Heard by Listening, Speaking after Thingking `“Rata-rata orang menatap tanpa melihat, Mendengar tanpa menyimak, Menyentuh tanpa merasakan, Memakan tanpa mengecap… Dan berbicara tanpa berpikir.” Leonardo da Vinci Kutipan di atas memang sangat menohok jika kita menelaah lebih dalam. Barangkali kita selaku manusia yang punya indera lengkap pun kadang kala melakukan hal di atas tanpa sadar, khususnya pada yang mendengar tanpa menyimak dan berbicara tanpa berpikir. Padahal dalam interaksi antar manusia atau yang sering kita sebut komunikasi, dua hal tersebut merupakan hal yang penting. Dan… menatap pun sebenarnya juga tak kalah penting sih... Perlu kita pahami lebih dalam, komunikasi adalah hal terpenting dalam hidup. Dengan komunikasi, kita dapat bertukar pengetahuan, bertanya kabar, hingga dapat memengaruhi orang lain untuk melakukan hal yang kita inginkan. Maka dari itu, komunikasi membuat seseorang bisa bertahan hidup. Berbicara mengenai komunikasi dalam memengaruhi orang lain, buku dengan judul “Persuasion” yang ditulis oleh DR. James Borg mengatakan bahwa dalam melakukan hal tersebut terdapat tiga teknik yang perlu kita lakukan. Pertama, menjadi pendengar yang baik. Ketika orang lain sedang berbicara hendaknya kita menunggu dan menyimak hingga selesai. Jangan sampai kita menyela, karena bisa jadi apa yang sebenarnya pembicara sampaikan tidak sesuai dengan apa yang kita lontarkan saat menyela dan tentunya berakibat sang pembicara tidak menyukai percakaan. Misalnya: Kawan 1 : Tadi malem aku mikir soal bukuku yang kamu pinjam 1 bulan yang lalu. Kawan 2 : Ow ya, aku baru ingat! Kawan 1 : Iya jadi begini, sebenarnya saya butuh buku itu…. Kawan 2 : Ya ya, aku ngerti! Besok saya langsung bawakan. Maaf banget ya. Aku pamit dulu ya! Jika kawan 2 bisa menyimak sampai selesai apa yang diucapkan kawan 1, mungkin ending percakapannya akan berbeda. Sebenarnya kawan 1 ingin berkata seperti ini: “Iya jadi begini, sebenarnya saya butuh buku itu… tapi, karena sudah ada pengganti buku lain, buku itu buatmu aja.” Kedua, perhatikanlah bahasa tubuh Anda. Kata Bapak Borg, komunikasi yang efektif itu ketika seseorang dapat membaca dan menggunakan bahasa non-verbalnya untuk meningkatkan pengaruh dan kemampuan mereka dalam meyakinkan orang lain. Dr. Albert Mehrabian dalam penelitiannya menjelaskan bahwa sebanyak 93% pengaruh pesan seseorang itu berupa non-verbal dan sisanya pengaruh pesan seseorang itu berupa verbal. Dalam hal ini ekspresi wajah dan mata dapat kita optimalkan untuk bahasa tubuh. Dengan begitu, perasaan kita terhadap percakapan (baik itu sedih, senang, terkejut, jijik, hingga takut) dapat tersampaikan. Ini juga merupakan bentuk empati kita terhadap lawan bicara. Dan ketiga, berbicara setelah berpikir. Kesuksesan dalam memengaruhi orang lain tergantung pada bagaimana kita menyatakan hal yang tepat di waktu yang tepat. Pilihlah kata-kata secara hati-hati. Kuncinya adalah cobalah untuk meraba pikiran orang lain, maka kita dapat memilih kata-kata yang dapat memberikan pengaruh yang terbaik. Walaupun memang agak sulit untuk menginterpretasi dengan baik. Di tengah percakapan kita juga dapat memberikan pertanyaan sehingga lawan bicara kita ikut serta aktif berargumen. Yang perlu diingat, jangan melakukan pemaksaan karena hal tersebut menunjukkan perintah sehingga mendorong orang lain untuk bersikap defensif atau tertutup. Jadi, itulah tiga kunci dalam komunikasi yang ideal menurut Mr. Borg. Kita dapat mengaplikasikan sesuai dengan kebutuhan kita. Terpenting, kita dapat mencoba dan belajar mendengarkan dengan menyimak hingga berbicara setelah berpikir (Nurlaili Wardati-Staff Parttime UPT. BK UMM).