatan untuk mengembangkan pengetahuan, ide-ide
baru sehingga dapat menghasilkan temuan baru yang memberikan nilai tambah bagi
pelanggan melalui informasi yang didapat dari konsumen.
Hambatan yang menjadi daya saing dalam manajemen pengetahuan (Gupta dan
Govindarajan dalam Pendit, 2001), yaitu:
a. Penciptaan pengetahuan
Adanya catatan keberhaslan masa lampau dapat menyebabkan organisasi sudah
tahu apa yang terbaik; pegawai tidak diberi kesempatan mengambil keputusan,
tidak ada “pasar internal” bagi ide-ide baru (pemimpin yang kurang mendukung
akan mematikan inisiatif).
b. Akuisisi Pengetahuan
Perlunya tindakan awal untuk mengakuisisi pengetahuan dan bagaimana
mengitegrasikan serta mendayagunakan pengetahuan eksternal.
c. Mempertahankan Pengetahuan
Terdapatnya pegawai yang keluar dari organisasi dengan membawa pengetahuan
bersamanya. Hal ini mengakibatkan pengetahuan organisasi dapat menyebar ke
para pesaing.
d. Mengidentifikasi Pengetahuan
Adanya anggapan bahwa orang yang sukses tidak perlu belajar dan orang yang
tidak sukses tidak punya ide (Halo effect). Selain itu, setiap unit yang
memasukkan best-practice secara sembarangan (GIGO).
e. Aliran pengetahuan keluar dari pemiliknya
Sindroma “apa keuntungan buat saya?” , “knowledge is power”.
f. Perpindahan pengetahuan
Ketidakcocokan antara struktur pengetahuan dan struktur saluran transmisi,
keragaman links di dalam rangkaian alat transmisi.
g. Aliran pengetahuan masuk ke pegawai (inflow)
Keengganan untuk mengakui superioritas teman kerja.
2.4. Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan (Sustainable Competitive
Advantage)
Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk
membantu perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pada pasar
yang bersaing, kemampuan perusahaan menghasilkan kinerja, terutama kinerja
keuangan, sangat bergantung pada derajad keunggulan kompetitifnya (Ferdinand,
2003). Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk
mencapai tujuan akhirnya, yaitu kinerja yang menghasilkan keuntungan (profit)
tinggi. Artinya, keunggulan bersaing berkelanjutan bukanlah tujuan akhir, tetapi
merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir peusahaan, yaitu kinerja tinggi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa perusahaan dikatakan memiliki keunggulan
bersaing berkelanjutan jika perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai yang pada
saat tersebut tidak sedang dilakukan baik oleh kompetitor maupun calon kompetitor
dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Sumber
daya perusahaan memiliki potensi keunggulan bersaing jika memiliki empat atribut,
yaitu kelangkaan, nilai, tidak dapat ditiru, tidak dapat diganti.
Day & Wensley dalam Hoffman (2000) berpendapat bahwa terdapat dua faktor
yang dapat mempengaruhi upaya perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan
bersaing mereka, yaitu:
1. Kapabilitas yang unggul.
2. Sumber Daya yang Unggul.
Pendapat di atas didukung oleh Ferdinand (2003) yang menyatakan bahwa
berdasarkan teori berbasis sumber daya, esensi keunggulan bersaing adalah kombinasi
unik dari sumber daya dan kapabilitas. Sedangkan untuk melanggengkan keunggulan
bersaing tersebut, perusahaan seharusnya memiliki sumber daya dan kapabilitas yang
khas (company specific). Dengan mendasarkan pada seluruh pendapat di atas, maka
keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai keunggulan yang dicapai
secara terus menerus dengan mengimplementasikan strategi pencapaian nilai-nilai
unik yang tidak sedang diimplementasikan baik oleh pesaing maupun calon pesaing
karena ketidakmampuan mereka dalam meniru strategi tesebut.
