Tugas Individual Tugas : TOMP Tanggal Penyerahan : 24 January 2011 Dosen : Dr. Ir. Imam S Utoyo, MS SHARING KNOWLEDGE CAPABILITY Disusun oleh: Agus Prihanto P 056100042.35E SEKOLAH PASCA SARJANA MANAJEMEN BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Knowledge Management terdiri dari berbagai strategi dan praktek yang digunakan dalam mengidentifikasi, suatu kelompok, menciptakan, organisasi atau merepresentasikan, perusahaan mendistribusikan, untuk dan memungkinkan adopsi wawasan dan pengalaman. Wawasan dan pengalaman tersebut terdiri dari pengetahuan, baik yang terkandung dalam individu atau tertanam dalam proses operasi atau praktek pada kelompok, organisasi atau perusahaan tersebut. Banyak perusahaan besar dan organisasi non-profit memiliki sumber daya yang didedikasikan untuk upaya Knowledge Management internal, sering sebagai bagian dari strategi bisnis, teknologi informasi atau departemen manajemen sumber daya manusia. Upaya penerapan Manajemen Pengetahuan biasanya terfokus pada tujuan organisasi seperti meningkatkan kinerja, keunggulan kompetitif, inovasi, berbagi pelajaran, integrasi dan perbaikan terus menerus dari organisasi Pengetahuan menjadi faktor penting dalam menciptakan keunggulan dibandingkan aset financial atau modal uang. Oleh karena itu, berbagai bidang kegiatan saat ini menghadapi tuntutan untuk melaksanakan manajemen pengetahuan agar tetap dapat bertahan dan bersaing dengan perusahaan lain maupun dengan dunia internasional. Pengetahuan saat ini dipandang sebagai sumber daya strategis yang penting bagi perusahaan untuk dapat memiliki keunggulan bersaing. Kesuksesan perusahaan menghasilkan keunggulan bersaing tergantung pada kemampuan perusahaan mengakuisisi dan mengasimilasi pengetahuan (potential absorptive capacity) dan mentransformasi dan mengeksploitasi pengetahuan (realized absorptive capacity). Knowledge sharing capability berpengaruh signifikan terhadap potential absorptive capacity, kemampuan perusahaan mengakuisisi dan mengasimilasi berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mentransformasi dan mengeksplotasi pengetahuan. Hubungan antara potential absorptive capacity dan realized absorptive capacity dimoderasi oleh mekanisme formal. 1 Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diperlukan adanya SDM yang memiliki Pengetahuan (Knowledge), Gagasan (Idea), Keahlian (Skill) serta Pengalaman (Experience) yang menjadi aset penting bagi perusahaan. Keempat unsur tersebut di atas merupakan modal yang tidak akan habis/hilang begitu saja. Kemauan untuk belajar, bertanya, mencoba, mengemukan ide/ pendapat menumbuhkan rasa percaya diri kita. Jadi, keempat unsur tersebut pada dasarnya saling berhubungan satu sama lain dimana intinya adalah peningkatan informasi. Komponen selanjutnya dalam penerapkan manajemen pengetahuan ini adalah Teknologi Informasi. Bagi banyak perusahaan terkemuka, TI telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dan merupakan infrastruktur yang penting bagi perusahaan itu dalam memberikan nilai tambah atau keuntungan kompetitif. Kebutuhan bisnis yang kian meningkat seperti tuntutan untuk meningkatkan produktivitas, meningkatkan efisiensi, mempercepat penyampaian produk atau layanan ke pasar, dan meningkatkan layanan kepada pelanggan. Perkembangan teknologi informasi memang memainkan peranan yang penting dalam konsep manajemen pengetahuan. Hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi, sehingga jika berbicara mengenai manajemen pengetahuan tidak lepas dari pengelolaan informasi. B. Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penerapan dari suatu transfer ilmu yang sering berlaku di mayarakat luas pada kelompok belajar di Manajemen Bisnis Institute Pertanian Bogor (MB IPB). Bagaimana pengetahuan seseorang itu diterapkan pada teman-teman kelompok tersebut, sehingga teman yang lain tersebut dapat mengerti pengetahuan yang dimiliki oleh teman yang lain. Akan dilihat proses dari transfer ilmu tersebut apakah sudah sesuai dengan landasan teori yang ada selama ini atau masih ada hal-hal yang sulit diimplementasikan karena faktor individu dan sifat masing-masing angota. Karena sifat manusia yang memang berbeda satu dengan yang lainnya 2 II. PENDEKATAN TEORI A. Teori Manajemen Pengetahauan (Knowledge Management) Upaya penerapan Manajemen Pengetahuan memiliki sejarah yang sangat panjang, untuk memasukkan dalam diskusi on-the-job, magang, forum diskusi, program pelatihan dan mentoring prfesional. Dalam buku yang ditulis Krogh, Ichiyo, dan Nonaka, 2000: disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian mengenai pengetahuan yaitu: 1. Pengetahuan merupakan justified true believe; 2. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terbatinkan (tacit); 3. Penciptaan pengetahuan secara efektif bergantung pada konteks yang memungkinkan terjadinya penciptaaan tersebut; 4. Penciptaaan pengetahuan melibatkan lima langkah utama yaitu: Berbagi pengetahuan terbatinkan (tacit); Menciptakan konsep, Membenarkan konsep; Membangun prototype; dan Melakukan penyebaran pengetahuan. Mengembangkan teori “ translucent design” . Berkaitan dengan manfaat pertama di atas, penelitian ini mencoba menerapkan teori yang dikembangkan oleh Thomas dan Kellog (2000), dua peneliti dari IBM yang tertarik mendesain sistem untuk mendukung komunikasi dan kolaborasi antar kelompok orang. Teori mereka memanfaatkan karakteristik interaksi di dunia fisik yang bias diterpakan (transposed) ke dunia digital, sehingga sistem dapat mendukung komunikasi yang mendalam, koheren, dan produktif. Pengelolaan pengetahuan harus dapat menjelaskan hubungan pengetahuan dengan strategi, suatu perusahaan harus mengembangkan tujuan strateginya, mengidentifikasikan kebutuhan pengetahuannya untuk nantinya dapat benar-benar melaksanakan pilihan strateginya, dan menjelaskan kesenjangan (gaps) knowledge strateginya dengan membandingkan strategi perusahaan tersebut dengan asset 3 knowledge yang mereka punyai. Pilihan strategi perusahaan berdasarkan pada teknologi, pasar, produk, jasa dan proses yang mempunyai dampak langsung pada knowledge, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan untuk dapat bersaing di pasar yang dituju. Pada waktu ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation). Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan terhadap hubungan synergistic dari tacit dan exsplicit knowledge dalam organisasi, serta melalui desain dari proses sosial yang menciptakan knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit knowledge. Dengan demikian pengertian knowledge di sini adalah pengetahuan, pengalaman, informasi faktual dan pendapat para pakar. Organisasi perlu terampil dalam mengalihkan tacit ke explicit dan kemudian ke tacit kembali yang dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing karena memahami knowledge merupakan sumber daya. Knowledge ini harus dikelola, karena harus direncanakan dan diimplementasikan. Berhubung organisasi adalah jaringan dari keputusan, para pengambil keputusan dan pengambilan keputusan, maka perlu dikelola agar menjadi efektif keputusannya dan terintegrasi serta terpahaminya dampak dari keputusan tersebut, karena keputusan merupakan hasil komitmen terhadap tindakan. Keputusan juga menfasilitasi tindakan dengan mendefinisikan dan mengelaborasi maksud dengan mengalokasikan sumber daya yang ada. Tindakan dan maksud organisasi berinteraksi dengan bermacam-macam elemen lingkungan melalui horizon waktu yang lama, para pengambil keputusan menghadapi kompleksitas dan ketidakpastian yang besar sekali untuk memahami issue yang ada, mengidentifikasi alternatif yang sesuai, mengetahui outcome dan menjelaskan serta menentukan keinginannya. Oleh karena itu keputusan yang