Komunikasi Pemasaran

advertisement
1
MAKALAH KOLOKIUM
Nama pemrasaran/NIM
Departemen
Pembahas/NIM
Dosen Pembimbing/NIP
Judul Rencana Penelitian
Tanggal dan Waktu
: Sakinah Siregar/ I34100002
: Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
: Putri Rodiah Sumantapura/ I34100002
: Ir. Yatri Indah Kusumastuti,M.Si / 19660714 199103 2002
: Analisis Hubungan Komunikasi Pemasaran Dengan Keputusan
Konsumen Dalam Memilih Produk E-YOCI Hommamade Yoghurt,
Cisarua – Bogor
: 21 Maret 2014, 15.00-16.00 WIB
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan industri pertanian dan peternakan dewasa ini semakin menunjukkan
kontribusinya tarhadap peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional, baik dalam lingkup
peternakan yang memiliki skala usaha kecil, menengah ataupun skala usaha besar. Terbukti
dengan perhatian pemerintah dalam mengawal perkembangan peternakan Indonesia. Hal yang
menarik dari fenomena yang ada saat ini adalah, dari ketiga skala usaha yang berkembang
tersebut, usaha kecil, termasuk di dalamnya usaha rumah tangga ternyata memiliki peranan yang
cukup besar dalam peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional tersebut.
Faktor kemudahan untuk mendirikan usaha rumah tangga, organisasi usaha dan
pengelolaannya yang relatif sederhana, akses modal yang didukung penuh oleh pemerintah
dengan berbagai macam program penyaluran bantuannya, serta perputaran modal yang relatif
cepat menjadi salah satu alasan banyak berkembangnya bisnis-bisnis yang berskala rumah
tangga saat ini. Berikut pada Tabel 1 adalah data yang memperlihatkan kinerja perekonomian
nasional melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada usaha skala kecil, menengah, UKM, dan
usaha skala besar yang mencakup sembilan jenis sektor berdasarkan lapangan usahanya
Tabel 1. Peran PDB Usaha Kecil, Menengah, dan Besar Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2006-2007.
NO
1.
Lapangan Usaha
Pertanian, Perkebunan,
Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan.
2.
Pertambangan Dan
Penggalian
3.
Industri Pengolahan
4.
Listrik, Gas, dan Air Bersih
5.
Bangunan
6.
Perdagangan, Hotel, dan
Restauran
7.
Pengangkutan dan
Komunikasi
8.
Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
9.
Jasa-jasa
PDB
PDB Tanpa Migas
Sumber : Badan Pusat Statistik (2007).
Rata-Rata 2006-2007 (Persen)
Kecil Menengah UKM Besar Jumlah
86,90 8,85
95,75 4,25
100,00
8,15
3,26
11,41 88,59
100,00
12,25
0,53
44.94
74,19
11,35
7,58
21,12
22,26
23,90
81,11
66,06
96,45
76,10
91,89
33,94
3,55
100,00
100,00
100,00
100,00
27,93
25,03
52,96 47,04
100,00
16,56
47,16
67,32 36,68
100,00
39,24
37,67
42,25
7,94
15,88
17,20
47,18 52,82
53,55 46,45
59,95 40,05
100,00
100,00
100,00
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa usaha kecil memiliki kontribusi terbesar pada PDB
(tanpa migas) yaitu sebesar 42,25 persen. Sektor lapangan usaha pertanian, perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam skala kecil terlihat secara signifikan memberikan
2
kontribusi terbesar diantara sektor lainnya bagi PDB nasional, yaitu sebesar 86,90 persen. Hal
inilah yang kemudian menjadi bukti akan peran strategis yang dimiliki sektor usaha kecil dalam
upaya peningkatan pertumbuhan perekonomian nasional, terlebih pada sektor usaha pertanian,
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan.
Pada sektor peternakan, perkembangan usaha peternakan nasional secara umum di dominasi
oleh kawasan kepulauan Jawa Indonesia. Di samping Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat secara
nyata memberikan gambaran potensial terhadap perkembangan industri peternakan baik skala
kecil, menengah, ataupun skala besar. Peternakan sapi sebagai salah satu ternak unggulan di
dalamnya terbukti memberikan gambaran yang menarik akan potensi pengembangan usaha
tersebut pada masa yang akan datang.
Yoghurt merupakan salah satu olahan susu yang sudah dikenal masyarakat umum dewasa
ini. Pada mulanya yoghurt merupakan minuman tradisional masyarakat daerah Balkan dan Timur
Tengah. Perkembangan selanjutnya, menunjukkan bahwa yoghurt menjadi produk pangan yang
diterima dengan baik oleh masyarakat umum di seluruh dunia. Yoghurt dapat dibuat dari berbagai
jenis susu hasil perahan ternak dan susu kacang kedelai. Akan tetapi produksi yoghurt saat ini
didominasi oleh susu yang berasal dari susu sapi.
Minat masyarakat terhadap yoghurt dikarenakan yoghurt memiliki citarasa yang khas, lembut,
asam, segar, dan memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh. Manfaat ini diperoleh dari
kandungan bakteri probiotik pada yoghurt yang berguna bagi pencernaan makanan dalam usus
manusia. Namun demikian patut disadari bahwa perkembangannya saat ini lebih mengarah pada
gaya hidup di kalangan masyarakat menengah ke atas, sehingga seringkali manfaat kesehatan
yang seharusnya ada pada produk-produk yoghurt yang ada saat ini mulai berkurang dan disadari
mulai mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat.
Besarnya minat masyarakat Indonesia terhadap yoghurt salah satunya dapat dilihat melalui
data impor yoghurt yang mengalami kecenderungan meningkat sejak tahun 2004 Pada tahun 2008
(Januari-Oktober), Kementerian Perindustrian mencatat bahwa jumlah impor yoghurt nasional
sebanyak 734.985 kg. Volume tersebut mengalami penurunan sebesar 44,87 persen dari tahun
sebelumnya. Meskipun demikian, volume impor yoghurt nasional sempat mengalami peningkatan
yang signifikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 321,1 persen.
