prioritas pendidikan

advertisement
ISSN
2303 - 0852
Edisi 14
Jan-Mar
2016
USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan
Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa
PRIORITAS PENDIDIKAN
Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik
Aisyah, Siswa Kelas IV SDN Allakuang
Baca 117 buku dalam 5 bulan
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian
Agama, Prof Dr Kamaruddin Amin.
“Perluas Praktik yang
Baik di Madrasah”
Jakarta - Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama,
Prof Dr Kamarudin Amin
menyampaikan dukungan dan
komitmennya untuk memperluas
madrasah penerima manfaat praktikpraktik pendidikan yang baik dari
program USAID PRIORITAS.
”Saya tahu, percaya dan lihat sendiri
juga betapa program ini bagus tapi
coverage masih sangat terbatas. Kita
harus bersama menyebarluaskan dan
menjangkau madrasah-madrasah yang
belum tersentuh program ini,” kata
Prof Kamaruddin saat mendiskusikan
rencana pengembangan program
USAID PRIORITAS di madrasah di
ruang kerjanya (22/2).
Kemenag dan USAID PRIORITAS juga
bekerja sama dalam peningkatan mutu
LPTK di bawah Kemenag untuk
menyiapkan calon-calon guru
berkualitas, serta mengembangkan
program pengembangan keprofesian
berkelanjutan (PKB) atau program
guru pembelajar di madrasah. Kanwil
Kemenag di daerah mitra akan dibantu
menganalisis kebutuhan pelatihan guru
yang sesuai dengan kebutuhan
peningkatan kompetensi guru
madrasah dengan mengoptimalkan
forum KKG/MGMP. (Anw)
Baca berita lainnya di halaman 2.
Aisyah, siswa SDN 01 Allakuang, Sidrap, Sulawesi Selatan, bersama
Satria Darma, konsultan budaya literasi Kemendikbud yang
berkunjung ke sekolahnya. Dia membaca 117 buku bacaan dalam lima
bulan. Dinas Pendidikan Sidrap telah menerapkan program membaca senyap selama 15
menit sebelum pembelajaran dimulai. Program ini berhasil membuat banyak sekolah berkreasi
untuk mendorong minat membaca siswa, termasuk berkreasi membuat sudut baca di kelas.
Sidrap, Sulawesi Selatan – Untuk
mendorong minat baca para siswanya,
SDN 1 Allakuang membuat beragam
program membaca yang menarik, salah
satunya membuat lomba membaca
buku. Cara yang digunakan sangat
sederhana. Semua siswa diminta untuk
membaca buku dan membuat catatan
kecil di secarik kertas, seperti pada
gambar di atas.
Catatan tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam kotak yang disediakan di
setiap kelas. Setiap akhir minggu, guru
kelas melakukan pencatatan berapa
buku yang dibaca oleh anak
berdasarkan catatan yang dimasukkan
ke dalam kotak tersebut. Pada akhir
semester, siswa yang membaca
terbanyak mendapat hadiah.
“Pada semester ini Aisyah, siswa kelas
IV yang memenangkan lomba. Aisyah
membaca 117 buku dalam 5 bulan,”
tutur Kepala SDN 1 Allakuang, M Basri.
Sebagai dampak dari program membaca,
sekarang siswa kelas IV,V, dan VI rata-rata
telah membaca 80-90 buku dalam 5 bulan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidrap
Nur Kanaah SH MH, menyebut banyak
sekolah di Sidrap telah berhasil mendorong
minat membaca siswa. Menurutnya
Pemerintah Kabupaten Sidrap sudah
melaksanakan kegiatan literasi sekolah
sejak Oktober 2015. Tim gerakan literasi
sekolah (GLS) juga sudah dibentuk di
tingkat kabupaten dan kecamatan.
Program utama dari GLS di Sidrap adalah:
(1) membaca rutin 15 menit sebelum jam
pelajaran dimulai, (2) jam membaca khusus
di hari Sabtu selama 40 menit, (3) membuat sudut baca di setiap kelas, (4) taman
baca di setiap sekolah, (5) pengadaan buku
bacaan secara reguler. Pelaksanaan GLS
dimonitor dan didampingi oleh pengawas
sekolah. (Hw/Ajb)
Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com
PRIORITAS - Nasional
Pusat dan Daerah Dukung Keberlanjutan dan Perluasan
Program USAID PRIORITAS
2
3
(1) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, (2) Kepala Kantor
Wilayah Kemenag Provinsi Banten, Moh Salim, dan (3) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh
Hasanuddin Darjo, menyampaikan dukungannya untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID
PRIORITAS. Mereka berharap semakin banyak sekolah/madrasah menerapkan praktik yang baik.
1
Jakarta - Perwakilan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud),
Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti), lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), serta
tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS
mendukung keberlanjutan dan perluasan
program USAID PRIORITAS. Demikian
hasil dari Rapat Pembahasan Keberlanjutan
dan Perluasan Program USAID PRIORITAS
yang diadakan di Jakarta (11/1).
USAID PRIORITAS selama ini telah melatih
dan mendampingi pelaksanaan praktik yang
baik dalam pembelajaran, manajemen
berbasis sekolah, program budaya baca,
lembaga pendidikan tenaga kependidikan,
dan program tata kelola guru.
Hamid Muhammad PhD, Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah Kemdikbud, menyatakan Mendikbud Anies Baswedan telah
berpesan bahwa Kemdikbud masih membutuhkan program yang dirintis USAID
PRIORITAS dan berharap program masih
terus berlanjut.
“Kemdikbud berharap ada sinergi antara
lembaga pendidik tenaga kependidikan
(LPTK), lembaga penjamin mutu pendidikan
(LPMP) dan pusat pengembangan dan
pemberdayaan pendidik dan tenaga
kependidikan (P4TK) dengan pendekatan
kabupaten secara menyeluruh. Kita tidak
mungkin tangani sendirian, butuh bantuan
dari banyak pihak,” ungkap Hamid
Muhammad di sela-sela acara.
Dukungan keberlanjutan dan perluasan
program juga disampaikan oleh perwakilan
kabupaten mitra USAID PRIORITAS,
seperti disampaikan Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Aceh. “Dana sebesar Rp
16,4 miliar untuk 10 kabupaten/kota
nonmitra akan dialokasikan untuk
diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS,”
jelas Hasanuddin Darjo, Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Aceh.
Dukungan serupa disampaikan Sekretaris
Daerah Kabupaten Maros, Baharuddin, yang
menyatakan bahwa Maros telah
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,73
Miliar untuk melanjutkan implementasi
program USAID PRIORITAS, antara lain
melalui pembinaan MGMP dan KKG, serta
mengembangkan program budaya baca.
“Pemkab Maros menyediakan anggaran
diseminasi pelatihan, pengadaan buku
bacaan, rehabilitasi perpustakaan, dan
menerbitkan Perbup tentang budaya baca,”
kata Baharuddin. (Anw/Tif)
Medan, Sumatra Utara - Direktur USAID
Indonesia, Andrew Sisson, secara simbolis
menyerahkan hibah 1,1 juta buku bacaan
berjenjang kepada Kepala Bappeda Provinsi
Sumatra Utara, Arsyad Lubis. Buku tersebut akan
diberikan ke lebih dari 1.800 SD dan MI di
Sumatra Utara. “Buku-buku ini akan membantu
siswa meningkatkan minat dan kemampuan
membaca. Lebih dari 190.000 siswa di Sumatra
Utara akan menerima manfaat dari dukungan
ini,“ kata Direktur USAID Indonesia, Andrew
Sisson, di sela-sela acara (30/3).
Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, secara simbolis menyerahkan hibah 1,1 juta
buku bacaan berjenjang kepada Kepala Bappeda Provinsi Sumatra Utara, Arsyad Lubis.
Buku tersebut akan diberikan ke lebih dari 1.800 SD dan MI di Sumatra Utara.
2
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
“Program USAID PRIORITAS telah mendukung
implementasi pendidikan yang tertuang di dalam
RPJMN dan Renstra Kemendikbud 2015-2019,”
terang Direktur Pembinaan Sekolah Dasar
Kemendikbud Wowon Wirdayat MSi dalam
kegiatan hibah 1,1 Juta Buku Bacaan Berjenjang di
Provinsi Sumatera Utara. (Eh)
PRIORITAS - Nasional
Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kemenristek Dikti (dua dari kiri)
saat membuka acara diseminasi/ sosialisasi capacity sharing instruktur PPG di Makassar.
Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kemenristek Dikti,
Prof Intan Ahmad PhD, mengapresiasi
upaya USAID PRIORITAS
meningkatkan mutu pendidikan
profesi guru (PPG) dalam rangka
mempersiapkan lahirnya
calon-calon guru profesional.
Tingkatkan Mutu PPG untuk Calon Guru Profesional
Makassar, Sulawesi Selatan – Untuk meningkatkan kualitas
pendidikan profesi guru (PPG), Universitas Negeri Makassar (UNM)
bekerja sama dengan USAID PRIORITAS menggelar pelatihan
khusus untuk para dosen instruktur PPG. Pelatihan tiga hari
bertajuk Diseminasi Sosialisasi - Capacity Sharing Instruktur PPG ini
dibuka oleh Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, di Makassar (17/2).
Intan Ahmad mengapresiasi upaya USAID PRIORITAS dalam
meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru (PPG). Menurutnya,
modul dan pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS
memberi inspirasi dan contoh langsung pada dosen instruktur PPG
untuk menjadi fasilitator yang efektif dalam lokakarya PPG.
“Saya berharap hasil pelatihan ini dapat diterapkan oleh semua
dosen instruktur yang melaksanakan PPG. Guru adalah pilar utama
pendidikan. Lebih dari 50 persen daya serap siswa terhadap
pembelajaran dipengaruhi oleh kapasitas guru menyampaikan
materinya,” ujarnya saat membuka acara pelatihan tersebut.
Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Arismunandar, dalam
sambutannya juga menyatakan bahwa model lokakarya untuk PPG
masih perlu banyak perbaikan. “Selama ini kita masih terlalu
menggunakan paradigma akademik dan terlalu teknis. Kita perlu
membuat klinik khusus untuk mempelajari berbagai modul
pembelajaran. Untuk pengembangan PPG, modul pembelajaran aktif
yang aplikatif model USAID PRIORITAS, juga sangat penting kita
pelajari,” ujarnya.
diseminasi pelatihan untuk para dosen instruktur PPG (16-18/2).
Wakil Rektor I Unimed Prof Dr Abdul Hamid menyampaikan
komitmennya untuk memanfaatkan kemitraan Unimed dengan
USAID PRIORITAS untuk memperkuat peran Unimed
meningkatkan mutu pendidikan. “Kami ingin membangun
Indonesia dari sekolah. Karena itu kami dan USAID PRIORITAS
bekerja sama memperkuat kemampuan dosen dan guru agar
mampu membangun sekolah yang bermutu,” pungkasnya.
Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menristekdikti, yang hadir pada
acara diseminasi pelatihan di Unimed, menyebut perlunya dosen
dan guru untuk terus menerus mengembangkan metode terbaru
dalam proses pendidikan. Kemampuan dosen dan guru harus
terus ditingkatkan agar mampu menjawab tantangan zaman.
Menurutnya, Kemenristekdikti akan melakukan segala cara untuk
meningkatkan mutu dosen dan guru. “Kita akan memberikan
regulasi dan atmosfer yang mendukung, sehingga dosen dan guru
kita benar-benar bermutu,” tambahnya.
Menurut Lynne Hill, Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS,
program yang dikembangkan ini untuk mendukung peningkatan
kualitas PPG di LPTK. ”Kami mendukung peningkatan mutu
lokakarya PPK (praktik profesi kependidikan), program PPL
(praktik pengalaman lapangan), dan PPG untuk menyiapkan caloncalon guru berkualitas,” tukasnya. (Ajb/Eh/Anw)
PPG merupakan program pendidikan lanjutan selama satu tahun
yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon guru sebelum mengajar.
Mahasiswa yang menjalani pendidikan ini, selama 6 bulan akan
mengikuti kegiatan lokakarya, dan 6 bulan praktik mengajar. Para
dosen yang ikut dalam pelatihan ini adalah dosen yang memiliki
kewenangan menjadi instruktur dalam PPG.
