BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi lingkungan Indonesia semakin hari semakin tercemar oleh polusi. Polusi udara membuat suhu udara di Indonesia menjadi semakin tinggi. Udara panas membuat tubuh berkeringat lebih banyak dan debu menempel lebih banyak. Kondisi ini mempercepat pertumbuhan berbagai jenis bakteri yang bersifat patogen bagi tubuh manusia. Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit bagi tubuh manusia. Pakaian merupakan salah satu perlindungan terluar tubuh dari lingkungan termasuk bakteri-bakteri yang tumbuh di kulit maupun pakaian yang dikenakan. Oleh karena itu dibutuhkan bahan pakaian yang dapat melindungi tubuh manusia dari bakteri secara efektif. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan tekstil adalah melakukan modifikasi-modifikasi pada tekstil yang menghasilkan bahan tekstil dengan sifat antikotor (hifrofob) dan antibakteri. Aplikasi tekstil dengan sifat antibakteri dan antikotor telah banyak digunakan dalam bidang medis sebagai bahan dasar penutup luka, baju pelindung dokter, pasien dan para medis dan dalam bidang militer digunakan untuk bahan seragam para tentara (El-Khatib, 2012). Namun, hingga saat ini bahan tekstil dengan modifikasi antibakteri dan antikotor belum ditemui di pasaran. Kebutuhan akan produk tekstil antibakteri dan antikotor masih bergantung pada produk luar negeri dengan harga yang mahal. Sedikitnya produsen self-cleaning tekstil dengan sifat antibakteri di Indonesia menyebabkan meningkatnya kebutuhan impor bahan tekstil jenis ini. 1 Ketergantungan terhadap produk luar negeri, meningkatnya nilai impor, mahal, dan kebutuhan akan produk tekstil dengan sifat antibakteri dan antikotor menjadi latar belakang penelitian ini dilakukan. Produksi bahan tekstil dengan sifat antibakteri dan antikotor dalam negeri ini diharapkan dapat menurunkan tingginya nilai import bahan tekstil Indonesia dan mampu memenuhi kebutuhan akan bahan sandang khususnya tekstil dengan sifat antibakteri dan antikotor. Teknologi nanopartikel dapat diaplikasikan dalam industri tekstil untuk memodifikasi berbagai serat tekstil agar memiliki sifat antibakteri. Nanopartikel perak merupakan salah satu nanostruktur yang sudah terbukti menunjukkan aktivitas antibakteri efektif (Haryono dan Harmami, 2010). Nanopartikel perak terbukti menghambat pertumbuhan dari bakteri Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus (Ariyanta, Wahyuni, dan Priatmoko, 2014), dan Pseudomonas aeruginosa (Guzman, Dille, and Godet, 2012). Beberapa literatur mengungkapkan bahwa sifat antibakteri dari tekstil dapat dikembangkan dengan cara pelapisan nanopartikel perak pada bahan tekstil, misalnya pada katun (Shateri-Khalilabad & Yazdanshenas, 2013), sutera (Zhang et al., 2014), wol (Boroumad et al., 2015) dan poliester (Kavitha & Dasan, 2013). Aktivitas antibakteri ini dipengaruhi oleh ukuran partikel perak. Semakin kecil ukuran nanopartikel maka aktivitasnya semakin meningkat. Ukuran optimal nanopartikel perak adalah yang berukuran kecil dengan distribusi sangat sempit (Crespo et al., 2012). Selain itu, pada konsentrasi rendah nanopartikel perak ini aman digunakan pada tubuh manusia karena nanopartikel perak ini non-toksik untuk manusia (Rai, Yadav, and Gade, 2009). Preparasi nanopartikel perak dapat 2 dilakukan dengan berbagai macam metode di antaranya: sputtering (Jiang, Qin, & Zhang, 2010), reduksi menggunakan reduktor organik (Ahmad, dkk., 2015), reduksi menggunakan jamur (Duran & Marcato, 2007), dan reduksi menggunakan natrium sitrat (Ariyanta, Wahyuni, & Priatmoko, 2014). Hidrofobisitas tekstil mempengaruhi sifat antikotor dari tekstil. Tekstil dengan sifat antikotor yang bagus sering disebut sebagai self-cleaning textile. Sifat hidrofob (antikotor) ini dapat dikembangkan dengan cara modifikasi bahan tekstil dengan menggunakan senyawa berbasis silan. Pelapisan bahan serat oleh senyawa silan dengan energi permukaan yang rendah terbukti dapat meningkatkan hidrofobisitas serat (Khalil-Abad dan Yazdanshenas, 2010; Xue et al., 2012). Pelapisan ini terinspirasi dari sifat permukaan daun tanaman Nelumbo nucifera atau yang sering disebut teratai yang bersifat hidrofob. Beberapa jenis senyawa berbasis silan telah dipakai untuk memodifikasi tekstil seperti γ- methacryloxypropyl trimethoxy silane (MAPS) dan heksametildisilazen (HMDS) (Gao et al., 2016); perfluorooctylated quaternary ammonium silane coupling agent (PFSC) (Yu et al., 2007); polimetilhidroksilosan (PMHS) dan Tetraethoxysilane (TEOS) (Guo et al., 