I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik merupakan hewan homoioterm yang suhu tubuhnya harus tetap dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding itik. Zona suhu kenyamanan (Comfort Zone) pada ternak ayam di daerah tropis adalah antara 15°-25°C (Boushy dan Marle, 1978). Suhu lingkungan optimum atau Thermoneutral Zone (TNZ) untuk ayam potong Indonesia adalah 18°-25°C (Sinurat, 1986) sedangkan itik suhu ideal untuk memelihara ternak itik adalah antara 18,3-25,5⁰C relatif sama dengan ayam potong. Hal ini menunjukkan bahwa itik lebih tidak tahan dari kondisi lingkungan yang fluktuatif dibanding ayam lokal. Suhu nyaman itik antara 18,3-25,5⁰C harus tetap dipertahankan dengan baik karena apabila melebihi dari suhu nyamannya akan mengakibatkan produktifitas menurun, gangguan metabolisme dan berakibat kematian. Gangguan metabolisme akibat suhu lingkungan melebihi dari zona nyamannya ditandai dengan menurunnya konsumsi pakan sehingga nutrisi dibutuhkan itik tidak terpenuhi dan mengakibatkan menurunnya produktifitas. Dalam keadaan stres, maka akan terjadi glukoneogenesis yang distimulan oleh kortisol juga meningkat dalam rangka pemenuhan energi untuk itik tersebut. Penanganan stres merupakan usaha untuk meminimalisir tingkat stres pada ternak akibat suhu naik. Beberapa usaha bisa dilakukan seperti pembuatan kolam dikandang itik, dan menurunkan nilai nutrisi ransum seperti energi. Namun sekarang ini Universitas Padjadjaran mengembangkan itik dengan pemeliharaan minim air, tentu teknik pemeliharaan ini menjadi kendala terhadap termoregulasi 2 itik. Dalam kondisi stres meningkatkan radikal bebas sehingga produksi asamasam lemak dari peroksidasi lipid akan meningkat begitu pula dengan penggunaan kolesterol sebagai prekursor hormon kortisol. Pemberian Minyak Buah Makasar (MBM) merupakan salah satu usaha penanganan stres. MBM mengandung asam-asam lemak yang berantai panjang dan memiliki ikatan rangkap. Mempunyai kemampuan hipolipidemik, sehingga mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Kadar Kolesterol dan Trigliserida Darah Itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica) yang Diberi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr) Dalam Kondisi Pemeliharaan Minim Air”. 1.2 Identifikasi Masalah 1) Adakah pengaruh pemberian MBM terhadap kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah Itik Cihateup pada kondisi pemeliharaan minim air. 2) Berapa dosis optimal MBM mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah Itik Cihateup pada kondisi pemeliharaan minim air. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1) Mengetahui pengaruh pemberian MBM terhadap kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah Itik Cihateup pada kondisi pemeliharaan minim air. 2) Mendapatkan dosis optimal MBM mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah Itik Cihateup pada kondisi pemeliharaan minim air. 3 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan terhadap pembaca dan khususnya penulis mengenai pengaruh pemberian MBM terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah Itik Cihateup dalam kondisi pemeliharaan minim air. 1.5 Kerangka Pemikiran Itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica) merupakan itik lokal berasal dari Desa Cihateup, Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup ini merupakan salah satu jenis dari itik petelur. Sifat kualitatif Itik Cihateup diwakili oleh warna paruh dan Shank hitam dan sedikit kekuningan. Produktifitas Itik Cihateup dipengaruhi oleh faktor internal berkaitan dengan genetik sedangkan faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan. Faktor genetik merupakan sifat yang diturunkan oleh tetuanya dengan persentase 30% sedangkan faktor eksternal berupa curah hujan, angin, intensitas cahaya, kelembaban dan suhu 70%. Kelembaban dan suhu berbanding terbalik dimana ketika suhu tinggi kelembaban rendah sedangkan suhu rendah kelembaban tinggi, hal ini berpengaruh terhadap fisiogis itik menjadi stres. Kemampuan tubuh itik dalam menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan tubuh dalam proses termoregulasi kurang begitu baik dibanding ayam lokal. Kehilangan panas dapat pada tubuh itik dalam bentuk radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Proses termoregulasi kurang baik dapat menyebabkan stres pada itik, tentunya berpengaruh terhadap profil hormon, profil metabolisme, imunitas dan keadaan cairan tubuh. 