Keunggulan Bersaing yang Berkelanjutan
(Sustainable Competitive Advantage)
Inovasi yang berkelanjutan
Pengetahuan Baru
Disajikan dengan jelas
Pengetahuan
Tacit
Artikulasi
Pengetahuan
Eksplisit
Internalisasi
Pembelajaran Organisasi
(Organizational Learning)
Hubungan antara Pengetahuan, PembelajaranOrganisasi Keunggulan bersaing
III. PEMBAHASAN
3.1 Keadaan umum MB-IPB
Program MB-IPB merupakan salah satu program studi pada Sekolah
Pascasarjana IPB. Pada awalnya Program ini dinamakan Magister Manajemen
Agribisnis - IPB (MMA-IPB) sebagai pelopor pendidikan tinggi bidang manajemen
agribisnis di Indonesia yang lahir pada tahun 1991. Dalam pengembangannya, sesuai
dengan visi IPB yang telah menjadi Badan Hukum Milik Negara sejak awal tahun
2001, serta dorongan permintaan pasar kerja, maka sejak tanggal 9 April 2005 MMAIPB berubah sebutan dan status menjadi Program Pascasarjana Manajemen dan
Bisnis, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IPB No. 029/K13/OT/2005. Program
Pascasarjana Manajemen dan Bisnis merupakan perluasan dari MMA-IPB untuk lebih
berperan serta dalam perkembangan pendidikan manajemen dan bisnis di Indonesia.
Dengan status tersebut, Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis selain
menawarkan program Magister Manajemen (MM) juga menyelenggarakan program
Doktor Manajemen Bisnis mulai Februari 2006.
Pengenalan lebih jauh mengenai MB-IPB, terdapat di website MB-IPB. Segala
informasi mengenai MB-IPB tentang sejarah, program yang ditawarkan serta aktivitas
lainnya dapat ditelusuri pada website. Adapun visi IPB yaitu menjadi lembaga
pendidikan manajemen dan bisnis berbasis kearifan lokal yang berwawasan global,
berpengaruh di tingkat regional dan bereputasi internasional. Selain visi, misi MBIPB dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pendidikan gelar yang terakreditasi nasional dan internasional
dalam bidang manajemen dan bisnis
2. Mengembangkan dan menyebarkan konsep manajemen dan bisnis yang berakar
kuat pada budaya Indonesia
3. Menyediakan jasa pemecahan masalah bisnis dan manajemen di Indonesia
4. Mengembangkan secara aktif disiplin ilmu dan praktik manajemen dan bisnis di
tingkat nasional, regional maupun internasional
5. Mendukung pengembangan agribisnis dan industri berbasis sumberdaya yang
berkelanjutan
Berdasarkan visi dan misi MB-IPB yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
MB-IPB adalah sebagai berikut:
1. Merekrut calon mahasiswa berkualitas tinggi
2. Menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi:
o
berintegritas tinggi, berakar kokoh pada budaya nasional, berwawasan
internasional, mampu melakukan analisis dan sintesis dalam pemecahan
masalah manajemen dan bisnis, terampil dalam menjalankan organisasi, dan
mempunyai jiwa entrepreneurship (Master)
o
berintegritas tinggi, berakar kokoh pada budaya nasional, berwawasan
internasional, menguasai perkembangan mutakhir ilmu manajemen dan bisnis,
dan mampu merancang penelitian independen secara kreatif untuk
memecahkan masalah dan mengembangkan teori dalam bidang manajemen
dan bisnis (Doktor)
3. Memperoleh sertifikasi dari lembaga akreditasi nasional dan internasional untuk
program yang ditawarkan.
4. Menyelenggarakan pelatihan manajemen dan bisnis baik secara berkala maupun
sesuai dengan permintaan pemangku kepentingan.
5. Menyebarkan opini dan konsep manajemen dan bisnis melalui berbagai media
massa dan media lainnya.
6. Memberikan jasa konsultansi kepada dunia usaha dan pemangku kepentingan
lainnya untuk membantu pemecahan masalah bisnis dan manajemen yang
dihadapi.