2015); serta Heksadesiltrimetoksisilan (HDTMS) (Xue et al., 2012). Poliester dikenal dengan nama dagang dacron atau terelene. Serat poliester merupakan salah satu jenis serat sintetis dengan serat yang kuat, tahan lama dan antikusut. Poliester juga sering digunakan sebagai bahan campuran serat alami lain seperti katun, wol maupun rayon untuk mendapatkan kain dengan sifat antikerut, water repellance dan tahan lama. Secara alami poliester memiliki sifat 3 hidrofob sehingga sering digunakan sebagai bahan pakaian olah raga, pakaian dalam, sprei dan pakaian medis. Tekstil yang tahan terhadap bakteri, virus, fungi dan mikroorganisme berbahaya lainnya juga sering diperlukan sebagai bahan baku pakaian olah raga, pakaian dalam, sprei dan pakaian medis (Smith & Mei dan Hassan et al., 2011). Berdasarkan latar belakang masalah, maka penelitian tentang modifikasi serat poliester untuk meningkatkan sifat antibakteri dan antikotor (hidrofob) perlu dilakukan. Deposit nanopartikel perak dan pelapisan senyawa berbasis silan dilakukan untuk meningkatkan sifat antibakteri dan antikotor (hidrofob) serat poliester. Preparasi nanopartikel perak dilakukan dengan metode reduksi larutan AgNO3. Pelapisan senyawa HDTMS dilakukan melalui metode pencelupan. Karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis keberhasilan pembentukan nanopartikel perak dengan spektrofotometer UV-Vis dan analisis gugus fungsi dengan FTIR-ATR. Sudut kontak dan aktivitas antibakteri serat poliester dianalisis untuk mengetahui pengaruh penambahan senyawa HDTMS. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kain yang bersifat antibakteri dan antikotor 2. Preparasi dan karakterisasi nanopartikel perak dapat dilakukan dengan berbagai macam metode 4 3. Berbagai macam senyawa turunan silan yang dapat digunakan untuk modifikasi permukaan materi. 4. Banyaknya jenis uji aktivitas antibakteri dari serat poliester. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, batasan masalah penelitian ini adalah: 1. Modifikasi serat poliester dilakukan dengan menambahkan nanopartikel perak dan senyawa turunan silan 2. Metode preparasi nanopartikel perak yang dilakukan adalah reduksi laruran AgNO3 dengan reduktor natrium sitrat 3M. 3. Senyawa turunan silan yang digunakan untuk modifikasi serat poliester adalah HDTMS. 4. Uji aktivitas antibakteri yang dilakukan menggunakan metode difusi terhadap Staphylococcus aureus sebagai bakteri gram positif dan Eschericia coli sebagai bakteri gram negatif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak? 2. Bagaimana karakteristik serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak dan senyawa HDTMS? 3. Bagaimana pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap hidrofobisitas (wettability) serat poliester tanpa dan dengan modifikasi? 5 4. Bagaimana pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap aktivitas antibakteri serat poliester tanpa dan dengan modifikasi? 5. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari serat poliester tanpa dan dengan modifikasi? 6. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari serat poliester tanpa dan dengan modifikasi terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. mengetahui karakteristik serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak, 2. mengetahui karakteristik serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak dan senyawa HDTMS, 3. mengetahui pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap hidrofobisitas (wettability) serat poliester tanpa dan dengan modifikasi, 4. mengetahui pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap aktivitas antibakteri serat poliester tanpa dan dengan modifikasi, 5. mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari serat poliester tanpa dan dengan modifikasi, 6. mengetahui adanya perbedaan yang signifikan dalam hal aktivitas antibakteri dari serat poliester tanpa dan dengan modifikasi terhadap bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus. 6 F. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan dapat memberi nilai guna antara lain: 1. menambah khasanah ilmu khususnya bidang polimer, 2. mengembangkan modifikasi pada polimer dari bahan sintetik dengan sifat antibakteri dan antikotor, 3. memberikan informasi tentang pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap hidrofobisitas (wettability) serat poliester tanpa dan dengan modifikasi, 4. memberikan informasi tentang pengaruh penambahan senyawa HDTMS terhadap aktivitas antibakteri serat poliester tanpa dan dengan modifikasi. 7