MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan II Analisa Aspek Management dalam Berwirausaha Fakultas Program Studi Tatap Muka Fakultas Ilmu Komunikasi Advertising and Marketing Communication 11 Kode MK Disusun Oleh Ardhariksa Z., M.Med.Kom Abstract Kompetensi Dapat mengetahui analisa dan aspek management dalam Kegiatan Bisnis Diharapkan Mahasiswa dapat mengetahui dan menerapkan aspek management dalam kegiatan bisnis ANALISA ASPEK MANAGEMENT ASPEK MANAJEMEN A. Evaluasi Kemampuan Manajemen Dalam membuat suatu studi kelayakan, maka yang sering dilupakan adalah mengevaluasi kemampuan manajemen. Meskipun dalam studi kelayakan tersebut evaluasi terhadap aspek pemasaran teknis, keuangan dan sebagainya layak, tetapi dalam praktek, ternyata perusahaan tersebut mengalami kegagalan. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan dalam membuat studi kelayakan itu kits lupa mengevaluasi kemampuan manajemen sebagai salah sate aspek penting yang. menunjang keberhasilan suatu gagasan usaha di masamendatang. Sampai sejauh mans pentingnya mengevaluasi kernampuan manajemen dalam membuat studi kelayakan. Kemampuan manajemen itu sangat erat sekali berkait dengan skala perusahaan. Artinya makin besar suatu perusahaan, makin banyak personalia makin kompleks permasalahannya, sehingga dalam hal ini makin dibutuhkan kemampuan manajemen. Perlu dicatat bahwa pada perusahaan yang masih kecil kemampuan teknis lebih diperlukan, dari kemampuan manajemen. Tetapi dengan semakin besarnya perusahaan tersebut maka kemampuan manajemen semakin diperlukan. Pada waktu perusahaan tersebut masih kecil, pimpinan perusahaan tersebut harus mempunyai kemampuan teknis, karena dia harus menangani secara langsung sebagian dari pekerjaan-pekerjaan teknis. Tetapi dengan semakin besarnya perusahaan, pekerjaan seorang pimpinan akan lebih efektif dan efisien apabila mengarahkan kemampuannya untuk mengendalikan anak buahnya daripada menangani langsung alat-alat dan mesin-mesin. Untuk dapat mengendalikan anak buahnya dengan baik, maka diperlukan kemampuan manajemen lebih dari kemampuan teknis. Mengapa suatu gagasan usaha yang dalam studi kelayakan mengabaikan aspek kemampuan manajemen banyak mengalami kegagalan. Hal ini karena masalah kemampuan manajemen sering diabaikan meskipun rencana perusahaan yang akan didirikan berskala besar. Padahal pengadaan kemampuan manajemen tidaklah semudah seperti anggapan kebanyakan orang. Peningkatan kemampuan manajemen memerlukan tahapan yang cukup panjang dan memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk itulah evaluasi kemampuan manajemen harus memerlukan perhatian yang lebih serius. 2016 2 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Perencanaan Organisasi Sebagai Titik Tolak Evaluasi Aspek Manajemen Bentuk organisasi suatu gagasan usaha sebenarnya tidak begi relevan dengan layak atau tidaknya gagasan usaha. Mengapa demikian? Karena bentuk organisasi suatu gagasan usaha pada dasarnya masih merupakan suatu rencana yang dapat diubah dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Meskipun demikian, pengetahuan tentang rencana organisasi suatu gagasan usaha perlu kita pelajari, karena tidak dapat dilepaskan apabila kita ingin melaksanakan suatu studi kelayakan, terutama dalam bidang manajemen dan khususnya lagi dalam bidang tenaga-tenaga manajemen. Mengapa demikian? Karena kemampuan untuk mengisi jabatan manajemen ikut mempengaruhi layak tidaknya suatu gagasan usaha, padahal rencana organisasi itu menentukan kuantitas dan kualitas daripada tenagatenaga manajemen yang diperlukan. Misalnya seorang pengusaha ingin mendirikan perusahaan computer. Maka untuk itu disusunlah struktur organisasi garis di mana top manajer membawahi manajer produksi, manajer pemasaran, menejer administrasi/keuangan dan manajer personalia. Ternyata bahwa usaha untuk mengisi jabatan Top Manajer sulit dipenuhi karena sukar diperoleh orang yang berwibawa dan berpengalaman kerja berpengetahuan lugs dalam bidang komputer. Oleh karena itu, perlu dipikirkan perubahan dari organisasi garis menjadi organisasi garis dan staff. Kesulitan masih timbul yaitu bagaimana mengisi jabatan manajer