ISSN 2303 - 0852 Edisi 14 Jan-Mar 2016 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa PRIORITAS PENDIDIKAN Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik Aisyah, Siswa Kelas IV SDN Allakuang Baca 117 buku dalam 5 bulan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr Kamaruddin Amin. “Perluas Praktik yang Baik di Madrasah” Jakarta - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, Prof Dr Kamarudin Amin menyampaikan dukungan dan komitmennya untuk memperluas madrasah penerima manfaat praktikpraktik pendidikan yang baik dari program USAID PRIORITAS. ”Saya tahu, percaya dan lihat sendiri juga betapa program ini bagus tapi coverage masih sangat terbatas. Kita harus bersama menyebarluaskan dan menjangkau madrasah-madrasah yang belum tersentuh program ini,” kata Prof Kamaruddin saat mendiskusikan rencana pengembangan program USAID PRIORITAS di madrasah di ruang kerjanya (22/2). Kemenag dan USAID PRIORITAS juga bekerja sama dalam peningkatan mutu LPTK di bawah Kemenag untuk menyiapkan calon-calon guru berkualitas, serta mengembangkan program pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) atau program guru pembelajar di madrasah. Kanwil Kemenag di daerah mitra akan dibantu menganalisis kebutuhan pelatihan guru yang sesuai dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru madrasah dengan mengoptimalkan forum KKG/MGMP. (Anw) Baca berita lainnya di halaman 2. Aisyah, siswa SDN 01 Allakuang, Sidrap, Sulawesi Selatan, bersama Satria Darma, konsultan budaya literasi Kemendikbud yang berkunjung ke sekolahnya. Dia membaca 117 buku bacaan dalam lima bulan. Dinas Pendidikan Sidrap telah menerapkan program membaca senyap selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Program ini berhasil membuat banyak sekolah berkreasi untuk mendorong minat membaca siswa, termasuk berkreasi membuat sudut baca di kelas. Sidrap, Sulawesi Selatan – Untuk mendorong minat baca para siswanya, SDN 1 Allakuang membuat beragam program membaca yang menarik, salah satunya membuat lomba membaca buku. Cara yang digunakan sangat sederhana. Semua siswa diminta untuk membaca buku dan membuat catatan kecil di secarik kertas, seperti pada gambar di atas. Catatan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kotak yang disediakan di setiap kelas. Setiap akhir minggu, guru kelas melakukan pencatatan berapa buku yang dibaca oleh anak berdasarkan catatan yang dimasukkan ke dalam kotak tersebut. Pada akhir semester, siswa yang membaca terbanyak mendapat hadiah. “Pada semester ini Aisyah, siswa kelas IV yang memenangkan lomba. Aisyah membaca 117 buku dalam 5 bulan,” tutur Kepala SDN 1 Allakuang, M Basri. Sebagai dampak dari program membaca, sekarang siswa kelas IV,V, dan VI rata-rata telah membaca 80-90 buku dalam 5 bulan. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sidrap Nur Kanaah SH MH, menyebut banyak sekolah di Sidrap telah berhasil mendorong minat membaca siswa. Menurutnya Pemerintah Kabupaten Sidrap sudah melaksanakan kegiatan literasi sekolah sejak Oktober 2015. Tim gerakan literasi sekolah (GLS) juga sudah dibentuk di tingkat kabupaten dan kecamatan. Program utama dari GLS di Sidrap adalah: (1) membaca rutin 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai, (2) jam membaca khusus di hari Sabtu selama 40 menit, (3) membuat sudut baca di setiap kelas, (4) taman baca di setiap sekolah, (5) pengadaan buku bacaan secara reguler. Pelaksanaan GLS dimonitor dan didampingi oleh pengawas sekolah. (Hw/Ajb) Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org - www.siapbelajar.com PRIORITAS - Nasional Pusat dan Daerah Dukung Keberlanjutan dan Perluasan Program USAID PRIORITAS 2 3 (1) Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, Hamid Muhammad, (2) Kepala Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Banten, Moh Salim, dan (3) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh Hasanuddin Darjo, menyampaikan dukungannya untuk keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS. Mereka berharap semakin banyak sekolah/madrasah menerapkan praktik yang baik. 1 Jakarta - Perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdibud), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), serta tujuh provinsi mitra USAID PRIORITAS mendukung keberlanjutan dan perluasan program USAID PRIORITAS. Demikian hasil dari Rapat Pembahasan Keberlanjutan dan Perluasan Program USAID PRIORITAS yang diadakan di Jakarta (11/1). USAID PRIORITAS selama ini telah melatih dan mendampingi pelaksanaan praktik yang baik dalam pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, program budaya baca, lembaga pendidikan tenaga kependidikan, dan program tata kelola guru. Hamid Muhammad PhD, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud, menyatakan Mendikbud Anies Baswedan telah berpesan bahwa Kemdikbud masih membutuhkan program yang dirintis USAID PRIORITAS dan berharap program masih terus berlanjut. “Kemdikbud berharap ada sinergi antara lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK), lembaga penjamin mutu pendidikan (LPMP) dan pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan (P4TK) dengan pendekatan kabupaten secara menyeluruh. Kita tidak mungkin tangani sendirian, butuh bantuan dari banyak pihak,” ungkap Hamid Muhammad di sela-sela acara. Dukungan keberlanjutan dan perluasan program juga disampaikan oleh perwakilan kabupaten mitra USAID PRIORITAS, seperti disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. “Dana sebesar Rp 16,4 miliar untuk 10 kabupaten/kota nonmitra akan dialokasikan untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS,” jelas Hasanuddin Darjo, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Dukungan serupa disampaikan Sekretaris Daerah Kabupaten Maros, Baharuddin, yang menyatakan bahwa Maros telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,73 Miliar untuk melanjutkan implementasi program USAID PRIORITAS, antara lain melalui pembinaan MGMP dan KKG, serta mengembangkan program budaya baca. “Pemkab Maros menyediakan anggaran diseminasi pelatihan, pengadaan buku bacaan, rehabilitasi perpustakaan, dan menerbitkan Perbup tentang budaya baca,” kata Baharuddin. (Anw/Tif) Medan, Sumatra Utara - Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, secara simbolis menyerahkan hibah 1,1 juta buku bacaan berjenjang kepada Kepala Bappeda Provinsi Sumatra Utara, Arsyad Lubis. Buku tersebut akan diberikan ke lebih dari 1.800 SD dan MI di Sumatra Utara. “Buku-buku ini akan membantu siswa meningkatkan minat dan kemampuan membaca. Lebih dari 190.000 siswa di Sumatra Utara akan menerima manfaat dari dukungan ini,“ kata Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, di sela-sela acara (30/3). Direktur USAID Indonesia, Andrew Sisson, secara simbolis menyerahkan hibah 1,1 juta buku bacaan berjenjang kepada Kepala Bappeda Provinsi Sumatra Utara, Arsyad Lubis. Buku tersebut akan diberikan ke lebih dari 1.800 SD dan MI di Sumatra Utara. 