I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Itik sangat rentan terhadap

advertisement
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Itik sangat rentan terhadap cuaca panas ditambah lagi dengan sistem
pemeliharaan minim air menyebabkan konservasi air oleh ginjal lebih banyak dan
meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan
dalam pengaturan regulasi panasnya (stres panas), apabila kekurangan air.
Dampak
dari
hal
tersebut
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan,
sistem
metabolisme, feed intake, kandungan kalori rendah dan proses glikolisis serta
glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa yang berasal dari
bahan non karbohidrat seperti protein dan lemak. Kelebihan protein dalam tubuh
akan diubah menjadi urea ke dalam siklus asam sitrat. Urea dibentuk di dalam
hati dari metabolisme protein. Profil urea di dalam darah mampu menunjukan
keterkaitan yang erat untuk menerangkan pemanfaatan protein (asam-asam
amino), antara lain untuk pembentukan glukosa (Guzik dkk., 2005; Dean dkk.,
2006).
Tingginya profil urea dalam darah akan mengakibatkan terganggunya
metabolisme terutama pada hati dan ginjal bahkan bisa menyebabkan kematian.
Konsentrasi asam urat juga terkait dengan penggunaan pemakaian asam amino
dalam lintasan glukoneogenesis untuk membentuk glukosa sebagai akibat
pemenuhan energi.
2
Asam linoleat dan linolenat merupakan asam lemak tidak jenuh berantai
panjang dan tergolong asam lemak esensial.
Asam linoleat maupun asam
linolenat sangat penting untuk tubuh.
Kemampuan lemak esensial untuk menstimulasi sistem saraf pusat
mengakibatkan ternak lebih toleran terhadap stres (meningkatkan kekebalan), baik
stres akibat pemisahan dengan induknya maupun stres akibat kondisi lingkungan.
Adanya kandungan asam linoleat dan linolenat pada minyak buah makasar
menjadikan minyak buah makasar digunakan sebagai antistres alami, maka dari
itu peneliti tertarik untuk meneliti kadar asam urat dan urea darah itik Cihateup
yang diberi minyak buah makasar dalam kondisi pemeliharaan minim air.
1. 2 Identifikasi Masalah
1. Adakah pengaruh pemberian minyak buah makasar (Brucea javanica (L.)
Merr.) terhadap kadar asam urat dan urea darah itik Cihateup (Anas
platyrhynchos javanica) dalam kondisi pemeliharaan minim air.
2. Perlakuan manakah yang paling berpengaruh terhadap kadar asam urat dan
urea darah itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica) dalam kondisi
pemeliharaan minim air.
1.3 Maksud dan Tujuan
1.
Mengetahui pengaruh pemberian minyak buah makasar (Brucea javanica (L.)
Merr.) terhadap kadar asam urat dan urea darah itik Cihateup (Anas
platyrhynchos javanica) dalam kondisi pemeliharaan minim air.
2.
Mengetahui perlakuan mana yang paling berpengaruh terhadap kadar asam
urat dan urea darah itik Cihateup (Anas platyrhynchos javanica) dalam
kondisi pemeliharaan minim air.
3
1. 4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh pemberian minyak buah makasar (Brucea javanica (L.)
Merr.) terhadap kadar asam urat dan urea darah
itik Cihateup (Anas
platyrhynchos javanica) dalam kondisi pemeliharaan minim air.
1. 5 Kerangka Pemikiran
Aktivitas fisiologis yang berlebihan mengakibatkan ternak mengalami stres.
Stres timbul karena pengaruh reseptor kulit yang sampai ke sistem saraf pusat dari
sistem saraf pusat inilah ternak melakukan respon tingkah laku dan respon
fisiologis yang tidak disadari seperti perubahan metabolisme (Isroli, 1996).
Cekaman panas lingkungan pada berbagai spesies unggas menyebabkan
ACTH meningkat sehingga korteks adrenal meningkatkan sekresi glukokortikoid
(Mc Donald, 1980; Abbas, 2009). Meningkatnya glukokortikoid menyebabkan
naiknya metabolisme protein dan glukoneogenesis, karena perlu segera
menyediakan substrat energi untuk proses termoregulasi dan homoeostasis
(Young, 1998; Abbas, 2009).
Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada saat
karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam makanan pasokan
glukosa yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energi, khususnya bagi
sistem saraf dan eritrosit (Murray dkk., 2009).
Subtrat utama bagi
glukoneogenesis adalah asam amino glukogenik, laktat, gliserol dan propionat.
Glukoneogenesis merupakan proses yang dapat mensintesis glukosa salah satunya
dengan menggunakan senyawa asam amino. Asam amino merupakan senyawa
pembentuk protein dalam sel-sel tubuh baik itu dibentuk dari asam amino esensial
4
maupun non esensial, selain itu dapat pula dibentuk melalui transaminasi dengan
menggunakan nitrogen amino dari asam amino lain, setelah dideaminasi nitrogen
amino selanjutnya disekresikan menjadi urea sedangkan kerangka karbon yang
tersisa setelah transaminasi dapat dioksidasi menjadi CO2, glukoneogenesis dan
untuk membentuk badan keton (Murray dkk., 2009). Kelebihan asam amino
untuk biosintesis protein akan diubah menjadi urea atau masuk ke dalam siklus
asam sitrat (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).
