1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan memiliki peran penting agar kelangsungan hidup manusia berjalan dengan baik. Masalah kesehatan yang sering terjadi umumnya akibat lingkungan yang kotor dan makanan yang tercemar mikroorganisme, sehingga menyebabkan penyakit. Mikroorganisme yang menimbulkan penyakit pada manusia umumnya berasal dari golongan bakteri. Bakteri yang merugikan dan menimbulkan penyakit disebut sebagai bakteri patogen (Pelczar dan Chan 2005). Bakteri patogen dapat merugikan kesehatan manusia sehingga perlu diatasi dengan menggunakan antibakteri yang tepat. Antibakteri merupakan senyawa kimia yang memiliki fungsi menghambat pertumbuhan maupun membunuh sel bakteri (Madigan et al. 2009). Antibakteri dapat berupa senyawa sintetik maupun senyawa yang berasal dari bahan alami (natural product). Senyawa sintetik berpotensi menimbulkan efek negatif yang dapat mengganggu kesehatan, misalnya kanker (Gold dan Slone 1999). Hal ini memicu perlunya pencarian alternatif bahan alami sebagai antibakteri yang aman bagi kesehatan manusia, dan salah satu sumber penghasil antibakteri alami adalah mikroalga. Mikroalga umumnya mengandung komponen aktif yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pharmaceutical, neutraceutical, bahan tambahan pakan, dan kosmetik (Barsanti dan Gualtieri 2006). Komponen aktif mikroalga banyak diaplikasikan sebagai obat bagi manusia maupun hewan serta pertanian (Borowitzka 1995). Berbagai potensi mikroalga yang telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri (Uma et al. 2011); antihiperglikemik (Rahman 2011); antitumor dan antimikroba (Taskin et al. 2010); antimikroba (Abedin dan Taha 2008); antioksidan (Marxen et al. 2007); dan aktivitas antibakteri (Kusmiyati dan Agustini 2007). Salah satu jenis mikroalga yang memiliki potensi dalam bidang pharmaceutical adalah Porphyridium cruentum. Mikroalga P. cruentum memiliki komponen (Rahman aktif 2011); yang dapat antioksidan dimanfaatkan (Garcia dan sebagai Guerrero antihiperglikemik 2008); antibakteri (Kusmiyati dan Agustini 2007); dan antivirus (Fabregas et al. 1999). Potensi dari 2 P. cruentum ini dapat menjadi suatu peluang dalam pengembangan sumber daya perairan untuk diaplikasikan dalam bidang yang lebih luas. Menurut Kusmiyati dan Agustini (2007), mikroalga P. cruentum yang ditumbuhkan dalam media Becker dapat menghasilkan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode ekstraksi bertingkat menggunakan pelarut diklorometan. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa P. cruentum memiliki aktivitas untuk menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli. Faktor penting dalam pertumbuhan mikroalga, antara lain nutrisi dalam media pertumbuhannya. Mikroalga P. cruentum umumnya ditumbuhkan dalam media Becker (Becker 1994) yang harganya relatif mahal. Larastri (2006) melaporkan bahwa substrat biocrete yang ditambah pupuk (NPSi) dengan konsentrasi P sebesar 0,2 ppm menghasilkan biomassa mikroalga Cyclotella tertinggi. Setyaningsih (2010) melaporkan bahwa Chaetoceros gracilis dalam media NPSi memiliki aktivitas antibakteri yang dapat menghambat bakteri Gram positif dan negatif. Penelitian ini menggunakan media pupuk dan modifikasi media Becker sebagai media alternatif dalam menumbuhkan P. cruentum. Data mengenai pertumbuhan P. cruentum dalam media tersebut belum diketahui sehingga perlu kajian lebih lanjut mengenai pola pertumbuhan dan aktivitas antibakteri yang dihasilkan. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1) Menentukkan pola pertumbuhan Porphyridium cruentum menggunakan modifikasi media Becker dan media pupuk. 2) Mengukur aktivitas antibakteri dari ekstrak Porphyridium cruentum terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus subtilis, Bacillus cereus, dan Escherichia coli.