2 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 “Program USAID PRIORITAS telah mendukung implementasi pendidikan yang tertuang di dalam RPJMN dan Renstra Kemendikbud 2015-2019,” terang Direktur Pembinaan Sekolah Dasar Kemendikbud Wowon Wirdayat MSi dalam kegiatan hibah 1,1 Juta Buku Bacaan Berjenjang di Provinsi Sumatera Utara. (Eh) PRIORITAS - Nasional Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti (dua dari kiri) saat membuka acara diseminasi/ sosialisasi capacity sharing instruktur PPG di Makassar. Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Prof Intan Ahmad PhD, mengapresiasi upaya USAID PRIORITAS meningkatkan mutu pendidikan profesi guru (PPG) dalam rangka mempersiapkan lahirnya calon-calon guru profesional. Tingkatkan Mutu PPG untuk Calon Guru Profesional Makassar, Sulawesi Selatan – Untuk meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru (PPG), Universitas Negeri Makassar (UNM) bekerja sama dengan USAID PRIORITAS menggelar pelatihan khusus untuk para dosen instruktur PPG. Pelatihan tiga hari bertajuk Diseminasi Sosialisasi - Capacity Sharing Instruktur PPG ini dibuka oleh Prof Intan Ahmad PhD, Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, di Makassar (17/2). Intan Ahmad mengapresiasi upaya USAID PRIORITAS dalam meningkatkan kualitas pendidikan profesi guru (PPG). Menurutnya, modul dan pelatihan yang dikembangkan USAID PRIORITAS memberi inspirasi dan contoh langsung pada dosen instruktur PPG untuk menjadi fasilitator yang efektif dalam lokakarya PPG. “Saya berharap hasil pelatihan ini dapat diterapkan oleh semua dosen instruktur yang melaksanakan PPG. Guru adalah pilar utama pendidikan. Lebih dari 50 persen daya serap siswa terhadap pembelajaran dipengaruhi oleh kapasitas guru menyampaikan materinya,” ujarnya saat membuka acara pelatihan tersebut. Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Arismunandar, dalam sambutannya juga menyatakan bahwa model lokakarya untuk PPG masih perlu banyak perbaikan. “Selama ini kita masih terlalu menggunakan paradigma akademik dan terlalu teknis. Kita perlu membuat klinik khusus untuk mempelajari berbagai modul pembelajaran. Untuk pengembangan PPG, modul pembelajaran aktif yang aplikatif model USAID PRIORITAS, juga sangat penting kita pelajari,” ujarnya. diseminasi pelatihan untuk para dosen instruktur PPG (16-18/2). Wakil Rektor I Unimed Prof Dr Abdul Hamid menyampaikan komitmennya untuk memanfaatkan kemitraan Unimed dengan USAID PRIORITAS untuk memperkuat peran Unimed meningkatkan mutu pendidikan. “Kami ingin membangun Indonesia dari sekolah. Karena itu kami dan USAID PRIORITAS bekerja sama memperkuat kemampuan dosen dan guru agar mampu membangun sekolah yang bermutu,” pungkasnya. Abdul Wahid Maktub, Staf Khusus Menristekdikti, yang hadir pada acara diseminasi pelatihan di Unimed, menyebut perlunya dosen dan guru untuk terus menerus mengembangkan metode terbaru dalam proses pendidikan. Kemampuan dosen dan guru harus terus ditingkatkan agar mampu menjawab tantangan zaman. Menurutnya, Kemenristekdikti akan melakukan segala cara untuk meningkatkan mutu dosen dan guru. “Kita akan memberikan regulasi dan atmosfer yang mendukung, sehingga dosen dan guru kita benar-benar bermutu,” tambahnya. Menurut Lynne Hill, Penasehat Pembelajaran USAID PRIORITAS, program yang dikembangkan ini untuk mendukung peningkatan kualitas PPG di LPTK. ”Kami mendukung peningkatan mutu lokakarya PPK (praktik profesi kependidikan), program PPL (praktik pengalaman lapangan), dan PPG untuk menyiapkan caloncalon guru berkualitas,” tukasnya. (Ajb/Eh/Anw) PPG merupakan program pendidikan lanjutan selama satu tahun yang harus ditempuh oleh mahasiswa calon guru sebelum mengajar. Mahasiswa yang menjalani pendidikan ini, selama 6 bulan akan mengikuti kegiatan lokakarya, dan 6 bulan praktik mengajar. Para dosen yang ikut dalam pelatihan ini adalah dosen yang memiliki kewenangan menjadi instruktur dalam PPG. USAID PRIORITAS mendukung peningkatan mutu PPG dengan mengembangkan modul dan melatih para dosen instruktur PPG dengan keterampilan praktis dalam mengelola perkuliahan PPG yang aktif dan efektif. Beberapa materi yang dikembangkan seperti mengelola lokakarya PPG berbasis pembelajaran aktif dan efektif, mengembangkan jurnal refleksi, menyusun pertanyaan tingkat tinggi dan lembar kerja, mengelola penilaian autentik dan portofolio, menyusun rencana pembelajaran dan melakukan praktik mengajar terbatas (microteaching) kepada para dosen yang lain. Di Medan, Universitas Negeri Medan (Unimed) juga melaksanakan Supartinah, dosen PGSD Universitas Negeri Yogyakarta, sedang mendampingi mahasiswa PPG menganalisis pemetaan indikator pembelajaran dalam buku paket siswa. Supartinah sedang menerapkan pendekatan perkuliahan aktif dalam PPG seperti yang dilatihkan program, USAID PRIORITAS. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 3 PRIORITAS - Nasional Berbagi Hasil Studi dan Pendampingan Tata Kelola Guru Jakarta – Untuk mensinergikan hasil studi dan pendampingan implementasi kebijakan tata kelola guru di tingkat nasional dan daerah, USAID PRIORITAS memfasilitasi diskusi tata kelola guru, di Jakarta (3/3). Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan (Puslitjakdikbud) Kemendikbud, staf khusus Mendikbud, ACDP (Analytical and Capacity Development Partnership), KIAT Guru (Kinerja dan Akuntabilitasi Guru), ICW (Indonesia Corruption Watch), Paramadina, Bank Dunia, program INOVASI (DFAT), dan USAID PRIORITAS. “Kami di Ditjen GTK merasa terbantu, banyak Staf Khusus Mendikbud, Achmad Rizali, memfasilitasi diskusi salah satu kelompok kebijakan pihak yang telah melakukan penelitian dan tata kelola guru yang dihadiri perwakilan Kemendikbud, lembaga donor, dan NGO yang membuat contoh bagaimana mengelola guru di mendukung studi dan pendampingan tata kelola guru. lapangan. Hasil penelitian dan pengalaman pengelolaan guru ini akan kami sinergikan dengan guru honorer karena juga terkait dengan anggaran pemerintah. grand design yang kami susun,” ungkap Nurzaman, Sekretaris Dirjen GTK Kemendikbud. Febri Hendri, peneliti dari ICW dalam presentasinya menyampaikan agar penataan guru efektif dilaksanakan, harus ada sangsi bagi David Harding, dari ACDP menyebut ada tiga permasalahan guru di daerah yang tidak melaksanakan, dan ada pemberian insentif bagi Indonesia. Pertama, ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan daerah yang berhasil mengimplementasikan penataan distribusi pasokan guru. Jumlah guru terlalu banyak dan distribusinya tidak guru. “Kalau perlu kuota guru PNS diberikan kepada daerah yang merata. Banyak bermunculan LPTK bermutu rendah yang penataan guru di daerahnya sudah berhasil dilaksanakan,” tukasnya. menghasilkan banyak calon guru yang tidak bermutu. Kedua, Ketidakhadiran guru di sekolah. Ketiga, masalah peningkatan kualitas guru. ”Kami menemukan ada 10 persen guru yang tidak hadir di sekolah. Sementara ada 14 persen guru yang hadir di sekolah tetapi tidak hadir di kelas,” kata David. Dia juga menyarankan perlu adanya mekanisme kontrol untuk rekrutmen Totok Amin Soefijanto dari Paramadina memaparkan masih ada sekitar 51% guru yang belum disertifikasi dengan strategi pengembangan profesi yang baik. “UKG di Indonesia adalah yang paling masif di dunia. Melalui UKG kita sukses memiliki alat untuk mengukur guru. Hanya ukurannya tidak cukup di atas kertas atau di atas komputer. Keterampilan guru mengajar di kelas juga perlu