Tingginya kebutuhan yoghurt nasional memberikan peluang yang besar bagi para pengusaha
produk olahan susu, terutama yoghurt. Melihat peluang tersebut, beberapa produsen susu telah
memanfaatkan peluang ini untuk masuk ke dalam industri yoghurt termasuk salah satu
diantaranya adalah usaha rumah tangga E-YOCI Homemade Yoghurt Eryf Farm. E-YOCI
Homemade Yoghurt Eryf Farm yang selanjutnya ditulis dengan E-YOCI (Eryf Yoghurt Cisarua)
merupakan produk baru hasil produksi peternakan perseorangan milik Bapak Eryf yang bernama
Eryf Farm. Usaha E-YOCI yang dikelola sendiri oleh Ibu Tuti Sulastri yang merupakan isteri dari
Bapak Eryf ini menjadi salah satu usaha rumahan yang menghasilkan produk olahan susu berupa
Yoghurt dengan perkembangan usaha yang cukup baik dalam satu tahun perjalanan usaha
mereka belakangan ini.
Karena usaha ini terbilang baru maka menjadikan pembeli sebagai prioritas, dan
mensosialisasikan secara terus menerus mengenai pentingnya Yoghurt. Dalam memasarkan
produknya, E-YOCI memiliki strategi tersendiri untuk mengatasi persaingan dengan produk
yoghurt lainnya. Namun, karena baru beberapa tahun didirikan, E-YOCI belum memiliki konsep
komunikasi pemasaran yang baik dan matang. E-YOCI baru memanfaatkan dua bauran
komunikasi pemasaran dalam memasarkan produknya kepada calon konsumen. Bauran
komunikasi pemasaran yang digunakan E-YOCI saat ini, yaitu Word Of Mouth (WOM) atau mulut
ke mulut dan pemasaran langsung melalui media twitter. Kedua bauran komunikasi pemasaran
tersebut digunakan dalam memasarkan produk E-YOCI dan juga berhubungan langsung dalam
membuat konsumen mengambil keputusan untuk membeli produk E-YOCI tersebut. Berdasarkan
uraian di atas, hubungan antara komunikasi pemasaran yang dilakukan E-YOCI dengan
keputusan menghadapi penjual yang menjual produk sejenis. Komunikasi pemasaran yang
dilakukan E-YOCI juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
keberadaan E-YOCI sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba membeli produk tersebut atau
mengunjungi E-YOCI. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji apakah pelaksanaan
komunikasi pemasaran yang dilakukan dapat menarik masyarakat untuk berkunjung dan membeli
produk yang ditawarkan.
3
Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibangun beberapa masalah penelitian yang dapat
dirumuskan oleh pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Sejauh mana tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan,
frekuensi penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi pemasaran dalam kegiaatan
komunikasi pemasaran E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor?
2. Bagaimanakah hubungan karakteristik pengunjung dengan perilaku konsumen E-YOCI
Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor?
3. Bagaimanakah hubungan komunikasi pemasaran dengan perilaku konsumen E-YOCI
Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi tingkat kekuatan rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan,
dalam kegiatan komunikasi pemasaran E- YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor.
2. Menganalisis hubungan karakteristik pengunjung dengan perilaku konsumen E- YOCI
Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor.
3. Menganalisis hubungan komunikasi pemasaran dengan perilaku konsumen YOCI
Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai komunikasi pemasaran
yang dilakukan dalam memasarkan produk E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor dan
melihat sejauh mana komunikasi pemasaran tersebut mempengaruhi perilaku konsumen dalam
memilih produk. Secara lebih khusus, penelitian ini akan bermanafat bagi beberapa pihak, yakni:
1. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian –penelitian
selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki
kelemahan-kelemahan dari penelitian ini.
2. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk mengenal produk
olahan pertanian, khususnya E-YOCI, sehingga masyarakat tertarik untuk mencoba
dan membeli. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan sebuah
penilaian masyarakat mengenai komunikasi pemasaran yang dilakukan dari produk EYOCI itu sendiri.
3. Bagi instansi terkait
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan perbaikan dalam
meningkatkan kualitas produk serta komunikasi pemasaran yang dilakukan, sehingga
produk tersebut semakin dikenal masyarakat dan memiliki pasar yang luas.
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi
4
Komunikasi telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Menurut Scramm
(1955) dalam Shimp (2003), komunikasi merupakan proses menciptakan suatu kesamaan
(commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim dengan penerima. Kesamaan
pemikiran ini membutuhkan adanya hubungan saling berbagi (sharing) antara pengirim dengan
penerima. Kedua pihak, pengirim maupun penerima pesan, harus menjadi partisipan yang aktif
agar pemikiran dapat saling dibagi.
Semua aktivitas komunikasi melibatkan delapan elemen, seperti sumber, penerjemahan,
pesan, saluran, penerima, interpretasi, gangguan, dan umpan balik (Shimp 2003). Sumber adalah
orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan untuk berkomunikasi. Sumber inilah
yang berinisiatif untuk berkomunikasi yang kemudian menerjemahkan pesan atau pemikiran yang
telah disampaikan dalam bentuk simbol, tanda-tanda, kalimat atau unsur non-verbal. Pesan
tersebut dapat berupa ide atau tujuan yang dikemukakan dalam bentuk kode atau kumpulan
simbol yang tersusun secara sistematis. Pesan dapat disampaikan secara langsung ataupun tidak
langsung kepada penerima. Setelah penerima menerima pesan, maka penerima akan
menginterpretasikan atau mengartikan pesan yang telah disampaikan tersebut. Pesan yang
melewati sebuah saluran penyampaian pesan dipengaruhi oleh stimulus-stimulus eksternal yang
sering disebut sebagai noise atau gangguan. Gangguan tersebut mengakibatkan pesan yang
diterima oleh penerima menjadi kurang akurat, sehingga mempengaruhi umpan balik. Umpan balik
yaitu respon penerima yang diterima oleh sumber. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan
seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya
akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan
tersebut.
Komunikasi Pemasaran
Komunikasi mempunyai keterkaitan yang erat dengan pemasaran karena keduanya berfungsi
untuk menyampaikan suatu pesan guna mencapai tujuan perusahaan. Komunikasi dan
pemasaran tidak dapat dipisahkan karena komunikasi dan pemasaran memegang peranan yang
sangat penting bagi dunia bisnis. Tanpa adanya komunikasi dalam pemasaran, masyarakat
khususnya konsumen tidak akan mengetahui tentang keberadaan suatu produk atau barang dan
jasa . Konsep penting pemasaran adalah pertukaran. Pertukaran yang dimaksud adanya kurang
lebih dua pihak yang mempunyai tujuan yang sama dan memperoleh kepuasan. Di dalam
komunikasi pemasaran kita mengenal dengan sebutan strategi komunikasi.
Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen
komunikasi untuk mencapai, sehingga untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan bisa berbeda-beda tiap sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi
(Effendy,1993:301). Dari definisi Schultz yang dikutip Alifahmi (2008:xix) beberapa hal yang perlu
digaris bawahi terkait dalam komunikasi pemasaran adalah bahwa semua fungsi manajemen
strategis atau bisnis strategis (perencanaan atau formulasi, implementasi hingga evaluasi strategi),
program komunikasi merek yang persuasive dalam jangka panjang seperti (promosi, PR, iklan,
hingga pelayanan pelanggan), menjangkau khalayak internal dan eksternal (stakeholder) serta
mencapai tujuan finansial jangka pendek dan membangun nilai jangka panjang bagi suatu merek
dan pemegang saham. Berdasarkan definisi diatas maka komunikasi pemasaran adalah
menggabungkan ketiga disiplin ilmu dan profesi yakni strategi, pemasaran, dan komunikasi.
PERANAN KOMUNIKASI PEMASARAN
Kusumastuti (2009) menyatakan hubungan antara pemasaran dengan komunikasi sangatlah
erat. Tanpa komunikasi dalam pemasaran, masyarakat khususnya konsumen tidak akan
mengetahui keberadaan suatu produk. Peran komunikasi dalam transaksi pertukaran terjadi
proses komunikasi langsung maupun tidak langsung. Beberapa peran komunkasi dalam transaksi
pertukaran adalah sebagai berikut:
1. Memberi informasi dan membuat konsumen menyadari keberadaan produkyang
ditawarkan. Melalui komunikasi pemasaran, konsumen potensialdibujuk agar berhasrat
masuk kedalam hubungan pertukaran.
5
2. Mengingatkan konsumen tentang keberadaan produk. Konsumen diingatkanbahwa produk
yang sejak dulu dikenal masih tetap ada dan hingga saat ini masih tersedia di pasaran.
3. Membujuk konsumen (pelanggan) dan konsumen potensial untuk melakukan pembelian.
Pesan- pesan yang disampaikan bersifat persuasif yaitu membujuk mereka untuk
melakukan tindakan pembelian.
4. Menunjukkan perbedaan ( differentiating) produk yang dtawarkan oleh perusahaan dengan
perusahaan lain. Pemasar membedakannya dengan menanamkan persepsi tertentu
kepada konsumen, seolah-olah produk yang ditawarkan memang berbeda dari produk
lainnya.
5. Menghantarkan nilai-nilai sosial pada masyarakat. Berdasarkan konsep periklanan, suatu
iklan akan menarik bila menampilkan daya tarik (appeal) tertentu, sesuai dengan batasbatas nilai moral yang berlambang dalam masyarakat.
Bauran Komunikasi Pemasaran
Konsep penting pemasaran adalah pertukaran. Didalam komunikasi pemasaran dikenal
dengan sebutan bauran pemasaran, yang mana terdiri dari product, price, promotion, dan place.
Bauran pemasaran membentuk faktor-faktor keputusan kunci dalam setiap rencana pemasaran
termasuk dalam rencana pemasaran produk pertanian. Sebagaimana pendapat Fandy Tjiptono
(2004) bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk
membentuk karakteristik barang/jasa yang ditawarkan kepada pelanggan. Bauran pemasaran
dikelompokkan menjadi komponen 4-P, yakni:
1. Produk (Products)
Merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan
melalui pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa apa saja
(baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan
potensial untuk.memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Produk merupakan semua
yang ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, diperoleh dan digunakan atau dikonsumsi
untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang berupa fisik, jasa, orang, organisasi
dan ide.
2. Harga (Price)
Bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, harga menggambarkan
besarnya rupiah yang harus dikeluarkan seorang konsumen untuk memperoleh satu buah
produk dan hendaknya harga akan dapat terjangkau oleh konsumen sehingga yang harus
diperhatikan adalah bagaimana harga dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan karena
wisatawan sudah mengorbankan sejumlah uang untuk mendapatkan kepuasan, apabila
wisatawan tidak mendapatkan apa yang diinginkan maka yang terjadi adalah wisatawan
tidak mau lagi berkunjung kesana.
3. Saluran Distribusi (Place)
Merupakan keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para
wisatawan yang memungkinkan mereka dapat dengan mudah sampai pada tujuan.
Seseorang pasti lebih memilih tempat yang praktis dan terdekat dengan posisinya pada
saat itu.
4. Promosi (Promotion)
Menurut Kotler (2000), bauran promosi adalah ramuan khusus dari iklan pribadi, promosi
penjualan dan hubungan masyarakat yang dipergunakan perusahaan untuk mencapai
tujuan iklan dan pemasarannya. Bauran promosi yang dipilih oleh suatu perusahaan bagi
suatu produk atau jasa tergantung pada beberapa faktor: sifat produk, tahapan dalam daur
hidup produk, karakteristik target pasar, jenis keputusan pembelian, tersedianya dana
untuk promosi dan menggunakan baik strategi mendorong (push) maupun menarik (pull).
Promosi adalah kegiatan yang dilaksnakan dengan maksud menyampaikan produk atau
jasa yang akan ditawarkan pada calon konsumen atau wisatawan, kegiatan promosi
idealnya dilaksanakan secara berkesinambungan melalui beberapa media yang efektif
seperti pembuatan pamlet, brosur, kartu nama ataupun surat kabar yang menarik.
Untuk menyampaikan sesuatu kepada konsumen dan pihak-pihak terkait,pemasar memilih
aktivitas komunikasi tertentu, sering disebut elemen, fungsi ataualat (tool) yang terutama terdiri
dari periklanan, penjualan personal, dan promosi penjualan.Setiap brand contact membawa kesan
6
memperkuat atau justru memperlemah citra perusahaan di mata konsumen. Karena itu pemasar
mestimemadukan keseluruhan bauran pemasaran agar dapat efektif dalam mengkomunikasikan
pesan dan postioning strategis yang konsisten pada konsumen.