USAID PRIORITAS mendukung peningkatan mutu PPG dengan
mengembangkan modul dan melatih para dosen instruktur PPG
dengan keterampilan praktis dalam mengelola perkuliahan PPG yang
aktif dan efektif. Beberapa materi yang dikembangkan seperti
mengelola lokakarya PPG berbasis pembelajaran aktif dan efektif,
mengembangkan jurnal refleksi, menyusun pertanyaan tingkat tinggi
dan lembar kerja, mengelola penilaian autentik dan portofolio,
menyusun rencana pembelajaran dan melakukan praktik mengajar
terbatas (microteaching) kepada para dosen yang lain.
Di Medan, Universitas Negeri Medan (Unimed) juga melaksanakan
Supartinah, dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta, sedang
mendampingi mahasiswa PPG menganalisis pemetaan indikator
pembelajaran dalam buku paket siswa. Supartinah sedang menerapkan
pendekatan perkuliahan aktif dalam PPG seperti yang dilatihkan program,
USAID PRIORITAS.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
3
PRIORITAS - Nasional
Berbagi Hasil Studi dan Pendampingan Tata Kelola Guru
Jakarta – Untuk mensinergikan hasil studi dan
pendampingan implementasi kebijakan tata kelola
guru di tingkat nasional dan daerah, USAID
PRIORITAS memfasilitasi diskusi tata kelola guru,
di Jakarta (3/3). Acara ini dihadiri oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
(GTK), Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan
(Puslitjakdikbud) Kemendikbud, staf khusus
Mendikbud, ACDP (Analytical and Capacity
Development Partnership), KIAT Guru (Kinerja dan
Akuntabilitasi Guru), ICW (Indonesia Corruption
Watch), Paramadina, Bank Dunia, program INOVASI
(DFAT), dan USAID PRIORITAS.
“Kami di Ditjen GTK merasa terbantu, banyak
Staf Khusus Mendikbud, Achmad Rizali, memfasilitasi diskusi salah satu kelompok kebijakan
pihak yang telah melakukan penelitian dan
tata kelola guru yang dihadiri perwakilan Kemendikbud, lembaga donor, dan NGO yang
membuat contoh bagaimana mengelola guru di
mendukung studi dan pendampingan tata kelola guru.
lapangan. Hasil penelitian dan pengalaman
pengelolaan guru ini akan kami sinergikan dengan
guru honorer karena juga terkait dengan anggaran pemerintah.
grand design yang kami susun,” ungkap Nurzaman, Sekretaris Dirjen
GTK Kemendikbud.
Febri Hendri, peneliti dari ICW dalam presentasinya menyampaikan
agar penataan guru efektif dilaksanakan, harus ada sangsi bagi
David Harding, dari ACDP menyebut ada tiga permasalahan guru di
daerah
yang tidak melaksanakan, dan ada pemberian insentif bagi
Indonesia. Pertama, ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan
daerah yang berhasil mengimplementasikan penataan distribusi
pasokan guru. Jumlah guru terlalu banyak dan distribusinya tidak
guru. “Kalau perlu kuota guru PNS diberikan kepada daerah yang
merata. Banyak bermunculan LPTK bermutu rendah yang
penataan guru di daerahnya sudah berhasil dilaksanakan,” tukasnya.
menghasilkan banyak calon guru yang tidak bermutu. Kedua,
Ketidakhadiran guru di sekolah. Ketiga, masalah peningkatan
kualitas guru. ”Kami menemukan ada 10 persen guru yang tidak
hadir di sekolah. Sementara ada 14 persen guru yang hadir di
sekolah tetapi tidak hadir di kelas,” kata David. Dia juga
menyarankan perlu adanya mekanisme kontrol untuk rekrutmen
Totok Amin Soefijanto dari Paramadina memaparkan masih ada
sekitar 51% guru yang belum disertifikasi dengan strategi pengembangan profesi yang baik. “UKG di Indonesia adalah yang paling
masif di dunia. Melalui UKG kita sukses memiliki alat untuk
mengukur guru. Hanya ukurannya tidak cukup di atas kertas atau
di atas komputer. Keterampilan guru
mengajar di kelas juga perlu
diperhatikan.Yang juga penting adalah
menyelenggarakan pelatihan guru
yang baik dan berkelanjutan dengan
melibatkan LPTK,” katanya.
Jakarta - Lima pejabat dari Kemenristekdikti, Kemendikbud, dan Kemenag yang difasilitasi
Mark Heyward, Penasehat Tata Kelola
USAID PRIORITAS dan USAID PRESTASI mengunjungi Michigan State University (MSU)
dan Manajemen Pendidikan USAID
untuk belajar program penyiapan calon guru dan peningkatan kompetensi guru (26/2-7/3).
PRIORITAS, menyampaikan bahwa
Mereka berkesempatan melihat proses perkuliahan dan mahasiswa praktik mengajar di
USAID PRIORITAS sejak tahun 2013
sekolah. Mereka juga difasilitasi bertemu dengan Dinas Pendidikan Negara Bagian Michigan
telah memfasilitasi implementasi
berdiskusi membahas isu-isu penyiapan calon guru, sertifikasi guru, penilaian dan
penataan dan pemerataan guru di 50
pengembangan profesionalitas guru.
kabupaten mitra di 7 provinsi, dan
Mereka juga mengunjungi SD Bret Hart dan SD Walsh, dua sekolah mitra MSU yang menjadi
saat ini sedang mengembangkan
tempat magang mahasiswa. Sekolah ini dan MSU mengembangkan standar pembelajaran agar
perencanaan strategis pengembangan
mahasiswa dapat menerapkan praktik-praktik pembelajaran aktif di kelas. ”Kami melihat
keprofesionalan berkelanjutan (PKB).
mahasiswa yang praktik di kedua sekolah ini sangat baik sekali dalam mengajar. Semua tampak
“Kami telah memfasilitasi
sudah terbiasa membuat anak kreatif dan komunikatif,” kata Nur Kholis, spesialis
penggabungan sekolah SD negeri
pengembangan LPTK USAID PRIORITAS yang mendampingi kunjungan ke MSU.
sebanyak 526 sekolah, pembelajaran
Sebelumnya, 21 dosen dari 7 LPTK mitra USAID PRIORITAS di bawah Kemenristekdikti dan
kelas rangkap sebanyak 105 sekolah,
Kemenag, selama 2 bulan melakukan penelitian pengembangan program praktikum calon guru
mutasi guru SD dan SMP lebih dari
di MSU. Sebagai tindaklanjut dari kunjungan tersebut, para pejabat kementerian ini
5.000 guru, guru mengajar di lebih
diharapkan dapat memberi dukungan kepada dosen LPTK mitra yang sudah melakukan
dari satu sekolah dengan tetap sesuai
penelitian di MSU. Terutama saat melakukan penelitian atau ujicoba menerapkan program
dengan sertifikat pendidiknya 1.267
praktikum penyiapan calon guru profesional seperti yang dipelajari dari MSU.
guru, serta alih fungsi dari guru mapel
di SMP dan SMA menjadi guru di SD
Pejabat yang ikut kegiatan ini yaitu: Kemenristekdikti - Paristiyanti Nurwardani, Direktur
sebanyak 675 guru,” katanya. Hasil
Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Kemenag - Anis Masykur, Kepala
dari
pertemuan ini akan dipertajam
Bidang Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, dan Syafiuddin Zainan Thaib, Kepala
dengan membahas rencana aksi untuk
Subdit Pengembangan Kelembagaan, Direktorat Madrasah. Kemendikbud: Santi Ambarukmi
mendukung ekosistem tata kelola
dan Ferry Yulmarino, Pejabat Bidang Perencanaan Kebutuhan Guru, Peningkatan Kualifikasi,
guru yang dikembangkan Kemdikbud.
dan Kompetensi Pendidikan, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan. (Nur/Anw)
(Anw)
Belajar Peningkatan Kualitas Guru ke MSU
4
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
PRIORITAS - Provinsi
Para dosen, guru, dan kepala sekolah mitra STKIP Muhammadiyah dilatih dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen
berbasis sekolah. Pada saat praktik mengajar di sekolah, mereka membuat siswa belajar lebih aktif, menghasilkan karya kreatif, dan memajangkannya.
Dosen dan Sekolah Mitra LPTK Papua Barat
Dilatih PAKEM dan MBS
Manokwari Selatan, Papua Barat USAID PRIORITAS memfasilitasi pelatihan
praktik yang baik bagi dosen-dosen STKIP
Muhammadiyah Manokwari dan 6 sekolah
mitranya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam
dua tahap, yatu pada 15-20 Februari 2016
pelatihan pembelajaran, dan 7-11 Maret
2016 pelatihan manajemen berbasis
sekolah (MBS). Peserta berasal dari dosen,
kepala sekolah, guru, pengawas dan staf
Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari.
”Pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas
perkuliahan di STKIP Muhmmadiyah dan
pembelajaran sekolah mitranya. Kami
berharap para calon guru di STKIP
Muhammadiyah mendapatkan perkuliahan
yang berkualitas dan tempat praktik
mengajar di sekolah yang juga berkualitas.
Jadi ada sinergi peningkatan mutu
pendidikan antara LPTK dan sekolah,” kata
Sudarsono Koordinator Program USAID
PRIORITAS di Provinsi Papua Barat.
Pelatihan ini menggunakan modul 1 dan 2
praktik yang baik dalam pembelajaran dan
MBS dengan fokus pada praktik PAKEM,
manajemen untuk mendukung keberhasilan
pembelajaran, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan sekolah, serta
menyusun perencanaan sekolah dalam
bentuk RKS dan RKAS, termasuk program
untuk menumbuhkan budaya baca bagi
warga sekolah.
”Sebelumnya saya takut salah dengan
laporan-laporan yang dibuat, maklum saya
baru satu tahun sebagai kepala sekolah.
Saya juga belum pernah ikut pelatihan
tentang cara menyusun RKS/RKT/RKAS.
Sekarang saya lebih lega dan tidak takut lagi
membuat laporan karena saya didampingi
USAID PRIORITAS dan dosen STKIP
Muhammadiyah,” kata Lenora Borlak
Kepala SD Inpres 41 Wosi Dalam,
Manokwari, saat memberikan testimoninya
usai mengikuti pelatihan. (Sds)
Siswa ABK Papua Terbantu dengan BPKP
Wamena, Papua - Menindaklanjuti pelatihan pemanfaatan buku paket kontekstual
Papua (BPKP), tim pelatih YKW dan USAID PRIORITAS mengadakan pendampingan ke
sekolah mitra. Salah satunya ke SD Don Bosco Pugima, Wamena, Papua. Salah seorang
guru yang didampingi adalah guru kelas II, Simson Hisage. Menurut Simson, BPKP
sangat membantu dia mengajar dengan tahapan yang jelas dan menyenangkan. Bahkan
dapat membantu siswa ABK belajar dengan baik.
Ada siswanya yang bernama Nikolina Halitopo yang anak berkebutuhan khusus (ABK).
Dia menderita tuna rungu atau bisu dan tuli. Pada saat mengajar dengan BPKP, Nikolina
begitu semangat belajar. Soal-soal latihan dapat dikerjakan dengan baik karena BPKP
dilengkapi dengan gambar-gambar yang sangat menarik dan terkait dekat dengan
kehidupan sehari-hari anak. Sebelum adanya BPKP, Nikolina sangat sulit untuk belajar,
dia lebih banyak diam.
“Nikolina sekarang bisa belajar lebih baik dari sebelumnya dengan bantuan guru dan
teman sebangkunya. Mereka menjelaskan cara belajar dengan menggunakan jari-jari
tangan dan pion,” tukas Simson. Menurutnya, pembelajaran dengan BPKP membantu
siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Dari hasil evaluasi pembelajaran,
Nikolina bisa mengerjakan soal-soal latihan dalam BPKP. (Grn)
Nikolina Halitopo sedang dibantu temannya
belajar dengan BPKP.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
5
PRIORITAS - Provinsi
Gerakan Indonesia Membaca di Lebak
Mendikbud: Pembiasaan Baca di Sekolah itu Perlu!
menit sebelum pembelajaran dimulai dengan membaca.