produksi, padahal kualifikasi untuk mengisi jabatan ini cukup berat. Di sini kita dihadapkan dengan suatu dilema. Di satu pihak kita sukar memperoleh seorang yang memenuhi kualifikasi jabatan manajer produksi, tetapi di lain pihak kita tidak mungkin meniadakan jabatan manajer (kepala bagian) produksi. Dari uraian di atas dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa rencana penarikan tenaga-tenaga manajemen harus sesuai dengan rencana struktur organisasi. Bila kita tidak mampu untuk menarik tenaga-tenaga manajemen sesuai dengan struktur organisasi yang sudah direncanakan maka kita masih dimungkinkan untuk mengubah struktur organisasi tersebut dalam batasbatas yang tidak mengubah tujuan pokok. Apabila dengan perubahan ini pun kita tetap tidak mampu menarik tenagatenaga manajemen, maka gagasan usaha tersebut dapat kita katakan kurang layak dipandang dari sudut manajemen. 2016 3 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id C. Pengisian Tenaga Manajemen Di ditinjau muka dari mampuan pads an? sudut untuk saat-saat Karena usahaan yang telah organisasi mengisi justru pada berat hanya bahwa dan jabatan permulaan cukup bukan disinggung manajemen dalam perusahaan saat itu sehingga mempunyai kelayakan suatu dipengaruhi bidang itu diperlukhn kemampgn yang dihadapi demiki- oleh tenaga-tenaga ke- terutama Mengapa manajemen usaha oleh manajemen, didirikan. tantangan gagasan per - manajer yang baik, Aki. Oleh karena itu, sejak awal seorang pengusaha sudah harus memikirkan pengisian jabatan top manager, dari berbagai alternatif yang mungkin ditempuh. Di dalam pengisian jabatan top manajer, kita dapat mengemukakan dua alternatif : 1. Pengisian Jabatan Top Manager oleh Pemilik Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa pada saat permulaan, tantangan terhadap perusahaan sangat berat sehingga diperlukan tenaga top manajer yang mempunyai dedikasi tinggi. Oleh karena itu, jika mungkin kita cenderung untuk memilih pemilik atau pemegang saham untuk mengisi jabatan top manajer. Mengapa demikian? Sebab seorang pemilik atau pemegang saham cenderung mempunyai dedikasi dan kepentingan yang lebih besar demi kesinambungan perusahaan dibandingkan dengan orang luar. 2. Pengisian Jabatan oleh Manajer Profesional Apabila di antara pemilik atau pemegang saham dianggap kurang mempunyai kemampuan, manajemen untuk menduduki jabatan top manajer, alternatif lain masih terbuka, kita dapat mengangkat seorang manajer profesional untuk mengisi jabatan tersebut. Dalam hal ini kita harus mengadakan seleksi yang ketat bukan hanya terhadap kemampuan manajemennya tetapi juga dedikasi dan rasatanggung jawabnya. Selain pengisian jabatan top manajer, maka kita harus pula mampu mengisi tenaga manajemen yang lain seperti Manajer Produksi, Manajer Pemasaran, Manajer Administrasi dan Keuangan dan sebagainya. Prinsip-prinsip yang dikemukakan di atas 2016 4 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dapat pula diterapkan di sini. Untuk kelayakan suatu gagasan usaha dalam jangka panjang, kesinambungan tenaga manajemen perlu mendapat perhatian maka dalam studi kelayakan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan pemberian kompensasi yang tepat, latihan, dan sebagainya. D. Tolok Ukur Kemampuan Manajemen Mengukur kemampuan manajemen adalah sangat penting, sobab bobot suatu studi kelayakan sebagi* besar tergantung pads kejelasan kita menentukan tolok ukur kemampuan manajemen. Tolok ukur ini terutama diajukan kepada Personalia Level Top Management dan Middle Management. Tolok ukur kemampuan manajemen untuk level tersebut terutama top manajemen antara lain sebagai berikut: 1. Kepemimpinan dalam arti yang luas. 2. Kemampuan berkomunikasi ke dalam dan ke luar. 3. Mempunyai wawasan yang luas terutama yang berkait langsung atau tidak lanizsuniz dengan bidangnya. Ad.1 Kepemimpinan Dalam Arti Luas Seorang yang menjabat top manajemen harus mempunyai kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi anggota/bawahannya, untuk bergerak ke arah tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan ini sangat diperlukan sebab untuk jabatan ini lebih diperlukan pengendalian manusia daripada pengendalian mesin dan peralatan itu sendiri. Dengan kata lain bagi seorang top manajemen, tidak diharuskan secara mutlak untuk dapat mengendalikan mesin dan peralatan, tetapi lebih ditujukan bagaimana caranya memotivasi bawahannya agar bekerja dengan baik. Kemampuan kepemimpinan di sini adalah dalam arti luas, sehingga tidak hanya mampu menggerakkan orang lain ke arah tujuan yang diinginkan, tetapi mencakup kemampuan managerial. Kemampuan managerial di sini antara lain adalah kemampuan melaksanakan perencanaan, koordinasi, pengorganisasian dan pengambilan keputusan. 