STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA Oleh: DR. H. SYAIFUL MUSTOFA, M.Pd. MA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG MAKALAH DISAMPAIKAN PADA ACARA WORKSHOP PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI STAIN KUDUS SABTU, 25 APRIL 2015 1 STRATEGI PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA Oleh: Dr. H. Syaiful Mustofa, M.Pd. MA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang "Kehidupan Dunia Memang Permainan, Tetapi Jika Dilakukan Dengan Tujuan dan Cara Yang Benar, Ia Akan Menjadi Jalan Menuju Kejayaan Akhirat" (QS. Al-An'am, 6:32) A. Pengertian Strategi Kata "strategi" berasal dari kata Yunani “strategia” yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang suatu operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat maupun angkatan laut. Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur kejadian atau peristiwa. Kata strategi mengandung arti rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (KBBI 1989: 859). Dalam bidang pembelajaran bahasa, istilah strategi dan teknik sering dipakai secara bergantian karena keduanya bersinonim (Tarigan, 2009:3). Tujuan pokok dari strategi pembelajaran adalah untuk memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dan memberi kemudahan belajar murid dalam memahami pelajaran yang diterima. Strategi yang dirancang dengan cermat dan baik akan menjadikan pembelajaran bergairah, karena akan mampu memotivasi murid untuk mengikuti proses pembelajaran. Dalam bukunya Iskandarwassid dikemukakan bahwa strategi menurut Hornby adalah kiat merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat maupun angkatan laut. Hal ini tidaklah mengherankan apabila melihat kenyataan sejarah yang mengenal strategi, pada awalnya melalui pemahaman strategi peperangan. Semua konsep perencanaan dalam rangka menghancurkan musuh termasuk dalam makna strategi (Iskandarwassid, dkk. 2009:3). Secara umum diungkapkan bahwa strategi sebagai suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tugas utama seorang pengajar adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan itu terselenggara dengan efektif, seorang pengajar harus mengetahui hakikat kegiatan belajar, mengajar, dan strategi pembelajarannya. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana dia hidup. Dalam hal ini proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terencana, gradual, bergilir, 2 berkeseimbangan dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran. B. Strategi Pembelajaran Menyimak Menyimak adalah sarana pertama yang digunakan manusia untuk berhubungan dengan sesama manusia dalam tahapan-tahapan tertentu, melalui menyimak kita mengenal mufradat, bentuk-bentuk jumlah dan tarakib (Hamid, M. Abdul dkk. 2008: 37). Para ahli menyimpulkan bahwa menyimak adalah dasar dari keterampilan lainnya, bahkan juga ada pendapat yang mengatakan bahwa waktu yang dihabiskan dalam komunikasi seharihari dapat dibagi sebagai berikut: 50 % untuk menyimak, 25 % untuk berbicara, 15 % untuk membaca, dan 10 % untuk menulis. Sehingga proporsi waktu yang digunakan untuk kegiatan menyimak dalam kegiatan sehari-hari lebih banyak apabila dibandingkan dengan proporsi waktu yang digunakan untuk kegiatan lainnya. Secara umum tujuan latihan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Arab, baik dalam bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan resmi. Salah satu prinsip linguistik menyatakan bahwa bahasa itu pertama-tama adalah ujaran, yakni bunyi bahasa yang diucapkan dan bisa didengar. Atas dasar itulah beberapa ahli menetapkan suatu prinsip bahwa pengajaran bahasa Arab harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis. Menyimak merupakan proses aktif dari aspek pendengaran untuk