Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin PROFIL UREA DAN ASAM URAT DARAH AYAM PETELUR FASE LAYER PADA TEMPERATURE HUMIDITY INDEX YANG BERBEDA (THE PROFILE OF UREA AND URIC ACID BLOOD OF LAYING HEN IN THE DIFFERENT OF TEMPERATURE HUMIDITY INDEX) R. A. Jayani*, K. A. Kamil# dan A. Mushawwir# *Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran #Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *email : [email protected] Abstrak Ayam petelur fase layer merupakan unggas yang paling sensitif terhadap cekaman lingkungan, salah satunya terhadap suhu dan kelembaban yang biasa disebut THI, THI dapat mempengaruhi suhu tubuh. Ayam akan selalu berusaha melakukan homeostasis untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh THI kandang terhadap profil urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan uji t berpasangan. Terdapat dua jenis perlakuan yaitu P1 = Ayam petelur dengan THI kandang =74 ; P2 = Ayam petelur dengan THI kandang = 89. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi urea meningkat (10,116 mg/dL) dalam kelompok perlakuan P2 (THI = 89) lebih tinggi daripada P1 (THI = 74). Pada kasus yang sama menunjukkan bahwa level asam urat dimana P2 = 7,107 mg/dL lebih tinggi daripada P1 = 5,050 mg/dL. Kadar urea dan asam urat darah ayam petelur mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya nilai index THI. Kata kunci : asam urat ,ayam petelur, THI, urea Abstract Layer is the most sensitive bird to the environmental stresses, especially due to and humidity that called THI (Temprature Humidity Index), and it can affect body temperature. Layer will always try to do homeostasis to maintain their body temperature. This research was conducted to determine the effect of THI on the profile of urea and uric acid in blood of layer. This research used an experimental method with t testing in pair. There were 2 types of treatment which were P1 = Layer with the cage’s THI = 74 : P2 = Layer with cage’s THI = 89. The statistic analysis results showed that concentration of urea increased (10,116 mg/dL) in group of P2 treatment (THI = 89) higher than P1 (THI = 74). In the same way showed on the uric acid level were P2 = 7,107 mg/dL higher than P1 = 5,050 mg/dL significantly. Levels of urea and uric acid in blood of layers increased with the increase in value of the THI. key words : layer, THI, urea, uric acid 1. Pendahuluan Unggas darat yang memiliki sensitivitas paling tinggi terhadap cekaman lingkungan panas adalah ayam petelur, baik itu cekaman lingkungan dalam tubuh maupun lingkungan luar Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin tubuh (Mushawwir dan Latipudin, 2012). Lingkungan luar tubuh yang rentan mengalami perubahan yaitu suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban lingkungan dapat menentukan zona nyaman pada ternak, nilai suhu dan kelembaban biasa disebut temperature humidity index (THI). Cekaman panas lingkungan pada berbagai spesies unggas menyebabkan ACTH meningkat sehingga kortek adrenal meningkatkan sekresi glukokortikoid (Mc Donald, 1980 disitasi oleh Abbas, 2009). Meningkatnya glukokortikoid menyebabkan naiknya metabolisme protein dan glukoneogenesis, karena perlu segera menyediakan substrat energi untuk proses thermoregulasi dan homoeostasis (Young, 1981 ; Abbas, 2009). Glukoneogenesis merupakan proses yang dapat mensintesis glukosa salah satunya dengan menggunakan senyawa asam amino. Asam amino merupakan senyawa pembentuk protein dalam sel-sel tubuh baik itu dibentuk dari asam amino esensial maupun non esensial, selain itu dapat pula dibentuk melalui transaminasi dengan menggunakan nitrogen amino dari asam amino lain, setelah dideaminasi nitrogen amino selanjutnya disekresikan menjadi urea sedangkan kerangka karbon yang tersisa setelah transaminasi dapat dioksidasi menjadi CO2, glukoneogenesis dan untuk membentuk badan keton (Murray dkk., 2009). Jika ada kelebihan asam amino untuk biosintesis protein, kelebihan tersebut akan diubah menjadi urea atau masuk ke dalam siklus asam sitrat (Poedjiadi, 1994). Urea dibentuk di dalam hati dari metabolisme protein (asam amino). Profil urea dalam darah mampu menunjukkan keterkaitan yang erat untuk menerangkan pemanfaatan protein (asam-asam amino), antara lain untuk pembentukan glukosa (Guzik dkk., 2005; Dean dkk., 2006). Urea adalah produk akhir dari metabolisme protein yang jika terlalu tinggi profilnya dalam tubuh akan dibuang melalui urin. Tingginya profil urea dalam tubuh ayam akan mengganggu metabolisme tubuh terutama pada hati dan ginjal sehingga menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sama halnya dengan urea darah, meningkatnya konsentrasi asam urat juga terkait dengan meningkatnya pemakaian asam-asam amino dalam lintasan glukoneogenesis untuk membentuk glukosa dalam rangka memenuhi ketercukupan energi dalam cekaman panas. Diketahui bahwa beberapa asam amino glukogenik (dapat dirombak menjadi glukosa) (von Borell, 2001). Asam amino glisin, serin, methionine dan glutamat, valin, histidin dan aspartate merupakan kelompok asam amino glukogenik. Selain itu, kelompok asam amino ini merupakan kelompok asam amino yang mengandung inti purin yaitu adenine dan guanine. Terkait dengan cekaman panas yang ditandai dengan peningkatan indeks THI dengan penyediaan glukosa melalui lintasan glukoneogenesis, maka dapat dijelaskan bahwa Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin peningkatan aktivitas anabolisme glukosa dari prekursor asam amino menyebabkan peningkatan konsetrasi asam urat dengan dirombaknya asam-asam amino yang berinti purin. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila konsentrasinya tidak berlebihan dalam darah, tetapi apabila konsentrasi asam urat dalam darah berlebih akan bersifat prooksidan atau menjadi radikal bebas (McCruden, 2000; Uppu dkk., 2010; Shin dkk., 2010). Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh THI kandang dan sejauh mana pengaruh perubahan THI kandang terhadap profil urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer. 2. Materi dan Metode Objek yang digunakan adalah 15 ekor ayam petelur fase layer yang dipelihara dalam kandang dan diberi perlakuan yang sama. Pertama-tama THI kandang diukur terlebih dahulu dengan menggunakan thermometer wet bulb dan dry bulb, setelah itu sampel darah diambil pada pagi dan siang hari masing-masing sebanyak 9 mL di bagian vena pectoralis, sampel tersebut selanjutnya dianalisis profil urea dan asam urat darahnya di Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang menggunakan uji t berpasangan, dengan rancangan percobaan yaitu P1 = Ayam petelur dengan THI kandang 74 dan P2 = Ayam petelur dengan THI kandang 89. Peubah yang diamati meliputi profil urea dan asam urat darah, yang ditentukan dengan metode penentuan urea darah (DAM) dan asam urat darah (Follin-Wu). 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian, profil urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer pada THI yang berbeda, ditampilkan pada Tabel 1, sebagai berikut : Tabel 1. Profil urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer pada temperature humidity index yang berbeda THI Rata-rata urea darah Rata-rata asam urat darah Pagi 74 9,948 5,05 Siang 89 10,116 7,107 Perlakuan Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin Berdasarkan data hasil analisis yang tertera dalam Tabel 1. dapat dilihat bahwa profil urea dan asam urat pada siang hari dengan THI sebesar 89 memiliki rata-rata lebih tinggi yaitu sebesar 10,116 dan 7,107 daripada pagi hari dengan THI sebesar 74 yaitu sebesar 9,948 dan 5,05. Pagi THI = 74 Siang THI = 89 mg/dL Rataan urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0.000 Rata-rata urea darah Rata-rata asam urat darah Ilustrasi 1. Diagram rataan urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer Data yang diperoleh dari hasil analisis di laboratorium selanjutnya dianalisis statistik dengan menggunakan uji t berpasangan, dan didapatkan hasil dari keduanya yaitu Fhit > Ftabel, hal ini berarti hasil berbeda nyata (p < 0,01) antara profil urea dan asam urat darah saat pagi hari (THI sebesar 74) dan siang hari (THI sebesar 89). Cekaman panas lingkungan menyebabkan hypothalamus mensekresikan corticotropin releasing factor (CRF) dan merangsang pituitary anterior untuk meningkatkan sintesis adenocorticotropin (ACTH), peningkatan ACTH dapat meningkatkan sekresi glukokortikoid (Mc Donald, 1980), serta meningkatnya glukokortikoid dapat meningkatkan glukoneogenesis. Peningkatan glukoneogenesis dapat meningkatkan urea darah, glukoneogenesis terbentuk dari substansi glukogenik utama yaitu asam amino. Asam amino dapat dikonversikan menjadi asam α- keto oleh deaminasi dan reaksi transaminasi. Selanjutnya asam α-keto tersebut masuk kedalam siklus asam sitrat, saat memasuki siklus asam sitrat. Enzim glutamate dan glutamate dehydrogenase terdapat di dalam siklus asam sitrat yang saat hati membutuhkan lebih banyak prekursor untuk memproduksi lebih banyak ATP, maka pada saat itu pula glutamat dan glutamat dehidrogenase akan mengalami peneningkatan laju aktivitas sehingga menyebabkan α-ketoglutarat tersedia untuk siklus asam sitrat dan membebaskan NH3. Ammonium yang dihasilkan selanjutnya dibawa oleh glutamin atau alanin kedalam hati untuk diubah menjadi urea melalui siklus urea. Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin Urea yang dihasilkan jika profil urea yang terlalu tinggi dalam darah dapat meracuni tubuh. Peningkatan profil urea akibat peningkatan THI memiliki hasil yang signifikan, namun dapat ditanggulangi oleh mekanisme homeostasis ayam karena masih berada di dalam zona stres ringan. Sama halnya dengan urea darah, peningkatan asam urat darah ayam petelur fase layer diakibatkan karena tubuh ternak menangkis cekaman panas dengan mengaktifkan neurogenic system untuk merangsang corticotropic releasing factor (CRF) agar pituitary anterior mengeluarkan adenocorticotropin (ACTH), selanjutnya medula adrenal mensekresikan efinefrin yang berfungsi sebagai second messenger bagi adenilat cyclase. Adenilat cyclase mengkatalisis terbentuknya cAMP yang selanjutnya cAMP akan mengaktivasi protein kinase A, protein kinase A berperan dalam regulasi enzim metabolisme dan transkripsi gen, salah satunya yaitu memicu glikogenolisis. Peningkatan cAMP dapat meningkatkan asam urat yang terbentuk, hal ini disebabkan karena peningkatan cAMP dapat meningkatkan sintesis AMP, AMP selanjutnya dideaminasi menjadi inosin yang kemudian dihidrolisis menghasilkan hipoxantin dan D-ribosa, hipoxantin menjadi xantin lalu asam urat oleh xantin oksidase (Lehninger, 1982). Enzim Hypoxanthine-Guanine Phosphoribosyl Transferase (HGPRT) merupakan salah satu enzim yang berperan dalam reaksi pemanfaatan basa purin menjadi nukleotida, enzim ini berperan dalam mengubah purin menjadi nukleotida purin agar dapat digunakan kembali sebagai penyusun DNA dan RNA (Murray dkk., 2009). Jika enzim ini mengalami defisiensi, maka purin dalam tubuh dapat meningkat karena purin yang tidak dimetabolisme oleh enzim HGPRT, menyebabkan purin tersebut akan dimetabolisme oleh enzim xanthine oxidoreduktase (XOR) menjadi asam urat. Dalam kondisi yang bersamaan diketahui bahwa cekaman panas menurunkan aktivitas enzim HGPRT, sehingga kondisi ini dapat dipastikan akan menghasilkan dampak terhadap peningkatan kadar asam urat dalam darah. 4. Kesimpulan Terdapat pengaruh temperature humidity index (THI) terhadap profil urea dan asam urat darah ayam petelur fase layer. Kadar urea dan asam urat darah ayam ras petelur meningkat seiring dengan peningkatan nilai indeks THI. 5. Daftar Pustaka Abbas, M Hafil. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Andalas University Press : Padang Profil Urea dan Asam Urat Darah Ayam Petelur Fase ..............................................................………………….……Ria Ailin Dean, D. W., T. D. Bidner, dan L. L. Southern. 2006. Glycine Supplementation to Low Protein, Amino Acid-Supplemented Diets Supports Optimal Performance of Broiler Chicks. Poult. Sci. 85:288–296. Guzik, A. C., J. L. Shelton, L. L. Southern, B. J. Kerr, dan T. D. Bidner. 2005. The Tryptophan Requirement of Growing and Finishing Barrows. J. Anim. Sci. 83:1303–1311. Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2. Diterjemahkan oleh : Maggy Thenawijaya. Erlangga : Jakarta. Hal 223 - 241 McCrudden, Francis H. Yogyakarta. 2000, Uric Acid. Penterjemah Suseno Akbar Salemba Medika: McDonald, L. E., 1980. Veterinary Endocrinology and Reproduction. 3th Ed. Lea and Febriger. Philadephia. Murray R.K, D. A. Bender dan V. W. Rodwell. 2009. Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta. Hal 174–183 ; 304-321 Mushawwir, Andi dan D. Latifudin, 2012. Respon Fisiologik Thermoregulasi Ayam Ras Petelur Fase Grower dan Layer. Proceeding of National Seminar on Zootechniques for Indogenous Resource Development. Faculty of Animal Agriculture Diponegoro University and Indonesian Society of Animal Agriculture, Semarang. Poedjiadi, Anna dan Titin Supriyanti, 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press : Jakarta. Shin, H.S., J. H. Yoo1, T. S. Min, J. Lee and C. Y. Choi. 2010. Effect of Quercetin on the Activity and mRNA Expression of Antioxidant Enzymes and Physiological Responses in Olive Flounder (Paralichthys olivaceus) Exposed to Cadmium. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 23: 742 – 749. Uppu, R.M., A.N. Murthy, W. A. Pryor, N. L. Parinandi. 2010. Free Radicals and Antioxidant Protocols. 2nd Edition. Humana Press, New York, USA. Von Borell, E.H. 2001. The Biology of Stress and Its Application to Livestock Housing and Transportation Assessment. J.Anim Sci. 79, E260-E267. Young, B. A., 1981. Cold Stress as it Affects Animal Production. J. Anim. Sci. 52: 154-161.