Tabel 2 Kerangka Umum Komunikasi Pemasaran
Iklan
Promosi
Iklan cetak dan
Kontes, game
siaran
Lotre
Kemasan luar
Premi –hadiah
Kemasan dalam
Samplin
Film
Pekan raya
Brosur Bruklet
Pameran
Posster- plaflet
dagang
Direktori
Demontrasi
Repriint of ad
Kupon
Baliho/billboard
Rabat
Display sign
Pembiayaan
Poin of
bunga rendah
purchase
Entertainment
Display
Tunjangan
Materi audio
Tukar tambah
visual
Tie- ins
Simbol atau
logo
Video tape
Sumber: Sulaksana (2003: 24)
Humas
Penjualan
Press kit
Pidato
Seminar
Laporan
tahunan
Sumbanan
amal
Sporsorship
Publikasi
Hubungan
masyarakat
Lobbying
Identity media
Masalah interen
Event
Penjualan
Personal
Presentasi
Rapat penjualan
Progran intensif
Sampel
Pekan raya
Pemasaran
Langsung
Katalog
Mailing
Telemarketing
Belanja internet
TV Shopping
Fax mail
E-mail
Voice mail
Perilaku Konsumen
Konsumen sering digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu konsumen individu dan konsumen
organisasi (Sumarwan 2002). Konsumen individu adalah mereka yang membeli barang dan/atau
jasa untuk digunakan oleh mereka sendiri. Konsumen individu juga mungkin membeli barang
dan/atau jasa untuk diberikan lagi kepada orang lain sebagai hadiah. Sedangkan, konsumen
organisasi meliputi organisasi bisnis, lembaga sosial, kantor pemerintah dan lain sebagainya yang
membeli barang dan/atau jasa atas dasar kebutuhan kegiatan organisasinya. Baik konsumen
individu maupun konsumen organisasi memiliki peranan yang sama dalam perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi. Konsumen individu dapat secara langsung mempengaruhi kemajuan dan
kemunduran sebuah perusahaan. Hal tersebut terjadi karena tanpa konsumen individu, produk
sebaik apapun tidak akan ada harganya jika tidak dibeli oleh konsumen individu.
Setiap jenis konsumen memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda, mulai dari usia, latar
belakang budaya, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi lainnya. Hal tersebut menyebabkan
perilaku setiap konsumen pun beragam. Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002),
menyebutkan bahwa istilah perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Perilaku konsumen merupakan
hal yang harus dipahami oleh seorang pemasar. Banyak faktor yang membuat perilaku konsumen
menjadi suatu unsur yang penting dalam proses pemasaran.
Menurut Sumarwan (2002), para pemasaran harus dapat memahami konsumen, dan
berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku, bertindak dan berpikir. Setiap konsumen
memiliki berbagai macam perbedaan namun mereka juga memiliki banyak persamaan. Apabila
para pemasar dapat memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen,
maka mereka akan mampu memasarkan produknya dengan baik. Selain itu, para pemasar yang
mampu memahami perilaku konsumen juga akan mampu mempengaruhi perilaku tersebut agar
sesuai dengan apa yang diinginkan pemasar.
Engel, Blackwell dan Miniard (1993) dalam Sumarwan (2002), mendefinisikan bahwa sikap
menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak disukai. Sikap terdiri atas tiga komponen,
7
yaitu kognitif, afektif dan konatif. Kognitif adalah pengetahuan, kepercayaan dan persepsi
konsumen terhadap informasi yang telah didapatkan melalui berbagai sumber. Afektif
menggambarkan emosi dan perasaan konsumen, sedangkan konatif lebih menunjukkan tindakan
seseorang atau kecenderungan perilaku terhadap suatu objek yang dilakukan oleh konsumen.
Sikap Konsumen Sebagai Pengunjung
Perilaku seorang konsumen merupakan gambaran dari sikapnya. Sikap merupakan salah satu
konsep penting yang digunakan oleh pemasaran untuk memahami konsumen. Menurut Allport
dalam Setiadi (2010), sikap adalah suatu mental dan syaraf sehubungan dengan kesiapan untuk
menanggapi, diorganisasikan melalui pengalaman, dan memiliki pengaruh yang mengarahkan
terhadap prilaku. Terdapat tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif, konatif. Tiga komponen
sikap ini jika dilihat dari proses pengambilan keputusan pembelian, memiliki hubungan antara satu
sama lain.
Kognitif adalah pengetahuan dan presepsi konsumen yang di di peroleh melalui pengalaman
dengan suatu objek sikap dan informasi dari berbagai sumber. Kognitif juga disebut sebagai
pengetahuan dan kepercayaankonsumen. Konatif menunjukan sifat seseorang atau
kecenderungan prilaku yang dilakukan olehseorang konsumen. Pengukuran sikap konsumen bagi
pemasar merupakan hal yang sangat penting. Dengan mengetahui sikap pemasar dalam
mengidentifikasi segmen manfaat, mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta
evaluasi strategi komunikasi pemasaran.
Karakteristik Konsumen
Perilaku konsumen berhubungan dengan karakteristik konsumen. Karakteristik konsumen
dapat mempengaruhi konsumen dalam proses pembelian atau mengkonsumsi suatu barang.
Setiap konsumen tidak peduli tua-muda, laki-laki atau wanita, kaya atau miskin, di kota atau di
desa, mengkonsumsi pangan setiap hari. Namun, konsumen juga membutuhkan barang lain selain
pangan. Menurut Sumarwan (2002), subbudaya bisa tumbuh dari adanya kelompok-kelompok di
dalam suatu masyarakat. Pengelompokkan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin,
lokasi tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Karakteristik konsumen yang berbeda tersebut dapat
dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu demografi, ekonomi dan sosial ekonomi. Budaya
yang ada dalam masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil atau
subbudaya. Demografi menggambarkan karakteristik penduduk, seperti usia, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi
geografis dan kelas sosial.
Perbedaan usia pada konsumen penting untuk dipahami karena perbedaan usia
menyebabkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap suatu produk atau merek produk.
Pendidikan dan pekerjaan merupakan dua aspek yang saling berhubungan karena pendidikan
yang ditempuh konsumen akan menghasilkan pekerjaan yang dilakukan. Kedua aspek tersebut
juga mempengaruhi konsumen dalam pola konsumsinya. Lokasi geografis juga merupakan aspek
penting karena lokasi tersebut menentukan akses konsumen dalam memperoleh produk yang
dikonsumsi. Akses yang dimiliki konsumen akan berbeda tergantung pada lokasi tempat tinggal
mereka. Lokasi tersebut menentukan apakah akses terhadap produk yang mereka konsumsi dapat
dengan mudah mereka peroleh sehingga mereka dapat melakukan proses pembelian dengan
mudah pula atau malah sebaliknya. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh seorang pemasar.
Pendapatan juga merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan oleh pemasar.
Pendapatan menggambarkan kemampuan seorang konsumen dalam membeli suatu produk.