Kita ingin membaca menjadi pembiasaan sehingga ini
yang disebut budaya baca,” katanya dalam acara
peluncuran Gerakan Indonesia Membaca yang
dilaksanakan di Kampus La Tansa Mashiro Rangkasbitung,
Kabupaten Lebak. “Peluncuran gerakan ini menjadi tidak
bermakna jika tidak ada proses pembiasaan membaca.
Mari kita tingkatkan minat baca dan daya baca!”
Chantika, siswa SMPN 3 Rangkasbitung menjelaskan program membaca di
sekolahnya di stan USAID PRIORITAS kepada Mendikbud Anies Baswedan.
Lebak, Banten – Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud), mengatakan membaca perlu
ditumbuhkan di lingkungan sekolah sebagai perwujudan dari
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan
budi pekerti (31/3). “Semua sekolah bisa memulai lima belas
Untuk mendukung pengadaan buku bacaan di Kabupaten
Lebak, USAID PRIORITAS pada acara tersebut
menyerahkan hibah buku bacaan berjenjang yang
diterima Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya. Anies
Baswedan juga berkesempatan mengunjungi pameran dan
berdialog dengan perwakilan guru dan siswa yang
menjadi narasumber tentang pelaksanaan gerakan literasi
di sekolah. USAID PRIORITAS turut serta dalam
pameran dengan memajangkan hasil karya siswa dan guru
tentang perkembangan program baca di sekolah mitra.
Chantika, siswa SMPN 3 Rangkasbitung, tampak antusias
menjelaskan buku hasil karya siswa yang dipamerkan. “Membaca
itu tidak hanya menambah wawasan saja tetapi juga merangsang
kami untuk berimajinasi dalam menulis seperti cerpen yang
dibukukan ini,” kata Chantika sambil menunjukkan buku
terbitan sekolah kepada Mendikbud. (Anl)
Tingkatkan Literasi, MTsN Susoh Luncurkan ‘Gelira’
Menurut Kepala MTsN Unggul Susoh, Syamsullijarni SPd, gerobak
baca ini akan mendukung program membaca 15 menit sebelum
pembelajaran dimulai. “Siswa juga bisa memafaatkan jam istirahat
atau waktu luang untuk membaca buku-buku yang tersedia pada
gerobak baca,” tukasnya. Untuk memperbarui koleksi buku-buku
bacaan, madrasah menggerakkan siswa untuk menyumbang buku
bacaan yang sudah dibacanya ke madrasah. Siswa secara bergantian dapat membaca dan bertukar koleksi buku.
Dari gerakan lima ratus rupiah, dalam satu bulan terkumpul ratarata lebih dari 1 juta. Uang tersebut sebagian digunakan untuk
membeli buku dan sebagian disimpan di bank untuk membantu
pembelian mobil untuk antar jemput siswa. Apalagi kalau sore
angkutan umum sudah tidak ada yang lewat madrasah. (Tmk)
Finalisasi Modul Membaca untuk LPTK
Gerobak baca MTsN Susoh diletakkan dekat halaman kelas sehingga
siswa dapat dengan mudah mendapatkan koleksi buku-buku bacaan.
Blangpidie, Aceh - MTsN Unggul Susoh meluncurkan
program gerobak baca dan gerakan lima ratus rupiah (Gelira)
setiap Senin untuk mendukung dan menumbuhkan minat
membaca siswa. Kepala Kantor Kementerian Agama
(Kankemenag) Aceh Barat Daya (Abdya), Drs Alijar, menyebut
program ini dapat meningkatkan minat baca siswa. “Buku
adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya, dan menulis
adalah pemahamannya. Saya mendukung program budaya baca
ini,” katanya saat peresmian program di MTsN Susoh (6/1).
6
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
Semarang, Jawa Tengah – Kemitraan antara Florida State
University (FSU) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes)
terus berlanjut. Norma Evans dan Marion Fesmire dari FSU,
selama dua minggu (15-26/2) bersama dengan dosen Unnes dan
UIN Walisongo meninjau perkuliahan yang menerapkan materi
perkuliahan literasi yang mereka kembangkan bersama berdasar
hasil penelitian literasi terbaru.
Materi tersebut akan difinalisasi sebelum didiseminasikan ke 16
LPTK mitra USAID PRIORITAS. Saat ini sudah ada 8 unit materi
perkuliahan literasi yang dikembangkan dari 12 unit yang
dipersiapkan, yaitu tentang pengantar literasi, bahasa lisan dan
menyimak, kesadaran fonologis, konsep tulisan/cetak dan
kesadaran alfabet, membaca kata, kelancaran, kosa kata, dan
membaca mandiri. (Anw)
PRIORITAS - Provinsi
Inilah Manfaat Buku
Bacaan Berjenjang
Sulawesi Selatan - SDN 07 Letta Bantaeng,
setelah menerapkan program membaca dengan
buku bacaan berjenjang, siswa kelas II yang diajar
oleh Idayani berinisiatif membuat buku kecil.
Salah satu buku karya siswa tersebut berjudul
“Seminggu Bersama Kakek,” yang judulnya sama
dengan salah satu buku bacaan berjenjang,
namun isinya berdasarkan pengalaman sendiri.
“Buku bacaan ini membuat siswa percaya diri
dan antusias menulis kisahnya sendiri,” ujarnya.
Di Pangkep, Hasni Hasan, guru SDN 1 Kassi
Kecamatan Balocci, secara kreatif meminta siswa
bermain peran sebagai guru untuk memandu temannya membaca
bersama dengan buku besar. “Praktik ini meningkatkan kepercayaan
diri siswa untuk berani tampil di depan maupun bertanya. Mereka
berlomba-lomba mengacungkan tangan untuk tampil ke depan,” ujar
Hasni.
Di Makassar, Akbar guru kelas III SD Inpres Tamalanrea 4,
menggunakannya untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus yang
Fasilitator buku bacaan berjenjang di Pangkep, Hasni Hasan, meminta
siswa juga memandu temannya membaca bersama sehingga memancing
kepercayaan diri siswa lainnya untuk berani tampil dan bertanya.
mengalami kesulitan membaca. “Walaupun mengalami kesulitan
membaca, buku ini benar-benar membuat mereka antusias ikut
membaca,” ujarnya. Sedangkan Eny, guru MI Al Abrar Makassar,
memanfaatkan buku tersebut untuk melibatkan siswa membantu
teman-temannya yang masih kurang lancar membaca. (Ajb)
Belajar Kosa Kata dengan
Permainan Suku Kata dan
Potongan Huruf
Selain membaca buku, siswa dibimbing untuk menyusun potongan
kata, suku kata, dan huruf. “Cara ini untuk membantu siswa yang
kurang lancar membaca belajar menyusun huruf dan suku kata
sehingga menjadi kata-kata,” terang Ambar.
Siswa yang kurang lancar membaca, mengeja, atau menyusun
huruf menjadi kata, dikumpulkan dalam satu kelompok yang
berjumlah 6 orang. Ambar melakukan kegiatan membaca
terbimbing kepada mereka. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan
permainan kata. Ambar menata kata-kata di meja, dan meminta
siswa mencari kata yang diucapkannya. “Ayo Putra, cari kata kepik
di dalam susunan kata ini,” Ambar menugaskan siswa bernama
Putra untuk mencari kata kepik. Putra berhasil mengambil kata
kepik. Ambar membimbing Putra untuk menyocokkan kata yang
ditemukannya dengan tulisan di buku. “Kepik sama dengan kata di
buku,” teriak Putra gembira.
Atas-bawah: permainan kata, suku kata, dan huruf dengan potongan huruf
yang dibuat Ambar dikolaborasikan dengan kegiatan Membaca Terbimbing
untuk siswa kelas yang masih belum lancar membaca.
Mojokerto, Jawa Timur - Yuli Ambarsari SPd, guru kelas 1 SDN
Segunung mengkreasi kegiatan membaca terbimbing 15 menit
dengan permainan kata. Dia membuat potongan kata, suku kata, dan
huruf sesuai dengan kata-kata yang tercantum dalam buku bacan
berjenjang. Di buku berjudul ‘Serangga’, Ambar membuat potongan
huruf capung, potongan suku kata ca-pung, dan potongan huruf c-a-pu-n-g.
Dia membuat media tersebut untuk kelompok siswa yang masih
belum lancar membaca. Siswa dibimbing membaca kata di buku
bacaan berjenjang. Dia juga selalu menunjukkan gambar dan kata
yang ada di buku sehingga menambah ketertarikan siswa membaca.
Selanjutnya Ambar menyiapkan potongan suku kata. “Coba
sekarang dicari di potongan suku kata ini ya, kata kepik terdiri
dari suku kata ke dan pik. Nah, kalau lebah terdiri dari suku kata
apa?” tanya Ambar. Salah satu siswa mengacungkan tangannya dan
mengeja kata le-bah, demikian seterusnya.
Di akhir, dari suku kata, Ambar memotongnya menjadi potongan
huruf. Masing-masing siswa diminta menyusun kata dari suku kata,
dan huruf. Setelah mereka berhasil melakukannya, Ambar
kemudian meminta mereka berpasangan. “Satukan potongan
hurufmu dengan pasanganmu. Kemudian carilah kata-kata baru
dari potongan huruf tadi,” pintanya.
Siswa antusias mengerjakannya. Misalnya dari potongan suku kata
be-la-lang disusun lagi menjadi belang. Dan siswa pun sebanyakbanyaknya menyusun kata-kata baru temuannya bersama
kelompoknya. Selama membimbing 6 siswa tadi, Ambar
memberikan tugas pada siswa lainnya, yakni mencari sebanyakbanyaknya kata berakhiran -ng dari buku yang dibacanya. (Dkd)
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
7
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Galang Program
Orangtua Mengajar
Tangerang, Banten - Melibatkan peran serta
masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan
menjadi indikator keberhasilan manajemen sekolah
yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Hal itu
menginspirasi MTsN 2 Tangerang menggagas
program orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15
orangtua yang berasal dari berbagai profesi
pekerjaan dan tampil berpartisipasi dalam acara
orangtua mengajar.
Pembelajaran aktif di kelas VI SDN Sumbergondo 2, Batu, kini menjadi rujukan.
Ubah Sekolah Kurang Bermutu
Jadi Sekolah Rujukan
Sri Winarni, Kepala SDN
Sumbergondo 2, Batu
Batu, Jawa Timur - “Awal menjabat kepala
sekolah, saya dihadapkan dengan banyak
masalah. Mulai dari guru yang kurang disiplin
dalam mengajar, sering terlambat,
pembelajaran berjalan konvensional, dan
masyarakat kurang dilibatkan dalam
pengembangan sekolah. Banyak yang bilang
karena ini sekolah di desa maka hal itu wajar,”
urai Sri Winarni, Kepala SDN Sumbergondo 2
Batu, saat diwawancarai di sekolahnya (18/2).
Sekolah mitra USAID PRIORITAS yang berada
di daerah pedesaaan lereng Gunung Arjuna ini
berhasil menjadi sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya karena peran
kepemimpinan kepala sekolah. Kemitraan dengan USAID PRIORITAS
dimanfaatkan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam
mengajar. Dia melibatkan guru dan komite sekolah dalam merancang
perubahan di sekolah. Paguyuban kelas bersama guru kelas sebulan sekali
rapat membahas program peningkatan mutu pembelajaran.
Kepala sekolah aktif melakukan supervisi sekaligus melakukan
pendampingan kepada guru. “Dua bulan setelah para guru dilatih, saya
melihat hanya guru kelas VI yang sudah menerapkan pembelajaran aktif.
Lalu saya melibatkan guru kelas VI menjadi tim pendamping bagi guru
lainnya untuk menerapkan hasil pelatihan USAID PRIORITAS,” katanya.
Kini semua guru kelas sudah menerapkan pembelajaran aktif. Pajangan hasil
karya siswa kelas I sampai kelas VI, sudah memperlihatkan kemampuan
belajar berpikir tingkat tinggi. Di kelas I, siswa membuat laporan hasil
wawancara dengan orang tuanya tentang ciri-ciri diri siswa saat mulai baru
lahir sampai usia 7 tahun. Di kelas II, siswa menggambar benda-benda segi
empat yang ada di kelas dan mendeskripsikan dengan kata-katanya sendiri.