rasional memerlukan informasi di atas 4 kemampuan organisasi untuk mengumpulkan informasi dan memprosesnya di atas kapasitas manusia untuk melakukannya. B. Teori Sharing Knowledge Capability Kemampuan belajar adalah kemampuan suatu organisasi untuk mengembangkan diri terkait dengan hal yang berbasis pengetahuan (misalnya pengetahuan teknologi), mengenali informasi eksternal yang berharga, berbagi existing pengetahuan dan transfer internal dan eksternal pengetahuan untuk mencapai tujuan usahanya. Kemampuan belajar sangat penting untuk didokumentasikan dengan baik dalam literature pembelajaran organisasi. Organisasi pembelajaran mengemuka sebagai salah satu topik yang menjanjikan dalam bidang manajemen. Organisasi menyediakan peluang baru untuk menciptakan nilai lebih. Masalah penciptaan nilai melalui aliansi telah mendapat banyak perhatian baru-baru ini. Berbagi Pengetahuan diperlukan untuk menyebarkan pengetahuan di antara unit yang berbeda dan mencegah kerugian suatu kelompok atau organisasi. Dasar pengetahuan adalah pondasi untuk belajar, berbagi pengetahuan yang dapat membantu karyawan atau anggotanya dalam sebuah organisasi untuk menyerap pengetahuan tersebut. Transfer Pengetahuan adalah jaminan untuk menyerap pengetahuan yang ada, menciptakan pengetahuan baru dan menginformssikan pengetahuan tersebut. Cohen dan Levinthal menggambarkan sebagai sebuah kemampuan daya serap sebagai organisasi untuk mengenali informasi eksternal yang baru, berasimilasi, dan menerapkannya untuk tujuan komersial. Hal ini sebagian besar merupakan fungsi dari pengetahuan yang terkait sebelumnya. Pada tingkat organisasi, pengetahuan ini meliputi pengembangan keterampilan dasar, dan pengetahuan ilmiah atau teknologi yang paling baru di bidang terkait. Pengetahuan adalah gagasan abstrak dan luas, tidak ada sensus tentang definisinya. Namun telah berkembang minat dalam memperlakukan pengetahuan sebagai sumber daya organisasi yang signifikan. Huber menggambarkan empat macam organisasi pembelajaran yang berkaitan dengan konstruksi: 5 a. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition); b. Distribusi informasi (Information distribution), c. Interpretasi informasi (Information interpretation), d. Memori Organisasi (Organizational memory). Nevis et al. juga menunjukkan bahwa proses pembelajaran mencakup tiga tahap dasar: a. Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition), b. Berbagi pengetahuan (knowledge sharing) c. Pemanfaatan pengetahuan (knowledge utilization). Lane and Lubatkin menemukan bahwa sebuah organisasi kapasitas serapnya dalam konteks inter-organisasi kesamaannya tergantung pada faktorfaktor berikut: a. Basis pengetahuan organisasi (organization's knowledge bases) b. Struktur organisasi, kebijakan dan logika yang dominan (organizational structures and policies and dominant logics). Goh Goh and Richards mengembangkan sebuah survei pembelajaran organisasi untuk mengukur kemampuan belajar dari perspektif manajerial. Kemampuan pembelajaran digambarkan sebagai kemampuan organisasi untuk menerapkan praktek-praktek manajemen, struktur dan prosedur yang tepat memfasilitasi dan mendorong pembelajaran. Oleh karena itu mereka menggunakan kondisi tertentu dan praktek manajemen untuk mengukur kemampuan belajar, yang meliputi lima dimensi: a. Kejelasan dari misi dan visi (Mission & Vission). b. Komitmen kepemimpinan dan pemberdayaan (leadership commitment and empowerment). c. Percobaan dan penghargaan (experimentation and rewards). d. Transfer pengetahuan yang efektif (effective transfer of knowledge). e. Kerja tim dan pemecahan masalah kelompok (teamwork and group problem solving). Kami menganggap pembelajaran kemampuan. kepemimpinan Supportive 6 suportif leadership sebagai pendahuluan memberikan praktek manajemen yang tepat dan kondisi internal yang berkontribusi pada peningkatan kemampuan