Semakin tinggi pendapatan, maka semakin mampu konsumen membeli suatu produk dengan
merek tertentu. Selain itu, ada pula kelas sosial yang merupakan pengelompokkan masyarakat ke
dalam kelas atau kelompok yang berbeda. Kelas sosial akan mempengaruhi jenis produk, jenis
jasa, dan mereka yang dikonsumsi konsumen (Sumarwan 2002). Perbedaan kelas tersebut
berdasarkan pada perbedaan pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, gaya hidup dan
lain-lain.
Keputusan Konsumen
8
Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Sumarwan (2002), mendefinisikan keputusan sebagai
pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Seorang konsumen yang memiliki
pilihan juga harus memiliki alternatif dari pilihan tersebut. Alternatif pilihan harus dimiliki seorang
konsumen karena satu produk terdiri dari beberapa pilihan merek dan kualitas. Dengan adanya
alternatif pilihan yang telah dimiliki, maka akan memudahkan konsumen untuk mengambil
keputusan produk mana yang akan dibeli. Proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
konsumen diawali dengan langkah-langkah sebagai berikut (Sumarwan 2002):
1. Pengenalan kebutuhan
Pengenalan kebutuhan muncul ketika seseorang berada dalam sebuah keadaan di mana ada
perbedaan antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. Kebutuhan
perlu diaktifkan atau dimunculkan sebelum selanjutnya dikenali. Menurut Engel, Blackwell dan
Miniard (1995) dalam Sumarwan (2002), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengaktifan
kebutuhan, diantaranya waktu, perubahan situasi, pemilikan produk, konsumsi produk, perbedaan
individu dan pengaruh pemasaran.
1. Pencarian informasi
Tahap ini mulai muncul ketika kebutuhan telah diaktifkan dan dikenali. Konsumen yang telah
mengenali kebutuhannya akan mencari informasi mengenai produk yang dibutuhkannya tersebut.
Menurut Sumarwan (2002), pencarian informasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pencarian
dalam ingatannya (internal) dan pencarian informasi dari luar (eksternal). Pencarian informasi
tersebut bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai produk yang dibutuhkan konsumen,
mulai dari harga, tempat membeli, cara pembayaran, dan lain sebagainya.
2. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif dilakukan ketika konsumen mengevaluasi produk dan merek yang sesuai
dengan kebutuhan mereka. Dalam proses evaluasi ini, konsumen dapat membandingkan berbagai
macam produk dan merek tertentu sehingga akhirnya dapat memutuskan untuk membeli produk
dan merek yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Pada proses ini, konsumen
akan membentuk suatu sikap dan kepercayaan terhadap suatu produk yang akan mereka beli.
3. Menentukan alternatif pilihan
Setelah konsumen mengevaluasi alternatif produk dan merek tersebut, maka konsumen akan
menentukan alternatif pilihan. Pada proses ini, konsumen memiliki berbagai pilihan merek dan
produk yang perlu dipertimbangkan. Konsumen akan mengurangi jumlah pilihan-pilihan tersebut
untuk dipertimbangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan konsumen. Dalam
mempertimbangkan pilihan alternatif tersebut, konsumen mengelompokkan merek dan produk
yang menjadi pilihan agar lebih mudah dalam memilih produk dan merek yang tepat.
4. Menentukan pilihan produk
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam pengambilan keputusan. Pada tahap ini, konsumen
telah menentukan produk atau merek yang akan dipilihnya. Pengambilan keputusan tersebut
terdiri dari dua teknik utama, yaitu teknik kompensatori dan teknik non-kompensantori (Sumarwan
2002).
Para ahli komunikasi berpendapat bahwa lebih baik menggunakan iklan untuk melancarkan
komunikasi. Menurut Sinaga (2009), untuk melancarkan komunikasi tersebut dapat menggunakan
A-A Procedure atau from Attention to Action Procedure. Namun, konsep tersebut juga sering
dikenal sebagai konsep AIDDA, yaitu terdiri atas Attention, Interest, Desire, Decision dan Action.
Formula atau konsep tersebut terus berkembang dan mengalami perubahan. Perubahan formula
tersebut ditandai dengan adanya perubahan salah satu aspek, yaitu menjadi AIDCA. AIDCA terdiri
atas Attention, Interest, Desire, Conviction dan Action. Menurut Sinaga (2009), kedua konsep
tersebut memiliki perbedaan pada penyebutan tahap keempat, yaitu Decision dan Conviction,
meskipun keduanya mempunyai kesamaan maksa, yaitu tahap dalam mengambil keputusan.
Kedua konsep tersebut dapat menjelaskan bagaimana sebuah iklan atau media promosi lainnya
mampu mempengaruhi konsumennya untuk membuat keputusan dan akhirnya bertindak untuk
membeli produk yang diiklankan tersebut. Selain itu, konsep tersebut juga dapat mengukur sejauh
mana sebuah iklan mempengaruhi konsumennya untuk membeli produk yang dapat dilihat dari
masing-masing tahapan dari konsep tersebut.
Konsep AIDCA tersebut tidak hanya dapat diterapkan dalam naskah iklan, layout dan
tipografi saja, melainkan juga dapat diterapkan dalam pemilihan media, ukuran ruang iklan, dan
9
posisi iklan itu dalam sebuah media publikasi. Adapun penjelasan lebih rinci mengenai aspekaspek dalam konsep AIDCA tersebut, yaitu:
1. Perhatian (Attention)
Perhatian dapat diperoleh dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi atau dapat pula
memanfaatkan ukuran dan bentuk iklan itu sendiri. Umunya, posisi diatas sebelah kanan pada
halaman sebelah kanan akan meraih lebih banyak perhatian. Selain itu, atribut kreativitas juga
dapat dimanfaatkan untuk menarik perhatian, seperti warna, headline, ilustrasi, pilihan jenis huruf
dan lain sebagainya.
2. Ketertarikan (Interest)
Penggunaan perangkat kreatif tidak secara langsung dapat menarik perhatian orang kecuali
iklan itu sendiri yang berhasil meraih rasa ketertarikan mereka. Rasa tertarik mungkin dapat
dimunculkan dengan menggunakan pewarnaan yang menarik, gambar dan copy iklan yang
menarik. Keaslian penampilan dan penyusunan kalimat dalam copy iklan juga sangat berpengaruh
pada daya tarik iklan itu sendiri.
