Tugas Individual

advertisement
Tugas Individual
Tugas : TOMP
Tanggal Penyerahan : 24 January 2011
Dosen : Dr. Ir. Imam S Utoyo, MS
SHARING KNOWLEDGE
CAPABILITY
Disusun oleh:
Agus Prihanto
P 056100042.35E
SEKOLAH PASCA SARJANA
MANAJEMEN BISNIS
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Knowledge Management terdiri dari berbagai strategi dan praktek yang
digunakan
dalam
mengidentifikasi,
suatu
kelompok,
menciptakan,
organisasi
atau
merepresentasikan,
perusahaan
mendistribusikan,
untuk
dan
memungkinkan adopsi wawasan dan pengalaman. Wawasan dan pengalaman
tersebut terdiri dari pengetahuan, baik yang terkandung dalam individu atau
tertanam dalam proses operasi atau praktek pada kelompok, organisasi atau
perusahaan tersebut. Banyak perusahaan besar dan organisasi non-profit memiliki
sumber daya yang didedikasikan untuk upaya Knowledge Management internal,
sering sebagai bagian dari strategi bisnis, teknologi informasi atau departemen
manajemen sumber daya manusia. Upaya penerapan Manajemen Pengetahuan
biasanya terfokus pada tujuan organisasi seperti meningkatkan kinerja,
keunggulan kompetitif, inovasi, berbagi pelajaran, integrasi dan perbaikan terus
menerus dari organisasi
Pengetahuan
menjadi
faktor
penting
dalam
menciptakan
keunggulan
dibandingkan aset financial atau modal uang. Oleh karena itu, berbagai bidang
kegiatan saat ini menghadapi tuntutan untuk melaksanakan manajemen
pengetahuan agar tetap dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain
maupun dengan dunia internasional.
Pengetahuan saat ini dipandang sebagai sumber daya strategis yang penting bagi
perusahaan untuk dapat memiliki keunggulan bersaing. Kesuksesan perusahaan
menghasilkan keunggulan bersaing tergantung pada kemampuan perusahaan
mengakuisisi dan mengasimilasi pengetahuan (potential absorptive capacity) dan
mentransformasi dan mengeksploitasi pengetahuan (realized absorptive capacity).
Knowledge sharing capability berpengaruh signifikan terhadap potential
absorptive capacity, kemampuan perusahaan mengakuisisi dan mengasimilasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
kemampuan
mentransformasi
dan
mengeksplotasi pengetahuan. Hubungan antara potential absorptive capacity dan
realized absorptive capacity dimoderasi oleh mekanisme formal.
1
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya SDM yang
memiliki Pengetahuan (Knowledge), Gagasan (Idea), Keahlian (Skill) serta
Pengalaman (Experience) yang menjadi aset penting bagi perusahaan. Keempat
unsur tersebut di atas merupakan modal yang tidak akan habis/hilang begitu saja.
Kemauan untuk belajar, bertanya, mencoba, mengemukan ide/ pendapat
menumbuhkan rasa percaya diri kita. Jadi, keempat unsur tersebut pada dasarnya
saling berhubungan satu sama lain dimana intinya adalah peningkatan informasi.
Komponen selanjutnya dalam penerapkan manajemen pengetahuan ini
adalah Teknologi Informasi. Bagi banyak perusahaan terkemuka, TI telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dan merupakan infrastruktur yang penting bagi
perusahaan itu dalam memberikan nilai tambah atau keuntungan kompetitif.
Kebutuhan bisnis yang kian meningkat seperti tuntutan untuk meningkatkan
produktivitas, meningkatkan efisiensi, mempercepat penyampaian produk atau
layanan ke pasar, dan meningkatkan layanan kepada pelanggan. Perkembangan
teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam konsep
manajemen pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan
diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai
manajemen pengetahuan tidak lepas dari pengelolaan informasi.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan
dari suatu transfer ilmu yang sering berlaku di mayarakat luas pada kelompok
belajar di Manajemen Bisnis Institute Pertanian Bogor (MB IPB). Bagaimana
pengetahuan seseorang itu diterapkan pada teman-teman kelompok tersebut,
sehingga teman yang lain tersebut dapat mengerti pengetahuan yang dimiliki oleh
teman yang lain.