2016 5 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ad.2. Kemampuan Berkomunikasi Untuk jabatan top manajemen, maka kemampuan berkomunikasi mutlak diperlukan, baik komunikasi ke dalam maupun komunikasi ke luar. Karena kemampuan berkomunikasi tersebut sangat menunjang keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas manajemen. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berkomunikasi adalah kemampuan menyampaikan informasi dari pemberi informasi (communicator) kepada penerima informasi (communicant). Arus pengiriman informasi tersebut dapat hanya satu arah yaitu dari komunikator kepada komunikan, tetapi jugs dapat timbal balik. Perlu dicatat di sini bahwa, informasi sebagaimana disebutkan di ntaka mempunyai arti luas, sehingga dapat berbentuk angka-angka, penjelasan, instruksi, gagasan dan sebagainya. Untuk efektifnya suatu komunikasi, maka perlu adanya jalinan pengertian dan landasan kepercayaan antara, kedua belch pihak. Tanga adanya dua faktor penunjang di atas, maka komunikasi tersebut kurang efektif, meskipun ditunjang oleh alas-alas komunikasi yang modern. Komunikasi yang kurang efektif dapat menimbulkan kesalah pahaman, kurang dimengerti, kurang dihayati, kurang dipercaya atau tidak diperdulikan. Dalam setiap perusahaan, komunikasi ini menunjang keberhasilan. Suatu perusahaan harus dapat menjalin komunikasi yang baik dengan pihak luar, terutama kepada pemerintah, relasi dan konsumen. Sate perusahaan kontraktor atau supplier rekanan pemerintah tidak akan dapat berkembang bila tidak mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pemerintah. Komunikasi intern, terutama kepada anak buahnya tidak kalah pentingnya, karena akan menunjang bobot kepemimpinannya. ad.3. Wawasan yang Luas Seorang yang menjabat top manajemen harus mempunyai wawasan yang Was. Luasnya wawasan seseorang menejer dapat membantunya dalam tugas managerialnya, terutama untuk mengambil keputusan penting. Semakin penting suatu pengambilan keputusan, semakin banyak faktor-faktor intern maupun ekstern yang harus dipertimbangkan. Sebab keputusan yang berdasarkan wawasan sempit, maka sepintas menguntungkan tetapi dalam ruang lingkup yang 2016 6 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lebih Was dan jangka panjang sebenarnya merugikan. Perlu dicatat di sini bahwa semakin tinggi level management akan semakin luas ruang lingkup yang atan merasakan akibat keputusan tersebut, sehingga diperlukan wawasan yang lebih luas. E. Syarat Pendukung Kemampuan Manajemen Agar kemampuan manajemen sesuai dengan tolok ukur tersebut dapat terpenuhi, maka diperlukan syarat pendukung sebagai berikut: 1. Pendidikan, 2. Pengalaman 3. Prestasi ad.l. Pendidikan Mengapa pendidikan merupakan syarat pendukung ke mampuan manajemen seseorang. Hal ini disebabkan karena dalam batas-batas tertentu kemampuan manajemen tersebut dapat ditingkatkan dengan jalan mempelajari fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen. Untuk mempelajari fungsi dan prinsip-prinsip manajemen tersebut pads umumnya dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan yang mendukung secara langsung kemampuan manajemen adalah pendidikan yang khusus mempelajari pengetahuan manajemen. Meskipun demikian, hal ini tidaklah berarti bahwa pendidikan di luar bidang manajemen tidak mendukung kemampuan manajemen, sebab secara tidak langsung proses pendidikan itu sendiri dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis, kritis dan sistematis. Kesemuanya ini mendukung kemampuan manajemen. ad.2. Pengalaman Ada suatu ungkapan yang mengatakan bahwa "Pengalaman