3. Keinginan (Desire)
Konsumen harus dibuat tertarik dan terdorong untuk menginginkan barang yang diiklankan
tersebut. Keinginan tersebut dapat dimunculkan dengan memberikan informasi mengenai
keuntungan yang akan didapat dengan membeli produk yang diiklankan. Selain itu, keinginan juga
timbul karena adanya proses pertukaran, di mana apabila konsumen membeli produk tersebut
maka yang mereka peroleh akan sebanding atau lebih baik dari harga yang telah mereka
bayarkan. Iklan tersebut juga harus lebih meyakinkan apa saja keuntungan yang akan didapat oleh
konsumen apabila mereka mengorbankan uang mereka untuk membeli barang yang diiklankan
tersebut.
4. Keyakinan (Conviction)
Menumbuhkan keinginan untuk membeli suatu produk pada konsumen merupakan hal yang
penting. Namun, terdapat hal yang lebih penting dari aspek tersebut, yaitu keyakinan. Setelah
keinginan muncul dalam diri konsumen, keyakinan juga harus ditumbuhkan untuk meyakinkan
bahwa barang tersebut memang layak dibeli karena akan memberikan kepuasan sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Keyakinan tersebut ditumbuhkan dengan menampilkan
beberapa fakta, bukti-bukti, kesaksian mengenai produk yang diiklankan tersebut.
5. Tindakan (Action)
Tindakan merupakan hal tersulit untuk ditumbuhkan dalam seorang konsumen. Iklan cetak
atau elektronik saja tidak cukup untuk membuat seorang konsumen secara langsung melakukan
tindakan untuk membeli sebuah produk yang diiklankan. Namun, terdapat perangkat-perangkat
tertentu yang dapat secara langsung membuat konsumen bertindak untuk membeli produk, yaitu
mencantumkan kupon berhadiah, undangan untuk mencoba sampel dan lain sebagainya.
Perangkat-perangkat tersebut memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mendorong seorang
konsumen bertindak membeli produk yang diiklankan
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran ini menjelaskan korelasi antar variabel penelitian. Perilaku konsumen
dalam penelitian ini memiliki hubungan dengan faktor internal dan faktor eksternal dari responden.
Faktor internal dari responden adalah karakterstik konsumen yang meliputi usia, jenis kelamin,
pendidikan, dan pendapatan.Karakteristik pengunjung ini dapat memberikan gambaran umum
kondisi pengunjung, serta dapat menentukan perilaku dalam proses keputusanpada saat akan
berkunjung. Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah pelaksanaan komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh E-YOCI yang meliputi tingkat kekuatan rancangan pesan, tingkat Ragam media
penyampaian pesan, dan frekuensi penyampaian pesan. Faktor internal dan eksternal ini akan
menentukan perilaku konsumen. Pengetahuan yang didapat berupa informasi diharapkan
membentuk suatu sikap yang positif (rasa suka) dan dilanjutkan dengan tindakan pengunjung
untuk mengunjungi E-YOCI.
10
Karakteristik Konsumen





Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendapatan
Pendidikan
Keputusan Konsumen
Konsep AIDCA

Attention

Interest

Desire

Conviction

Action
Komunikasi Pemasaran
 Tingkat Kekuatan Rancangan
Pesan
 Tingkat Ragam Media
Penyampaian Pesan
 Frekuensi Penyampaian Pesan
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Hubungan Komunikasi Pemasaran Dengan Keputusan
Konsumen Dalam Memilih Produk E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor.
Keterangan :
: Berhubungan
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dibuat hipotesis berikut :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik pengunjung dengan perilaku konsumen.
2. Terdapat hubungan antara komunikasi pemasaran dengan perilaku konsumen.
.
Definisi Operasional
Karakteristik konsumen adalah keadaan spesifik konsumen yang berkaitan langsung dengan
dirinya, dapat diukur dengan:
1. Usia adalah lama hidup konsumen pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak
kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia dikelompokkan dan dibedakan dalam
skala ordinal. Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006)
membagi kategori usia, yaitu:
a. Dewasa awal : 18-29 tahun
b. Dewasa pertengahan : 30-50 tahun
c. Dewasa akhir/tua : > 50 tahun
2. Jenis kelamin adalah sifat fisik responden seperti yang tercatat dalam kartu identitas yang
dimiliki oleh responden, yaitu laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin dibedakan dan
diukur dengan skala nominal.
a.
Laki-laki : diberi kode 1
b.
Perempuan
: diberi kode 2
3. Pekerjaan adalah kegiatan yang secara rutin dilakukan oleh responden pada saat
penelitian berlangsung. Jenis pekerjaan dibedakan dan diukur dengan skala nominal
a.
Tidak bekerja : diberi skor 1
b.
Bekerja
: diberi skor 2
4. Pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti konsumen sampai
dengan saat penelitian. Tingkat pendidikan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam
beberapa kategori dan diukur dalam skala ordinal.
a.
Rendah : Lulusan SD- SMP diberi skor 1
11
b.
Sedang : Lulusan SMA diberi skor 2
c.
Tinggi : Lulusan Perguruan Tinggi diberi skor 3
5. Pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan yang diperoleh konsumen
dalam sebulan. Dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori pendapatan dan diukur
dalam skala nominal
a. Rendah
b. Sedang
c. tinggi
Kegiatan komunikasi pemasaran yang efektif dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kekuatan
rancangan pesan, ragam media penyampaian pesan, dan frekuensi penyampaian pesan.
Kekuatan rancangan pesan adalah tingkat kekuatan desain pesan dalam memberikan informasi
kepada responden. Kekuatan rancangan pesan diukur berdasarkan lima dimensi, yaitu attention,
need, satisfication, visualization, dan action.
1.