diperhatikan.Yang juga penting adalah menyelenggarakan pelatihan guru yang baik dan berkelanjutan dengan melibatkan LPTK,” katanya. Jakarta - Lima pejabat dari Kemenristekdikti, Kemendikbud, dan Kemenag yang difasilitasi Mark Heyward, Penasehat Tata Kelola USAID PRIORITAS dan USAID PRESTASI mengunjungi Michigan State University (MSU) dan Manajemen Pendidikan USAID untuk belajar program penyiapan calon guru dan peningkatan kompetensi guru (26/2-7/3). PRIORITAS, menyampaikan bahwa Mereka berkesempatan melihat proses perkuliahan dan mahasiswa praktik mengajar di USAID PRIORITAS sejak tahun 2013 sekolah. Mereka juga difasilitasi bertemu dengan Dinas Pendidikan Negara Bagian Michigan telah memfasilitasi implementasi berdiskusi membahas isu-isu penyiapan calon guru, sertifikasi guru, penilaian dan penataan dan pemerataan guru di 50 pengembangan profesionalitas guru. kabupaten mitra di 7 provinsi, dan Mereka juga mengunjungi SD Bret Hart dan SD Walsh, dua sekolah mitra MSU yang menjadi saat ini sedang mengembangkan tempat magang mahasiswa. Sekolah ini dan MSU mengembangkan standar pembelajaran agar perencanaan strategis pengembangan mahasiswa dapat menerapkan praktik-praktik pembelajaran aktif di kelas. ”Kami melihat keprofesionalan berkelanjutan (PKB). mahasiswa yang praktik di kedua sekolah ini sangat baik sekali dalam mengajar. Semua tampak “Kami telah memfasilitasi sudah terbiasa membuat anak kreatif dan komunikatif,” kata Nur Kholis, spesialis penggabungan sekolah SD negeri pengembangan LPTK USAID PRIORITAS yang mendampingi kunjungan ke MSU. sebanyak 526 sekolah, pembelajaran Sebelumnya, 21 dosen dari 7 LPTK mitra USAID PRIORITAS di bawah Kemenristekdikti dan kelas rangkap sebanyak 105 sekolah, Kemenag, selama 2 bulan melakukan penelitian pengembangan program praktikum calon guru mutasi guru SD dan SMP lebih dari di MSU. Sebagai tindaklanjut dari kunjungan tersebut, para pejabat kementerian ini 5.000 guru, guru mengajar di lebih diharapkan dapat memberi dukungan kepada dosen LPTK mitra yang sudah melakukan dari satu sekolah dengan tetap sesuai penelitian di MSU. Terutama saat melakukan penelitian atau ujicoba menerapkan program dengan sertifikat pendidiknya 1.267 praktikum penyiapan calon guru profesional seperti yang dipelajari dari MSU. guru, serta alih fungsi dari guru mapel di SMP dan SMA menjadi guru di SD Pejabat yang ikut kegiatan ini yaitu: Kemenristekdikti - Paristiyanti Nurwardani, Direktur sebanyak 675 guru,” katanya. Hasil Pembelajaran Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Kemenag - Anis Masykur, Kepala dari pertemuan ini akan dipertajam Bidang Penelitian, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, dan Syafiuddin Zainan Thaib, Kepala dengan membahas rencana aksi untuk Subdit Pengembangan Kelembagaan, Direktorat Madrasah. Kemendikbud: Santi Ambarukmi mendukung ekosistem tata kelola dan Ferry Yulmarino, Pejabat Bidang Perencanaan Kebutuhan Guru, Peningkatan Kualifikasi, guru yang dikembangkan Kemdikbud. dan Kompetensi Pendidikan, Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan. (Nur/Anw) (Anw) Belajar Peningkatan Kualitas Guru ke MSU 4 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 PRIORITAS - Provinsi Para dosen, guru, dan kepala sekolah mitra STKIP Muhammadiyah dilatih dalam menerapkan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah. Pada saat praktik mengajar di sekolah, mereka membuat siswa belajar lebih aktif, menghasilkan karya kreatif, dan memajangkannya. Dosen dan Sekolah Mitra LPTK Papua Barat Dilatih PAKEM dan MBS Manokwari Selatan, Papua Barat USAID PRIORITAS memfasilitasi pelatihan praktik yang baik bagi dosen-dosen STKIP Muhammadiyah Manokwari dan 6 sekolah mitranya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua tahap, yatu pada 15-20 Februari 2016 pelatihan pembelajaran, dan 7-11 Maret 2016 pelatihan manajemen berbasis sekolah (MBS). Peserta berasal dari dosen, kepala sekolah, guru, pengawas dan staf Dinas Pendidikan Kabupaten Manokwari. ”Pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas perkuliahan di STKIP Muhmmadiyah dan pembelajaran sekolah mitranya. Kami berharap para calon guru di STKIP Muhammadiyah mendapatkan perkuliahan yang berkualitas dan tempat praktik mengajar di sekolah yang juga berkualitas. Jadi ada sinergi peningkatan mutu pendidikan antara LPTK dan sekolah,” kata Sudarsono Koordinator Program USAID PRIORITAS di Provinsi Papua Barat. Pelatihan ini menggunakan modul 1 dan 2 praktik yang baik dalam pembelajaran dan MBS dengan fokus pada praktik PAKEM, manajemen untuk mendukung keberhasilan pembelajaran, transparansi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah, serta menyusun perencanaan sekolah dalam bentuk RKS dan RKAS, termasuk program untuk menumbuhkan budaya baca bagi warga sekolah. ”Sebelumnya saya takut salah dengan laporan-laporan yang dibuat, maklum saya baru satu tahun sebagai kepala sekolah. Saya juga belum pernah ikut pelatihan tentang cara menyusun RKS/RKT/RKAS. Sekarang saya lebih lega dan tidak takut lagi membuat laporan karena saya didampingi USAID PRIORITAS dan dosen STKIP Muhammadiyah,” kata Lenora Borlak Kepala SD Inpres 41 Wosi Dalam, Manokwari, saat memberikan testimoninya usai mengikuti pelatihan. (Sds) Siswa ABK Papua Terbantu dengan BPKP Wamena, Papua - Menindaklanjuti pelatihan pemanfaatan buku paket kontekstual Papua (BPKP), tim pelatih YKW dan USAID PRIORITAS mengadakan pendampingan ke sekolah mitra. Salah satunya ke SD Don Bosco Pugima, Wamena, Papua. Salah seorang guru yang didampingi adalah guru kelas II, Simson Hisage. Menurut Simson, BPKP sangat membantu dia mengajar dengan tahapan yang jelas dan menyenangkan. Bahkan dapat membantu siswa ABK belajar dengan baik. Ada siswanya yang bernama Nikolina Halitopo yang anak berkebutuhan khusus (ABK). Dia menderita tuna rungu atau bisu dan tuli. Pada saat mengajar dengan BPKP, Nikolina begitu semangat belajar. Soal-soal latihan dapat dikerjakan dengan baik karena BPKP dilengkapi dengan gambar-gambar yang sangat menarik dan terkait dekat dengan kehidupan sehari-hari anak. Sebelum adanya BPKP, Nikolina sangat sulit untuk belajar, dia lebih banyak diam. “Nikolina sekarang bisa belajar lebih baik dari sebelumnya dengan bantuan guru dan teman sebangkunya. Mereka menjelaskan cara belajar dengan menggunakan jari-jari tangan dan pion,” tukas Simson. Menurutnya, pembelajaran dengan BPKP membantu siswa lebih mudah memahami materi pelajaran. Dari hasil evaluasi pembelajaran, Nikolina bisa mengerjakan soal-soal latihan dalam BPKP. (Grn) Nikolina Halitopo sedang dibantu temannya belajar dengan BPKP. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 5 PRIORITAS - Provinsi Gerakan Indonesia Membaca di Lebak Mendikbud: Pembiasaan Baca di Sekolah itu Perlu! menit sebelum pembelajaran dimulai dengan membaca. Kita ingin membaca menjadi pembiasaan sehingga ini yang disebut budaya baca,” katanya dalam acara peluncuran Gerakan Indonesia Membaca yang dilaksanakan di Kampus La Tansa Mashiro Rangkasbitung, Kabupaten Lebak. “Peluncuran gerakan ini menjadi tidak bermakna jika tidak ada proses pembiasaan membaca. Mari kita tingkatkan minat baca dan daya baca!” Chantika, siswa SMPN 3 Rangkasbitung menjelaskan program membaca di sekolahnya di stan USAID PRIORITAS kepada Mendikbud Anies Baswedan. Lebak, Banten – Anies Baswedan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mengatakan membaca perlu ditumbuhkan di lingkungan sekolah sebagai perwujudan dari Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti (31/3). “Semua sekolah bisa memulai lima belas Untuk mendukung pengadaan buku bacaan di Kabupaten Lebak, USAID PRIORITAS pada acara tersebut menyerahkan hibah buku bacaan berjenjang yang diterima Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya. Anies Baswedan juga berkesempatan mengunjungi pameran dan berdialog dengan perwakilan guru dan siswa yang menjadi narasumber tentang pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. USAID PRIORITAS turut serta dalam pameran dengan memajangkan hasil karya siswa dan guru tentang perkembangan program baca di sekolah mitra. Chantika, siswa SMPN 3 Rangkasbitung, tampak antusias menjelaskan buku hasil karya siswa yang dipamerkan. “Membaca itu tidak hanya menambah wawasan saja tetapi juga merangsang kami untuk berimajinasi dalam menulis seperti cerpen yang dibukukan ini,” kata Chantika sambil menunjukkan buku terbitan sekolah kepada Mendikbud. (Anl) Tingkatkan Literasi, MTsN Susoh Luncurkan ‘Gelira’ Menurut Kepala MTsN Unggul Susoh, Syamsullijarni SPd, gerobak baca ini akan mendukung program membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. “Siswa juga bisa memafaatkan jam istirahat atau waktu luang untuk membaca buku-buku yang tersedia pada gerobak baca,” tukasnya. Untuk memperbarui koleksi buku-buku bacaan, madrasah menggerakkan siswa untuk menyumbang buku bacaan yang sudah dibacanya ke madrasah. Siswa secara bergantian dapat membaca dan bertukar koleksi buku. Dari gerakan lima ratus rupiah, dalam satu bulan terkumpul ratarata lebih dari 1 juta. Uang tersebut sebagian digunakan untuk membeli buku dan sebagian disimpan di bank untuk membantu pembelian mobil untuk antar jemput siswa. Apalagi kalau sore angkutan umum sudah tidak ada yang lewat madrasah. (Tmk) Finalisasi Modul Membaca untuk LPTK Gerobak baca MTsN Susoh diletakkan dekat halaman kelas sehingga siswa dapat dengan mudah mendapatkan koleksi buku-buku bacaan. Blangpidie, Aceh - MTsN Unggul Susoh meluncurkan program gerobak baca dan gerakan lima ratus rupiah (Gelira) setiap Senin untuk mendukung dan menumbuhkan minat membaca siswa. Kepala Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Aceh Barat Daya (Abdya), Drs Alijar, menyebut program ini dapat meningkatkan minat baca siswa. “Buku adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya, dan menulis adalah pemahamannya. Saya mendukung program budaya baca ini,” katanya saat peresmian program di MTsN Susoh (6/1). 6 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 Semarang, Jawa Tengah – Kemitraan antara Florida State University (FSU) dan Universitas Negeri Semarang (Unnes) terus berlanjut. Norma Evans dan Marion Fesmire dari FSU, selama dua minggu (15-26/2) bersama dengan dosen Unnes dan UIN Walisongo meninjau perkuliahan yang menerapkan materi perkuliahan literasi yang mereka kembangkan bersama berdasar hasil penelitian literasi terbaru. Materi tersebut akan difinalisasi sebelum didiseminasikan ke 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS. Saat ini sudah ada 8 unit materi perkuliahan literasi yang dikembangkan dari 12 unit yang dipersiapkan, yaitu tentang pengantar literasi, bahasa lisan dan menyimak, kesadaran fonologis, konsep tulisan/cetak dan kesadaran alfabet, membaca kata, kelancaran, kosa kata, dan membaca mandiri. (Anw) PRIORITAS - Provinsi Inilah Manfaat Buku Bacaan Berjenjang Sulawesi Selatan - SDN 07 Letta Bantaeng, setelah menerapkan program membaca dengan buku bacaan berjenjang, siswa kelas II yang diajar oleh Idayani berinisiatif membuat buku kecil. Salah satu buku karya siswa tersebut berjudul “Seminggu Bersama Kakek,” yang judulnya sama dengan salah satu buku bacaan berjenjang, namun isinya berdasarkan pengalaman sendiri. “Buku bacaan ini membuat siswa percaya diri dan antusias menulis kisahnya sendiri,” ujarnya. Di Pangkep, Hasni Hasan, guru SDN 1 Kassi Kecamatan Balocci, secara kreatif meminta siswa bermain peran sebagai guru untuk memandu temannya membaca bersama dengan buku besar. “Praktik ini meningkatkan kepercayaan diri siswa untuk berani tampil di depan maupun bertanya. Mereka berlomba-lomba mengacungkan tangan untuk tampil ke depan,” ujar Hasni. Di Makassar, Akbar guru kelas III SD Inpres Tamalanrea 4, menggunakannya untuk mengajar siswa berkebutuhan khusus yang Fasilitator buku bacaan berjenjang di Pangkep, Hasni Hasan, meminta siswa juga memandu temannya membaca bersama sehingga memancing kepercayaan diri siswa lainnya untuk berani tampil dan bertanya. mengalami kesulitan membaca. “Walaupun mengalami kesulitan membaca, buku ini benar-benar membuat mereka antusias ikut membaca,” ujarnya. Sedangkan Eny, guru MI Al Abrar Makassar, memanfaatkan buku tersebut untuk melibatkan siswa membantu teman-temannya yang masih kurang lancar membaca. (Ajb) Belajar Kosa Kata dengan Permainan Suku Kata dan Potongan Huruf Selain membaca buku, siswa dibimbing untuk menyusun potongan kata, suku kata, dan huruf. “Cara ini untuk membantu siswa yang kurang lancar membaca belajar menyusun huruf dan suku kata sehingga menjadi kata-kata,” terang Ambar. Siswa yang kurang lancar membaca, mengeja, atau menyusun huruf menjadi kata, dikumpulkan dalam satu kelompok yang berjumlah 6 orang. Ambar melakukan kegiatan membaca terbimbing kepada mereka. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan permainan kata. Ambar menata kata-kata di meja, dan meminta siswa mencari kata yang diucapkannya. “Ayo Putra, cari kata kepik di dalam susunan kata ini,” Ambar menugaskan siswa bernama Putra untuk mencari kata kepik. Putra berhasil mengambil kata kepik. Ambar membimbing Putra untuk menyocokkan kata yang ditemukannya dengan tulisan di buku. “Kepik sama dengan kata di buku,” teriak Putra gembira. Atas-bawah: permainan kata, suku kata, dan huruf dengan potongan huruf yang dibuat Ambar dikolaborasikan dengan kegiatan Membaca Terbimbing untuk siswa kelas yang masih belum lancar membaca. Mojokerto, Jawa Timur - Yuli Ambarsari SPd, guru kelas 1 SDN Segunung mengkreasi kegiatan membaca terbimbing 15 menit dengan permainan kata. Dia membuat potongan kata, suku kata, dan huruf sesuai dengan kata-kata yang tercantum dalam buku bacan berjenjang. Di buku berjudul ‘Serangga’, Ambar membuat potongan huruf capung, potongan suku kata ca-pung, dan potongan huruf c-a-pu-n-g. Dia membuat media tersebut untuk kelompok siswa yang masih belum lancar membaca. Siswa dibimbing membaca kata di buku bacaan berjenjang. Dia juga selalu menunjukkan gambar dan kata yang ada di buku sehingga menambah ketertarikan siswa membaca. Selanjutnya Ambar menyiapkan potongan suku kata. “Coba sekarang dicari di potongan suku kata ini ya, kata kepik terdiri dari suku kata ke dan pik. Nah, kalau lebah terdiri dari suku kata apa?” tanya Ambar. Salah satu siswa mengacungkan tangannya dan mengeja kata le-bah, demikian seterusnya. Di akhir, dari suku kata, Ambar memotongnya menjadi