Akan dilihat proses dari transfer ilmu tersebut apakah sudah sesuai
dengan landasan teori yang ada selama ini atau masih ada hal-hal yang sulit
diimplementasikan karena faktor individu dan sifat masing-masing angota. Karena
sifat manusia yang memang berbeda satu dengan yang lainnya
2
II. PENDEKATAN TEORI
A. Teori Manajemen Pengetahauan (Knowledge Management)
Upaya penerapan Manajemen Pengetahuan memiliki sejarah yang sangat
panjang, untuk memasukkan dalam diskusi on-the-job, magang, forum diskusi,
program pelatihan dan mentoring prfesional.
Dalam buku yang ditulis Krogh, Ichiyo, dan Nonaka, 2000: disampaikan
ringkasan gagasan yang mendasari pengertian mengenai pengetahuan yaitu:
1. Pengetahuan merupakan justified true believe;
2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terbatinkan
(tacit);
3. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang
memungkinkan terjadinya penciptaaan tersebut;
4. Penciptaaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama yaitu:
Berbagi pengetahuan terbatinkan (tacit);
Menciptakan konsep,
Membenarkan konsep;
Membangun prototype; dan
Melakukan penyebaran pengetahuan.
Mengembangkan teori “ translucent design” . Berkaitan dengan manfaat
pertama di atas, penelitian ini mencoba menerapkan teori yang dikembangkan
oleh Thomas dan Kellog (2000), dua peneliti dari IBM yang tertarik mendesain
sistem untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar kelompok orang. Teori
mereka memanfaatkan karakteristik interaksi di dunia fisik yang bias diterpakan
(transposed) ke dunia digital, sehingga sistem dapat mendukung komunikasi yang
mendalam, koheren, dan produktif.
Pengelolaan pengetahuan harus dapat menjelaskan hubungan pengetahuan
dengan strategi, suatu perusahaan harus mengembangkan tujuan strateginya,
mengidentifikasikan kebutuhan pengetahuannya untuk nantinya dapat benar-benar
melaksanakan pilihan strateginya, dan menjelaskan kesenjangan (gaps) knowledge
strateginya dengan membandingkan strategi perusahaan tersebut dengan asset
3
knowledge yang mereka punyai. Pilihan strategi perusahaan berdasarkan pada
teknologi, pasar, produk, jasa dan proses yang mempunyai dampak langsung pada
knowledge, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk dapat bersaing di
pasar yang dituju.
Pada waktu ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge.
Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang
ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan
pengetahuan
dalam
organisasinya
(organizational
knowledge
creation).
Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap
hubungan synergistic dari tacit dan exsplicit knowledge dalam organisasi, serta
melalui desain dari proses sosial yang menciptakan knowledge baru dengan
mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge. Dengan demikian pengertian
knowledge di sini adalah pengetahuan, pengalaman, informasi faktual dan
pendapat para pakar. Organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tacit ke
explicit dan kemudian ke tacit kembali yang dapat mendorong inovasi dan
pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan
Jepang mempunyai daya saing karena memahami knowledge merupakan sumber
daya.
Knowledge
ini
harus
dikelola,
karena
harus
direncanakan
dan
diimplementasikan. Berhubung organisasi adalah jaringan dari keputusan, para
pengambil keputusan dan pengambilan keputusan, maka perlu dikelola agar
menjadi efektif keputusannya dan terintegrasi serta terpahaminya dampak dari
keputusan tersebut, karena keputusan merupakan hasil komitmen terhadap
tindakan. Keputusan juga menfasilitasi tindakan dengan mendefinisikan dan
mengelaborasi maksud dengan mengalokasikan sumber daya yang ada. Tindakan
dan maksud organisasi berinteraksi dengan bermacam-macam elemen lingkungan
melalui horizon waktu yang lama, para pengambil keputusan menghadapi
kompleksitas dan ketidakpastian yang besar sekali untuk memahami issue yang
ada,
mengidentifikasi
alternatif
yang sesuai, mengetahui
outcome dan
menjelaskan serta menentukan keinginannya. Oleh karena itu keputusan yang
rasional
memerlukan
informasi
di
atas
4
kemampuan
organisasi
untuk
mengumpulkan informasi dan memprosesnya di atas kapasitas manusia untuk
melakukannya.
