I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budidaya perikanan merupakan upaya pemeliharaan baik pembesaran maupun pembenihan di dalam lingkungan perairan terbatas atau tertutup maupun semi tertutup untuk meningkatkan produktivitas atau kualitas di atas kemampuan alami dengan berbagai manipulasi tempat, air, ikan, sarana atau prasarana. Intensifikasi budidaya perikanan biasanya selalu diikuti oleh timbulnya kendala-kendala yang merugikan pembudidaya. Munculnya penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit, bakteri maupun virus merupakan kendala dalam kegiatan budidaya perikanan. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi pada ikan air laut adalah Vibrio spp., yang menimbulkan penyakit yang disebut dengan vibriosis (Kordi, 2004). Penularan penyakit vibriosis ini dapat terjadi melalui air atau kontak langsung antar ikan dan menyebar sangat cepat pada ikan-ikan yang dipelihara dengan kepadatan tinggi. Oleh sebab itu penanggulangan penyakit ini sangat penting. Penanggulangan penyakit infeksi bakterial dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pemberian vaksin, imunostimulan, probiotik, prebiotik, menghindari terjadinya stres, pengelolaan ikan secara terpadu ataupun dengan antibakteri (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2009). Penyakit infeksi dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar, karena dapat menyebabkan kematian massal ikan. Untuk mengurangi dampak akibat penyakit infeksi tersebut dilakukan perbaikan kondisi budidaya, pencegahan dengan vaksin, pengkayaan pakan dengan imunostimulan dan penggunaan antibakteri guna mengobati ikan yang telah terinfeksi. Tingginya kasus infeksi bakteri dan meningkatnya resistensi bakteri terhadap beberapa macam antibiotik serta belum adanya antibakteri yang spesifik untuk melawan patogen ikan menunjukkan pentingnya penelitian tentang pencarian senyawa antibakteri baru untuk ikan. Alga merah dari Gunung Kidul dipilih sebagai obyek penelitian karena alga merah kaya metabolit sekunder (Maschek dan Baker, 2008). Keragaman alga merah di perairan Gunung Kidul belum dimanfaatkan pada budidaya ikan. Salah satu peranan metabolit sekunder adalah sebagai alat pertahanan diri terhadap patogen, parasit, predator, ataupun kompetitor. Sifat metabolit sekunder sebagai alat pertahanan diri organisme laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan antibakteri (Lavanya dan Veerappan, 2011). G. edulis merupakan salah satu spesies dari alga merah yang dipilih 1 sebagai obyek pada penelitian ini karena pada uji preliminary menunjukkan aktivitas antibakteri, namun demikian senyawa aktif tersebut belum diidentifikasi dan aktivitas antiVibrio perlu dikaji lebih dalam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profiling kimiawi pada ekstrak etil asetat dan fraksi aktif G. edulis dan kajian lebih dalam tentang aktivitas antiVibrio. B. Rumusan Masalah Vibriosis merupakan penyakit infeksi pada ikan yang disebabkan oleh bakteri Vibrio spp. Cara penanggulangan penyakit tersebut selain dengan cara vaksinasi, manajemen budidaya, pemberian imunostimulan juga dengan pengobatan setelah terjadinya infeksi. Pencarian senyawa antibakteri baru yang dapat menghambat atau membunuh Vibrio spp. sangat diperlukan dalam menanggulangi penyakit infeksi. Identifikasi senyawa antibakteri dari G. edulis perlu dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang bertanggung jawab pada aktivitas biologisnya. C. Tujuan 1. Mengetahui aktivitas antiVibrio ekstrak etil asetat G. edulis dan fraksinya 2. Mengidentifikasi kandungan ekstrak dan fraksi aktif G. edulis D. Manfaat Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi mengenai aktivitas ekstrak etil asetat G. edulis dan fraksinya terhadap Vibrio spp. 2. Memberikan sumbangan di bidang budidaya perikanan mengenai alternatif pemecahan masalah dalam mengatasi infeksi Vibrio spp. pada budidaya ikan air laut. 3. Memberikan sumbangan pada literatur primer golongan senyawa yang mempunyai manfaat aktivitas antiVibrio yang terdapat pada G. edulis. 2