BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah serat poliester, serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak, serat poliester terdeposit senyawa HDTMS, dan serat poliester terdeposit dengan nanopartikel perak dan HDTMS. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah aktivitas antibakteri, sudut kontak, dan gugus fungsi pada serat poliester, serat poliester terdeposit nanopartikel perak, serat poliester terdeposit senyawa HDTMS, dan serat poliester terdeposit dengan nanopartikel perak dan HDTMS. B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas dari penelitian ini adalah jenis kain, meliputi: serat poliester (P), serat poliester yang terdeposisi nanopartikel perak (P-Ag), serat poliester terdeposit senyawa HDTMS (P-HDTMS), dan serat poliester terdeposit dengan nanopartikel perak dan HDTMS (PAg-HDTMS) serta jenis mikroorganisme meliputi bakteri Eschericia coli dan Staphylococcus aureus 30 2. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antibakteri, gugus fungsi, dan sudut kontak serat poliester, serat poliester yang terdeposit nanopartikel perak, serat poliester terdeposit senyawa HDTMS, dan serat poliester yang terdeposit dengan nanopartikel perak dan HDTMS. 3. Variabel Kontrol Variabel kontrol pada penelitian ini adalah kondisi saat sintesis nanopartikel perak, kondisi saat deposit nanopartikel perak dan penambahan HDTMS, media pertumbuhan bakteri, dan kondisi saat inkubasi. C. Instrumen Penelitian 1. Alat a. FTIR-ATR i. Hot plate-Magnetic b. Spektrofotometer UV- stirrer Vis Shimadzu UV- j. Neraca analitik 2400PC Series k. Kamera c. Laminar Air Flow l. Alat-alat gelas (LAF) m. Pembakar bunsen d. Inkubator n. Jangka sorong e. Oven o. Tip pippet f. Autoclave p. Termometer g. Regulator gas nitrogen q. Drigalsky h. Shaker r. Ose kolong 31 2. Bahan-Bahan a. Serat Poliester g. Etanol 96% (Sigma- b. Perak nitrat padatan Aldrich) (AgNO3) (Merck) h. Etanol 70% c. Trisodium sitrat i. Gas Nitrogen (C6H5O7Na3) (Merck) j. Spritus d. Polivinil alkohol (PVA) k. Escherichia coli ATCC (Merck) 35218 e. Akuades l. Staphylococcus aureus f. Heksadesiltrimetoksisil ATCC 25923 an (HDTMS) m. Nutrient Agar (NA), (Sigma-Aldrich) n. Nutrient Broth (NB) D. Tahapan Penelitian 1. Preparasi Nanopartikel Perak dengan Metode Reduksi Larutan AgNO3 Sintesis nanopartikel perak dilakukan menggunakan metode reduksi larutan AgNO3 (Haryono, dkk., 2008). Metode reduksi ini termasuk ke dalam metode “bottom-up” dimana atom-atom atau molekul-molekul yang berukuran kecil diolah menjadi partikel yang berukuran nanometer. Preparasi nanopartikel perak pada penelitian ini menggunakan trisodium sitrat (C6H5O7Na3) digunakan sebagai agen atau zat pereduksi dan polivinil alkohol (PVA) sebagai agen penstabil. Proses diawali 32 dengan membuat larutan PVA 0,5%. PVA dilarutkan dalam 100 mL air hangat di dalam labu leher tiga sambil diaduk hingga homogen. Larutan AgNO3 dibuat dengan melarutkan 0,0679 gram perak nitrat dalam 250 mL akuades. Kemudian larutan AgNO3 0,001 M sebanyak 250 mL ditambahkan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga mencapai suhu ± 90oC. Reduktor trisodium sitrat 10% sebanyak 20 mL ditambahkan tetes demi tetes ke dalam labu leher tiga. Larutan direfluks selama ± 5 jam dan selama proses berlangsung larutan diaduk serta dialiri gas nitrogen. Pemanasan dihentikan setelah perubahan warna terjadi. Pengadukan terus dilakukan hingga suhu koloid mencapai suhu kamar. Selanjutnya koloid nanopartikel perak yang hasil preparasi dikarakterisasi menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. 2. Deposit Nanopartikel Perak pada Serat Poliester Penelitian ini menggunakan sampel serat poliester dengan ukuran 10 cm x 10 cm. Deposit nanopartikel pada serat poliester dilakukan dengan metode pencelupan. Sampel serat poliester direndam dalam koloid nanopartikel perak dalam Erlenmeyer 50 mL kemudian dipusingkan menggunakan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam. Sampel yang telah direndam dan dipusingkan kemudian dikeringkan pada suhu 70oC dalam oven. 3. Modifikasi Permukaan Serat Poliester dengan Senyawa HDTMS Sampel P dan P-Ag dicelupkan ke dalam HDTMS yang telah dilarutkan dalam etanol 4%. Campuran etanol dan HDTMS diaduk selama 6 jam sebelum diaplikasikan pada sampel. Pencelupan sampel 33 dalam larutan HDTMS ini dilakukan selama 60 menit pada temperatur kamar menggunakan shaker dengan kecepatan 150 rpm. Sampel P dan P-Ag yang telah direaksikan dengan HDTMS dikeringkan pada suhu 80oC selama 10 menit kemudian dilanjutkan dengan proses curing pada 130oC selama 60 menit. 4. Karakterisasi a. Karakterisasi Nanopartikel Perak dengan Spektrofotometer UV-Vis Nanopartikel perak dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Absorbansi larutan AgNO3 diukur terlebih dahulu dengan akuades sebagai blanko. Kemudian koloid nanopartikel perak yang berhasil disintesis diukur absorbansinya dengan akuades sebagai larutan blanko. Spektra UV-Vis larutan AgNO3 menunjukkan serapan khas di sekitar panjang gelombang 200 nm (Sharma et al., 2009). Setelah terbentuk nanopartikel perak (Ag0) maka puncak akan bergeser ke daerah sekitar panjang gelombang 410 nm (Junaedi, dkk., 2015). Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang menunjukkan serapan pada panjang gelombang 408 nm (Zhang et al., 2009), 400 nm (de Faria et al., 2014) dan 422 nm (Sharma et al., 2009) sebagai bukti keberhasilan pembentukan nanopartikel perak. 34 b. Karakterisasi Gugus Fungsi menggunakan FTIR-ATR (Fourier Transform Infrared-Attenuated Total Reflectance) Analisis gugus fungsi dilakukan menggunakan Spektrofotometer Fourier Transform Infrared-Attenuated Total Reflectance (FTIR-ATR) di Akademi Teknik Kulit (ATK) Yogyakarta. Analisis FTIR-ATR menghasilkan spektrum IR yang memperlihatkan hubungan antara %T dan bilangan gelombang. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi yang ada pada sampel P, P-Ag, P-HDTMS, dan P-AgHDTMS serta. c. Uji Hidrofobisitas Suatu material dikatakan memiliki permukaan yang hidrofob bila sudut kontaknya lebih dari 90o dan bila sudut kontaknya lebih dari 150o maka permukaan tersebut disebut superhidrofob. Sifat antikotor (hidrofob) dari sampel diukur menggunakan pengukuran besar sudut kontak (θ) antara cairan dan permukaan sampel. Sampel ditempatkan di atas permukaan meja atau papan yang datar kemudian dipasangkan pipet diatasnya dengan statif atau alat bantu lainnya. Cairan diteteskan dari ketinggian 1 cm dari sampel dengan volume sebanyak 0,01 mL. Pengukuran sudut kontak serat poliester tanpa dan dengan modifikasi dilakukan dengan menempatkan kain pada 35 bidang datar kemudian posisikan kain hingga permukaannya rata. Kemudian akuades diteteskan di atas permukaan kain dengan pipet tetes dari ketinggian 1 cm dari sampel. Setelah beberapa saat tetesan akuades difot menggunakan kamera. Setelah gambar dicetak, sudut kontak diukur menggunakan busur pada kedua sisi tetesan. Kemudian dihitung rata-rata antara kedua sudut yang terbentuk. Suatu material dikatakan memiliki permukaan yang hidrofob bila sudut kontaknya lebih dari 90o dan bila sudut kontaknya lebih dari 150o maka permukaan tersebut disebut superhidrofob. Jika sudut kontak yang terbentuk semakin besar maka sifat antikotor material juga meningkat. d. Uji Aktivitas Antibakteri Aktivitas antibakteri P, P-Ag, P-HDTMS dan P-AgHDTMS dilakukan terhadap Escherichia coli ATCC 35218 sebagai bakteri gram negatif dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 sebagai bakteri gram positif. Sebelum dilakukan uji aktivitas antibakteri, media nutrient agar (NA) dan nutrient broth (NB) harus dibuat terlebih dahulu. Kemudian media dan alat-alat disterilisasi sebelum digunakan. Bakteri Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 diremajakan pada media agar miring berupa nutrient agar (NA) untuk membuat inokula. 36 Bakteri diinokulasikan dengan mengambil satu ose bakteri dari isolat induk kemudian dipindahkan ke media padat dengan cara menyayat tipis rapat secara zig zag dari bawah sampai atas pada media miring kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC. Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang telah diremajakan diinokulasi ke dalam media cair berupa nutrient broth (NB). Satu koloni bakteri yang tumbuh pada media miring diambil menggunakan ose steril kemudian diinokulasi pada media cair dalam botol kutur dan diinkubasi selam 24 jam pada suhu 37oC. Setelah 24 jam, biakan pada media cair diuji menggunakan Spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui nilai Optical Density (OD) telah mencukupi atau belum. Optical density 1 menunjukkan bahwa dalam 1 mL biakan terdapat sebanyak 1x108 mikroba. Apabila OD telah menunjukkan nilai 1 atau lebih maka biakan dapat diinokulasi pada media padat. Inokulasi mikroba dalam media padat NA dalam petri menggunakan metode spread plate. Sebanyak 100 µl biakan cair dalam media NB dipindahkan dalam petri menggunakan tip pipet secara aseptik. Kemudian diratakan menggunakan drigalsky. Sampel P, P-Ag, P-HDTMS, dan P-Ag-HDTMS yang telah dipotong bulat menggunakan pelubang kertas (diameter 37 0,6 cm) diletakkan di atas biakan mikroba dalam petri tersebut, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC. Zona hambat sampel P, P-Ag, P-HDTMS, dan P-AgHDTMS dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 diukur menggunakan jangka sorong tiap 3 jam selama 96 jam. Zona bening di sekitar potongan sampel menunjukkan daya penghambatan aktivitas pertumbuhan bakteri. Semakin besar diameter zona bening, berarti semakin efektif penghambatan sampel poliester. E. Teknik Analisis Data Karakteristik serat poliester dianalisis secara deskriptif. Hasil uji aktivitas antimikroba yang diperoleh berupa diameter zona penghambatan pertumbuhan bakteri. Hasil ini dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan uji statistika ANOVA untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas antibakteri yang signifikan dadi keempat sampel poliester. Apabila terdapat signifikansi, maka dilanjutkan dengan uji lanjut Least Significant Different (LSD) dan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Uji t-Independent dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan aktivitas antibakteri keempat sampel yang spesifik terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. 38