B. Teori Sharing Knowledge Capability
Kemampuan
belajar
adalah
kemampuan
suatu
organisasi
untuk
mengembangkan diri terkait dengan hal yang berbasis pengetahuan (misalnya
pengetahuan teknologi), mengenali informasi eksternal yang berharga, berbagi
existing pengetahuan dan transfer internal dan eksternal pengetahuan untuk
mencapai tujuan usahanya.
Kemampuan belajar sangat penting untuk didokumentasikan dengan baik
dalam literature pembelajaran organisasi. Organisasi pembelajaran mengemuka
sebagai salah satu topik yang menjanjikan dalam bidang manajemen. Organisasi
menyediakan peluang baru untuk menciptakan nilai lebih. Masalah penciptaan
nilai melalui aliansi telah mendapat banyak perhatian baru-baru ini.
Berbagi Pengetahuan diperlukan untuk menyebarkan pengetahuan di
antara unit yang berbeda dan mencegah kerugian suatu kelompok atau organisasi.
Dasar pengetahuan adalah pondasi untuk belajar, berbagi pengetahuan yang dapat
membantu karyawan atau anggotanya dalam sebuah organisasi untuk menyerap
pengetahuan tersebut. Transfer Pengetahuan adalah jaminan untuk menyerap
pengetahuan yang ada, menciptakan pengetahuan baru dan menginformssikan
pengetahuan tersebut.
Cohen dan Levinthal menggambarkan sebagai sebuah kemampuan daya
serap sebagai organisasi untuk mengenali informasi eksternal yang baru,
berasimilasi, dan menerapkannya untuk tujuan komersial. Hal ini sebagian besar
merupakan fungsi dari pengetahuan yang terkait sebelumnya. Pada tingkat
organisasi, pengetahuan ini meliputi pengembangan keterampilan dasar, dan
pengetahuan ilmiah atau teknologi yang paling baru di bidang terkait.
Pengetahuan adalah gagasan abstrak dan luas, tidak ada sensus tentang
definisinya. Namun telah berkembang minat dalam memperlakukan pengetahuan
sebagai sumber daya organisasi yang signifikan.
Huber menggambarkan empat macam organisasi pembelajaran yang
berkaitan dengan konstruksi:
5
a. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition);
b. Distribusi informasi (Information distribution),
c. Interpretasi informasi (Information interpretation),
d. Memori Organisasi (Organizational memory).
Nevis et al. juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran mencakup tiga
tahap dasar:
a. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition),
b. Berbagi pengetahuan (knowledge sharing)
c. Pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization).
Lane and Lubatkin menemukan bahwa sebuah organisasi kapasitas
serapnya dalam konteks inter-organisasi kesamaannya tergantung pada faktorfaktor berikut:
a. Basis pengetahuan organisasi (organization's knowledge bases)
b. Struktur organisasi, kebijakan dan logika yang dominan (organizational
structures and policies and dominant logics).
Goh Goh and Richards mengembangkan sebuah survei pembelajaran
organisasi untuk mengukur kemampuan belajar dari perspektif manajerial.
Kemampuan pembelajaran digambarkan sebagai kemampuan organisasi untuk
menerapkan praktek-praktek manajemen, struktur dan prosedur yang tepat
memfasilitasi
dan
mendorong
pembelajaran.
Oleh
karena
itu
mereka
menggunakan kondisi tertentu dan praktek manajemen untuk mengukur
kemampuan belajar, yang meliputi lima dimensi:
a. Kejelasan dari misi dan visi (Mission & Vission).
b. Komitmen kepemimpinan dan pemberdayaan (leadership commitment and
empowerment).
c. Percobaan dan penghargaan (experimentation and rewards).
d. Transfer pengetahuan yang efektif (effective transfer of knowledge).
e. Kerja tim dan pemecahan masalah kelompok (teamwork and group
problem solving).
Kami
menganggap
pembelajaran
kemampuan.
kepemimpinan
Supportive
6
suportif
leadership
sebagai
pendahuluan
memberikan
praktek
manajemen yang tepat dan kondisi internal yang berkontribusi pada peningkatan
kemampuan pembelajaran organisasi.
C. Budaya Kelompok
Sebagai suatu kelompok kerja yang baik sekecil apapun perlu mempunyai
budaya yang disepakati bersama sebagi motivasi dan tujuan bersama, sehingga
kelompok tersebut dapat berjalan dengan lebih baik.
Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau
dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi
masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana
dengan baik. (Edgar H. Schein).
Budaya sebagai nilai-nilai (values) dan kepercayaan (beliefs) yang
memberikan orang-orang suatu cara pandang terprogram. Dengan demikian
budaya merupakan suatu cara pandang yang sama bagi sebagian besar orang.
(Hofstede). Fungsi budaya adalah sebagai:
-
Identitas
-
Pengikat suatu masyarakat
-
Sumber inspirasi, kebanggaan dan sumber daya.
-
Kekuatan penggerak
-
Kemampuan untuk membentuk nilai tambah
-
Pola perilaku
-
Warisan
-
Pengganti formalisasi
-
Mekanisme adaptasi terhadap perubahan
Budaya yang efektif harus memasukkan sistem manajemen proses yang
berkelanjutan. Tujuan yang relevan harus ditetapkan secara terus menerus, praktek
adaptif diberi imbalan dan sumber daya dialokasikan untuk mendukung hasil yang
diharapkan.
Globalisasi telah memunculkan budaya baru yaitu budaya berkompetisi,
budaya cepat dan akurat, budaya teknologi komunikasi. Budaya juga berfungsi
sebagai mekanisme dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi
baik di dalam maupun di luar organisasi.
7
Menurut Daniel R Denison budaya organisasi adalah niai-nilai keyakinan
dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi system dan praktekpraktek.
Budaya organisasi sering juga disebut budaya kerja, karena tidak bisa
dipisahkan dengan kinerja (performance) sumber daya manusia (SDM). Semakin
kuat budaya organisasi semakin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Karena
suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda, baik sifat,
karakter, keahlian, pendidikan dan latar belakang pengalaman dalam hidupnya,
perlu ada pengakuan padangan yang akan berguna untuk pencapaian.
8
III. PEMBAHASAN
A. Knowledge Management
Manajemen pengetahuan ini diterapkan disemua bidang dan pekerjaan.
Dalam menjalankan program studi di Manajemen Bisnis IPB para mahasiswa
diharapkan keaktifannya untuk berpartisipasi, mencari literature, berdiskusi,
membagi pengalaman didalam praktek pekerjaan untuk dapat saling memberi dan
menyerap pengetahuan yang disesuaikan dengan pelajaran yang diberikan oleh
dosen pengajar, sehingga para mahasiswa dapat saling mendapatkan pengetahuan
yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat diimplementasikan dengan baik pula.
Dalam kelompok kerja yang dibentuk, tugas yang diberikan adalah membuat
business plan, dimana masing-masing angota kelompok harus mengusulkan
sebuah business plan untuk dipresentasikan didepan kelompoknya yang kemudian
akan didiskusikan bersama untuk dipilih yang terbaik menurut seluruh anggota
kelompok. Setelah terpilih business plan yang disepakati bersama, maka
kelompok langsung membagi tugas untuk masing-masing individu untuk
mengembangkan business plan tersebut dengan detail sesuai pengetahuannya dan
menghasilkan suatu business plan yang layak untuk dilaksanakan.
B. Sharing Knowledge Capability
Kelompok tugas dari grup lemon terdiri dari 7 orang dipimpin oleh
seorang ketua yang ditunjuk bersama dan terbagi menjadi beberapa tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan fungsi tujuannya yang sudah disepakati, yaitu:
1. Pimpinan
2. Anggota
Masing-masing individu mempunyai sifat dan karakter masing-masing,
yang sebelumnya belum pernah saling kenal dituntut untuk dapat bekerja sama
dengan baik, untuk saling memberi dan menginformasikan pengetahuannya,
sebagai bentuk tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan tugas yang diterima
dari dosen pengajar dan menghasilkan output yang terbaik. Dimana diharapkan
dengan pengetahuan masing-masing anggota kelompok dapat saling melengkapi
dan saling menyempurnakan.
9
C. Kelompok Lemon
Kelompok Lemon terbentuk pada saat awal masuk kuliah program pasca
sarjana di Manajemen Bisnis IPB. Dimana saat awal perkuliahan dilakukan
program perkenalan dan ice breaking serta pembentukan kelompok tugas.