adalah guru yang paling baik". Hal ini berarti makin banyak dan makin lama pengalaman seseorang, maka semakin banyak pelajaran yang diperolehnya di bidang itu. MeInang benar bahwa pelajaran dan pengetahuan tidak hanya dapat diperoleh dari 2016 7 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengalaman. Dengan sekolah, kursus dan latihan kits jugs akan dapat menambah kemampuan seseorang dalam bidang manajemen. Akan tetapi, ada pelajaran/pengetahuan yang tidak dapat diperoleh dari sekolah atau kursus, tetapi harus melalui pengalaman setidiri. Segal contoh misalnya, kemampuan maksimal seorang petinju tidak akan dapat dicapai hanya melalui penggemblengan tinju di sasana tinju saja dan teori-teori tentang teknik bertinju, bila dia tidak mempunyai pengalaman bertinju dalam arti sesungguhnya. Hal ini berarti bahwa untuk mendapatkan tenaga dengan kemampuan manajemen yang balk, faktor pengalaman haruslah merupakan syarat yang tidak boleh diabaikan. Karena pentingnya faktor ini, maka dalam dunia bisnis Bering terjadi pembajakan secara terang-terangan maupun secara halus terhadap manajer-manajer perusahaan lain yang sudah berpengalaman. ad.3. Prestasi Pendidikan dan pengalaman yang cukup merupakan dukungan yang cukup besar terhadap kemampuan manajemen sebab dengan itu semua diharapkan prestasi kerjanya akan tinggi, akan tetapi kedua hal tersebut di atas tidak merupakan jaminan mutlak terhadap prestasi seseorang. Oleh karena itu, riwayat prestasi dalam jabatan/pekerjaannya banyak mendukung kemampuan manajemennya. Prestasi seseorang pads umumnya tercermin dalam reputasi. Oleh karena itu, seorang manajer yang mempunyai reputasi yang baik akan diincar oleh perusahaan-perusahaan lain. Aspek Manajemen Operasional yang Perlu diteliti dan dilakukan: 1. Menyusun uraian tugas pokok untuk menjalankan usaha dan membag nya dalam jabatan-jabatan tertentu. 2. Menyususn struktur organisasi berikut jabatan dan deskripsi tugas-tugasnya baik yang utama, rutin, maupun insidential serta wewenang dan tanggung jawabnya. 3. Memperkirakan kebutuhan tenaga kerja baik jenis jabatan yang diperlukan serta jumlah dan persyaratan minimum yang harus dipenuhi. 4. Menetapkan balasdan jasa perangsang (insentif) yang dapat disediakan 5. Membuat rincian rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan. 2016 8 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id REVIEW STRATEGI PEMASARAN DAN PENGENDALIAN PEMASARAN Pengertian dan Konsep Strategi Pemasaran Menurut Stoner (1995) dalam Fandi Tjiptono (1996), konsep strategi dapat didefenisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda, yaitu, (1) dari perspektif apa yang suatu organisasi inginkan (intends to do), dan (2) dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does). Berdasarkan perspektif yang pertama, strategi dapat di defenisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa manejer memankan peran aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Sedangkan berdasarkan perspektif kedua, strategi didefenisikan sebagai pola tanggapan dan respon organisasi atau perusahaan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Startegi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai tujuannya (bennet 1988, dalam Tjiptono, 1996) sementara itu Tull dan Kahle (1990) dalam Tjiptono (1996) mendefenisikan strategi pemasaran sebagai alat fundamental yang dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut. Menurut Corey (dalam Tjiptono, 1996) strategi pemasaran terdiri dari lima elemen yang saling berkaitan. Kelima elemen tersebut adalah : 1. Pemilihan pasar, yaitu memilih pasar yang akan dilayani. Keputusan ini didasarkan pada faktor-faktor : Persepsi terhadap fungsi produk dan pengelompokan teknologi yang dapat di proteksi dan didominisasi. Keterbatasan sumberdaya internal yang mendorong perlunya pemusatan (focus) yang lebih sempit. Pengalaman kumulatif yang didasarkan pada trial-and error di dalam menanggapi peluang dan tantangan. Kemampuan khusus yang berasal dari akses terhadap sumberdaya langkah atau pasar yang terproteksi. 