Ayu Cipta yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku
senang dan bangga terlibat dalam program orangtua
mengajar. Ia pun memperluas wawasan siswa tentang
peran wartawan dalam melakukan peliputan dan
cara menulis berita. “Para siswa tampak sangat
antusias belajar menulis berita,” kata wartawati
Tempo tersebut.
Beberapa orangtua tidak menyangka bahwa mereka
juga terlibat untuk mengajar di kelas sebagaimana
layaknya guru. Seperti yang disampaikan Dadang
Akhdiat, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS)
Tangerang, “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru.
Baru sekarang terwujud dengan diberikan
kesempatan mengajar. Kami jadi ketagihan untuk
mengajar kembali di sini.”
Sementara siswa mengaku senang karena
mendapatkan wawasan dan pengalaman baru
mengenai berbagai profesi pekerjaan. “Saya senang
dan tertarik dengan program orangtua mengajar ini
karena saya belajar tentang pengalaman profesi yang
jadi inspirasi di kemudian hari,” cerita Maryam
Adelweis, siswa kelas VII.
Program yang dimulai awal tahun 2016 ini, akan
menjadi agenda rutin madrasah. Para orang tua di
setiap kelas diundang untuk membagikan
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya.
”Topiknya juga disesuaikan dengan topik yang
pembelajaran yang diajarkan guru. Kegiatan ini
memperkaya wawasan dan membantu guru
memperkaya sumber pembelajaran,” kata Mulyadi
SAg MPd, kepala MTsN 2 Tangerang. (Anl)
Di jenjang kelas yang lebih tinggi, seperti kelas IV sampai VI, hasil karya
siswa tampak lebih menantang, terstruktur, dan ditulis dengan kalimat yang
lebih panjang. Seperti di kelas VI siswa membuat laporan percobaan
rangkaian listrik paralel dan seri, serta keuntungan dan kerugiannya.
Pada ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) tahun 2015 lalu,
sekolah ini berhasil menjadi juara 1 tingkat kecamatan dari sebelumnya
hanya peringkat 15. Sekolah ini juga ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kota
Batu menjadi sekolah rujukan bagi sekolah lainnya. Menurut Trihananing
Tyas, guru kelas VI, pembelajaran aktif di kelasnya menjadi lebih optimal
karena dukungan kepala dan komite sekolah yang menyediakan kebutuhan
pelaksanaan pembelajaran aktif. Lihat presentasi kepala SDN Sumbergondo 2:
http://prioritaspendidikan.org/id/media/608/presentasi-kepala-sdn-sumbergondo02-batu- (Anw)
8
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
Ayu Cipta, Wartawati Tempo, yang juga orangtua siswa di
MTsN Tangerang, tampak sedang memandu diskusi antar
siswa tentang peran wartawan dan cara menulis berita.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
MI Islamiyah Alwathaniyah
Pilih Pertahankan ABK
Jombang, JawaTimur – MI Islamiyah
Alwathaniyah, merupakan satu di antara
madrasah mitra USAID PRIORITAS di
Kabupaten Jombang. Madrasah ini memiliki
tiga program pembelajaran, yaitu kelas
regular, kelas internasional, dan kelas
inklusif. Madrasah juga menyediakan
seorang native speaker untuk meningkatkan
kualitas bahasa Inggris siswa dan pengajar
di kelas internasional.
Madrasah ini memiliki 253 siswa, yang 26
siswa di antaranya termasuk dalam kategori
ABK. Kekhususan yang dimiliki diantaranya
1 siswa kurang mendengar, 8 siswa
hiperaktif, dan 17 siswa lambat belajar.
Abd. Fattah SS, sang kepala madrasah yang
masih muda dan energik, pernah belajar
tentang pendidikan inklusif selama 6 bulan
di Sekolah Madania Parung Bogor yang
berada di bawah naungan Universitas
Paramadina.
Penerapan sistim pendidikan inklusif sudah
mulai dari pendaftaran. Siapa pun anak yang
mendaftarkan diterima semua selama masih
ada tempat. Setiap orang tua yang datang
mendaftarkan anaknya akan mengikuti
proses wawancara bersama anaknya. Hal ini
untuk mengetahui peta kemampuan anak
sehingga madrasah dapat menentukan
kebijakan dan strategi pembelajaran yang
sesuai bagi anak. Dengan demikian
diharapkan setiap anak dapat memperoleh
layanan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Strategi yang diterapkan madrasah ini
untuk melayahi pembelajaran siswa ABK
antara lain:
Adelia Permata
Agustin, siswa ABK
lambat belajar juara
3 dalam lomba story
telling yang
diselenggarakan
madrasah pada
acara Milad ke 70
untuk memupuk dan
meningkatkan
keberanian siswa.
Guru kelas 1 sedang memberikan bimbingan
kepada Dhenok Maia Ardita, siswa ABK yang
mengalami keterbatasan pendengaran.
1. Proses pembelajaran di kelas 1 – III
dibimbing oleh dua orang guru dengan
model team teaching. Seorang guru
menyampaikan materi untuk semua
siswa dan guru lainnya bertugas
mendampingi siswa ABK agar bisa
mengikuti proses belajar.
2. Ada sesi parenting untuk orang tua
siswa ABK. Mulai awal masuk madrasah
dan 6 bulan berikutnya, orang tua
mendapat pendampingan melalui
paguyuban kelas. Tujuannya agar terjadi
pemahaman yang sama antara pihak
madrasah dengan orang tua siswa.
3. Adanya buku komunikasi yang menjadi
media penghubung antara guru dengan
orang tua ABK. Guru dan orang tua bisa
mengetahui perkembangan ABK, baik di
rumah maupun di madrasah. Hal ini
untuk mempermudah dalam
menentukan tahapan bimbingan
Guru memberikan bimbingan pada siswa ABK
secara perorangan di luar jam belajar.
selanjutnya.
4. Madrasah juga menyediakan kelas
khusus untuk pelajaran tambahan bagi
ABK dan siswa lain yang kesulitan
maupun ketinggalan pelajaran.
5. Ada program pengembangan bakat anak
sesuai dengan bakat dan minat setiap
siswa.
Ada peristiwa menarik yang membuktikan
komitmen kepala madrasah terhadap
layanan pembelajaran bagi siswa ABK. Pada
saat orang tua mengetahui bahwa madrasah
menerima siswa ABK, banyak orang tua
yang belum memahami ABK dan pendidikan
inklusif, mengancam akan memindahkan
anaknya. Namun kepala madrasah lebih
memilih mempertahankan ABK.
Menurut pertimbangannya, siswa yang
normal bisa dengan mudah mencari
madrasah lain, sedangkan siswa ABK akan
mengalami kesulitan mencari madrasah
karena tidak setiap madrasah bisa
menerima mereka. Seiring waktu dan
setelah mengetahui dampak positif program
madrasah tersebut, orang tua kini bisa
menerimanya.
Madrasah juga mengikutsertakan siswa ABK
dalam kejuaraan sampai tingkat nasional.
Pada saat acara Joyful camp yang diikuti oleh
sekolah internasional seluruh Indonesia
pada bulan Desember 2015, madrasah ini
mendapat 9 tropi dan 2 di antaranya diraih
oleh ABK nama Gunawan Syahputra, siswa
ABK hiperaktif dan lambat belajar juara 2
dalam lomba matematika kelas V, dan
Muhammad Roudlatul Hidayat, siswa ABK
keterbatasan penglihatan juara I dalam
lomba story telling kelas VI. (Wsa)
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
9
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Bengkel Menulis Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa
Bantaeng, Sulawesi Selatan - SDN 7 Letta mengembangkan gerakan
literasi untuk siswa kelas IV, V, dan VI bernama bengkel menulis. Bengkel
menulis adalah pelatihan menulis yang diadakan SDN Letta untuk siswa
kelas tinggi, dengan jadwal 2 minggu sekali, selama 2 jam per pertemuan.
Untuk meningkatkan literasi anak, guru-guru SDN Letta menggunakan
strategi curah gagasan dan membuat peta konsep. Salah seorang siswa yang
ikut kegiatan tersebut adalah Sri Puji Lestari, siswa kelas VI yang belajar
membuat tulisan tentang berkebun. Lewat curah gagasan, dia menulis secara
acak segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan berkebun.
Setelah Puji selesai menuliskan semua gagasan mengenai berkebun, gurunya,
Hasnawiyah, meminta dia mengelompokkan gagasan tersebut ke dalam
kategori-kategori yang lebih umum, misalnya tanah dan air masuk kategori
lahan, buah-buahan masuk kategori tanaman, dan seterusnya. Kategorikategori itu dibuatkan peta pikiran. Dia tulis besar-besar “berkebun” di
tengah kertas, dilingkari, dan ditulis tanda panah menunjuk ke masingmasing kategori: tanaman, lahan, pupuk, dan sabit.
Guru memandu siswa menentukan kategori mana yang paling sesuai untuk
dikembangkan menjadi paragraf pertama. Puji mengembangkan kategori
lahan menjadi tulisan berikut: “Kakekku mempunyai lahan di samping
rumah. Lahan itu sangat luas. Aku biasa ikut bersama kakek ke lahan”.
Untuk paragraf kedua dia pilih sabit, dan dia menulis: “Kakekku biasa
membawa cangkul dan sabit. Cangkul biasa ia gunakan untuk menggali tanah
atau menanam tanaman”.
Semua kategori yang ada dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Tulisan
tersebut masih berupa draf dan mesti dikoreksi guru. Guru yang bertindak
sebagai editor mengoreksi tata bahasa yang digunakan, menambah beberapa
kata yang kurang, dan memberi saran pengembangan kalimat.
Berdasarkan hasil edit guru, siswa merevisi kembali tulisan itu menjadi lebih
tertata dan panjang. Semua rangkaian tulisan ini dimulai dari brainstorming,
pra penulisan, pembuatan draf, dan disatukan. Selanjutnya diberi sampul
dengan gambar bertema berkebun yang dibuat oleh Puji. (Ajb)
Puji menunjukkan hasil karyanya: pertama, membuat peta pikiran;
kedua, menuliskan secara bebas hasil peta pikiran; dan ketiga,
pengeditan dan penyempurnaan tulisan.
Belajar Energi Angin dan Jarak Luncur Roket
Kemudian guru mengajak siswa melakukan percobaan sederhana
untuk mengetahui mengapa roket bisa meluncur. Hernawati
membantu mempersiapkan semua alat dan bahan untuk percobaan
seperti kertas hvs, lem, selotif, kertas berwarna, kertas post-it, dan
gunting. Lalu siswa membuat roket sederhana dengan panduan di
lembar kerja dan pendampingan guru.
Cara membuatnya yaitu kertas hvs dipotong menjadi dua bagian
dan digulung sehingga membentuk tabung, dan kedua ujung kertas
direkatkan. Kepala roket dibuat dari kertas yang dibentuk kerucut
dengan ujung yang lancip. Bagian badan roket ditempelkan sayap
yang dibuat dari kertas berwarna. Setiap kelompok diminta
membuat tiga buah roket dengan ukuran berbeda, yaitu roket yang
dibuat dengan sayap besar, sayap sedang, dan sayap kecil.
Guru sedang mendampingi siswa membuat roket dari kertas.
Deli Serdang, Sumatra Utara - Gelora SPd, guru SDN
101774 Sampali, menunjukkan roket mainan dan bertanya kepada
siswa kelas IV SDN 101775, mengapa roket bisa meluncur? Gelora
bersama rekannya, Hernawati, guru MIS Madinatussalam,
mengajar pemanfaatan energi angin pada praktik mengajar
pelatihan Modul 3 tingkat SD/MI. Saat memulai pelajaran, guru
menjelaskan singkat pemanfaatan energi angin.
10
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
Ketiga roket yang sudah jadi ditiup siswa dan diukur jarak
luncurnya. Siswa lalu membandingkan hasil percobaan pertama,
kedua, dan ketiga. Siswa secara individu menuliskan hasil
pengamatannya. Di dalam kelompok, siswa saling bertukar laporan,
memberikan masukan, dan memperbaiki laporannya. “Ternyata
roket dengan sayap yang besar yang jarak luncurnya yang paling
jauh karena hambatan udaranya menjadi lebih besar dan
mendorong roket lebih jauh,” kesimpulan salah seorang siswa
dalam presentasinya. (Eka)
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Mendeteksi Benda Isolator
dan Konduktor dengan APIK
Oleh Widiyanto MPd, Guru Kelas VI SDN 2 Kalibawang
Wonosobo, Jawa Tengah - Widiyanto, guru kelas VI SD Negeri 2
Kalibawang, Wonosobo, mengajak para siswanya membuat alat
sederhana dari barang bekas mainan untuk mendeteksi benda-benda
isolator dan konduktor. “Ide ini bermula ketika saya melihat bekas
mainan robot dan mobil-mobilan remot kontrol yang sudah tidak
terpakai,” katanya.