Kelompok ini dibuat dengan tujuan agar saat bekerja bersama nanti pada saat
mulai perkuliahan dapat bekerjasama dengan baik dan sedikit atau terhindar dari
friksi atau pertikaian karena ketidakcocokan. Proses pemilihan dimulai dari
penilaian sifat dan karakter masing-masing mahasiswa yang dikelompokkan
menjadi 5 (lima) karakter, yaitu:
a. Karakter Leader
b. Karakter Planner
c. Karakter Negosiator
d. Karakter Controler
e. Karakter Executor
Pada saat itu akan dibuat setiap kelompok tidak terkosentrasi dengan
karakter yang sama, misalnya semua mempunyai karakter leader saja sehingga
semua hanya saling memerintah dan tidak ada yang mengerjakan pekerjaannya
atau executor saja yang masing-masing senang mengerjakan tetapi tidak mengerti
bagaimana berkoordinasi. Dibuat setiap kelompok tugas mempunyai anggota yang
berkarakter saling berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan
nantinya akan dapat bekerjasama dengan baik karena semua anggota saling
mengisi kekurangan dan kelebihannya.
Prinsip pengelompokan individu sesuai dengan karakter ini sangat baik
untuk membuat suatu kelompok yang solid yang dapat menyelesaikan bersama
secara kompak semua tugas yang diberikan oleh dosen pengajar. Sebelumnya
semua mahasiswa yang belum saling mengenal diharuskan segera membuat
kelompok, dimana mereka belum dapat menilai satu dengan yang lainnya akan
sifat dan karakternya, sedangkan kelompok ini akan selalu bekerja bersama
selama berlangsungnya masa perkuliahan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan oleh dosen pengajar. Apabila kelompok ini tidak dapat bekerjasama
dengan baik, maka penyelesaian perkuliahan pasti akan menjadi kacau, terhambat
10
dan akan timbul pertikaian-pertikaian karena ketidakcocokan satu dengan yang
lainnya.
Dengan dibuatnya kelompok yang berbaur antar semua karakter
diharapkan dalam bekerjasama mengerjakan tugas yang diberikan bisa saling
mengisi kekurangan anggota kelompok lainnya. Dapat saling memberikan
ilmunya dan pengetahuannya, sehingga dapat bekerja dengan efisien, efektif,
sistematis, dan hasil yang didapat adalah maksimal.
D. Komitmen Kelompok Mengerjakan Bisnis Plan
Kelompok Lemon mempunyai komitmen bersama untuk bersatu
menyelesaikan tugas bersama dari awal kuliah hingga selesai. Komitmen ini dbuat
sebagai landasan kerjasama yang baik dengan budaya belajar bersama. Sebagai
dasar para anggota kelompok untuk melangkah dalam mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh dosen pengajar, sehingga output yang dihasilkan berkualitas
sesuai dengan harapan bersama.
Dalam mengerjakan tugas business plan kelompok Lemon melakukan
beberapa tahapan kerja, yaitu:
a. Tahap usulan
Yaitu suatu tahap awal dimana saat setelah menerima tugas seluruh anggota
kelompok berkumpul untuk merencanakan sistem pengerjaan tugas.
Ditentukakn masing-masing anggota merencanakan suatu usulan usaha sesuai
idenya masing-masing. Pada pertemuan berikutnya yang sudah ditentukan
masing-masing anggota sudah membawa suatu usulan business plan yang
kemudian dipresentasikan secara singkat kepada anggota kelompok lainnya
untuk menjadi bahan diskusi dan ditetapkan satu usulan yang akan diajukan
sebagai materi tugas yang akan dibuat.
1. Abrori, mengusulkan bengkel mobil terpadu dengan fasilitas menunggu
yang nyaman dilengkapi dengan fasilitas restoran dan bermain anak.
2. Agus, mengusulkan fasilitas rekreasi keluarga dengan nama “Paramount
Hill Eco Park” yang konsepnya mirip dengan Universal Studio ataupun
Dunia Fantasi dan bertempat di Ciapus Bogor, dimana Bogor sudah
11
menjadi tempat tujuan wisata dan Ciapus mempunyai alam yang indah
untuk dinikmati dipadukan dengan fasilitas rekreasi keluara tersebut.
Usulan kedua adalah Restoran yang menunya spesifik dengan penataan
yang menarik dan mempunyai keunikan
serta fasilitas untuk rekreasi
keluarga.
