PENDAHULUAN Latar Belakang Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, famili Anatidae, dan genus Anas. Itik juga merupakan salah satu spesies unggas air yang banyak dipelihara oleh masyarakat dengan tujuan utama untuk menghasilkan telur (Chaves dan Lasmini, 1978). Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis itik yang hidup dan mampu berkembang. Itik-itik yang ada sekarang merupakan keturunan dari Mallard berkepala hijau (Anas plathyrhynchos). Dari beragam itik tersebut dikelompokkan menjadi itik petelur, itik pedaging, dan itik hias. Beberapa itik lokal yang banyak dipelihara oleh masyarakat di pulau Jawa antara lain itik Tegal, itik Mojosari, itik Magelang, dll (Haase dan Donham, 1980). Itik lokal, termasuk itik Magelang, merupakan plasma nutfah ternak Indonesia yang mempunyai mutu genetika tinggi dan berpotensi untuk dikembangbiakkan sebagai penghasil telur yang produktif. Upaya pelestarian dan pengembangan itik lokal harus diberdayakan guna mempertahankan keberadaan plasma nutfah yang telah beradaptasi dengan lingkungan setempat. Usaha peternakan itik di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan (Rasyaf, 1985). Salah satu jenis itik petelur yang banyak berkembang dan dibudidayakan adalah Itik Indian Runner atau masyarakat Indonesia memberi nama berdasarkan daerah asal itik tersebut dikembangbiakkan, akan tetapi pada umumnya belum didapat ciri-ciri baku masing-masing itik lokal (Murtidjo, 2005). 1 2 Untuk dapat memperoleh tingkat penampilan yang optimal dari bibit yang sedang bertelur, pakan yang dikonsumsi harus mengandung cukup mineral. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan mineral tersebut di dalam darah. Mineral untuk itik merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan oleh peternak itik petelur pada kondisi telur yang tinggi. Jumlah kebutuhan akan mineral sesungguhnya tidak terlalu banyak untuk setiap harinya, akan tetapi apabila kebutuhan mineral tidak tercukupi dari hari ke hari, maka akan berakibat fatal bagi itik tersebut. Mineral yang penting untuk itik salah satunya yaitu kalsium. Secara umum kalsium selalu dibicarakan bersama fosfor karena keduanya merupakan dwitunggal yang berperan menentukan proses biologis itik, seperti dalam pembentukan tulang atau kerangka tubuh dan kulit telur. Kalsium, fosfor dan vitamin D sangat erat hubungannya dalam mencapai kesempurnaan metabolisme tubuh itik (Murtidjo, 2005). Perlu disadari bahwa ketersediaan kalsium dalam darah itik beserta komponen yang berperan dalam regulasinya, seperti fosfor dan vitamin D, harus diperhatikan terutama dalam status produksi yang berbeda mengingat itik merupakan unggas air yang salah satu komoditas utamanya adalah telur, dan proses pembentukan hingga pengeluaran telur membutuhkan kalsium. Hingga saat ini berbagai penelitian belum ada yang spesifik memberikan data tentang kadar kalsium darah itik Magelang tidak bertelur dan bertelur, dan kebanyakan membahas dari sudut pandang pakan yang berhubungan kebutuhan akan nutrisi kalsium itik pada periode tertentu. Perlu diketahui bahwa kadar kalsium dalam unggas sangat beragam berdasarkan spesies dan status reproduksinya. Menurut 3 penelitian Olayemi (2002), kadar kalsium itik Nigeria dewasa pada status tidak bertelur sekitar 8,56 mg/dl, sedangkan menurut Johnson (2000) kadar kalsium pada itik yang tidak bertelur berada pada kisaran 9,5-10,9 mg/dl. Pada spesies lain seperti ayam, kandungan kalsium darahnya sekitar 13-23 mg/dl dan pada angsa kadar kalsium darahnya 9,5-10,9 mg/dl. Menurut Hays dan Swenson (1977) dalam penelitiannya, kadar kalsium pada darah ayam yang sedang masa bertelur memiliki kadar 30-40 mg/dl. Penelitian ini diharapkan mampu melengkapi nilai fisiologis itik Magelang periode bertelur dan tidak bertelur mengenai kadar kalsium darah itik Magelang betina. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kadar kalsium pada serum darah itik Magelang betina dewasa pada periode tidak bertelur dan bertelur. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran fisiologis kadar kalsium darah pada itik betina tidak bertelur dan bertelur, sehingga penyakit yang berhubungan dengan kadar kalsium dalam darah dapat dihindari dan pemilik dapat lebih memperhatikan asupan nutrisi pada itik agar tercapainya produktivitas itik yang optimal.