7. Membangun dan mengembangkan jejaring lembaga pendidikan, masyarakat
bisnis dan organisasi profesional yang bergerak dalam bidang manajemen dan
bisnis.
8. Melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat dalam
bidang agribisnis dan industri berbasis sumberdaya yang berkelanjutan
(www.ipb.ac.id).
3.2 Knowledge Management
Program Magister Manajemen Bisnis-IPB diselenggarakan dengan sistem
kredit, dengan jumlah bobot 43 satuan kredit triwulan (skt) yang dibagi atas 37 skt
untuk kegiata perkuliahan dan 6 skt untuk kegiatan penulisan tesis. Selain itu, MBIPB juga memberikan kesempatan kepada pesertanya untuk mendalami minat
keahliannya. Pada salah satu mata kuliah triwulan terdapat manajemen pemasaran.
Metode pendidikan yang dilakukan pada mata kuliah ini dengan kegiatan simulasi
yang dilakukan dalam kelas seperti presentasi dan perencanaan pembuatan bisnis pada
masing-masing kelompok. Dimana masing-masing anggota kelompok turut serta
dalam memberikan ide dalam perencanaan pembuatan bisnis. Jenis bisnis yang telah
disepakti
nantinya
akan
dibagi
kepada
masing-masing
anggota
untuk
mengembangkan dan mencari tahu sesuai dengan pengetahuan sehingga nantinya
dapat dihasilkan bisnis yang layak.
Adapun jumlah anggota dari kelompok oryza ini terdiri dari 7 orang yang
dengan pemimpin yang telah disepakati. Pada dasarnya masing-masing anggota
kelompok ini memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda-beda dalam menentukan
jenis bisnis apa yang akan dikembangkan. Hal ini disebabkan bedanya pandangan di
masing-masing anggota. Tujuan pembuatan kelompok yang berbaur antar karakter
adalah untuk saling mengisi kekurangan antar anggota lain, sehingga hasil yang
diperoleh dapat maksimal dengan saling memberikan ilmu dan pengetahuan.
3.3 Komitmen Mengerjakan Bisnis
Saat penggerjaan bisnis yang akan diterapkan kelompok oryza melakukan
beberapa tahapan yaitu:
a. Tahap usulan dan Pemilihan
Merupakan tahap awal dimana setelah menerima tugas seluruh anggota
berkumpul untuk memberikan usulan sesuai dengan ide masing-masing anggota.
Pertemuan ini telah membawa titik temu dalam menentukan jenis bisnis apa yang
akan dibentuk oleh kelompok oryza. Dimana sebelumnya dari masing-masing anggota
mengemukan pendapat tentang bisnis yang akan mereka dibentuk, sebagai berikut:
1. Atsenk, mengusulkan bisnis baju sepak bola yang dijual melalui internet dengan
memberdayakan tukang jahit kecil dimana bahan yang digunakan nyaman untuk
semua kalangan dan harga yang bersaing dengan produk terkenal
2. Rival, mengusulkan bisnis peralatan-peralataan komputer yang berkualitas dan
bersaing dengan produk yang ada di mall.
3. Ninin, mengusulkan bisnis makanan cepat saji dari korea yang masih jarang
ditemukan di kota Bogor.
4. Novi, mengusulkan bisnis jasa dalam hal pemindahan barang bagi keluarga
ataupun kantor yang dimulai dari kota Bogor.
5. Rizka, mengusulkan bisnis makanan yang menjadi oleh-oleh khas Bogor dengan
bahan baku berupa talas yang akan ditepungkan.
6. Ananda, mengusulkan bisnis jasa dalam bidang pengangkutan sampah dimana
kerja sama dengan pemerintah daerah.
7. Shanty, mengusulkan bisnis supermarket kecil dengan prinsip one stop shopping
online dimana bisnis yang tertera di atas dilakukan pada satu gedung.