potongan huruf. Masing-masing siswa diminta menyusun kata dari suku kata, dan huruf. Setelah mereka berhasil melakukannya, Ambar kemudian meminta mereka berpasangan. “Satukan potongan hurufmu dengan pasanganmu. Kemudian carilah kata-kata baru dari potongan huruf tadi,” pintanya. Siswa antusias mengerjakannya. Misalnya dari potongan suku kata be-la-lang disusun lagi menjadi belang. Dan siswa pun sebanyakbanyaknya menyusun kata-kata baru temuannya bersama kelompoknya. Selama membimbing 6 siswa tadi, Ambar memberikan tugas pada siswa lainnya, yakni mencari sebanyakbanyaknya kata berakhiran -ng dari buku yang dibacanya. (Dkd) Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 7 PRIORITAS - Praktik yang Baik Galang Program Orangtua Mengajar Tangerang, Banten - Melibatkan peran serta masyarakat untuk meningkatkan kualitas pendidikan menjadi indikator keberhasilan manajemen sekolah yang sudah dilatihkan USAID PRIORITAS. Hal itu menginspirasi MTsN 2 Tangerang menggagas program orangtua mengajar. Sedikitnya ada 15 orangtua yang berasal dari berbagai profesi pekerjaan dan tampil berpartisipasi dalam acara orangtua mengajar. Pembelajaran aktif di kelas VI SDN Sumbergondo 2, Batu, kini menjadi rujukan. Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah Rujukan Sri Winarni, Kepala SDN Sumbergondo 2, Batu Batu, Jawa Timur - “Awal menjabat kepala sekolah, saya dihadapkan dengan banyak masalah. Mulai dari guru yang kurang disiplin dalam mengajar, sering terlambat, pembelajaran berjalan konvensional, dan masyarakat kurang dilibatkan dalam pengembangan sekolah. Banyak yang bilang karena ini sekolah di desa maka hal itu wajar,” urai Sri Winarni, Kepala SDN Sumbergondo 2 Batu, saat diwawancarai di sekolahnya (18/2). Sekolah mitra USAID PRIORITAS yang berada di daerah pedesaaan lereng Gunung Arjuna ini berhasil menjadi sekolah rujukan bagi sekolah-sekolah lainnya karena peran kepemimpinan kepala sekolah. Kemitraan dengan USAID PRIORITAS dimanfaatkan kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar. Dia melibatkan guru dan komite sekolah dalam merancang perubahan di sekolah. Paguyuban kelas bersama guru kelas sebulan sekali rapat membahas program peningkatan mutu pembelajaran. Kepala sekolah aktif melakukan supervisi sekaligus melakukan pendampingan kepada guru. “Dua bulan setelah para guru dilatih, saya melihat hanya guru kelas VI yang sudah menerapkan pembelajaran aktif. Lalu saya melibatkan guru kelas VI menjadi tim pendamping bagi guru lainnya untuk menerapkan hasil pelatihan USAID PRIORITAS,” katanya. Kini semua guru kelas sudah menerapkan pembelajaran aktif. Pajangan hasil karya siswa kelas I sampai kelas VI, sudah memperlihatkan kemampuan belajar berpikir tingkat tinggi. Di kelas I, siswa membuat laporan hasil wawancara dengan orang tuanya tentang ciri-ciri diri siswa saat mulai baru lahir sampai usia 7 tahun. Di kelas II, siswa menggambar benda-benda segi empat yang ada di kelas dan mendeskripsikan dengan kata-katanya sendiri. Ayu Cipta yang berprofesi sebagai jurnalis mengaku senang dan bangga terlibat dalam program orangtua mengajar. Ia pun memperluas wawasan siswa tentang peran wartawan dalam melakukan peliputan dan cara menulis berita. “Para siswa tampak sangat antusias belajar menulis berita,” kata wartawati Tempo tersebut. Beberapa orangtua tidak menyangka bahwa mereka juga terlibat untuk mengajar di kelas sebagaimana layaknya guru. Seperti yang disampaikan Dadang Akhdiat, yang bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Tangerang, “Saya dari dulu bercita-cita ingin jadi guru. Baru sekarang terwujud dengan diberikan kesempatan mengajar. Kami jadi ketagihan untuk mengajar kembali di sini.” Sementara siswa mengaku senang karena mendapatkan wawasan dan pengalaman baru mengenai berbagai profesi pekerjaan. “Saya senang dan tertarik dengan program orangtua mengajar ini karena saya belajar tentang pengalaman profesi yang jadi inspirasi di kemudian hari,” cerita Maryam Adelweis, siswa kelas VII. Program yang dimulai awal tahun 2016 ini, akan menjadi agenda rutin madrasah. Para orang tua di setiap kelas diundang untuk membagikan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya. ”Topiknya juga disesuaikan dengan topik yang pembelajaran yang diajarkan guru. Kegiatan ini memperkaya wawasan dan membantu guru memperkaya sumber pembelajaran,” kata Mulyadi SAg MPd, kepala MTsN 2 Tangerang. (Anl) Di jenjang kelas yang lebih tinggi, seperti kelas IV sampai VI, hasil karya siswa tampak lebih menantang, terstruktur, dan ditulis dengan kalimat yang lebih panjang. Seperti di kelas VI siswa membuat laporan percobaan rangkaian listrik paralel dan seri, serta keuntungan dan kerugiannya. Pada ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) tahun 2015 lalu, sekolah ini berhasil menjadi juara 1 tingkat kecamatan dari sebelumnya hanya peringkat 15. Sekolah ini juga ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kota Batu menjadi sekolah rujukan bagi sekolah lainnya. Menurut Trihananing Tyas, guru kelas VI, pembelajaran aktif di kelasnya menjadi lebih optimal karena dukungan kepala dan komite sekolah yang menyediakan kebutuhan pelaksanaan pembelajaran aktif. Lihat presentasi kepala SDN Sumbergondo 2: http://prioritaspendidikan.org/id/media/608/presentasi-kepala-sdn-sumbergondo02-batu- (Anw) 8 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 Ayu Cipta, Wartawati Tempo, yang juga orangtua siswa di MTsN Tangerang, tampak sedang memandu diskusi antar siswa tentang peran wartawan dan cara menulis berita. PRIORITAS - Praktik yang Baik MI Islamiyah Alwathaniyah Pilih Pertahankan ABK Jombang, JawaTimur – MI Islamiyah Alwathaniyah, merupakan satu di antara madrasah mitra USAID PRIORITAS di Kabupaten Jombang. Madrasah ini memiliki tiga program pembelajaran, yaitu kelas regular, kelas internasional, dan kelas inklusif. Madrasah juga menyediakan seorang native speaker untuk meningkatkan kualitas bahasa Inggris siswa dan pengajar di kelas internasional. Madrasah ini memiliki 253 siswa, yang 26 siswa di antaranya termasuk dalam kategori ABK. Kekhususan yang dimiliki diantaranya 1 siswa kurang mendengar, 8 siswa hiperaktif, dan 17 siswa lambat belajar. Abd. Fattah SS, sang kepala madrasah yang masih muda dan energik, pernah belajar tentang pendidikan inklusif selama 6 bulan di Sekolah Madania Parung Bogor yang berada di bawah naungan Universitas Paramadina. Penerapan sistim pendidikan inklusif sudah mulai dari pendaftaran. Siapa pun anak yang mendaftarkan diterima semua selama masih ada tempat. Setiap orang tua yang datang mendaftarkan anaknya akan mengikuti proses wawancara bersama anaknya. Hal ini untuk mengetahui peta kemampuan anak sehingga madrasah dapat menentukan kebijakan dan strategi pembelajaran yang sesuai bagi anak. Dengan demikian diharapkan setiap anak dapat memperoleh layanan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Strategi yang diterapkan madrasah ini untuk melayahi pembelajaran siswa ABK antara lain: Adelia Permata Agustin, siswa ABK lambat belajar juara 3 dalam lomba story telling yang diselenggarakan madrasah pada acara Milad ke 70 untuk memupuk dan meningkatkan keberanian siswa. Guru kelas 1 sedang memberikan bimbingan kepada Dhenok Maia Ardita, siswa ABK yang mengalami keterbatasan pendengaran. 