BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menyimak adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Apabila dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya (berbicara dan menulis), menyimak dan membaca termasuk dalam keterampilan berbahasa yang bersifat pasif reseptif. Meskipun bersifat reseptif atau menerima, keterampilan menyimak mampu mendukung keterampilan berbahasa yang lain. Pada dasarnya keempat keterampilan tersebut adalah catur tunggal yang tidak dapat dipisahkan sekali pun dapat dibedakan satu sama lain. Furqanul Aziz dan Chaedar Alwasilah (2000:82) mengemukakan bahwa ujaran yang fasih merupakan hasil partisipasi dalam aktivitas reseptif, bukan aktivitas produktif. Mengacu pada pendapat tersebut, penguasaan keterampilan menyimak sebagai aktivitas reseptif sangat penting dibutuhkan dalam interaksi komunikatif. Untuk dapat terlibat dalam suatu komunikasi seseorang harus mampu memahami dan mereaksi sebuah ujaran. Konsekuensinya pembelajar perlu melatih keterampilan menyimak selain terlibat dalam aktivitasaktivitas interaksional. Aplikasi menyimak seringkali hanya didasarkan atas asumsi bahwa menyimak merupakan aktivitas alamiah belaka. Kondisi tersebut menempatkan aktivitas menyimak pada posisi marginal dan jauh dari tataran ilmiah. Asumsi tersebut kini telah merambah pada aplikasi pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah. Menyimak sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa kurang mendapatkan tempat yang proporsional dibandingkan pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. Ditegaskan oleh Raheni Suhita (2007: 1) bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari di lapangan, keterampilan membaca, berbicara, dan menulislah yang mendapat perhatian. Bahkan, tes-tes bahasa yang dilaksanakan sebelum tahun 2006 pun tidak mengikutsertakan keterampilan menyimak sebagai materi ujian. Merujuk 1 2 pendapat di atas bahwa untuk meningkatkan kemampuan menyimak, para pembelajar harus sering mengikuti aktivitas berbahasa lisan dan sering berlatih menyimak dalam berbagai macam situasi. Di samping itu, mereka juga harus terlibat dalam proses menyimak dan berusaha untuk memahami apa yang mereka simak. Iim Rahmina (dalam www.depdiknas.go.id) berpendapat bahwa untuk menjadi penyimak yang baik, para pembelajar harus berpikir aktif selama mereka melakukan kegiatan menyimak. Dengan mengembangkan ‘sikap aktif’ dan ‘strategi aktif’ dalam memahami apa yang mereka dengar, kemampuan menyimak para pembelajar akan dan dapat meningkat. Pendapat tersebut mengisyaratkan adanya sikap aktif dan strategi aktif yang harus terintegrasi dalam pembelajaran menyimak. Siswa harus menunjukkan sikap aktif dalam mengikuti pembelajaran menyimak. Demikian halnya, guru juga dituntut untuk dapat menerapkan strategi aktif dalam melaksanakan pembelajaran menyimak. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar menyimak yang baik diperlukan pula proses belajar yang baik. Pelaksanaan pembelajaran menyimak seringkali masih dijumpai guru memakai cara-cara konvensional, baik penggunaan metode belajar ataupun penggunaan media dalam belajar. Hal tersebut berakibat menurunnya motivasi siswa dalam mempelajari sebuah materi. Pada akhirnya pembelajaran berjalan stagnan dan miskin kreativitas. Apabila hal tersebut terus-menerus dipertahankan, besar kemungkinan hakikat pembelajaran Bahasa Indonesia yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia baik lisan maupun tertulis tidak akan tercapai. Arif S. Sadiman, dkk. (2006:5) menyatakan bahwa proses belajar mengajar dimungkinkan menggunakan metode belajar tidak langsung, artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Hal ini menegaskan bahwa guru hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa belajar. Bertolak pada prinsip pembelajaran tidak langsung tersebut, guru dapat memanfaatkan media rekaman sebagai salah satu sumber belajar siswa. Pembelajaran menyimak yang berlangsung di dalam kelas dengan memanfaatkan media yang sesuai dapat 3 