pembelajaran organisasi. C. Budaya Kelompok Sebagai suatu kelompok kerja yang baik sekecil apapun perlu mempunyai budaya yang disepakati bersama sebagi motivasi dan tujuan bersama, sehingga kelompok tersebut dapat berjalan dengan lebih baik. Budaya adalah suatu pola asumsi dasar yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu sebagai pembelajaran untuk mengatasi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal yang resmi dan terlaksana dengan baik. (Edgar H. Schein). Budaya sebagai nilai-nilai (values) dan kepercayaan (beliefs) yang memberikan orang-orang suatu cara pandang terprogram. Dengan demikian budaya merupakan suatu cara pandang yang sama bagi sebagian besar orang. (Hofstede). Fungsi budaya adalah sebagai: - Identitas - Pengikat suatu masyarakat - Sumber inspirasi, kebanggaan dan sumber daya. - Kekuatan penggerak - Kemampuan untuk membentuk nilai tambah - Pola perilaku - Warisan - Pengganti formalisasi - Mekanisme adaptasi terhadap perubahan Budaya yang efektif harus memasukkan sistem manajemen proses yang berkelanjutan. Tujuan yang relevan harus ditetapkan secara terus menerus, praktek adaptif diberi imbalan dan sumber daya dialokasikan untuk mendukung hasil yang diharapkan. Globalisasi telah memunculkan budaya baru yaitu budaya berkompetisi, budaya cepat dan akurat, budaya teknologi komunikasi. Budaya juga berfungsi sebagai mekanisme dalam beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi baik di dalam maupun di luar organisasi. 7 Menurut Daniel R Denison budaya organisasi adalah niai-nilai keyakinan dan prinsip-prinsip dasar yang merupakan landasan bagi system dan praktekpraktek. Budaya organisasi sering juga disebut budaya kerja, karena tidak bisa dipisahkan dengan kinerja (performance) sumber daya manusia (SDM). Semakin kuat budaya organisasi semakin kuat pula dorongan untuk berprestasi. Karena suatu organisasi terbentuk dari kumpulan individu yang berbeda, baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan dan latar belakang pengalaman dalam hidupnya, perlu ada pengakuan padangan yang akan berguna untuk pencapaian. 8 III. PEMBAHASAN A. Knowledge Management Manajemen pengetahuan ini diterapkan disemua bidang dan pekerjaan. Dalam menjalankan program studi di Manajemen Bisnis IPB para mahasiswa diharapkan keaktifannya untuk berpartisipasi, mencari literature, berdiskusi, membagi pengalaman didalam praktek pekerjaan untuk dapat saling memberi dan menyerap pengetahuan yang disesuaikan dengan pelajaran yang diberikan oleh dosen pengajar, sehingga para mahasiswa dapat saling mendapatkan pengetahuan yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat diimplementasikan dengan baik pula. Dalam kelompok kerja yang dibentuk, tugas yang diberikan adalah membuat business plan, dimana masing-masing angota kelompok harus mengusulkan sebuah business plan untuk dipresentasikan didepan kelompoknya yang kemudian akan didiskusikan bersama untuk dipilih yang terbaik menurut seluruh anggota kelompok. Setelah terpilih business plan yang disepakati bersama, maka kelompok langsung membagi tugas untuk masing-masing individu untuk mengembangkan business plan tersebut dengan detail sesuai pengetahuannya dan menghasilkan suatu business plan yang layak untuk dilaksanakan. B. Sharing Knowledge Capability Kelompok tugas dari grup lemon terdiri dari 7 orang dipimpin oleh seorang ketua yang ditunjuk bersama dan terbagi menjadi beberapa tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsi tujuannya yang sudah disepakati, yaitu: 1. Pimpinan 2. Anggota Masing-masing individu mempunyai sifat dan karakter masing-masing, yang sebelumnya belum pernah saling kenal dituntut untuk dapat bekerja sama dengan baik, untuk saling memberi dan menginformasikan pengetahuannya, sebagai bentuk tanggung jawab bersama untuk menyelesaikan tugas yang diterima dari dosen pengajar dan menghasilkan output yang terbaik. Dimana diharapkan dengan pengetahuan masing-masing anggota kelompok dapat saling melengkapi dan saling menyempurnakan. 