1. Proses pembelajaran di kelas 1 – III dibimbing oleh dua orang guru dengan model team teaching. Seorang guru menyampaikan materi untuk semua siswa dan guru lainnya bertugas mendampingi siswa ABK agar bisa mengikuti proses belajar. 2. Ada sesi parenting untuk orang tua siswa ABK. Mulai awal masuk madrasah dan 6 bulan berikutnya, orang tua mendapat pendampingan melalui paguyuban kelas. Tujuannya agar terjadi pemahaman yang sama antara pihak madrasah dengan orang tua siswa. 3. Adanya buku komunikasi yang menjadi media penghubung antara guru dengan orang tua ABK. Guru dan orang tua bisa mengetahui perkembangan ABK, baik di rumah maupun di madrasah. Hal ini untuk mempermudah dalam menentukan tahapan bimbingan Guru memberikan bimbingan pada siswa ABK secara perorangan di luar jam belajar. selanjutnya. 4. Madrasah juga menyediakan kelas khusus untuk pelajaran tambahan bagi ABK dan siswa lain yang kesulitan maupun ketinggalan pelajaran. 5. Ada program pengembangan bakat anak sesuai dengan bakat dan minat setiap siswa. Ada peristiwa menarik yang membuktikan komitmen kepala madrasah terhadap layanan pembelajaran bagi siswa ABK. Pada saat orang tua mengetahui bahwa madrasah menerima siswa ABK, banyak orang tua yang belum memahami ABK dan pendidikan inklusif, mengancam akan memindahkan anaknya. Namun kepala madrasah lebih memilih mempertahankan ABK. Menurut pertimbangannya, siswa yang normal bisa dengan mudah mencari madrasah lain, sedangkan siswa ABK akan mengalami kesulitan mencari madrasah karena tidak setiap madrasah bisa menerima mereka. Seiring waktu dan setelah mengetahui dampak positif program madrasah tersebut, orang tua kini bisa menerimanya. Madrasah juga mengikutsertakan siswa ABK dalam kejuaraan sampai tingkat nasional. Pada saat acara Joyful camp yang diikuti oleh sekolah internasional seluruh Indonesia pada bulan Desember 2015, madrasah ini mendapat 9 tropi dan 2 di antaranya diraih oleh ABK nama Gunawan Syahputra, siswa ABK hiperaktif dan lambat belajar juara 2 dalam lomba matematika kelas V, dan Muhammad Roudlatul Hidayat, siswa ABK keterbatasan penglihatan juara I dalam lomba story telling kelas VI. (Wsa) Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 9 PRIORITAS - Praktik yang Baik Bengkel Menulis Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa Bantaeng, Sulawesi Selatan - SDN 7 Letta mengembangkan gerakan literasi untuk siswa kelas IV, V, dan VI bernama bengkel menulis. Bengkel menulis adalah pelatihan menulis yang diadakan SDN Letta untuk siswa kelas tinggi, dengan jadwal 2 minggu sekali, selama 2 jam per pertemuan. Untuk meningkatkan literasi anak, guru-guru SDN Letta menggunakan strategi curah gagasan dan membuat peta konsep. Salah seorang siswa yang ikut kegiatan tersebut adalah Sri Puji Lestari, siswa kelas VI yang belajar membuat tulisan tentang berkebun. Lewat curah gagasan, dia menulis secara acak segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan berkebun. Setelah Puji selesai menuliskan semua gagasan mengenai berkebun, gurunya, Hasnawiyah, meminta dia mengelompokkan gagasan tersebut ke dalam kategori-kategori yang lebih umum, misalnya tanah dan air masuk kategori lahan, buah-buahan masuk kategori tanaman, dan seterusnya. Kategorikategori itu dibuatkan peta pikiran. Dia tulis besar-besar “berkebun” di tengah kertas, dilingkari, dan ditulis tanda panah menunjuk ke masingmasing kategori: tanaman, lahan, pupuk, dan sabit. Guru memandu siswa menentukan kategori mana yang paling sesuai untuk dikembangkan menjadi paragraf pertama. Puji mengembangkan kategori lahan menjadi tulisan berikut: “Kakekku mempunyai lahan di samping rumah. Lahan itu sangat luas. Aku biasa ikut bersama kakek ke lahan”. Untuk paragraf kedua dia pilih sabit, dan dia menulis: “Kakekku biasa membawa cangkul dan sabit. Cangkul biasa ia gunakan untuk menggali tanah atau menanam tanaman”. Semua kategori yang ada dikembangkan menjadi paragraf-paragraf. Tulisan tersebut masih berupa draf dan mesti dikoreksi guru. Guru yang bertindak sebagai editor mengoreksi tata bahasa yang digunakan, menambah beberapa kata yang kurang, dan memberi saran pengembangan kalimat. Berdasarkan hasil edit guru, siswa merevisi kembali tulisan itu menjadi lebih tertata dan panjang. Semua rangkaian tulisan ini dimulai dari brainstorming, pra penulisan, pembuatan draf, dan disatukan. Selanjutnya diberi sampul dengan gambar bertema berkebun yang dibuat oleh Puji. (Ajb) Puji menunjukkan hasil karyanya: pertama, membuat peta pikiran; kedua, menuliskan secara bebas hasil peta pikiran; dan ketiga, pengeditan dan penyempurnaan tulisan. Belajar Energi Angin dan Jarak Luncur Roket Kemudian guru mengajak siswa melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui mengapa roket bisa meluncur. Hernawati membantu mempersiapkan semua alat dan bahan untuk percobaan seperti kertas hvs, lem, selotif, kertas berwarna, kertas post-it, dan gunting. Lalu siswa membuat roket sederhana dengan panduan di lembar kerja dan pendampingan guru. Cara membuatnya yaitu kertas hvs dipotong menjadi dua bagian dan digulung sehingga membentuk tabung, dan kedua ujung kertas direkatkan. Kepala roket dibuat dari kertas yang dibentuk kerucut dengan ujung yang lancip. Bagian badan roket ditempelkan sayap yang dibuat dari kertas berwarna. Setiap kelompok diminta membuat tiga buah roket dengan ukuran berbeda, yaitu roket yang dibuat dengan sayap besar, sayap sedang, dan sayap kecil. Guru sedang mendampingi siswa membuat roket dari kertas. Deli Serdang, Sumatra Utara - Gelora SPd, guru SDN 101774 Sampali, menunjukkan roket mainan dan bertanya kepada siswa kelas IV SDN 101775, mengapa roket bisa meluncur? Gelora bersama rekannya, Hernawati, guru MIS Madinatussalam, mengajar pemanfaatan energi angin pada praktik mengajar pelatihan Modul 3 tingkat SD/MI. Saat memulai pelajaran, guru menjelaskan singkat pemanfaatan energi angin. 10 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 Ketiga roket yang sudah jadi ditiup siswa dan diukur jarak luncurnya. Siswa lalu membandingkan hasil percobaan pertama, kedua, dan ketiga. Siswa secara individu menuliskan hasil pengamatannya. Di dalam kelompok, siswa saling bertukar laporan, memberikan masukan, dan memperbaiki laporannya. “Ternyata roket dengan sayap yang besar yang jarak luncurnya yang paling jauh karena hambatan udaranya menjadi lebih besar dan mendorong roket lebih jauh,” kesimpulan salah seorang siswa dalam presentasinya. (Eka) PRIORITAS - Praktik yang Baik Mendeteksi Benda Isolator dan Konduktor dengan APIK Oleh Widiyanto MPd, Guru Kelas VI SDN 2 Kalibawang Wonosobo, Jawa Tengah - Widiyanto, guru kelas VI SD Negeri 2 Kalibawang, Wonosobo, mengajak para siswanya membuat alat sederhana dari barang bekas mainan untuk mendeteksi benda-benda isolator dan konduktor. “Ide ini bermula ketika saya melihat bekas mainan robot dan mobil-mobilan remot kontrol yang sudah tidak terpakai,” katanya. Lampu LED yang menyala menandakan benda tersebut merupakan benda konduktor. Dia membagi siswa menjadi 4 kelompok, dan memberikan alat dan bahan yang akan digunakan, yaitu kayu papan, gergaji