Attention merupakan kekuatan pesan untuk menarik pesan untuk
menarik perhatian, diukur berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut dapat
menarik perhatian responden. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat
kategori, yaitu :
1) Sangat Tidak menarik : diberi skor 1
2) Tidak menarik : diberi skor 2
3) Menarik : diberi skor 3
4) sangat menarik : diberi skor 4
2. Need merupakan kebutuhan responden akan informasi yang disediakan pihak E-YOCI
Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor. Pengukuran dilakukan berdasarkan seberapa
lengkap informasi yang disediakan oleh pihak pengelola pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan empat kategori, yaitu :
1) Tidak ada : diberi skor 1
2) Kurang lengkap : diberi skor 2
3) Lengkap : diberi skor 3
4) Sangat Lengkap : diberi skor 4
3. . Satisfaction merupakan kepuasan responden terhadap ketersediaan informasi yang diterima
mengenai E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor. Pengukuran menggunakan skala
ordinal dengan empat kategori, yaitu :
1) Sangat tidak puas : diberi skor 1
2) Tidak puas : diberi skor 2
3) Puas : diberi skor 3
4) Sangat puas : diberi skor 4
4. Visualization merupakan presepsi responden mengenai penggambaran isi pesan yang
disampaikan pengelolaan E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor Pengukuran
menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu :
1)Tidak ada : diberi skor 1
2) Kurang lengkap : diberi skor 2
3) Lengkap : diberi skor 3
4) Sangat lengkap : diberi skor 4
5. Action menggambarkan tingkat keinginan responden untuk berkunjung ke E-YOCI Hommamade
Yoghurt, Cisarua – Bogor. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori,
yaitu
1) Sangat lemah : diberi skor 1
2) Lemah : diberi skor 2
3) Kuat : diberi skor 3
4) Sangat Kuat : diberi skor 4
Ragam media penyampaian pesan adalah sumber-sumber informasi yang didapatkan oleh
konsumen melalui media promosi dari elemen bauran komunikasi pemasaran periklanan, promosi
penjualan, humas dan publisitas, media pembelajaran, dan komunikasi personal. Variabel ragam
media penyampaian pesan diukur berdasarkan media mana yang menjadi sumber informasi
12
pengunjung yaitu billboard, banner, diskon, liputan, media, roadshow, pameran, website, blog,
brosur,
1. Variabel frekuensi penyampaian pesan diukur berdasarkan seberapa sering informasi yang
disampaiakan kepada responden melalui elemen-elemen bauran komunikasi pemasaran
tersebut. Pengukuran menggunakan skala ordinal dengan empat kategori, yaitu:
1)Tidak pernah : diberi skor 1
2) Jarang : diberi skor 2
3) Sering : diberi skor 3
4) Sangat sering : diberi skor 4
Keputusan konsumen merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh konsumen dalam memilih
suatu produk yang dipasarkan melalui media komunikasi pemasaran. Keputusan konsumen dapat
diukur menggunakan tahapan dalam konsep AIDCA (Attention, Interest, Desire, Conviction,
Action). Indikator pada setiap tahapan dalam konsep AIDCA ini dibagi menjadi, 1 Tidak dan 2 Ya.
Diukur dengan skala nominal. Jumlah pertanyaan pada masing-masing tahapan ini adalah empat
pertanyaan. Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu skor 4 – 5 dinilai rendah,
skor 6 – 7 dinilai sedang, dan skor 8 dinilai tinggi.
1. Perhatian (Attention) dapat diperoleh dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi atau
dapat pula memanfaatkan ukuran dan bentuk iklan itu sendiri.
a. Ya diberi skor 2
b. Tidak diberi skor 1
2. Ketertarikan (Interest) merupakan tahapan penggunaan perangkat kreatif tidak secara
langsung dapat menarik perhatian orang kecuali iklan itu sendiri yang berhasil meraih rasa
ketertarikan mereka.
a.
Ya diberi skor 2
b.
Tidak diberi skor 1
3. Keinginan (Desire) merupakan tahapan dimana konsumen harus dibuat tertarik dan
terdorong untuk menginginkan barang yang diiklankan tersebut. Keinginan tersebut dapat
dimunculkan dengan memberikan informasi mengenai keuntungan yang akan didapat
dengan membeli produk yang diiklankan.
a. Ya diberi skor 2
b. Tidak diberi skor 1
4. Keyakinan (Conviction) merupakan tahapan yang dapat menumbuhkan keinginan untuk
membeli suatu produk pada konsumen merupakan hal yang penting. Namun, terdapat hal
yang lebih penting dari aspek tersebut, yaitu keyakinan. Keyakinan tersebut ditumbuhkan
dengan menampilkan beberapa fakta, bukti-bukti, kesaksian mengenai produk yang
diiklankan tersebut.
a. Ya diberi skor 2
b. Tidak diberi skor 1
5. Tindakan (Action) merupakan hal tersulit untuk ditumbuhkan dalam seorang konsumen.
Terdapat perangkat-perangkat tertentu yang dapat secara langsung membuat konsumen
bertindak untuk membeli produk, yaitu mencantumkan kupon berhadiah, undangan untuk
mencoba sampel dan lain sebagainya. Perangkat-perangkat tersebut memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mendorong seorang konsumen bertindak membeli
produk yang diiklankan.
a.
Ya diberi skor 2
b.
Tidak diberi skor 1
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
13
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan data kuantitatif dan
didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Data kualitatif dilakukan dengan
wawancara mendalam dengan informan dan observasi. Data kuantitatif yang digunakan adalah
penelitian survai kepada responden. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survai
adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kusioner sebagai alat
pengumpul data primer. Data kualitatif dan data kuantitatif dikombinasikan dalam upaya
memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Apabila informasi kuantitatif
yang diperoleh dalam bentuk tabel lalu ditambakan dengan informasi kualitatif, maka gambaran
tentang fenomena sosial yang disajikan dalam tabel tersebut menjadi semakin jelas dan semakin
hidup, dan nuansa-nuansa fenomena sosial dapat ditampilkan.
Teknik Pemilihan Responden dan Informan
Pada penelitian ini, seluruh konsumen yang mengunjungi Produk E-YOCI Hommamade
Yoghurt, Cisarua – Bogor. ini merupakan populasi, sedangkan sampel pada penelitian ini
merupakan responden yang dipilih berdasarkan teknik accidental sampling. Teknik tersebut dipilih
karena populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti. Teknik ini mengambil sampel
pada yang sedang berada di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan dengan unit
analisinya adalah individu. Pengambilan sampel dilakukan pada hari kerja dan hari libur dan
tempat pengambilan sampel tersebut menyebar. Informan dalam penelitian ini adalah pihak-pihak
yang bekerja atau terlibat dalam proses komunikasi pemasaran. Responden yang diambil
minimum adalah 50 orang.
Teknik Pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang dipereloh melalui wawancara menggunakan kusioner dengan pihak Produk EYOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor dan responden. Kusioner tersebut dimaksudkan
sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para
responden serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
Selain wawancara terstruktur menggunakan kusioner, pengumpulan data primer penelitian ini juga
menggunakan wawancara mendalam dengan para anggota E-YOCI yang terlibat dalam
pemasaran untuk mengkaji tentang bentuk komunikasi pemasaran dan tujuan dari komunikasi
pemasaran yang dilakukan oleh pihak mereka. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari hasil penelitian terdahulu yang sejenis, dokumen perusahaan, serta berbagai
literatur yang relevan dengan penelitian ini, yaitu berupa buku, jurnal penelitian, skripsi, dan
internet.