menyusun wacana yang bersumber dari deretan suara atau bunyi. Secara umum, keterampilan menyimak dimaksudkan sebagai kemampuan siswa untuk memahami bunyi atau ujaran dalam bahasa Arab dengan baik dan benar. Fathi Ali Yunus (1981:111) membagi kemampuan menyimak (istima’) menjadi empat, yaitu: 1. Memahami makna secara global 2. Menafsirkan kalimat yang didengar 3. Memberikan analisis terhadap kalimat yang didengar 4. Memahami dengan sepenuh hati dari apa yang didengar Empat macam keterampilan menyimak tersebut merupakan gradasi yang secara metodologis juga perlu dipertimbangkan dalam proses pembelajaran. Pada tahap awal yang perlu ditekankan adalah keterampilan menangkap maksud dari apa yang didengar secara global. Untuk dapat memberikan analisis, seorang pendengar harus mampu menyimak secara detail bunyi kalimat yang didengar, karena sebuah analisis harus didasarkan pada informasi yang menyeluruh dan pengetahuan lain yang dibutuhkan. 3 Pada tahap yang paling tinggi menyimak dimaksudkan untuk dapat memahami dengan sepenuh hati dari apa yang didengar. Apabila tingkat kemampuan mendengar sudah sampai tahap ini, maka seseorang dapat di katakan memiliki keterampilan mendengar yang sangat baik. Ada tiga keterampilan yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam menyimak, yaitu: 1. Kemampuan mengidentifikasi bunyi kata bahasa Arab dengan tepat. 2. Kemampuan menirukan apa yang telah didengar. 3. Kemampuan memahami apa yang didengar . Sedangkan tujuan dari pembelajaran menyimak (istima’), yaitu: 1. Menirukan 2. Menghafalkan 3. Merangkum pokok-pokok pikirannya 4. Memahami isinya Dalam hal menyimak ini yang dibutuhkan adalah keaslian bahasa yang didengar. Dengan demikian maka untuk mengembangkan keterampilan ini diperlukan natiq asli (penutur asli) dengan penyampaian yang alami. Maksudnya adalah, untuk memberikan keterampilan menyimak yang sesungguhnya, maka yang didengarkan adalah bahsa asli, termasuk dalam cara pengucapannya, intonasinya, aksentuasinya, koma dan titiknya, serta hal-hal lain yang semuanya itu tidak di buat-buat (Makruf, Imam. 2009: 22). Prinsip pengajaran bahasa harus dimulai dengan mengajarkan aspek-aspek pendengaran dan pengucapan sebelum membaca dan menulis. Strategi pembelajaran keterampilan menyimak berkembang terutama dalam pengajaran bahasa asing. Munculnya teknologi perekaman seperti kaset, compact disk (CD), video, internet dan lain-lain, bertujuan meningkatkan kemajuan dalam proses pembelajaran terutama dalam memberikan materi bahan ajar menyimak. Menurut Mustofa (2011: 38) dalam pembelajaran menyimak terdapat berbagai macam model strategi yang dapat digunakan oleh seorang guru, yaitu: a) Model saling kerjasama, strategi ini berguna untuk mengetahui cara yang efektif dan berdaya hasil bagi pemahaman peserta didik secara khusus, strategi ini dapat memberi kesempatan kepada peserta didik untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang sama dengan cara berbeda, dengan membandingkan catatan hasil belajar. Langkah-langkahnya: 1. Peserta didik dibagi menjadi dua kelompok dalam dua tempat yang berbeda. 2. Guru membacakan dan menjelaskan teks yang diajarkan dengan cara yang berbeda. Pada kelompok pertama guru menjelaskan sesuai dengan isi teks, sedangkan pada kelompok 4 kedua guru menjelaskan dengan menggunakan bahasa sendiri yaitu dengan metode ceramah. 3. Setelah selesai guru meminta pada peserta didik untuk berkumpul dan masing-masing peserta didik diperintah berpasangan dengan kelompok yang berbeda. 