Lampu LED yang menyala
menandakan benda tersebut
merupakan benda konduktor.
Dia membagi siswa menjadi 4 kelompok, dan memberikan alat dan
bahan yang akan digunakan, yaitu kayu papan, gergaji besi, baterai
koin yang diambil dari bekas mainan, lampu LED, kabel tembaga, dan
paku pinus. Siswa mulai bekerja dengan memotong kayu ukuran
3 x 7 cm dengan gergaji besi. Kemudian membuat dudukan untuk
dua buah baterai kancing yang diletakkan di tengah. Selanjutnya
memotong 3 buah kabel tembaga dengan ukuran 5 cm, 4 cm, dan
3 cm. Lalu membentuk kaki lampu led yang disesuaikan dengan lebar
papan kayu.
Setelah semua siap, lampu led dihubungkan dengan kabel dan baterai
menjadi rangkaian seri. Fungsi paku pinus adalah sebagai konektor
agar kabel dan kaki lampu led mudah terhubung tanpa perlu dililit.
Selain itu paku pinus juga berfungsi sebagai saklar terbuka yang
nantinya akan menghubungkan benda yang akan dideteksi. Cara
kerjanya, lampu LED akan menyala bila benda yang dideteksi
merupakan benda konduktor.
Setelah selesai merangkai alat, siswa menggunakannya untuk
mengidentifikasi sebanyak-banyaknya benda isolator dan konduktor.
Alat pendeteksi isolator
dan konduktor buatan siswa.
Di kelompok siswa mengisi tabel yang terdiri dari nama benda,
lampu LED menyala atau tidak, dan bahan dasar penyusun benda
tersebut. Pada kegiatan itu, siswa merumuskan masalah, membuat
hipotesis, mencoba, dan mencatat data. Jika siswa sudah mencoba
semua benda, maka siswa membuat simpulan. Di akhir kegiatan,
secara individu siswa membuat laporannya. Sesuai kesepakatan
bersama siswa, alat tersebut kemudian diberi nama Alat
Pendeteksi Isolator dan Konduktor (APIK).
USAID PRIORITAS/ Mashadi
Belajar Sejarah Berawal dari
Pengalaman Siswa
Oleh Nurhayati MPd, SDN Kuta Batee Trienggadeng
Pidie Jaya, Aceh - Untuk menumbuhkan
karakter yang baik bagi siswa, terutama
kepedulian mereka terhadap sesama
teman, saya menerapkannya dalam
pembelajaran IPS kelas V, terutama materi
yang berhubungan dengan sejarah bangsa.
Langkah pertama, saya mengajak siswa
untuk membentuk kelompok dan duduk
melingkar di tempat yang nyaman bagi
mereka, misalnya di luar kelas.
Siswa diminta untuk mengingat kembali
peristiwa atau kejadian yang berkesan yang
dialaminya. Lalu menceritakan kembali
cerita tersebut secara bergiliran. Setelah
semua siswa bercerita, siswa diminta
menulis satu cerita temannya yang paling
berkesan dan memberikan tanggapan
terhadap cerita tersebut.
Pada akhir sesi ini, beberapa siswa dalam
kelompok memberi tanggapan dan
solusinya jika ada permasalahan sehingga
timbul kepedulian antar sesama siswa.
Sesi berikutnya, kegiatan inti pembelajaran
Siswa menceritakan
pengalamanya dan
siswa lain menulis
resume, kegiatan ini
dilakukan dalam dan
luar kelas.
dengan membacakan cerita sejarah
perjuangan atau seorang tokoh sejarah.
Dua orang siswa di setiap kelompok
diberikan tugas secara bergantian untuk
membaca teks cerita sejarah dengan mimik
dan gaya seolah-olah sedang mengalami
kejadian tersebut. Terlihat siswa lainnya
menyimak dan sesekali mencatat hal-hal
yang mereka anggap menarik.
Usai membacakan cerita, siswa kembali ke
dalam kelas untuk menuliskan rangkuman,
tanggapan, dan hal-hal yang berkesan dari
cerita sejarah yang mereka dengar.
Kemudian setiap siswa di dalam kelompok
secara bergiliran membacakan hasilnya.
Ternyata belajar sejarah yang dimulai
dengan menceritakan kisah sejarah hidup
siswa, sangat menarik bagi siswa sehingga
mereka dapat lebih memahami alur cerita
pada sesi kedua. “Kami seolah-olah
mengalami dan menyaksikan langsung
kejadian sejarah bangsa seperti
menceritakan pengalaman sejarah hidup
kami sebelumnya,” kata salah seorang
siswa.
Selain menumbuhkan semangat cinta tanah
air, metode pembelajaran seperti ini juga
dapat menumbuhkan kepedulian terhadap
sesama siswa dan melatih kemampuan
komunikasi siswa.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
11
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Bertamasya, Belajar, dan Melaporkan
Oleh Alphian Sahruddin, Guru SDN Kompleks IKIP I Makassar
Makassar, Sulawesi Selatan - Siswa
kelas IV SDN Kompleks IKIP 1 Makassar
beberapa waktu lalu melaksanakan
pembelajaran di Pusat Pendidikan
Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo
Takalar, yang mengembangkan program
pendidikan ekosistem laut dan pesisir.
Tujuan yang ingin dicapai dengan
pembelajaran ini adalah mengetahui
kegiatan ekonomi masyarakat dan jenis
keragaman sumber daya alam dalam
pelajaran IPS serta membuat laporan
1
kegiatan pada pelajaran bahasa Indonesia.
Sebelum berangkat para siswa sudah
mempersiapkan berbagai pertanyaan
menyangkut kehidupan nelayan pesisir
untuk menjadi bahan pelaporan. Begitu
sampai di PPLH Takalar, siswa berusaha
mendapatkan data sebanyak-banyaknya.
Didampingi oleh staf PPLH Takalar, mereka
mewawancarai para petani rumput laut
tentang cara budidaya rumput laut, proses
panen, dan pemasaran. Siswa
juga mendapatkan informasi
bahwa pembudidayaan
rumput laut bisa mengurangi
kebiasaan nelayan mencari
2
ikan
dengan cara yang
merusak alam, yaitu
menggunakan bom dan
sianida. Mereka juga
mewancarai nelayan untuk
mengetahui kehidupan seharihari para nelayan.
Siswa melakukan pengamatan terhadap budi daya
rumput laut dan mengumpulkan data.
Setelah data terkumpul,
sebagai pekerjaan rumah
secara berkelompok, siswa
membuat makalah dengan
memperhatikan sistematika penulisan karya
tulis ilmiah yang sudah diajarkan. Seminggu
kemudian mereka melakukan presentasi
hasil pembelajaran di PPLH. Presentasi
dilakukan secara bergantian oleh tiga orang
perwakilan kelompok: moderator yang
memimpin diskusi kelas, presenter yang
menyampaikan presentasi makalah dalam
bentuk power point, dan operator yang
mengoperasikan komputer.
Salah satu kelompok mempresentasikan
budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil
temuan mereka, rumput laut dibersihkan
dengan menggunakan air tawar, “Agar rasa
asin air laut hilang,” ujar kelompok itu.
Siswa dari kelompok lain menanggapi
secara kritis. “Tapi rumput laut baunya amis
walau sudah dibersihkan air tawar,
bagaimana menghilangkan bau tersebut?”
tanyanya bersemangat. Sesi tanya jawab
adalah sesi paling seru. Pemakalah dihujani
berbagai pertanyaan dari para peserta
diskusi yang juga teman sekelasnya. Dari
pembelajaran ini siswa dapat belajar lebih
bermakna, berpikir kritis untuk mengatasi
persoalan lingkungannya, dan berani
menyampaikan hasil pemikirannya.
Menghitung Tekanan pada Tanah
Oleh Nurhazizah, Guru SMP Labschool
STKIP Muhammadiyah
Abdya, Aceh - Pelajaran IPA seringkali diajarkan menghafal
rumus-rumus dan melakukan pengujian rumus. Untuk
menghilangkan anggapan tersebut, dalam materi menentukan
hubungan antara gaya,tekanan, dan luas bidang percobaan, kami
mengajak siswa untuk melakukan percobaan yang mempermudah
pemahaman mereka tentang materi tersebut.
Awalnya, kami menjelaskan pengaruh tekanan dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya sepatu siswa kebanyakan cepat robek di
bagian bawah tumit dari pada di depan. Selanjutnya memberikan
perbandingan antara pisau tajam dengan pisau yang tumpul, serta
mengajak untuk mengamati pijakan kaki ayam dan perbedaannya
dengan pijakan kaki itik.
Selanjutnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk
melakukan percobaan. Bahan yang dipersiapkan antara lain, 3 buah
batu bata, penggaris, dan pensil. Selanjutnya siswa mencari media
tanah gembur di halaman sekolah dan membasahinya sehingga
menjadi lumpur.
Selanjutnya, letakkan batu bata dengan posisi yang berbeda di atas
tanah lumpur. Hitung besar tekanan masing-masing batu bata dalam
posisi yang berbeda dengan menggunakan penggaris. Hitung pula
dalam dan luasnya bidang yang mengalami tekanan. Percobaan ini
membuktikan bahwa besarnya tekanan tergantung pada luas
permukaan bidang yang terkena tanah.
12
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
Siswa menggunakan batu bata untuk membuktikan implementasi rumus
tekanan dalam kehidupan sehari-hari.
Rumusan tekanan batu bata merupakan besarnya gaya tekan dibagi
luas bidang tekan batu bata, dengan rumus P = F/A yaitu P adalah
tekanan, F yaitu gaya tekan, dan A merupakan luas bidang. Contoh
lainnya adalah saat menancapkan paku runcing lebih mudah
daripada paku yang tumpul.
“Hari ini kami dapat membuktikan bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan adalah besarnya gaya tekan dan luas bidang tekan.
Makin luas permukaan bidang tekan batu bata, makin kecil tekanan
yang dihasilkan. Makin kecil luas permukaan bidang tekan batu bata
maka makin besar tekanan yang dihasilkan bata bata tersebut,”
jelas Kamelia siswa kelas VIII.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Buat Komik Berbahasa Inggris
Kiri: Siswa bekerja sama
di kelompok membuat
komik aktivitas seharihari dalam bahasa
Inggris. Kanan: Berfoto
bersama hasil terbaik
kelompok.
Tangerang, Banten - Haryati, guru bahasa Inggris kelas VIII
MTsN 2 Tangerang mengajak siswanya untuk lebih terampil
mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa Inggris. Tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mampu
menyampaikan pendapat secara tertulis dengan tepat dan baik.
“Good morning class! Today we learn how to express our opinion
through daily activities. In the beginning, what do you do usually
every morning?” tanya Haryati kepada seluruh siswa. Siswa
saling bersahutan tunjuk tangan menjawab pertanyaan Haryati.
“Okay, thank you for quick response.” Haryati menuliskan satu
per satu jawaban siswa di papan tulis seperti pray, take a bath;
have breakfast; go to school, dll. Lalu Haryati bertanya lagi, “What
time do you have breakfast, Rina?” Siswa yang bernama Rina
menjawab, “I have breakfast at 6 am.”
Kemudian Haryati membagikan karton, pensil dan crayon ke
setiap kelompok siswa yang berisi 4-5 siswa. “Class, I'd like to
ask all of you to work in groups. Kalian sekarang bekerja dalam
kelompok. Make one comic of daily activities for each group! Buat
satu komik secara runut dalam bahasa Inggris tentang kegiatan
sehari-hari!” seru Haryati. “Any questions? Ada pertanyaan?”
tanyanya lagi.