Teknik Pengolahan dan analisis Data
Penelitian mengenai Strategi Analisis Hubungan Komunikasi Pemasaran Dengan Keputusan
Konsumen Dalam Memilih Produk E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor. merupakan
penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai adalah penelitian yang mengambil
sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kusioner sebagai alat pengumpulan data. Data
kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan
program SPSS or Windows versi 17.0 agar lebih cepat, tepat, dan hasil pemrosesan data pun
lebih terpercaya.
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di E-YOCI Hommamade Yoghurt, Cisarua – Bogor. Teknik pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling), dengan alasan bahwa E-YOCI merupakan
salah satu penjualan yoghurt yang terbilang baru. Penelitian dilakukan pada Usaha Rumah
Tangga E-YOCI, yang berlokasi di Kampung Paragajen RT 03/06 No. 200, Desa Cibeureum,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
14
Pemilihan tempat dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan E-YOCI
merupakan usaha berskala kecil dengan basis rumah tangga, milik perorangan serta dibangun dari
latar belakang sebuah peternakan besar milik pribadi yang dalam perjalanan usahanya selama
satu semester ke belakang memiliki perkembangan usaha yang cukup baik. Selain itu, tujuan
utama pemasaran produk yang mengedepankan manfaat kesehatan, seiring dengan
perkembangan gaya hidup sehat serta berkembang pesatnya usaha skala kecil dan menengah di
masyarakat membuat kajian pengembangan pemasaran yang dilakukan E-YOCI bagi penulis
semakin menarik untuk dilakukan.
Tabel Pelaksanaan Penelitian 2014
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Kegiatan
1 2 3
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
2 3 4
Penyusunan
Proposal Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal Skripsi
Pengambilan
Data Lapang
Pengolahan dan
Analisis Data
Penulisan Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang Skripsi
Perbaikan
Laporan Skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar R. 2005. Pengaruh Pelaksanaan Pemasaran Terhadap Proses Keputusan
Pembelian Konsumen Pada Jamu Di Banda Aceh. Komunikasi Pemasaran. [internet]. [dikutip
tanggal
21
November
2013].
6(3):
54-62.
Dapat
diunduh
dari:http://usupress.usu.ac.id/files/Sistem%20Teknik%20Industri%20Vol_%206%20No_%203
%20Juli%202005.pdf#page=58
Anggraeny V. 2012. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Pemasaran Dengan Perilaku
Pengunjung (studi kasus serambi botani). [skripsi]. Bogor [ID]: IPB. Hal 34-69
Anindi W. 2012. Efektivitas Media Komunikasi Pemasaran Terhadap Perilaku
15
Konsumen (kasus produk teh walini). [skripsi]. Bogor [ID]: IPB. Hal 29-45
Cangara H. 2004. Pengantar ilmu komunikasi.Edisi ke-1. Jakarta [ID]: PT
RajaGrafindo Persada. 160 hal.
Fisher BA. 1986. Teori-teori Komunikasi. Bandung [ID]: CV Remadja Karya.
442 Hal.
Hindrayani A, Martono T, Wantini S. 2013. Peran Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan
Pembelian Emping Mlinjo Di Kelurahan Ngadirejo Kecamatan Kartasura. Bauran Pemasaran.
[internet]. [dikutip tanggal 28 November 2013]. 1(1): 67-79. Dapat diunduh dari:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/ptn/issue/current
Kaswita C, Eliza, Sayamar E. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen
Dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Buah di Pasar Arengka. Pengambilan Keputusan.
[internet]. [dikutip tanggal 28 November 2013]. 2(1): 15-34. Dapat diunduh dari:
http://ejournal.unri.ac.id/index.php/IJAE/article/view/1501
Kusumastuti Y. 2009.Komunikasi Bisnis. Bogor [ID]: IPB Press. 199 hal.Muksono , Prasetyo E.
2003. Kajian Pemasaran produk Pangan Olahan Di Beberapa Kabupaten di Jawa Tengah. Kajian
Pemasaran. [internet]. [dikutip tanggal 28 November 2013]. Dapat diunduh dari :
http://eprints.undip.ac.id/967/1/laporan_penelitian_edy_pras.pdf
Mugniesyah S. 2010. Media Komunikasi dan Komunikasi Massa. Di dalam: Hubeis A, editor.
Dasar-Dasar Komunikasi. Bogor, Indonesia. Bogor [ID]: Sains KPM IPB Pres. hlm 305-343.
Oktantri B. 2013. Analisis Produk Teh Poci Bubuk dan Implikasinya Terhadap Strategi Bauran
Pemasaran (studi Kasus Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Strategi Bauran.
[internet].
[dikutip
tanggal
28
November
2013].
Dapat
diunduh
dari:
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15694/A03bdo_abstract.pdf?sequenc
e=1
Ridwansyah F. 2008. Strategi Pemasaran Pada Rumah Makan Sate Kiloan Empuk Cibinong.
Edisi ke-1. Bogor [ID]. IPB. 56 hal.
Siringiringo H. 2004. Peran Bauran Pemasaran Terhadap Perilaku Pembelian Konsumen.
Bauran Pemasaran. [internet]. [dikutip tanggal 28 November 2013]. 3(9): 125-137. Dapat diunduh
dari:
http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/316/jiptummpp-gdl-jou-2009-hotniarsir-15765Hotniar.-7.pdf
Utomo B. 2008. Analisis Pemasaran Gula Kelapa di Kabupaten Kulon Progo. [skripsi].
[internet].
[dikutip
tanggal
28
November
2013].
Dapat
diunduh
dari:
http://eprints.uns.ac.id/9912/1/75741407200904361.pdf
Sumarwan U. 2002. Perilaku Konsumen. Edisi Ke-1.Bogor [ID]. PT. Ghalia Indonesia. 355 hal.
Vivian J. 2008. Teori komunikasi massa. Edisi ke-8. Jakarta [ID]. Prenada Media Group. 678
hal.
Wiryanto. 2006. Teori komunikasi massa. Dalam: Hervan JD, editor. Jakarta [ID]: PT
Gramedia. 95 hal.
16
Download