Usulan
ketiga
adalah
rumah
sakit
bertaraf
internasional
untuk
mengakomodir kebutuhan akan perawatan kesehatan masyarakat Bogor
dan Jakarta atau Indonesia umumnya yang selalu merobat ke Singapura
apabila sakit.
3. Elfa, mengusulkan membuat rumah sakit yang siap selalu membantu,
ramah dan berkualitas internasional seperti Mount Elizabeth
4. Hendra, mengusulkan membuat rumah kost dengan fasilitas yang lengkap
di Bogor dekat IPB, karena potensi banyaknya mahasiswa pendatang dan
kebutuhan akan rumah kos yang baik.
Usulan kedua adalah membuat usaha peternakan ayam potong di Ciampea,
dimana kebutuhan akan ayam masih cukup tinggi dan secara teori sangat
menguntungkan.
5. Indra, mengusulkan membuat produksi burger teempe, sebagai usaha
bidang kuliner yang unik
6. Inggrid, mengusulkan membuat tempat pencucian mobil otomatis seperti
ban berjalan dengan fasilitas drive trought restaurant, dimana pemilik
mobil dapat menunggu didalam mobil sambil menghabiskan waktunya
dengan mengkonsumsi makanan yang dipesannya.
7. Rurin, mengusulkan Mengemukakan ide pembangunan pabrik minuman
mix susu, madu, fruit yang dikemas secara UHT (Ultra High Temperature)
dan tanpa bahan pengawet yang sangat aman dan sehat untuk dikonsumsi.
b. Tahap putusan atau pemilihan
Setelah masing-masing memberikan presentasi singkat mengenai rencana
usahanya, maka dilakukan diskusi dan telaah beberapa usulan tersebut dan
disepakati untuk memilih pembuatan business plan peternakan ayam potong.
Hal tersebut dengan alasan usaha ini cukup layak dengan investasi yang tidak
12
terlalu besar, faktor kesulitan yang rendah, pengetahuan akan usaha ini sudah
ada. Maka dibentuk perusahaan dengan nama Lemon Chicken Farm
c. Tahap pembuatan materi presentasi
Setelah mencari kerangka pembuatan business plan maka dibuat pembagian
tugas sesuai pengetahuan masing-masing dan disiapkan materi presentasi
untuk presentasi awal usulan business plan tersebut. Setelah materi presentasi
masing-masing jadi selanjutnya dikumpulkan dan didiskusikan bersama untuk
dibuat bahan presentasi final yang direview dan disetujui bersama.
Selanjutnya kelompok Lemon ppresentasi mengenai rencana usaha peternakan
ayam potong tersebut.
d. Tahap pembuatan business plan
Selesai dilakukan presentasi usulan usaha, maka dilakukan pendalaman usulan
usaha tersebut. Masing-masing anggota kelompok mendapat bagian untuk
menyelesaikan business plan tersebut, diperdalam, dilengkapi, mengambil dan
mencari data, memasukan teori-teori (pemasaran, cara beternak, dll), analisa
SWOT dan membuat perhitungan kelayakannya.
Kerjasama kelompok dengan system yang telah disepakati bersama
akhirnya dapat berjalan dengan baik dan menyelesaikan business plan dengan
baik pula. Dimana kami niai business plan tersebut cukup lengkap dan siap untuk
menjadi suatu usaha yang menguntungkan.
E. Permasalahan yang Timbul
Kelompok kerja yang sudah ditetapkan perlu pengaturan lebih lanjut
mengenai tugas dan tanggung jawab dan komitmen bersamanya, karena
terkadang dalam pelaksanaanya belum dapat menjamin jalannya kerja kelompok
dapat menjadi baik atau sempurna, walaupun dapat dibilang tugas dan tanggung
jawab sudah dibagi dengan persetujuan bersama
Prinsip kesatuan tujuan dan saling toleransi perlu dijalankan dengan baik
dimana secara kesehariannya masing-masing mempunyai kesibukan di pekerjaan
dan keluarga ditambah dengan kesibukan perkuliahan pada waktu malam.
Pendelegasian wewenang beserta tugas-tugas yang harus diselesaikan disela-sela
kesibukan tersebut. Tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok
13
benar-benar harus diterapkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati
bersama, sesuai budaya kelompok yang sudah disepakati pada saat awal dibentuk.