Haryati tidak menentukan hasil kelompok dari gambar yang
bagus tetapi dari kalimat berbahasa Inggris yang baik dan benar
dari setiap adegan komik dalam tiap kelompok. Hasil kelompok
dipajang di dinding kelas. Kelompok yang memiliki gambar yang
menarik dan sedikit kesalahan dalam penulisan akan dipamerkan
di mading sekolah. (Anl)
Buat Penampang Siklus Hidrologi Air 3 Dimensi
kita menggunakan air
untuk berbagai
keperluan, baik untuk
minum, mandi,
mencuci, dan lainlain. Namun, air
selalu tersedia atau
tidak habis. Dari
berbagai jawaban
kalian tadi bisa
disimpulkan bahwa
air tidak hilang tetapi
berubah wujud
dalam bentuk
sirkulasi,” jelasnya.
Penampang siklus hidrologi karya siswa MTs Al Mukhtariyah.
Bandung Barat, Jawa Barat - Dedah
Juwaedah, guru IPS MTs Al-Mukhtariyah,
memperlihatkan segelas air, “Anak-anak,
apa yang Ibu pegang”? Siswa serentak
menjawab, “Air...”. Guru bertanya lagi, “Di
bumi ini, mengapa air tidak pernah habis?”
Para siswa melontarkan berbagai jawaban.
“Air merupakan kebutuhan dasar makhluk
hidup yang harus selalu tersedia. Setiap hari
Lalu guru
memberikan lembar
kerja (LK) tentang
siklus hidrologi kepada setiap kelompok.
Siswa diminta mengamati gambar siklus air
yang ada di LK, kemudian siswa diminta
membuat pertanyaan yang berhubungan
dengan gambar tersebut. Apa yang
membuat air menguap? Bagaimana proses
terjadinya hujan? dan beberapa pertanyaan
lain yang diajukan siswa. Itulah tahapan
mengamati dan menanya.
Kemudian siswa secara individu mencari
informasi dari berbagai sumber mengenai
siklus pendek (evaporasi, kondensasi, dan
presifitasi), siklus sedang (evaporasi,
transpirasi, kondensasi, presifitasi, infiltrasi),
dan siklus panjang (evaporasi, sublimasi, dan
infiltrasi). Mereka mengumpulkan informasi
tersebut dan mengolah serta
menuliskannya menjadi laporan singkat
secara individu.
Sebagai tugas kelompok, siswa bekerja
sama membuat laporan 3 dimensi gambar
siklus hidrologi dari siklus pendek-panjang
beserta penjelasan menggunakan peralatan
sederhana seperti kantong plastik bekas,
kapas, stirofoam, kardus, kertas berwarna,
lem, dan spidol. Siswa berhasil membuat
penampang siklus hidrologi yang
memanfaatkan barang bekas.
Setelah selesai, perwakilan kelompok
menyampaikan hasil karyanya, kelompok
lain mengomentari dan menambahkan hal
yang belum disampaikan oleh kelompok
tersebut. Tahapan mengumpulkan data,
mengolah data, dan mengomunikasikan data
berjalan dengan baik. Guru meminta siswa
memajang hasil karya kelompok. (Yh)
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
13
PRIORITAS - Praktik yang Baik
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Buat Diagram Batang
yang Mengasyikkan
berat badan, turus/tally, dan frekuensi.
Siswa sedang
memberikan
tanggapan di
kelompok lain
saat kunjung
karya.
Serang, Banten - “Anak-anak, materi pokok kita hari ini adalah
diagram batang dan diagram lingkaran,” kata Towilah, guru
matematika MTsN 2 Kota Serang. Kemudian dia melanjutkan,
“Tujuan pembelajaran hari ini agar kalian memahami teknik
penyajian data dua variabel yang menggunakan diagram batang dan
melakukan analisis.”
Kemudian Towilah meminta satu orang siswa membantunya
menuliskan turus/tally di papan tulis dan seorang siswa lain
menyebutkan angka yang sudah disiapkan. “Kawan kalian Rina akan
menyebutkan angka berat badan. Silahkan kalian tunjuk tangan
apabila angka berat badan tersebut sesuai dengan bobot kalian,”
seru Towilah. Rina menyebutkan satu per satu angka berat badan
dan Budi menuliskan jumlah siswa yang memiliki bobot badan
tersebut. Data tersebut dikelompokkan dalam tabel sesuai kolom
“Di hadapan kalian sudah ada tabel data berat badan. Ada yang
bisa menjelaskan mengapa data tersebut penting disajikan?” tanya
Towilah. Dua orang siswa menjelaskan bahwa penyajian data
dalam bentuk seperti diagram batang akan memudahkan
pengelompokkan data. Siswa lain menjawab penting untuk
kemampuan analisa. Lalu, Towilah membagikan lembar kerja untuk
membuat diagram batang kepada setiap kelompok. Siswa bekerja
dalam kelompok masing-masing.
Di kelompok siswa berbagi tugas, misalnya ada yang bertugas
mencari data nilai harian matematika temannya dan ada yang
menyiapkan pengelompokkan data yang dibuat di selembar
karton. Pertama, siswa membuat sumbu X (interval nilai) dan
sumbu Y (jumlah siswa) untuk membuat diagram batang. Lalu
siswa menentukan interval nilai yang didapat dan frekuensi dari
masing-masing interval.
Kemudian siswa menentukan titik-titik batang. Terakhir siswa
menghubungkan titik batang tadi menjadi diagram batang pada
setiap nilai.Diagram batang dibuat menarik dan memudahkan
siswa untuk membuat analisa. “Ternyata membuat diagram batang
asyik dan tidak sulit,” kata seorang siswa dalam refleksinya. (Anl)
Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi
Oleh Lasma Farida SAg, Guru IPA MTsN Janarata
Bener Meriah, Aceh - Gunung Bumi Telong yang berjarak sekitar 10 Km dari
sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di Provinsi Aceh. Untuk
mengurangi resiko bencana terhadap masyarakat, pemerintah mendirikan kantor
pemantauan gunung berapi. Dalam pembelajaran tata surya sub bab gejala
penampakan alam pada siswa kelas IX semester 2, kami membawa siswa
mengunjungi kantor pemantau gunung berapi ini.
Kami membentuk siswa menjadi 4 kelompok kecil. Setiap kelompok mendapat
lembar kerja yang memandu data yang perlu diambil, seperti potensi bencana,
penanggulangan bencana, dan dampak dari adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa
mengumpulkan data dengan metode wawancara, pengamatan serta membaca
buku, dan data yang dipajangkan di kantor pemantau gunung tersebut.
Atas: Siswa mewancari petugas Kantor
Pemantau Gunung Berapi. Bawah: Siswa
memperhatikan alat pemantau aktivitas gunung
berapi melalui Seismometer.
14
USAID PRIORITAS/ Muthmainnah
Siswa dapat memperoleh langsung informasi persiapan menghadapi letusan
gunung berapi (siaga bencana) sebagai upaya untuk menghindari atau memperkecil jumlah korban jiwa. Siswa juga mengetahui proses yang dilakukan untuk
pengawasan atau pemantauan gunung berapi serta peralatan untuk pengawasan
gunung. Siswa juga mendapatkan penjelasan dan dapat mengambil kesimpulan
tentang keterkaitan sumber air panas dengan kesuburan tanah di sekitar gunung.
Siswa juga belajar tentang bagian-bagian gunung berapi seperti saluran magma di
permukaan bumi sehingga siswa dapat menjelaskan pengaruh proses-proses
yang terjadi di lapisan litosfer terhadap perubahan zat dan kalor.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
“Kami jadi paham kesuburan tanah pertanian kopi juga dampak dari adanya
gunung berapi di daerah ini. Kami juga dapat mengetahui sumber air panas yang
membuktikan gunung berapi tersebut masih aktif dan kewajiban pemerintah
memantau gunung tersebut selama 24 jam,” kata Deddy, salah seorang siswa.
Siswa lainnya mengakui lebih paham bagaimana tanda-tanda gunung akan
meletus, bahayanya, dan upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Siswa
juga bangga dapat memperoleh pembelajaran tentang peralatan pencatat gempa
Seismometer dan melihat cara kerjanya secara langsung. Dari kunjungan ini,
siswa menjadi lebih terampil dalam melakukan pengamatan dan menulis
laporannya.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Belajar Talkshow dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Oleh Amkayus, Guru SMP Negeri 4 Tanasitolo
Salah satu kelompok melakukan talkshow, dan yang lain melakukan penilaian.
Wajo, Sulawesi Selatan - Saya
merancang materi wawancara dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII
dengan mereplikasi model talkshow. Tujuan
dari pembelajaran ini adalah memberi
keterampilan kepada siswa untuk
wawancara narasumber dengan
memperhatikan etika berwawancara.
Saya membentuk siswa menjadi 4 kelompok, yang jumlah anggotanya sama. Setiap
kelompok memiliki peran berbeda. Misal,
kelompok I berperan sebagai pewawancara,
kelompok 2 berperan sebagai narasumber
dari tim SAR, kelompok 3 sebagai anak
buah kapal (ABK) Marina Baru, dan
kelompok 4 dari keluarga korban.
Setelah kelompok terbentuk, siswa diajak
menonton video talkshow dari Youtube.
Siswa mengamati dan mengidentifikasi ciriciri talkshow, seperti sikap pewawancara,
gesture tubuh dan model pertanyaan yang
diajukan, dan cara narasumber menjawab.
Tujuannya agar siswa mengetahui cara
membawakan talkshow yang profesional.
dan tanggapan balik terhadap jawaban
tersebut. Demikian juga kelompok 2, 3, dan
4 berdiskusi dengan fokus menyusun/
menyiapkan daftar jawaban atas pertanyaan
yang kemungkinan diajukan oleh kelompok
I. Mereka juga mempersiapkan model
gesture yang sesuai dengan pertanyaan.
Selesai berdiskusi, siswa membentuk
talkshow yang terdiri atas 4 orang dengan
rincian 1 orang perwakilan dari kelompok I
dan 3 orang narasumber (perwakilan
kelompok 2, 3, dan 4 masing-masing 1
orang). Secara bergiliran, selama 15 menit
setiap kelompok talkshow tampil
mempraktikan proses wawancara.
Talkshow tampak riuh dan menyenangkan.
Semua berupaya menunjukkan
kemampuannya. “Bagaimana KM Marina
Baru bisa tenggelam padahal cuaca di laut
saat itu sedang cerah?” tanya pewancara
kepada ABK Marina Baru. “Kami sudah
melakukan perawatan kapal sesuai
prosedur. Kondisi kapal sebenarnya baikbaik saja, kami juga tidak tahu mengapa tibatiba terjadi kebocoran di lambung kapal
sehingga membuat kapal tenggelam,” kilah
ABK Marina Baru. Demikian proses
talkshow yang dilakukan siswa. Anggota
kelompok yang tidak tampil memberikan
penilaian kepada kelompok yang tampil
sesuai identifikasi talkshow yang sudah
disepakati para siswa.
Usai talkshow, pewawancara dan
narasumber menyusun resume. Hasilnya
dipresentasikan di kelas, dipajang di dinding
kelas. Siswa tampak aktif mengikuti
pembelajaran. Siswa membaca, menulis, dan
berbicara secara terintegrasi dalam suasana
yang menyenangkan. Siswa mampu mencari
dan mengolah informasi melalui kegiatan
membaca, mampu mengeskpresikan ide dan
gagasannya secara lisan (wawancara) dan
tertulis (resume). Selain itu, siswa juga
belajar tentang pentingnya etika dan
kesantunan berbahasa berdasarkan konteks.
Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil identifikasi di depan kelas, yang
lain menanggapi. Hasil identifikasi ini
diresumekan guru dan menjadi alat menilai
kualitas talkshow yang dipraktikkan siswa.
Untuk menggiring siswa memahami topik
wawancara yang akan diadakan, masingmasing kelompok mendapat bahan bacaan
dengan topik “Tenggelamnya KM Marina
Baru”. Mereka diberi kesempatan
membaca senyap selama beberapa menit,
dan berdiskusi di kelompok masing-masing
agar mereka menguasai isinya.