Meningkatnya konsentrasi asam urat juga terkait dengan peningkatan
pemakaian asam-asam amino dalam lintasan glukoneogenesis untuk membentuk
glukosa dalam rangka memenuhi ketercukupan energi dalam kondisi cekaman
stres. Asam urat merupakan by product dari proses perombakan basa purin.
Katalis xantine oleh enzim xantine oksidase dapat mengakibatkan akumulasi asam
urat (xantine + O2 + H2O → urat + H2O2) (Owen dkk., 1998). Enzim xantine
oksidase berperan penting dalam perubahan basa purin menjadi asam urat, atom
oksigen ditransfer dari molibdenum ke xantine. Beberapa asam amino glukogenik
dapat dirombak menjadi glukosa (Von Borell, 2001). Asam urat mempunyai
peran sebagai antioksidan bila konsentrasinya tidak berlebihan dalam darah, tetapi
apabila konsentrasi asam urat dalam darah berlebih akan bersifat prooksidan atau
menjadi radikal bebas (McCruden, 2000; Uppu dkk., 2010; Shin dkk., 2010).
Peningkatan penyediaan glukosa dan energi melalui lintasan glukoneogenesis,
menyebabkan peningkatan konsetrasi asam urat dengan dirombaknya asam-asam
amino yang berinti purin dan glukogenik (seperti lisin, glisin dan sebagainya).
Penanggungan cekaman stres terutama ditujukan agar respon hipotalamus
dan pituitari anterior menjadi menurun, agar tidak ada produksi CRF dan ACTH.
Pemberian asam lemak esensial dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan
5
cekaman stres. Asam lemak esensial merupakan prekursor sekelompok senyawa
eicosanoid yang mirip hormon, yaitu prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan
leukotrien. Senyawa-senyawa ini mengatur tekanan darah, denyut jantung, fungsi
kekebalan, rangsangan sistem saraf dan kontraksi otot. Asam lemak esensial
adalah asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan fungsi
normal semua jaringan yang tidak dapat disintesis oleh tubuh, contohnya asam
alfa linoleat (omega 6) dan asam alfa linolenat (omega 3). Asam linoleat dapat
sebagai anti radikal bebas atau antioksidan, karena ikatan hidroksilnya mampu
mengikat OH- dan O2- (Long dkk., 2011; Jiang dkk., 2014).
Kemampuan minyak esensial untuk menstimulasi sistem saraf pusat
mengakibatkan ternak lebih toleran terhadap stres (meningkatkan kekebalan), baik
stres akibat pemisahan dengan induknya (terutama pada ternak babi), pemisahan
dengan kolam berenang pada itik, maupun stres akibat kondisi lingkungan.
Buah makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) adalah tanaman yang tergolong
dalam famili Simaroubaceae.
Hasil analisis komposisi kimia minyak buah
makasar menggunakan GC-MS menunjukkan bahwa terdapat dua kelompok
senyawa di dalamnya yaitu asam lemak dan senyawa organik lainnya. Asam
lemak yang paling banyak terkandung dalam minyak buah makasar adalah asam
linoleat (CH3(CH2)16COOH), yaitu sebesar 52,89%.
Pemberian asam lemak esensial sebagai antistres telah dilaporkan
mekanisme fisiologiknya, antara lain bahwa asam lemak linoleat dapat bertindak
sebagai antioksidan (Jiang dkk., 2014) dan menurunkan radikal bebas (Long dkk.,
2011). Peningkatan radikal bebas menginduksi Hipoxia Inducble Faktor (HIF),
sehingga menghambat enzim pengkatalase piruvat menjadi acetil co-A (Jackson
dkk., 2006; Kim dkk., 2006). Acetil co-A adalah prekursor asam sitrat bagi
6
kelangsungan siklus krebs. Rendahnya acetil co-A menyebabkan pengaktifan
glukoneogenesis oleh hormon kortisol, sehingga katabolisme protein meningkat.
Maka, penurunan radikal bebas dari phosprorilasi oksidatif di mitokondria dengan
diikatnya oleh asam lemak linoleat, secara langsung mampu menurunkan produksi
urea dan asam urat.
Penurunan katabolisme protein dengan pemberian asam lemak esensial
(linoleat dan oleat) juga telah dilaporkan oleh Fesler dkk. (2013).
Hasil
penelitiannya menunjukkan enzim pengkatalis protein dan produknya, yaitu urea
darah dan asam urat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minyak
esensial dalam bentuk konjugasi 5 – 15% (gabungan seluruh asam lemak esensial
tunggal dan kompleks) mampu memberikan efek fisiologik yang baik (Kim dkk.,
2006; Long dkk., 2011; Fesler dan Peterson, 2013; Jiang dkk., 2014).
Berdasarkan uraian kerangka berpikir tersebut dapat ditetapkan hipotesis
bahwa pemberian minyak buah makasar 100 µL hingga 200 µL per ekor/3 hari,
mampu menurunkan kadar asam urat dan urea, dibandingkan tanpa pemberian
minyak buah makasar.
1. 6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Kadar Asam Urat dan Urea Darah Itik Cihateup yang
Diberi Minyak Buah Makasar dalam Kondisi Minim Air ini dilaksanakan pada
bulan Oktober sampai Desember di Kandang Percobaan Produksi Ternak Unggas
dan Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran.
Download