Jalannya pelaksaaan kerja kelompok masih terdapat beberapa kekurangan
dan kelemahan, dikarenakan memang masih baru kelompok terbentuk dan masih
belum terlalu mengenal satu dengan yang lainnya.
Permasalahan yang timbul terutama tentang kesepakatan waktu berkumpul
dimana masih susah mendapatkan komitmen bersama, terkadang kesepakatan
berkumpul yang sudah disepakati bersama tidak dapat dijalankan oleh seluruh
anggota. Kesibukan bekerja, keluarga dan perkuliahan malam adalah sumber
kendala, sehingga perlu diperkuat manajemen waktu untuk dapat bekerjasama
dengan baik lagi.
Diperlukan pengaturan kerjasama dan komitmen bersama yang lebih kuat
dan kepemimpinan yang dapat mempengaruhi semua anggota kelompok agar
mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Karena
pengendalian yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara
terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya
tujuan bersama secara efektif dan maksimal. Pastinya masing-masing anggota
harus dapat menghilangkan egonya masing-masing, tanggung jawab dan tetap
toleransi.
14
IV. KESIMPULAN
Kerjasama yang baik dan teratur memberikan output yang baik dan
optimal juga. Dengan kekompakan dan bahu membahu, masing-masing membagi
pengetahuannya, maka akan menjadikan pekerjaan lebih mudah dan cepat
diselesaikan.
Adanya anggota yang bersifat tidak dapat bekerjasama perlu dirubah sifat
tersebut untuk dapat mengikuti irama kerja kelompok dan budaya kelompok yang
telah diterapkan dengan konsisten, karena anggta yang tidak dapat bekerjasama
akhirnya akan dapat menjadi penghambat kekompakan dan kerja kelompok
sehigga cukup susah untuk mendapatkan output yang baik dan optimal juga. Hal
tersebut tentunya akan merusak tatanan kelompok yang baik seperti harapan
bersama. Diperlukan tanggung jawab diri pribadi dan saling mengingatkan antara
anggota serta saling terbuka juga mau menerima kritik dengan senang hati.
Pimpinan
kelompok
yang
dapat
memberikan
pemahaman
dan
menimbulkan rasa tanggung jawab juga sangat diperlukan untuk tetap terjaga
kekompakan sebuah kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Komunikasi, setiap anggota kelompok siapapun oangnya harus terjalin
komunikasi yang baik tanpa hambatan dan kesalahan penyampaian maupun
penerimaan, karena dapat menyebabkan aksi yang dilakukan berbeda dengan yang
diinginkan.
Distribusi pekerjaan, dilakukan sesuai tugas dan tanggng jawab masingmasing di dalam anggota kelompok, bagaikan suatu sitem kerja mesin aapabila
satu tidak berjalan maka akan mengganggu sistem yang lain.
Pemahaman budaya kelompok, untuk menjalankan organisasi dengan hati
nurani (management by heart) akan lebih optimal daripada orang yang
menjalankan pekerjaan dengan terpaksa atau tanpa ekspresi, kaku.
15
V. DAFTAR PUSTAKA
1. C. Merle Johnson, William K. Redmon, Thomas C. Mawhenney, Januari
2004, Handbook of Organizational Performance, Analisis Perilaku &
Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2. Drs. Amin WidjajaTunggal, Ak. CPA, MBA. 2010, Peran Budaya Organisasi
dalam Keberhasilan Perusahaan, Harvarindo.
3. Gregory Moorhead, Ricky W. Griffin, 1989, Organizational Behavior, 2nd
edition, Houghton Mifflin Company, Boston. Hal. 391-410, 491-516.
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_management, 31 December 2010
5. http://www.decisionsciences.org/Proceedings/DSI2008/docs/253-9820.pdf ,
31 Dec’10
6. http://www.dudung.net/teknologi-informasi/manajemen-pengetahuan.html, 31
Dec’10
7. Prof Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., Drs. Sahya Anggara, M.Si., Khaerul
Umam, Juli 2010, Perilaku Organisasi, CV. Pustaka Setia, Bandung.
8. Robbins, Stephen P., 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT.
INDEKS, kelompok GRAMEDIA.
9. Thoha, Miftah, (1996), Perilaku Organisasi, PT. Raja Erfindo Persada, Jakarta.
16
Download