Fokus diskusi kelompok I (pewawancara)
adalah menyusun daftar pertanyaan yang
akan diajukan ke masing-masing kelompok
narasumber. Kelompok tersebut juga
memprediksi jawaban yang akan diberikan
Resume hasil wawancara kelompok siswa.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
15
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Mendidik Siswa SD di Negeri Paman Sam
Kami sangat bersyukur, tim dosen
Universitas Negeri Yogyakarta
(UNY), Ayu-Unik-Yosita, bisa
menjadi bagian dari peserta
University Connect USAID di
Michigan State University, Amerika,
pada 1 Februari s.d 26 Maret 2016.
Kami bisa melihat bagaimana siswa
SD dididik di negeri Paman Sam.
Banyak hal menarik yang bisa
diadaptasi. Inilah sebagian ceritanya.
Oleh Rahayu Condro
Dosen Pendidikan Guru SD
Fakultas Ilmu Pendidikan UNY
Sudut baca di setiap kelas disediakan buku-buku bacaan yang menarik dan diberikan karpet untuk
membuat siswa lebih nyaman membaca.
Kelasku Istanaku
Kekuatan literasi
Kelasku istanaku, mungkin semangat itu
yang membuat sang guru bekerja keras
untuk mendisain kelasnya dengan senyaman
mungkin bagi siswanya dan juga dirinya.
Bagaimana tidak? Ia dan siswanya akan
berada di kelas itu sejak jam 08.00 sampai
15.30. Kelas terasa seperti ruang pesta
ulang tahun, ramai, hampir tak ada ruang
kosong pada dinding bahkan pintu pun
penuh dengan tulisan yang memotivasi.
Kelas yang ramai dengan buku menjadi
salah satu ciri kelas di Amerika. Berbagai
buku-buku disediakan, ada buku cerita,
buku pelajaran wajib, dan buku pendukung.
Harapannya, siswa akan mencintai buku
dengan sepenuh hati. Guru bukan hanya
menyediakan buku di kelas, namun juga
menggunakan berbagai metode agar siswa
selalu bersentuhan dengan buku.
Papan tulis yang merupakan layar sentuh
dan laptop sudah disiapkan di kelas untuk
mendukung aktivitas siswanya. Di setiap
kelas ada karpet untuk siswa berkumpul
mendengarkan cerita atau sekadar
berdiskusi tentang suatu hal. Kursi yang
ringan membuat siswa dengan mudah
memindahkan kursi mereka sesuai dengan
format yang disepakati. Guru senantiasa
berusaha agar siswa tidak bosan dan selalu
semangat untuk belajar di kelasnya.
Keyakinan guru bahwa jika siswanya sukses
di dalam literasi, maka akan mendukung
kesuksesan yang lebih besar pada bidang
lainnya. Ruang kelas pun di penuhi berbagai
tulisan terkait literasi. Setiap siswa mempunyai sebuah keranjang buku. Setiap seminggu sekali, siswa memilih dari perpustakaan
kelas 5-7 buku bacaan yang ia sukai untuk
dibaca. Ia akan menuliskan cerita yang ada
pada buku tersebut dengan bahasanya
sendiri (bukan meringkas). Setiap kali ia
sukses dengan satu buku
yang telah ia baca, ia tulis
kembali dan ia ceritakan
pada teman pasangannya,
maka ia akan dapat koin
emas dari gurunya dan
dimasukkan ke dalam
kotak tabungan koin
emas tersebut.
Laporan penelitian hasil catatan perjalanan siswa kelas III.
16
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
Siswa juga senantiasa
dilatih untuk menulis,
seperti yang dilakukan
guru kelas III, meminta
siswa untuk menuliskan
hasil field trip mereka
dalam bentuk research
report yang hasil
tulisannya bisa mencapai
32 halaman dengan
tulisan tangannya sendiri.
Bisa menulis sebanyak 32
halaman dengan satu topik bukan hal yang
mudah bagi siswa yang belum biasa menulis.
Berpendapat Tingkat Tinggi
Kegiatan pembelajaran yang menarik selain
dari ruang yang ceria dan nyaman, guru
yang menyenangkan, selalu mengarah pada
pembiasaan siswa untuk menjawab pertanyaan tingkat tinggi dari guru, mengapa
begini, mengapa begitu? Melakukan debat
dalam pembelajaran sudah mulai dilakukan
di kelas 1 SD yang dikemas secara menarik.
Sayangnya, tidak boleh ada foto yang
memperlihatkan siswa.
Gambaran pembelajarannya sebagai
berikut. Siswa kelas 1 SD berjumlah 24
orang, dibagi menjadi dua kelompok yang
membentuk dua lingkaran yang saling
berhadapan. Tema debat waktu itu tentang
“penebangan pohon”. Satu siswa memberi
alasan mengapa ia harus menebang pohon,
yaitu untuk keperluan industri. Siswa
pasangannya mendebat untuk berhenti
menebang pohon dengan alasan yang kuat.
Setiap 5 menit siswa yang berada di
lingkaran luar bergerak searah jarum jam
untuk berganti pasangan dan melakukan
debat yang sama. Alasan yang dikemukakan
siswa kelas 1, luar biasa cemerlang. Ada
yang mengatakan jika penebangan pohon
dihentikan, maka banyak pengangguran alias
banyak yang kehilangan pekerjaan. Kata
lawannya jika pohon ditebang terus, maka
banyak hewan yang akan kehilangan
rumahnya dan akhirnya mereka akan
menyerang kehidupan manusia.
Membuat siswa kelas 1 SD berpendapat
seperti itu, pasti perlu pembiasaan. Mari
kita biasakan siswa kita untuk berpendapat
tingkat tinggi sejak dari kelas awal. Semoga
dari pembiasaan yang baik, membudaya di
lingkungan pendidikan kita. Amiin.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Daerah Buat Regulasi Peningkatan Kompetensi Guru
digunakan. "Hasil indentifikasi ini kemudian
dikembangkan menjadi program PKB atau guru
pembelajar di masing-masing kabupaten/kota," papar
Mark Heyward, penasehat tata kelola dan manajemen
pendidikan USAID PRIORITAS.
Wakil Bupati Batang, Soetadi SH MM mengupas isi dari
Perbup terutama pasal 20 ayat 3 yang menyatakan
perlunya menyisihkan dana 5% dari tunjangan profesi
guru untuk peningkatan kompetensi. Penyisihan 5% dari
tunjangan profesi diibaratkan oleh Wabup seperti ketika
guru-guru kumpul-kumpul seperti biasa.
Peserta sedang mengikuti sosialisasi Peraturan Bupati Batang Nomor 64/2015 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di Aula Bupati Batang yang di fasilitasi oleh USAID PRIORITAS.
Batang, Jawa Tengah – Regulasi peningkatan profesi guru perlu diatur agar
guru mendapat jaminan dan kemudahan akses untuk meningkatkan kompetensi dan jenjang karirnya. Hal itu mengemuka dalam sosialisasi Peraturan
Bupati (Perbup) Kabupaten Batang Nomor 64 tahun 2015 tentang Pembinaan
dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di aula kantor bupati Batang (3/3).
Kabupaten Batang adalah salah satu daerah mitra USAID PRIORITAS yang
telah mengeluarkan Perbup untuk mendukung program pengembangan
keprofesian berkelanjutan atau guru pembelajar. Daerah mitra lainnya yang
telah mengeluarkan Perbup tersebut di antaranya Demak, Banjarnegara,
Purbalingga, Grobogan (Jawa Tengah), Sidoarjo (Jawa Timur), dan Aceh Tamiang
(Aceh). USAID PRIORITAS saat ini tengah mendampingi daerah mitra untuk
membuat rencana program pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk
guru. Daerah didampingi dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan guru,
menghitung satuan biaya yang dibutuhkan, dan sumber pendanaan yang dapat
“Saat kita ingin kumpul-kumpul maka kita membawa
jajan sendiri, makan sendiri, dan minum sendiri. Bedanya
adalah sekarang konten yang dibicarakan adalah
peningkatan kompetensi. Dananya disisihkan dan
dikelola oleh institusi masing-masing atau melalui
kelompok kerja guru (KKG) atau musyawarah guru
mata pelajaran (MGMP) sendiri. Karena yang mengelola
dan mengaturnya adalah bapak ibu sendiri. Kita hanya
mengatur regulasinya,” kata Wabup.
Kepala SDN Rowosari 1 Limpung, Resmanto MPd
mengatakan, saat ini sudah ada implementasi dari
Perbup tersebut. Tercatat sudah ada KKG di 7 kecamatan yang sudah mampu mengorganisir penyisihan
uang tersebut dan menjadikannya dalam bentuk
pelatihan dan pendampingan.
“Contohnya di KKG Limpung, mereka sudah mengorganisir penyisihan 5% dari uang TPP dan membuat
pelatihan pembuatan karya ilmiah yang dilaksanakan
setiap Sabtu. Mereka menyusunnya menjadi 16 kali tatap
muka sampai menghasilkan sebuah karya tulis,” kata
Roesmanto. Dalam kegiatan pendampingan KKG ini
juga melibatkan fasda USAID RIORITAS. (Arz/Anw)
Diseminasi Melalui
Kegiatan MGMP
Kegiatan MGMP tingkat sekolah di SMPN 3
Srengat Blitar dimanfaatkan untuk diseminasi
pelatihan USAID PRIORITAS ke semua guru.
Blitar, Jawa Timur - Selama ini
diseminasi di Kabupaten Blitar telah
dilakukan melalui dana mandiri atau APBD.
Namun, kelemahan diseminasi model lama
adalah terlalu banyaknya peserta sehingga
pendampingan individu guru dalam
pelatihan kurang maksimal. Apalagi guruguru yang berminat untuk dilatih tidak saja
terbatas pada lima
mapel (IPA, IPS,
matematika, bahasa
Inggris, dan bahasa
Indonesia), guru
mata pelajaran
lainnya pun ingin
mengikuti
pelatihan. “Kami membuat strategi baru
pelatihan diseminasi dengan memanfaatkan
musyawarah guru mata pelajaran atau
MGMP,” papar Agus Dwi Putranto MPd,
fasilitator daerah (fasda) USAID
PRIORITAS untuk pembelajaran
matematika.
Kegiatan diseminasi dalam MGMP ini,
menggunakan pendekatan lesson study. Usai
mendapatkan materi pelatihan, para guru
membuat perencanaan bersama, diterapkan
bersama, dan dievaluasi bersama proses
pembelajarannya.
Banyaknya permintaan diseminasi pelatihan,
juga mendorong Dinas Pendidikan
Kabupaten Blitar menyiapkan diseminasi
fasilitator yang dilatih oleh fasda USAID
PRIORITAS. Para fasda yang dilatih ini akan
memberikan pelatihan-pelatihan melalui
MGMP, baik MGMP tingkat kabupaten
maupun MGMP tingkat sekolah (MGMPS).
Di Kabupaten Blitar, MGMP kabupaten
dibagi dalam empat area, yaitu barat, timur,
selatan, dan utara. Satu area didukung satu
fasda USAID PRIORITAS dan beberapa
fasda. Sejauh ini, sebanyak 739 guru telah
dilatih modul 1-2 melalui MGMP di sekolah
maupun kabupaten. (Try/Ida)
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
17
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Cimahi Reading Habit (CRH)
koordinator, yaitu guru pendamping/
pustakawan sekolah yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan CRH di
sekolah dan membuat reportase
evaluasi CRH secara berkala kepada
koordinator kota/panitia.
Reportase dilaksanakan empat bulan
sekali diadakan oleh KAPPDE dengan
mengundang perwakilan seluruh
sekolah peserta CRH. Tujuannya
untuk:

Mengetahui perkembangan
program CRH

Mengetahui kendalakendala teknis
pelaksanaan program

Pada kegiatan Jambore CRH,
siswa dapat memilih buku bacaan
yang disukai untuk dibaca.
Cimahi, Jawa Barat - Untuk
meningkatkan minat membaca para siswa
di Kota Cimahi, Kantor Arsip Perpustakaan
dan Pengelolaan Data Elektronik
(KAPPDE) meluncurkan program Cimahi
Reading Habit (CRH). Setiap sekolah
peserta CRH menunjuk seorang
Menemukan solusi
atas permasalahan
yang terjadi
Mengukur kemampuan
membaca siswa SD/MI se-Kota
Cimahi, tertuang dalam angka/indeks.