memacu kreativitas dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pemanfaatan media belajar yang relevan dengan materi belajar, juga dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat dibutuhkan siswa dalam mengonstruksi sebuah pengetahuan kebahasaan. Dalam pemilihan media belajar, guru memiliki otoritas untuk memilih dan menggunakannya. Soeparno (1988:10) mengemukakan bahwa media yang dipilih adalah media yang paling baik. Kriteria baik buruknya suatu media tidak bergantung pada kemewahan peralatan yang dipakai melainkan sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi. Selaras dengan pendapat tersebut, rekaman monolog dan dialog dapat dijadikan alternatif sebagai media pembelajaran menyimak. Media rekaman monolog dan dialog mampu memberikan pengalaman-pengalaman audio. Hal ini senada dengan pendapat Swandono dan Purwadi (1996:91) yang menyatakan bahwa peningkatan kemampuan menyimak siswa sangat erat hubungannya dengan pengalamanpengalaman audio. Adanya rekaman monolog dan dialog sebagai media pembelajaran menyimak di kelas membawa berbagai manfaat positif. Rekaman berupa monolog dan dialog tersebut seolah-olah mampu menghadirkan aktivitas komunikatif yang terjadi di masyarakat ke dalam kelas. Dengan pemanfaatan media tersebut siswa bisa memeroleh kosakata, gramatika dan pengucapan yang baik sehingga dapat diaplikasikan dalam aktivitas komunikatif sehari-hari di masyarakat. Selain itu, pemanfaatan media rekaman monolog dan dialog dalam pelajaran menyimak Bahasa Indonesia mengandung unsur kebaruan bagi setiap siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam mengonstruksi pelajaran. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibicarakan di depan, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 4 1. Apakah pemanfaatan media rekaman monolog dan dialog dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta? 2. Apakah pemanfaatan media rekaman monolog dan dialog dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta 2006/2007? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta melalui pemanfaatan media rekaman monolog dan dialog. 2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menyimak pada siswa kelas X SMA Batik 1 Surakarta melalui pemanfaatan media rekaman monolog dan dialog. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat peneliti sampaikan terbagi dalam manfaat praktis dan teoretis. 1. Manfaat teoretis Secara teoretis hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk: a. Memberikan kontribusi dalam konsep life skills education melalui media rekaman monolog dan dialog sebagai bagian dari aktivitas komunikatif sehari-hari. b. Sebagai pengembangan bahan ajar menyimak dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa. 5 2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa sehingga siswa mampu mengonstruksi berbagai pengetahuan kebahasaan dengan baik. 3) Mewujudkan aspek performansi atau kinerja bahasa dan fungsi bahasa melalui pembelajaran bahasa. b. Bagi guru 1) Dapat digunakan sebagai media dalam mengajarkan keterampilan menyimak. 2) Media rekaman monolog dan dialog tersebut dapat dijadikan modelling dalam kegiatan belajar mengajar. 3) Dapat mengorganisasikkan materi menyimak dengan baik mulai dari pretes sampai pada tahap evaluasi. c. Bagi sekolah 1) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah berdasarkan indikator-indikator pembelajaran menyimak yang telah ditentukan. 2) Meningkatkan kualitas pembelajaran menyimak baik proses atau pun hasil sehingga menghasilkan kualitas siswa yang baik pula di sekolah tersebut. d. Bagi peneliti Dengan melakukan penelitian di sekolah secara langsung, peneliti memeroleh pengalaman dan wawasan pembelajaran menyimak Bahasa Indonesia di sekolah. Dari hasil pengamatan dan pengalaman langsung tersebut, peneliti dapat melakukan kajian-kajian lebih lanjut untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran menyimak dengan memanfaatkan media rekaman monolog dan dialog yang dapat dilaksanakan sesuai dengan kondisi sekolah.