besi, baterai koin yang diambil dari bekas mainan, lampu LED, kabel tembaga, dan paku pinus. Siswa mulai bekerja dengan memotong kayu ukuran 3 x 7 cm dengan gergaji besi. Kemudian membuat dudukan untuk dua buah baterai kancing yang diletakkan di tengah. Selanjutnya memotong 3 buah kabel tembaga dengan ukuran 5 cm, 4 cm, dan 3 cm. Lalu membentuk kaki lampu led yang disesuaikan dengan lebar papan kayu. Setelah semua siap, lampu led dihubungkan dengan kabel dan baterai menjadi rangkaian seri. Fungsi paku pinus adalah sebagai konektor agar kabel dan kaki lampu led mudah terhubung tanpa perlu dililit. Selain itu paku pinus juga berfungsi sebagai saklar terbuka yang nantinya akan menghubungkan benda yang akan dideteksi. Cara kerjanya, lampu LED akan menyala bila benda yang dideteksi merupakan benda konduktor. Setelah selesai merangkai alat, siswa menggunakannya untuk mengidentifikasi sebanyak-banyaknya benda isolator dan konduktor. Alat pendeteksi isolator dan konduktor buatan siswa. Di kelompok siswa mengisi tabel yang terdiri dari nama benda, lampu LED menyala atau tidak, dan bahan dasar penyusun benda tersebut. Pada kegiatan itu, siswa merumuskan masalah, membuat hipotesis, mencoba, dan mencatat data. Jika siswa sudah mencoba semua benda, maka siswa membuat simpulan. Di akhir kegiatan, secara individu siswa membuat laporannya. Sesuai kesepakatan bersama siswa, alat tersebut kemudian diberi nama Alat Pendeteksi Isolator dan Konduktor (APIK). USAID PRIORITAS/ Mashadi Belajar Sejarah Berawal dari Pengalaman Siswa Oleh Nurhayati MPd, SDN Kuta Batee Trienggadeng Pidie Jaya, Aceh - Untuk menumbuhkan karakter yang baik bagi siswa, terutama kepedulian mereka terhadap sesama teman, saya menerapkannya dalam pembelajaran IPS kelas V, terutama materi yang berhubungan dengan sejarah bangsa. Langkah pertama, saya mengajak siswa untuk membentuk kelompok dan duduk melingkar di tempat yang nyaman bagi mereka, misalnya di luar kelas. Siswa diminta untuk mengingat kembali peristiwa atau kejadian yang berkesan yang dialaminya. Lalu menceritakan kembali cerita tersebut secara bergiliran. Setelah semua siswa bercerita, siswa diminta menulis satu cerita temannya yang paling berkesan dan memberikan tanggapan terhadap cerita tersebut. Pada akhir sesi ini, beberapa siswa dalam kelompok memberi tanggapan dan solusinya jika ada permasalahan sehingga timbul kepedulian antar sesama siswa. Sesi berikutnya, kegiatan inti pembelajaran Siswa menceritakan pengalamanya dan siswa lain menulis resume, kegiatan ini dilakukan dalam dan luar kelas. dengan membacakan cerita sejarah perjuangan atau seorang tokoh sejarah. Dua orang siswa di setiap kelompok diberikan tugas secara bergantian untuk membaca teks cerita sejarah dengan mimik dan gaya seolah-olah sedang mengalami kejadian tersebut. Terlihat siswa lainnya menyimak dan sesekali mencatat hal-hal yang mereka anggap menarik. Usai membacakan cerita, siswa kembali ke dalam kelas untuk menuliskan rangkuman, tanggapan, dan hal-hal yang berkesan dari cerita sejarah yang mereka dengar. Kemudian setiap siswa di dalam kelompok secara bergiliran membacakan hasilnya. Ternyata belajar sejarah yang dimulai dengan menceritakan kisah sejarah hidup siswa, sangat menarik bagi siswa sehingga mereka dapat lebih memahami alur cerita pada sesi kedua. “Kami seolah-olah mengalami dan menyaksikan langsung kejadian sejarah bangsa seperti menceritakan pengalaman sejarah hidup kami sebelumnya,” kata salah seorang siswa. Selain menumbuhkan semangat cinta tanah air, metode pembelajaran seperti ini juga dapat menumbuhkan kepedulian terhadap sesama siswa dan melatih kemampuan komunikasi siswa. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 11 PRIORITAS - Praktik yang Baik Bertamasya, Belajar, dan Melaporkan Oleh Alphian Sahruddin, Guru SDN Kompleks IKIP I Makassar Makassar, Sulawesi Selatan - Siswa kelas IV SDN Kompleks IKIP 1 Makassar beberapa waktu lalu melaksanakan pembelajaran di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Puntondo Takalar, yang mengembangkan program pendidikan ekosistem laut dan pesisir. Tujuan yang ingin dicapai dengan pembelajaran ini adalah mengetahui kegiatan ekonomi masyarakat dan jenis keragaman sumber daya alam dalam pelajaran IPS serta membuat laporan 1 kegiatan pada pelajaran bahasa Indonesia. Sebelum berangkat para siswa sudah mempersiapkan berbagai pertanyaan menyangkut kehidupan nelayan pesisir untuk menjadi bahan pelaporan. Begitu sampai di PPLH Takalar, siswa berusaha mendapatkan data sebanyak-banyaknya. Didampingi oleh staf PPLH Takalar, mereka mewawancarai para petani rumput laut tentang cara budidaya rumput laut, proses panen, dan pemasaran. Siswa juga mendapatkan informasi bahwa pembudidayaan rumput laut bisa mengurangi kebiasaan nelayan mencari 2 ikan dengan cara yang merusak alam, yaitu menggunakan bom dan sianida. Mereka juga mewancarai nelayan untuk mengetahui kehidupan seharihari para nelayan. Siswa melakukan pengamatan terhadap budi daya rumput laut dan mengumpulkan data. Setelah data terkumpul, sebagai pekerjaan rumah secara berkelompok, siswa membuat makalah dengan memperhatikan sistematika penulisan karya tulis ilmiah yang sudah diajarkan. Seminggu kemudian mereka melakukan presentasi hasil pembelajaran di PPLH. Presentasi dilakukan secara bergantian oleh tiga orang perwakilan kelompok: moderator yang memimpin diskusi kelas, presenter yang menyampaikan presentasi makalah dalam bentuk power point, dan operator yang mengoperasikan komputer. Salah satu kelompok mempresentasikan budidaya rumput laut. Berdasarkan hasil temuan mereka, rumput laut dibersihkan dengan menggunakan air tawar, “Agar rasa asin air laut hilang,” ujar kelompok itu. Siswa dari kelompok lain menanggapi secara kritis. “Tapi rumput laut baunya amis walau sudah dibersihkan air tawar, bagaimana menghilangkan bau tersebut?” tanyanya bersemangat. Sesi tanya jawab adalah sesi paling seru. Pemakalah dihujani berbagai pertanyaan dari para peserta diskusi yang juga teman sekelasnya. Dari pembelajaran ini siswa dapat belajar lebih bermakna, berpikir kritis untuk mengatasi persoalan lingkungannya, dan berani menyampaikan hasil pemikirannya. Menghitung Tekanan pada Tanah Oleh Nurhazizah, Guru SMP Labschool STKIP Muhammadiyah Abdya, Aceh - Pelajaran IPA seringkali diajarkan menghafal rumus-rumus dan melakukan pengujian rumus. Untuk menghilangkan anggapan tersebut, dalam materi menentukan hubungan antara gaya,tekanan, dan luas bidang percobaan, kami mengajak siswa untuk melakukan percobaan yang mempermudah pemahaman mereka tentang materi tersebut. Awalnya, kami menjelaskan pengaruh tekanan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sepatu siswa kebanyakan cepat robek di bagian bawah tumit dari pada di depan. Selanjutnya memberikan perbandingan antara pisau tajam dengan pisau yang tumpul, serta mengajak untuk mengamati pijakan kaki ayam dan perbedaannya dengan pijakan kaki itik. Selanjutnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk melakukan percobaan. Bahan yang dipersiapkan antara lain, 3 buah batu bata, penggaris, dan pensil. Selanjutnya siswa mencari media tanah gembur di halaman sekolah dan membasahinya sehingga menjadi lumpur. Selanjutnya, letakkan batu bata dengan posisi yang berbeda di atas tanah lumpur. Hitung besar tekanan masing-masing batu bata dalam posisi yang berbeda dengan menggunakan penggaris. Hitung pula dalam dan luasnya bidang yang mengalami tekanan. Percobaan ini membuktikan bahwa besarnya tekanan tergantung pada luas permukaan bidang yang terkena tanah. 