Sejumlah tamu dari Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kota Sukabumi,
Bengkulu, dan Provinsi Bangka Belitung
telah berkunjung dan menerima ekspose
untuk belajar tentang program CRH.
Program ini sejalan dengan program Dinas
Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota
Cimahi yang dalam Surat Edaran Kepala
Disdikpora Cimahi Nomor:
423/2483/Disdikpora Tanggal 12 Agustus
2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti, pada
point 1.c. “Kegiatan harian sebelum
memulai pelajaran di sekolah adalah
membaca buku non-pelajaran sekitar 15
menit sebelum jam pelajaran pertama
dimulai.”
Pada Juni 2015 lalu, KAPPDE menggelar
“Jambore Cimahi Reading Habit” yang
mempertemukan siswa peserta CRH di
dalam suatu kegiatan membaca yang
menarik disertai permainan interaktif guna
memacu peningkatan minat baca.
Peserta terbaik dikirim mengikuti West Java
Reading Challenge atau lomba tantangan
membaca tingkat provinsi. Setiap anak
ditantang untuk membaca sebanyakbanyaknya buku yang mereka bisa dapatkan.
Sebagai penghargaan peserta dapat
memperoleh piagam sertifikat, medali
bahkan hadiah uang bagi mereka yang bisa
melampaui tantangan yang diberikan.
Awalnya program ini ditujukan untuk siswa
SD/MI, sekarang dikembangkan ke tingkat
SMP/MTs. USAID PRIORITAS dilibatkan
dalam mendukung program ini dengan
mendampingi SD/MI dan SMP/MTs mitra
mengembangkan program budaya membaca
untuk meningkatkan minat dan
keterampilan membaca siswa. (Pri)
Fasilitasi Siswa Baca Koran Setiap Hari
Sragen, Jawa Tengah - SMPN 2
Mondokan merupakan sekolah mitra
USAID PRIORITAS yang telah menerapkan
program budaya baca secara intensif sejak
Juli 2015. Program yang sudah dilaksanakan
adalah membaca 15 menit sebelum
pelajaran dimulai, menyediakan sudut baca
di setiap kelas, dan menulis ringkasan dari
buku yang dibaca pada buku jurnal baca.
Sekolah baru saja meluncurkan program
baru, yaitu membaca koran setiap hari.
Sekolah bekerja sama dengan koran harian
terbesar di kota Solo, yaitu Solopos.
“Kegiatan membaca ini dilaksanakan untuk
menguatkan pentingnya membaca media
massa atau koran. Siswa dapat
memperkaya pengetahuan umum dan
perkembangan terbaru yang didapatkan
dari koran,” terang Kepala SMPN 2
Mondokan Tri Wahyuni.
Dia menjelaskan bahwa informasi dari
koran dapat menjadi sumber belajar dalam
pembelajaran kontekstual yang mengaitkan
dengan kehidupan sehari-hari siswa.
18
Kegiatan peluncuran membaca koran
tersebut, dihadiri oleh beberapa pemangku
kepentingan pendidikan seperti kepala
perpustakaan daerah, pengawas sekolah,
dinas pendidikan, camat, kru dari Solopos,
dan staf USAID PRIORITAS.
Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, setiap
hari sudut baca di kelas dan perpustakaan
sekolah akan disediakan koran Solopos.
Tujuannya agar setiap siswa dapat dengan
mudah mendapatkan koran di kelas dan
membacanya secara bersama atau
bergantian.
Program membaca bersama Koran Solopos
dirasakan penting bagi Kepala SMPN 2
Mondokan, karena selama ini sebagian
besar siswa tidak membaca koran. Program
ini diharapkan dapat memperkaya sumber
bacaan siswa. “Saya meyakini dengan banyak
membaca maka bisa meningkatkan kualitas
pendidikan dan meningkatkan taraf hidup,”
katanya.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
(Ds/Py)
Siswa sedang bekerja sama membuat
perpustakaan mereka sendiri.
PRIORITAS - Praktik yang Baik
Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca Mahasiswa
Oleh Nensilianti, Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar
Makassar, Sulawesi Selatan - Miris, itulah yang saya rasakan
ketika menggali informasi awal mengenai minat baca novel mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Kritik Sastra di semester
ganjil 2015-2016. Rasionalnya, untuk dapat efektif melakukan kritik
terhadap karya sastra, setidaknya mereka terbiasa membaca karya
sastra. Kenyataannya, dari 10 mahasiswa belum tentu ada satu orang
yang tamat membaca satu novel dalam sebulan.
Fenomena ini mendorong saya meluncurkan program perkuliahan
yang saya dan mahasiswa beri nama “Program Bertukar Novel”.
Tersepakati dengan mahasiswa untuk menjadikan program ini
sebagai salah satu kegiatan perkuliahan yang menjadi item penilaian.
Setiap mahasiswa mengumpulkan 1 novel. Jumlah novel yang
terkumpul untuk setiap kelas rata-rata 37 novel. Novel-novel yang
dikumpulkan itu tidak satu pun berjudul sama.
Novel ini didata dan diberi nomor oleh sekretaris kelas. Setiap
minggu novel ini diputar antarmahasiswa di dalam kelas tersebut.
Setiap mahasiswa dengan sendirinya harus menyelesaikan membaca
satu novel tersebut dalam satu minggu.
Mahasiswa mencatat kegiatan dan kecepatan membaca dalam jurnal
membaca novel yang dimiliki masing-masing. Mahasiswa juga harus
membuat sinopsis dari novel yang mereka baca yang dituangkan
dalam buku kumpulan sinopsis novel. Untuk mengontrol aktivitas
membaca mahasiswa tersebut, saya memaraf dan membubuhkan
tanggal untuk setiap sinopsis yang telah dibuat mahasiswa. Sepuluh
menit di awal perkuliahan, mahasiswa menceritakan novel yang
mereka baca dalam minggu tersebut. Novel-novel ini kemudian
ditindaklanjuti mahasiswa sebagai bahan analisis atau kritikan dengan
Contoh novel-novel yang saling ditukar antar mahasiswa.
menggunakan pendekatan kritik sastra yang menjadi bahan
perkuliahan pada minggu tersebut. Alhasil, sampai pada
pertemuan akhir perkuliahan, setiap mahasiswa rata-rata
menyelesaikan membaca 12 novel.
“Awalnya, aktivitas membaca novel ini terasa sangat berat. Selain
perlu waktu yang cukup lama, kami juga harus bisa mengatur
waktu karena banyak tugas kuliah. Belum lagi novelnya rata-rata
tebal. Namun setelah melewati membaca tiga novel, saya jadi
keranjingan membaca novel. Tidak enak rasanya jika dalam sehari
saya tidak menyentuh novel, bahkan rasa penasaran selalu muncul
untuk menyelesaikan bacaan dan mengetahui jalan cerita novel
itu,” ungkap Crisnayanti salah seorang mahasiswa.
Kembangkan Budaya Literasi Melalui Peer Tutor
Mahasiswa
dalam
kelompok kecil
mendiskusikan
buku yang
sudah
dibacanya.
Oleh Neng Gustini, Dosen Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Bandung, Jawa Barat - Berdasarkan survey awal, mayoritas
mahasiswa saya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan masih tidak
terampil menulis. Penyebabnya adalah rendahnya kebiasaan
membaca yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, budaya
baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang (genetic
determinism). Kedua, sistem pembelajaran membuat peserta didik
cenderung pasif dan hanya mendengarkan informasi. Ketiga,
teknologi dan tempat hiburan telah mengalihkan perhatian anak
dari buku. Keempat, minimnya sarana untuk memperoleh bacaan.
Oleh karena itu, perlu ada model pengembangan budaya baca dan
tulis. Saya mengembangkan budaya baca dan tulis mahasiswa melalui
program tutor sebaya. Implementasinya sebagai berikut.
a. Dear (Drop Everything and Read), program ini dilaksanakan setiap
hari sebelum pembelajaran di kelas dimulai, dosen dan
mahasiswa serentak membaca salah satu buku yang diminati.
b. One day one article (ODOA), kegiatan ini dilaksanakan melalui
komunitas baca, dengan membiasakan menulis artikel.
c. One month one book (OMOB), kegiatan ini dilaksanakan melalui
komunitas baca dan tulis (Kombis). Dengan kegiatan ini
mahasiswa termotivasi membaca buku dan membuat resume
dari buku yang dibaca kemudian berdiskusi hasil bacaan.
d. Jurnal membaca dan menulis. Hasil bacaan dibuat jurnal harian
atau mingguan dan tulisan pun dibuat jurnal berdasarkan waktu
membaca dan menulis, dan memuat resensi atau resume.
e. Bengkel membaca dan menulis. Ada bimbingan yang diberikan
dalam pembelajaran membaca dan menulis. Misalnya dapat
diawali dengan mendampingi mahasiswa menggunakan peta
konsep. Dalam membaca kita mengawali dengan mencari ide
pokok setiap paragraf. Sedangkan dalam menulis dapat diawali
dari membuat kerangka karangan terlebih dahulu.
f. Membentuk komunitas baca dan tulis yang beranggotakan 15
orang, mereka saling mengingatkan dan menguatkan dalam
kegiatan membaca dan menulis atau peer tutor.
Enam bulan setelah program dilaksanakan, hasilnya sebagai
berikut. (1) Terbentuknya komunitas baca dan tulis di kalangan
mahasiswa dengan nama Kombis yang memiliki program DEAR,
ODOA, OMOB, serta bengkel membaca dan menulis. (2)
Mahasiswa menjadi termotivasi membaca dan menulis melalui
program-program tersebut. Setiap bulan rata-rata mahasiswa
membaca 3-6 buku dan membaca 5-10 artikel di jurnal dan
meresumenya dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka juga
tengah menyiapkan penerbitan buku hasil kumpulan tulisannya.
Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016
19
DOKUMENTASI USAID PRIORITAS
2
Kiat SDN Sumbergondo 2 Batu
Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi
Sekolah Rujukan
SDN Sumbergondo 2 Batu, berhasil mengubah dirinya
menjadi sekolah rujukan. Pembelajaran berkelas dunia terjadi
di semua kelas. Berikut adalah kiat dan perubahan yang
terjadi di sekolah mitra USAID PRIORITAS tersebut. (Anw)
Kiat sekolah
1
Kepala sekolah melibatkan komite sekolah, guru, dan tokoh
masyarakat dalam menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan
rencana kegiatan dan anggaran sekolah(RKAS), serta memajangkan
laporan keuangan sekolah sebagai bentuk transparansi.
Sebulan sekali ada
pertemuan antara
paguyuban kelas dengan
guru kelas untuk
membahas program
pembelajaran aktif di kelas
sehingga orang tua dapat
mengetahui dukungan yang
perlu diberikan kepada guru.
3
Kepala sekolah juga mendorong
para guru untuk mengikuti guru
yang berhasil menerapkan
pembelajaran yang baik melalui
kegiatan bedah kelas dan KKG
tingkat sekolah.
3
Melaksanakan program budaya baca 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai serentak
dilakukan di halaman atau di dalam kelas.
Perubahan dalam Pembelajaran
Kelas II
Kelas 1
Siswa terbiasa menghasilkan karya kreatif dan
mempresentasikannya, seperti di kelas 1 siswa sedang
presentasi hasil temuan benda yang mudah bergerak
dan sulit bergerak yang ada di kelas.
Kelas IV
Siswa kelas IV belajar dampak globalisasi dalam
kehidupan dengan membawa barang-barang
zaman dahulu dan zaman sekarang, serta
dianalisis dampak positif dan negatifnya.
Kelas III
Siswa kelas II memajangkan hasil karya
mengidentifikasi benda berbentuk segi
empat yang ada di kelas dan dideskripsikan
dengan kata-katanya sendiri.
Kelas V
Siswa kelas V tunjukkan hasil karya individu
mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan
besar sudutnya.
Siswa kelas III praktik bernyanyi bersama
dipandu dirigen dengan iringan musik piano dan
yang dimainkan oleh siswa secara bergantian.
Kelas VI
Siswa kelas VI tunjukkan laporan kelompok
dan individu hasil percobaan rangkaian listrik
paralel dan seri.
USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education
Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia,
khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan
kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang.
dari newsletter ini
bukan
pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
20
PrioritasIsiPendidikan:
Edisi
11merepresentasikan
April - Juni 2015
Download