4. Masing-masing pasangan diminta untuk menggabungkan hasil belajar dan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan seputar isi teks. b) Menyimpulkan, strategi ini dapat menguji kemampuan menyimak peserta didik terhadap isi cerita. Jawaban peserta didik terhadap pertanyaan seperti: َ،ََمَتى،ََأيَن،ََكَيَف،َلَمَاذَا،َمَنََفَعَل َََمَاذَاَفَعَل،َ لَمَنyang kemudian di sintesiskan ke dalam satu kalimat singkat, padat dan jelas sehingga dapat menumbuhkan proses berfikir kreatif, kritis, terhadap topik yang diberikan. Langkah- langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Memilih satu topik pembelajaran yang belum pernah di pelajari 2. Guru menjelaskan aturan main yang harus di kerjakan peserta didik. Dimana peserta didik diminta mencatat hal-hal yang berkaitan dengan jawaban beberapa pertanyaan berikut: َََمَاذَاَفَعَل،َََلَمَن،َََمَتى،َََأيَن،َََكَيَف،َلَمَاذَا،َمَنََفَعَل 3. Kemudian guru menjelaskan satu topik bahasan dan peserta didik menyimaknya 4. Pada saat menyimak, peserta didik diminta untuk menjawab pertanyaan yang telah dicatat dan menggabungkan jawaban dari pertanyaan tersebut dalam satu kalimat. 5. Kemudian guru menyediakan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk menganalisa dan merangkum pertanyaan tersebut menjadi satu kalimat ringkasan. 6. Mengembalikan hasil evaluasi siswa, sambil terus memberi motivasi bagi yang belum benar jawabannya. c) Saling bergantian, strategi ini dapat mengiringi siswa untuk tetap konsentrasi dan terfokus pada materi yang sedang di sampaikan. Langkah-langkahnya: 1. Peserta didik di bagi menjadi tiga kelompok, setiap kelompok memiliki tugas yang berbeda yaitu, sebagai penanya, penentang, dan pendukung 2. Guru menyampaikan satu topik yang kontroversial 3. Pada saat mendengarkan teks, masing-masing kelompok melaksanakan tugasnya, yaitu kelompok penanya bertugas membuat pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang dibicarakan oleh guru, sedangkan penentang mencoba membuat suatu argumentasi yang menafikan diskursus yang dibahas, dan para pendukung melakukan sebaliknya yaitu menyusun argumentasi yang menguatkan diskursus yang sedang dibahas. 5 4. Memberi waktu yang cukup pada peserta didik untuk bekerja tiga kelompok yang saling berhadapan 5. Mintalah masing-masing peserta didik menyampaikan hasil dari tugas mereka, sambil terus mengevaluasi dan mengarahkan tema pembahasan d) Menyimak dengan lagu, strategi ini membantu siswa untuk selalu tanggap dengan cermat, dan tepat dalam memahami serta memaknai syair yang di nyanyikan. Langkah-langkahnya: 1. Tahap persiapan, menyediakan kaset lagu berbahasa Arab fusha, tape recorder dan kisikisi yang berupa syair lagu yang tidak lengkap 2. Tahap pelaksanaan, membagikan kisi-kisi berupa syair lagu. Di putar dan siswa diminta melengkapi kisi-kisi berupa syair lagu yang tidak lengkap 3. Tahap pemantapan, memutar lagu sekali lagi, namun kali ini tiap bait atau baris bergantung kemampuan menyimak peserta didik. Setiap selesai satu baris lagu dinyanyikan, tape recorder dimatikan. Kemudian setiap siswa ditanya isi dari kisi-kisi yang kosong dimaksud, kemudian melakukan evaluasi bersama dengan peserta didik. 4. Membahas tema dan isi lagu, sambil juga membenarkan cara penulisan siswa. e) Model informasi, strategi ini berfokus untuk tetap utuh meskipun dalam rentang waktu yang cukup lama. Peserta didik dapat menyimak dengan seksama sebuah informasi sambil mendalami keruntutan bahasanya dan isi yang terkandung di dalamnya. Langkah-langkahnya: 1. Menyiapkan tape recorder yang berisi berita, pidato atau informasi lainnya yang berbahasa Arab fusha 2. Memutarkan kaset yang berisi berita dengan cermat dan meminta peserta didik untuk mendengarkannya dan mencatat poin-poin yang ada dalam berita tersebut 3. Peserta didik di bagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memperoleh tugas menulis isi berita dan mendiskusikannya 4. Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasilnya 5. Kaset di putar kembali dan melakukan evaluasi bersama-sama 6. Kemudian membahas tema dan isi kaset, sambil juga membenarkan cara penulisan yang telah dilakukan oleh peserta didik. f) Model problematika, strategi ini digunakan untuk meningkatkan rasa empati peserta didik pada sesama. Siswa menyimak problem yang sedang terjadi dengan seksama, dapat memahami keluh kesah yang ada, kemudian memberi solusi. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 6 1. Peserta didik diminta untuk berpasangan. 2. Peserta didik diminta untuk menyampaikan problem atau keluh kesah yang dihadapi kepada pasangannya masing-masing. 3. Secara bergantian mereka diminta untuk menyimak solusi dari pasangannya. 4. Hasil penulisan di tukar dengan peserta didik yang lain melalui sistem cross check. 5. Peserta didik diminta untuk mempresentasikan hasilnya. C. Strategi Pembelajaran Berbicara Keterampilan berbicara (maharah al-kalam) sering juga disebut dengan istilah ta’bir. Meski demikian keduanya memiliki perbedaan penekanan, dimana (maharah al-kalam) lebih menekankan kepada kemampuan lisan, sedangkan ta’bir disamping secara lisan juga dapat di wujudkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena dalam pembelajaran bahasa Arab ada istilah ta’bir syafahi (kemampuan berbicara) dan ta’bir tahriri (kemampuan menulis), keduanya memiliki kesamaan secara mendasar, yaitu bersifat aktif untuk menyatakan apa yang ada dalam pikiran seseorang. Dalam memulai latihan berbicara, terlebih dahulu didasari oleh kemampuan mendengarkan, kemampuan penguasaan kosakata dan keberanian mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya (Makruf, Imam. 2009: 103). Menurut aliran komunikatif dan pragmatik, keterampilan berbicara dan keterampilan menyimak berhubungan sangat kuat. Interaksi lisan di tandai oleh pendengaran yang kuat atas informasi yang di terima. Dalam komunikasi ini dibutuhkan seorang pembicara yang mampu mengasosiakan makna, mengatur intonasi dan irama pembicaraan agar interaksi tersebut terwujud dengan baik, siapa harus mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa. Aktivitas manusia yang disebut komunikasi merupakan fenomena yang rumit dan terus menerus berubah dalam kehidupan manusia. Ciri tersebut memiliki relevansi dengan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Dapat di katakan bila dua orang atau lebih telibat dalam suatu komunikasi, tentu mereka melakukan komunikasi karena berbagai alasan. Kapanpun komunikasi terjadi tentu selalu ada pembicaraan dan pendengaran, ada pembicara dan ada pendengar serta ada topik yang dibicarakan. Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, perasaan, dan terampil menangkap informasi yang di dapat, serta terampil pula menyampaikan informasi yang di terimanya. Kehidupan manusia setiap hari di hadapkan dalam berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan keluarga, dialog selalu terjadi, antara ayah dan ibu, orang tua dan anak, dan komunikasi di antara anak-anak itu sendiri. 7 Keterampilan berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara ini sebenarnya merupakan kegiatan yang menarik dalam kelas bahasa. Akan tetapi seringkali terjadi sebaliknya, kegiatan berbicara menjadi tidak menarik, tidak merangsang situasi, suasana menjadi kaku dan akhirnya macet. Ini terjadi karena penguasaan kosakata dan pola kalimat oleh siswa masih sangat terbatas. Namun demikian, kunci keberhasilan kegiatan tersebut sebenarnya ada pada pengajar. Apabila pengajar dapat merangsang situasi pembelajaran menjadi hidup, dapat secara tepat memilih topik pembicaraan, teknik yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, serta memiliki kreatifitas dalam mengembangkan model-model pembelajaran, maka tentu kemacetan