9 C. Kelompok Lemon Kelompok Lemon terbentuk pada saat awal masuk kuliah program pasca sarjana di Manajemen Bisnis IPB. Dimana saat awal perkuliahan dilakukan program perkenalan dan ice breaking serta pembentukan kelompok tugas. Kelompok ini dibuat dengan tujuan agar saat bekerja bersama nanti pada saat mulai perkuliahan dapat bekerjasama dengan baik dan sedikit atau terhindar dari friksi atau pertikaian karena ketidakcocokan. Proses pemilihan dimulai dari penilaian sifat dan karakter masing-masing mahasiswa yang dikelompokkan menjadi 5 (lima) karakter, yaitu: a. Karakter Leader b. Karakter Planner c. Karakter Negosiator d. Karakter Controler e. Karakter Executor Pada saat itu akan dibuat setiap kelompok tidak terkosentrasi dengan karakter yang sama, misalnya semua mempunyai karakter leader saja sehingga semua hanya saling memerintah dan tidak ada yang mengerjakan pekerjaannya atau executor saja yang masing-masing senang mengerjakan tetapi tidak mengerti bagaimana berkoordinasi. Dibuat setiap kelompok tugas mempunyai anggota yang berkarakter saling berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga diharapkan nantinya akan dapat bekerjasama dengan baik karena semua anggota saling mengisi kekurangan dan kelebihannya. Prinsip pengelompokan individu sesuai dengan karakter ini sangat baik untuk membuat suatu kelompok yang solid yang dapat menyelesaikan bersama secara kompak semua tugas yang diberikan oleh dosen pengajar. Sebelumnya semua mahasiswa yang belum saling mengenal diharuskan segera membuat kelompok, dimana mereka belum dapat menilai satu dengan yang lainnya akan sifat dan karakternya, sedangkan kelompok ini akan selalu bekerja bersama selama berlangsungnya masa perkuliahan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengajar. Apabila kelompok ini tidak dapat bekerjasama dengan baik, maka penyelesaian perkuliahan pasti akan menjadi kacau, terhambat 10 dan akan timbul pertikaian-pertikaian karena ketidakcocokan satu dengan yang lainnya. Dengan dibuatnya kelompok yang berbaur antar semua karakter diharapkan dalam bekerjasama mengerjakan tugas yang diberikan bisa saling mengisi kekurangan anggota kelompok lainnya. Dapat saling memberikan ilmunya dan pengetahuannya, sehingga dapat bekerja dengan efisien, efektif, sistematis, dan hasil yang didapat adalah maksimal. D. Komitmen Kelompok Mengerjakan Bisnis Plan Kelompok Lemon mempunyai komitmen bersama untuk bersatu menyelesaikan tugas bersama dari awal kuliah hingga selesai. Komitmen ini dbuat sebagai landasan kerjasama yang baik dengan budaya belajar bersama. Sebagai dasar para anggota kelompok untuk melangkah dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen pengajar, sehingga output yang dihasilkan berkualitas sesuai dengan harapan bersama. Dalam mengerjakan tugas business plan kelompok Lemon melakukan beberapa tahapan kerja, yaitu: a. Tahap usulan Yaitu suatu tahap awal dimana saat setelah menerima tugas seluruh anggota kelompok berkumpul untuk merencanakan sistem pengerjaan tugas. Ditentukakn masing-masing anggota merencanakan suatu usulan usaha sesuai idenya masing-masing. Pada pertemuan berikutnya yang sudah ditentukan masing-masing anggota sudah membawa suatu usulan business plan yang kemudian dipresentasikan secara singkat kepada anggota kelompok lainnya untuk menjadi bahan diskusi dan ditetapkan satu usulan yang akan diajukan sebagai materi tugas yang akan dibuat. 