4 Aktivitas hormon stres dalam keadaan normal dilepaskan dalam persentase lebih kecil dibandingkan ketika suatu ternak mengalami stres maka hormon akan meningkat secara drastis. Setiap jenis respon tubuh berupa stres, baik stres fisik maupun stres psikis dapat meningkatkan sekresi Adenocorticotrophin Hormone (ACTH) pada akhirnya dapat meningkatkan kadar kortisol, awal pelepasan hormon stres dimulai dengan sekresi Corticotrophin Releasing Factor (CRF). Pertama kali CRF dilepaskan dari hipotalamus di otak ke aliran darah, sehingga mencapai kelenjar Pituitary berlokasi tepat di bawah hipotalamus. Di tempat ini CRF merangsang pelepasan ACTH oleh Pituitary, pada gilirannya akan merangsang kelenjar adrenalis untuk melepaskan berbagai hormon salah satunya adalah Kortisol. Kortisol beredar di dalam tubuh dan berperan dalam mekanisme coping (coping mechanism). Bila stresor diterima hipotalamus, maka CRF yang disekresi akan meningkat, sehingga rangsangan diterima oleh Pituitary juga meningkat, dan sekresi kortisol oleh kelenjar adrenal juga meningkat (Akil dan Morano, 1995); (Bear dkk., 1996). Kortisol merupakan salah satu hormon sampai saat ini digunakan sebagai indikator stres pada hewan dan manusia. Glukokortikoid terutama berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kortisol menyebabkan level asam amino dalam darah meningkat akibat efek katabolik kortisol terhadap otot dan selanjutnya berakibat sangat melemahkan perototan (Hardy dkk., 2005). Lu dkk., (2007) dan Yin dkk., (2008) melaporkan peningkatan katabolisme lipid dalam keadaan stres guna memenuhi kebutuhan energi, ditandai dengan peningkatan lemak yang bersirkulasi dalam vaskuler. Stres yang berkepanjangan menyebabkan penurunan kadar lipid dalam darah. Penelitian lain menunjukkan peningkatan in- 5 permeabilitas membran karena kerusakan komponen asam lemak membran sel (Sandercock dkk., 2001) Asam linoleat adalah asam lemak esensial yang diproduksi oleh tumbuhan asam ini bersifat tidak jenuh mempunyai rantai karbon 18, asam linoleat bersifat antioksidan. Mempunyai kemampuan menurunkan kadar kolesterol terutama dalam mekanismenya dalam pembentukan lipoprotein, karena pada kenyataanya kolesterol darah terikat pada lipoprotein. Asam linoleat akan menurunkan Low Density Lipoprotein (LDL) tanpa mempengaruhi High Density Lipoprotein (HDL), sehingga mempunyai efek mengurangi penempelan LDL di pembuluh darah (Iman Soeharto, 2000). Asam linoleat berguna dalam menurunkan kadar kolesterol yaitu dengan cara mengurangi absorpsi kolesterol termasuk trigliserida dan lemak makanan lain dalam sistem pencernaan. Pengurangan absorpsi kolesterol tersebut dilakukan dengan cara mengikat molekul lemak dari makanan dan menghalangi molekul lemak tersebut agar tidak terserap oleh sel mukosa usus. Minyak Buah Makasar merupakan hasil dari ekstrasi dari Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr) dengan komposisi kimia 2-Ethyl Hexanol sebesar 16,67%, O-Phthalic Acid Anhydride sebesar 0,24%, Ethyl Palmitat 0,48%, Palmitinic Acid sebesar 12,02%, Ethyl Oleat 5,6%, Linoleic Acid 52,89%, Di-(9Octadecenoyl)-Glycerol sebesar 11,04% dan Myristyl Oleat sebesar 1,09% (Kaffi dkk., 2011). Persentase Asam linoleat (linoleic acid) pada minyak buah makasar sebesar 52.89% tergolong ke dalam asam lemak tidak jenuh ikatan ganda (Polyunsaturated Fatty Acid) esensial untuk ternak. Asam linoleat berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan membran sel, pengaturan metabolisme kolesterol, menurunkan tekanan darah, menghambat lipogenesis hepatik, transport lipid, prekursor dalam 6 sintesis prostaglandin, membentuk Arakhidonat dan dalam proses reproduksi (Poedjiadi, 1997). Menurut Mayes, (1990) asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) cepat dimetabolisme oleh hati sehingga terjadi peningkatan ekskresi dan stimulasi oksidasi kolesterol menjadi garam empedu yang dapat menyebabkan kadar total kolesterol darah menjadi berkurang serta terjadi penurunan kadar total kolesterol darah. Sebuah studi yang dilakukan terhadap kelinci menunjukkan bahwa omega6 menyebabkan penurunan total kolesterol plasma, trigliserida, dan rasio LDL terhadap HDL. Lebih lanjut, tingkat atherosclerosis yang terdeteksi pada kelinci yang diberi omega-6 lebih rendah relatif terhadap kontrol. Hasil yang serupa didapatkan pada hamster yang diberi omega-6, dimana ia mempunyai kadar total kolesterol plasma, kolesterol non-HDL, dan trigliserida lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Aydin R., 2005). Asam lemak tidak jenuh yang bersifat lipolipidemik yang terkandung dalam minyak zaitun dapat penurunan kolesterol dan trigliserida dengan pemberian minyak zaitun 2.5%-15% dalam ransum. Ini karena kemampuannya menghambat enzim-enzim sintesis lipid seperti fatty acid sintase, HMG Co-A reduktase (Yin dkk., 2008); (Fesler dkk., 2013); dan (Jiang dkk., 2014) Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran ini dapat ditarik hipotesis bahwa pemberian buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr) dalam bentuk Feed supplement sebesar 200 µL dapat menurunkan tingkat stres melalui penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada ternak dalam kondisi pemeliharaan minim air. 7 1.6 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama bulan Oktober-Desember 2015, bertempat di Kandang Percobaan Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran untuk pemeliharaan Itik Cihateup. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.