itu tidak akan terjadi. Faktor lain yang penting dalam menghidupkan kegiatan berbicara adalah keberanian murid dan perasaan tidak takut salah. Oleh karena itu pengajar di tuntut mampu memberikan dorongan kepada siswa agar berani berbicara kendatipun dengan resiko salah. Kepada siswa hendaknya ditekankan bahwa takut salah adalah kesalahan yang paling besar. Banyak teknik dan model latihan percakapan yang telah di kembangkan oleh para pengajar bahasa. Setiap pendekatan atau metode memberikan tekanan kepada teknik atau model tertentu. Metode audio-lingual misalnya, menekankan perlunya pembelajar menghafal model dialog sebelum masuk ke dialog bebas. Sementara metode komunikatif, menekankan pada pemahaman model dialog termasuk fungsi setiap ungkapan dan konteks atau situasinya, kemudian langsung masuk ke latihan komunikasi yang sesungguhnya. Di antara model-model latihan percakapan itu ialah sebagai berikut: a. Tanya jawab Guru mengajukan satu pertanyaan, siswa 1 menjawab dengan satu kalimat; kemudian siswa 1 bertanya, siswa 2 menjawab; kemudian siswa 2 bertanya, siswa 3 menjawab; demikian seterusnya sampai semua siswa mendapat gilirannya. b. Menghafalkan model dialog Guru memberikan suatu model dialog secara tertulis untuk di hafalkan oleh siswa di rumah masing-masing. Pada minggu berikutnya secara berpasangan mereka di minta tampil di muka kelas untuk memeragakan dialog tersebut. Untuk menghidupkan suasana dan melatih kemahiran bercakap-cakap secara wajar, siswa di minta untuk tidak sekedar menghafalkan dialog-dialog tersebut, tapi juga mendemontrasikannya, dengan memperhatikan segi-segi ekspresi, mimik, gerak-gerik, dan intonasi sesuai dengan teks yang di tampilkannya. 8 Dialog tersebut harus di sesuaikan dengan tingkat kemahiran siswa, dan harus bersifat situasional yang materinya di ambil dari kehidupan sehari-hari, misalnya di rumah, di sekolah, di pasar, di stasiun dan sebagainya. Untuk menopang penciptaan situasi, dapat digunakan alat bantu seperti gambar-gambar, slide dan film. c. Percakapan terpimpin Di dalam percakapan terpimpin, pengajar menentukan situasi atau konteksnya. Siswa diharapkan mengembangkan imajinasinya sendiri dalam percakapan dengan lawan bicaranya sesuai dengan topik yang telah ditentukan. Apabila siswa diberi kesempatan untuk mempersiapkannya di rumah, maka sebaiknya jangan di tetapkan pasangannya terlebih dahulu. Ini untuk menghindari kemungkinan siswa mempersiapkan dialog secara tertulis dan kemudian menghafalkannya. Kalau ini terjadi akan mengurangi nilai spontanitas. d. Percakapan Bebas Dalam kegiatan percakapan bebas, pengajar hanya menetapkan topik pembicaraan. Siswa diberi kesempatan melakukan percakapan mengenai topik tersebut secara bebas. Sebaiknya siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang, agar siswa punya kesempatan yang cukup untuk berlatih. Pengajar dalam hal ini melakukan pengawasan terhadap masing-masing kelompok, dan memberikan perhatian khusus kepada kelompok yang di nilai lemah atau terlihat kurang lancar dan kurang bergairah dalam melakukan percakapan. Daftar Pustaka: Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo Hamid, M. Abdul dkk. 2008. Pembelajaran Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press. Iskandarwassid, 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakary Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989. Cetakan edisi kedua Makruf, Imam. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif . Jakarta: Need’s Press Mustofa, Syaiful. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang: UIN Press Tarigan, Henry Guntur. 2009. Kompetensi Bahasa. Bandung: Angkasa دار الثاقفة: القاهرة. أساسيات تعليم اللغة العربية والتربية الدينية.1981 ، فتحي علي وآخرون،يونس 9