2. Perencanaan produk, meliputi produk spesifik yang dijual, pembentukan lini produk, dan desain penawaran individual pada masing-masing lini. 2016 9 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 3. penetapan harga, yaitu menentukan harga yang dapat mencerminkan nilai kuantitatif dari produk kepada pelanggan. 4. Sistem distribusi, yaitu saluran perdagangan grosir dan eceran yang dilalui produk hingga mencapai konsumen akhir yang membeli dan menggunakannya. 5. Komunikasi pemasaran (promosi), yang meliputi periklanan, personal seling, promosi penjualan, direc marketing dan public relations. Strategi Bauran Pemasaran Bauran Pemasaran (marketing mix) menurut Swastha (2000) adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni : produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan sistem distribusi. Marketing mix tersebut merupakan satu perangkat yang akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan dan semua ini ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada segmen pasar atau konsumen yang dipilih. Sedangkan definisi strategi pemasaran menurut Kotler (2000) adalah suatu logika pemasaran yang oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat mencapai sasaran-sasaran pemasarannya. Strategi pemasaran terdiri dari pengambilan keputusan tentang total biaya pemasaran dari perusahaan, bauran pemasaran, dan alokasi pemasaran. Aaker (1996) mendefinisikan strategi pemasaran sebagai suatu sistem yang dirancang untuk membantu manajemen perusahaan dengan segera dan membuat keputusan strategik sebaik membuat pandangan strategik. Dengan demikian ruang lingkup kegiatan strategi pemasaran yang luas dapat disederhanakan dalam empat kebijakan pemasaran (marketing mix) yang merupakan inti dari sistem perusahaan tersebut atau sering disebut 4 P yang terdiri dari empat komponen, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi) dan promotion (promosi). Konsep Ekuitas Merek, Iklan, Loyalitas dan Kepuasan Merek menurut American Marketing Association didefinisikan sebagai nama, istilah, tanda, simbol, rancangan atau kombinasinya yang dimaksud untuk mengidentifikasi produk atau jasa yang dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing (Durianto et al., 2001). Pengertian merek menurut Aaker (1996) adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok 2016 10 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh kompetitor. Sedangkan menurut Knapp (2000), merek dapat didefinisikan sebagai variasi dari sesuatu yang ditandai dengan beberapa atribut khusus. Konsep Ekuitas Merek (Brand Equity) menurut David A. Aaker Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama, simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Menurut Aaker (1996) ekuitas merek dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu : 1. Brand awareness (kesadaran merek)-menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Brand association (asosiasi merek)-mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3. Brand perceived quality (persepsi kualitas merek)-mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Brand loyalty (loyalitas merek)-mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya). 2016 11 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka REFERENS Brealy, Richard and Myers, Stewart. Principle of Corporate Finance, Mc Graw Hill Company Inc, 2000. Bambang Ryanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPFE-Yogyakarta, 1995. Bringham, Eugene and Ehrhardt, Michael, Financial Management: Theory and Practice, 11 e, South Western, Thomson Corporation, 2005. Ross, Stephen A., Weterfield, Rudollph W., and Jaffe,Jeffery F., Corporate Finance, Second Edition, Homewood, Ill: Richard D.lrwin, 1990. Moh Benny Alexandri, 500! Soal Manajemen Keuangan yang Paling Sering Ditanyakan dan Pemecahannya, Alfabeta, 2006. Machfoedz, Mas’ud dan Mahmud Machfoedz. 2004. Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Pemasaran YKPN. Tim Penyususn Buku Kewirausahaan UNESA. 2000. Kewirausahaan. Surabaya: Unesa University Press. Sumber : http://www.rockford.edu/resource/resmgr/docs_communityed/business_model_templ ate.doc. Dari berbagai sumber 2016 12 Kewirausahaan II Ardhariksa Z., M.Med.Kom Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id