Berdasarkan pendapat di atas maka keputusan pembuatan bisnis dilakukan
berdasarkan ide dari Rizka yaitu usaha bisnis makanan khas oleh-oleh dari Bogor
yang berupa lapis talas dan brownies dalam beraneka rasa dan bahan baku berupa
tepung talas
b. Tahap pembuatan bisnis
Penetapan bisnis yang telah disepakati membawa masing-masing anggota oryza
membuat kerangka usaha yang dimulai dari data jenis bidang usaha, lokasi, jumlah
produksi, pesaing, analisis SWOT, juga kelayakan bisnis yang dikaitkan dengan teori
yang telah diperoleh pada mata kuliah pemasaran
c. Tahap pembuatan presentasi
Setelah menyusun kerangka usaha, anggota oryza membuat presentasi tentang
bisnis makanan khas oleh-oleh dari Bogor seperti mempromosikan produk baru
sekreatifnya. Promosi ini dilakukan di depan dosen, kelompok yang lain, serta kakak
kelas yang mengambil pendalaman pemasaran.
d. Permasalahan yang terjadi
Saling toleransi dalam menjalankan perencanaan bisnis menjadi kunci utama
pelaksanaan promosi. Tanggung jawab yang diberikan kepada masing-masing
anggota dalam menyelesaikan telah disepakati. Jalannya pelaksanaan kerja kelompok
terdapat beberapa kelemahan dan kekurangan, hal ini karena masih barunya
pengenalan karakter masing-masing anggota.
Kesepakatan waktu kumpul menjadi permasalahan utama kelompok oryza,
karena adanya masing-masing keperluan anggota terutama dari segi keluarga. Oleh
karena itu, diperlukannya pengendalian efektif dalam mengatur aktifitas anggota
secara terarah, sehingga dihasilkan suatu pekerjaan yang efektif dan efisien.
IV.
KESIMPULAN
Adanya toleransi yang disertai dengan kerjasama yang baik akan menghasilkan
sebuah pekerjaan yang optimal. Dimana pekerjaan yang sulit dapat diselesaikan
dengan mudah dan cepat. Komunikasi, setiap anggota kelompok harus terjalin dengan
baik tanpa hambatan dan kesalahan penyampaian maupun penerimaan, hal ini
bertujuan untuk mencegah aksi yang tidak diinginkan. Distribusi pekerjaan, dilakukan
sesuai tugas dan tanggng jawab masing-masing di dalam anggota kelompok, bagaikan
suatu sistem kerja mesin apabila satu tidak berjalan maka akan mengganggu sistem
yang lain. Pemahaman budaya kelompok, untuk menjalankan organisasi dengan hati
nurani (management by heart) akan lebih optimal daripada orang yang menjalankan
pekerjaan dengan paksaan dan berat hati.
DAFTAR PUSTAKA
Chua. A. 2002. Taxonomy of Organizational Knowledge. Singapore Management
Review, 24, 2, 2002.
Djohar. S. 2000. Knowledge Management. Majalah Management Juni 2000.
Endaryono. T. 2004. Inovasi dan Manajemen Alur Pengetahuan. Forum Manajemen
Prasetiya Mulia. Tahun ke- XVIII, No.83, Agustus 2004.
Ferdinand. A. 2003. Sustainable Competitive Advantage: Sebuah Eksplorasi Model
Konseptual. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Nonaka. I, dan H. Takeuchi. 1995. The Knowledge Creating Company. Oxford
University Press.
Nonaka. I, G. V. Krogh dan K. Ichijo. 2000. Enabling Knowledge Creation. Oxford
University Press.
Pendit. P. L. 2001. Manajemen Pengetahuan dan Profesional Informasi Harapan,
Kenyataan dan Tantangan. Makalah untuk Kuliah Program Studi Ilmu
Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan, 18 September 2001, Pustaka Studi
Jepang, Universitas Indonesia, Depok.
Skyrme. D dan D. Amidon. 1997. The Knowledge Agenda. The Journal of
Knowledge Management Volume I Number 1 September 1997.
Download