1. Abrori, mengusulkan bengkel mobil terpadu dengan fasilitas menunggu yang nyaman dilengkapi dengan fasilitas restoran dan bermain anak. 2. Agus, mengusulkan fasilitas rekreasi keluarga dengan nama “Paramount Hill Eco Park” yang konsepnya mirip dengan Universal Studio ataupun Dunia Fantasi dan bertempat di Ciapus Bogor, dimana Bogor sudah 11 menjadi tempat tujuan wisata dan Ciapus mempunyai alam yang indah untuk dinikmati dipadukan dengan fasilitas rekreasi keluara tersebut. Usulan kedua adalah Restoran yang menunya spesifik dengan penataan yang menarik dan mempunyai keunikan serta fasilitas untuk rekreasi keluarga. Usulan ketiga adalah rumah sakit bertaraf internasional untuk mengakomodir kebutuhan akan perawatan kesehatan masyarakat Bogor dan Jakarta atau Indonesia umumnya yang selalu merobat ke Singapura apabila sakit. 3. Elfa, mengusulkan membuat rumah sakit yang siap selalu membantu, ramah dan berkualitas internasional seperti Mount Elizabeth 4. Hendra, mengusulkan membuat rumah kost dengan fasilitas yang lengkap di Bogor dekat IPB, karena potensi banyaknya mahasiswa pendatang dan kebutuhan akan rumah kos yang baik. Usulan kedua adalah membuat usaha peternakan ayam potong di Ciampea, dimana kebutuhan akan ayam masih cukup tinggi dan secara teori sangat menguntungkan. 5. Indra, mengusulkan membuat produksi burger teempe, sebagai usaha bidang kuliner yang unik 6. Inggrid, mengusulkan membuat tempat pencucian mobil otomatis seperti ban berjalan dengan fasilitas drive trought restaurant, dimana pemilik mobil dapat menunggu didalam mobil sambil menghabiskan waktunya dengan mengkonsumsi makanan yang dipesannya. 7. Rurin, mengusulkan Mengemukakan ide pembangunan pabrik minuman mix susu, madu, fruit yang dikemas secara UHT (Ultra High Temperature) dan tanpa bahan pengawet yang sangat aman dan sehat untuk dikonsumsi. b. Tahap putusan atau pemilihan Setelah masing-masing memberikan presentasi singkat mengenai rencana usahanya, maka dilakukan diskusi dan telaah beberapa usulan tersebut dan disepakati untuk memilih pembuatan business plan peternakan ayam potong. Hal tersebut dengan alasan usaha ini cukup layak dengan investasi yang tidak 12 terlalu besar, faktor kesulitan yang rendah, pengetahuan akan usaha ini sudah ada. Maka dibentuk perusahaan dengan nama Lemon Chicken Farm c. Tahap pembuatan materi presentasi Setelah mencari kerangka pembuatan business plan maka dibuat pembagian tugas sesuai pengetahuan masing-masing dan disiapkan materi presentasi untuk presentasi awal usulan business plan tersebut. Setelah materi presentasi masing-masing jadi selanjutnya dikumpulkan dan didiskusikan bersama untuk dibuat bahan presentasi final yang direview dan disetujui bersama. Selanjutnya kelompok Lemon ppresentasi mengenai rencana usaha peternakan ayam potong tersebut. d. Tahap pembuatan business plan Selesai dilakukan presentasi usulan usaha, maka dilakukan pendalaman usulan usaha tersebut. Masing-masing anggota kelompok mendapat bagian untuk menyelesaikan business plan tersebut, diperdalam, dilengkapi, mengambil dan mencari data, memasukan teori-teori (pemasaran, cara beternak, dll), analisa SWOT dan membuat perhitungan kelayakannya. Kerjasama kelompok dengan system yang telah disepakati bersama akhirnya dapat berjalan dengan baik dan menyelesaikan business plan dengan baik pula. Dimana kami niai business plan tersebut cukup lengkap dan siap untuk menjadi suatu usaha yang menguntungkan. E. Permasalahan yang Timbul Kelompok kerja yang sudah ditetapkan perlu pengaturan lebih lanjut mengenai tugas dan tanggung jawab dan komitmen bersamanya, karena terkadang dalam pelaksanaanya belum dapat menjamin jalannya kerja kelompok dapat menjadi baik atau sempurna, walaupun dapat dibilang tugas dan tanggung jawab sudah dibagi dengan persetujuan bersama Prinsip kesatuan tujuan dan saling toleransi perlu dijalankan dengan baik dimana secara kesehariannya masing-masing mempunyai kesibukan di pekerjaan dan keluarga ditambah dengan kesibukan perkuliahan pada waktu malam. Pendelegasian wewenang beserta tugas-tugas yang harus diselesaikan disela-sela kesibukan tersebut. Tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok 13 benar-benar harus diterapkan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama, sesuai budaya kelompok yang sudah disepakati pada saat awal dibentuk. Jalannya pelaksaaan kerja kelompok masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan, dikarenakan memang masih baru kelompok terbentuk dan masih belum terlalu mengenal satu dengan yang lainnya. Permasalahan yang timbul terutama tentang kesepakatan waktu berkumpul dimana masih susah mendapatkan komitmen bersama, terkadang kesepakatan berkumpul yang sudah disepakati bersama tidak dapat dijalankan oleh seluruh anggota. Kesibukan bekerja, keluarga dan perkuliahan malam adalah sumber kendala, sehingga perlu diperkuat manajemen waktu untuk dapat bekerjasama dengan baik lagi. Diperlukan pengaturan kerjasama dan komitmen bersama yang lebih kuat dan kepemimpinan yang dapat mempengaruhi semua anggota kelompok agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Karena pengendalian yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara efektif dan maksimal. Pastinya masing-masing anggota harus dapat menghilangkan egonya masing-masing, tanggung jawab dan tetap toleransi. 14 IV. KESIMPULAN Kerjasama yang baik dan teratur memberikan output yang baik dan optimal juga. Dengan kekompakan dan bahu membahu, masing-masing membagi pengetahuannya, maka akan menjadikan pekerjaan lebih mudah dan cepat diselesaikan. Adanya anggota yang bersifat tidak dapat bekerjasama perlu dirubah sifat tersebut untuk dapat mengikuti irama kerja kelompok dan budaya kelompok yang telah diterapkan dengan konsisten, karena anggta yang tidak dapat bekerjasama akhirnya akan dapat menjadi penghambat kekompakan dan kerja kelompok sehigga cukup susah untuk mendapatkan output yang baik dan optimal juga. Hal tersebut tentunya akan merusak tatanan kelompok yang baik seperti harapan bersama. Diperlukan tanggung jawab diri pribadi dan saling mengingatkan antara anggota serta saling terbuka juga mau menerima kritik dengan senang hati. Pimpinan kelompok yang dapat memberikan pemahaman dan menimbulkan rasa tanggung jawab juga sangat diperlukan untuk tetap terjaga kekompakan sebuah kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Komunikasi, setiap anggota kelompok siapapun oangnya harus terjalin komunikasi yang baik tanpa hambatan dan kesalahan penyampaian maupun penerimaan, karena dapat menyebabkan aksi yang dilakukan berbeda dengan yang diinginkan. Distribusi pekerjaan, dilakukan sesuai tugas dan tanggng jawab masingmasing di dalam anggota kelompok, bagaikan suatu sitem kerja mesin aapabila satu tidak berjalan maka akan mengganggu sistem yang lain. Pemahaman budaya kelompok, untuk menjalankan organisasi dengan hati nurani (management by heart) akan lebih optimal daripada orang yang menjalankan pekerjaan dengan terpaksa atau tanpa ekspresi, kaku. 15 V. DAFTAR PUSTAKA 1. C. Merle Johnson, William K. Redmon, Thomas C. Mawhenney, Januari 2004, Handbook of Organizational Performance, Analisis Perilaku & Manajemen. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2. Drs. Amin WidjajaTunggal, Ak. CPA, MBA. 2010, Peran Budaya Organisasi dalam Keberhasilan Perusahaan, Harvarindo. 3. Gregory Moorhead, Ricky W. Griffin, 1989, Organizational Behavior, 2nd edition, Houghton Mifflin Company, Boston. Hal. 391-410, 491-516. 4. http://en.wikipedia.org/wiki/Knowledge_management, 31 December 2010 5. http://www.decisionsciences.org/Proceedings/DSI2008/docs/253-9820.pdf , 31 Dec’10 6. http://www.dudung.net/teknologi-informasi/manajemen-pengetahuan.html, 31 Dec’10 7. Prof Dr. H. Hendi Suhendi, M.Si., Drs. Sahya Anggara, M.Si., Khaerul Umam, Juli 2010, Perilaku Organisasi, CV. Pustaka Setia, Bandung. 8. Robbins, Stephen P., 2006, Perilaku Organisasi, Edisi Indonesia, PT. INDEKS, kelompok GRAMEDIA. 9. Thoha, Miftah, (1996), Perilaku Organisasi, PT. Raja Erfindo Persada, Jakarta. 16