12 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 Siswa menggunakan batu bata untuk membuktikan implementasi rumus tekanan dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan tekanan batu bata merupakan besarnya gaya tekan dibagi luas bidang tekan batu bata, dengan rumus P = F/A yaitu P adalah tekanan, F yaitu gaya tekan, dan A merupakan luas bidang. Contoh lainnya adalah saat menancapkan paku runcing lebih mudah daripada paku yang tumpul. “Hari ini kami dapat membuktikan bahwa faktor yang mempengaruhi tekanan adalah besarnya gaya tekan dan luas bidang tekan. Makin luas permukaan bidang tekan batu bata, makin kecil tekanan yang dihasilkan. Makin kecil luas permukaan bidang tekan batu bata maka makin besar tekanan yang dihasilkan bata bata tersebut,” jelas Kamelia siswa kelas VIII. PRIORITAS - Praktik yang Baik Buat Komik Berbahasa Inggris Kiri: Siswa bekerja sama di kelompok membuat komik aktivitas seharihari dalam bahasa Inggris. Kanan: Berfoto bersama hasil terbaik kelompok. Tangerang, Banten - Haryati, guru bahasa Inggris kelas VIII MTsN 2 Tangerang mengajak siswanya untuk lebih terampil mengungkapkan pendapatnya dengan bahasa Inggris. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah siswa mampu menyampaikan pendapat secara tertulis dengan tepat dan baik. “Good morning class! Today we learn how to express our opinion through daily activities. In the beginning, what do you do usually every morning?” tanya Haryati kepada seluruh siswa. Siswa saling bersahutan tunjuk tangan menjawab pertanyaan Haryati. “Okay, thank you for quick response.” Haryati menuliskan satu per satu jawaban siswa di papan tulis seperti pray, take a bath; have breakfast; go to school, dll. Lalu Haryati bertanya lagi, “What time do you have breakfast, Rina?” Siswa yang bernama Rina menjawab, “I have breakfast at 6 am.” Kemudian Haryati membagikan karton, pensil dan crayon ke setiap kelompok siswa yang berisi 4-5 siswa. “Class, I'd like to ask all of you to work in groups. Kalian sekarang bekerja dalam kelompok. Make one comic of daily activities for each group! Buat satu komik secara runut dalam bahasa Inggris tentang kegiatan sehari-hari!” seru Haryati. “Any questions? Ada pertanyaan?” tanyanya lagi. Haryati tidak menentukan hasil kelompok dari gambar yang bagus tetapi dari kalimat berbahasa Inggris yang baik dan benar dari setiap adegan komik dalam tiap kelompok. Hasil kelompok dipajang di dinding kelas. Kelompok yang memiliki gambar yang menarik dan sedikit kesalahan dalam penulisan akan dipamerkan di mading sekolah. (Anl) Buat Penampang Siklus Hidrologi Air 3 Dimensi kita menggunakan air untuk berbagai keperluan, baik untuk minum, mandi, mencuci, dan lainlain. Namun, air selalu tersedia atau tidak habis. Dari berbagai jawaban kalian tadi bisa disimpulkan bahwa air tidak hilang tetapi berubah wujud dalam bentuk sirkulasi,” jelasnya. Penampang siklus hidrologi karya siswa MTs Al Mukhtariyah. Bandung Barat, Jawa Barat - Dedah Juwaedah, guru IPS MTs Al-Mukhtariyah, memperlihatkan segelas air, “Anak-anak, apa yang Ibu pegang”? Siswa serentak menjawab, “Air...”. Guru bertanya lagi, “Di bumi ini, mengapa air tidak pernah habis?” Para siswa melontarkan berbagai jawaban. “Air merupakan kebutuhan dasar makhluk hidup yang harus selalu tersedia. Setiap hari Lalu guru memberikan lembar kerja (LK) tentang siklus hidrologi kepada setiap kelompok. Siswa diminta mengamati gambar siklus air yang ada di LK, kemudian siswa diminta membuat pertanyaan yang berhubungan dengan gambar tersebut. Apa yang membuat air menguap? Bagaimana proses terjadinya hujan? dan beberapa pertanyaan lain yang diajukan siswa. Itulah tahapan mengamati dan menanya. Kemudian siswa secara individu mencari informasi dari berbagai sumber mengenai siklus pendek (evaporasi, kondensasi, dan presifitasi), siklus sedang (evaporasi, transpirasi, kondensasi, presifitasi, infiltrasi), dan siklus panjang (evaporasi, sublimasi, dan infiltrasi). Mereka mengumpulkan informasi tersebut dan mengolah serta menuliskannya menjadi laporan singkat secara individu. Sebagai tugas kelompok, siswa bekerja sama membuat laporan 3 dimensi gambar siklus hidrologi dari siklus pendek-panjang beserta penjelasan menggunakan peralatan sederhana seperti kantong plastik bekas, kapas, stirofoam, kardus, kertas berwarna, lem, dan spidol. Siswa berhasil membuat penampang siklus hidrologi yang memanfaatkan barang bekas. Setelah selesai, perwakilan kelompok menyampaikan hasil karyanya, kelompok lain mengomentari dan menambahkan hal yang belum disampaikan oleh kelompok tersebut. Tahapan mengumpulkan data, mengolah data, dan mengomunikasikan data berjalan dengan baik. Guru meminta siswa memajang hasil karya kelompok. (Yh) Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 13 PRIORITAS - Praktik yang Baik PRIORITAS - Praktik yang Baik Buat Diagram Batang yang Mengasyikkan berat badan, turus/tally, dan frekuensi. Siswa sedang memberikan tanggapan di kelompok lain saat kunjung karya. Serang, Banten - “Anak-anak, materi pokok kita hari ini adalah diagram batang dan diagram lingkaran,” kata Towilah, guru matematika MTsN 2 Kota Serang. Kemudian dia melanjutkan, “Tujuan pembelajaran hari ini agar kalian memahami teknik penyajian data dua variabel yang menggunakan diagram batang dan melakukan analisis.” Kemudian Towilah meminta satu orang siswa membantunya menuliskan turus/tally di papan tulis dan seorang siswa lain menyebutkan angka yang sudah disiapkan. “Kawan kalian Rina akan menyebutkan angka berat badan. Silahkan kalian tunjuk tangan apabila angka berat badan tersebut sesuai dengan bobot kalian,” seru Towilah. Rina menyebutkan satu per satu angka berat badan dan Budi menuliskan jumlah siswa yang memiliki bobot badan tersebut. Data tersebut dikelompokkan dalam tabel sesuai kolom “Di hadapan kalian sudah ada tabel data berat badan. Ada yang bisa menjelaskan mengapa data tersebut penting disajikan?” tanya Towilah. Dua orang siswa menjelaskan bahwa penyajian data dalam bentuk seperti diagram batang akan memudahkan pengelompokkan data. Siswa lain menjawab penting untuk kemampuan analisa. Lalu, Towilah membagikan lembar kerja untuk membuat diagram batang kepada setiap kelompok. Siswa bekerja dalam kelompok masing-masing. Di kelompok siswa berbagi tugas, misalnya ada yang bertugas mencari data nilai harian matematika temannya dan ada yang menyiapkan pengelompokkan data yang dibuat di selembar karton. Pertama, siswa membuat sumbu X (interval nilai) dan sumbu Y (jumlah siswa) untuk membuat diagram batang. Lalu siswa menentukan interval nilai yang didapat dan frekuensi dari masing-masing interval. Kemudian siswa menentukan titik-titik batang. Terakhir siswa menghubungkan titik batang tadi menjadi diagram batang pada setiap nilai.Diagram batang dibuat menarik dan memudahkan siswa untuk membuat analisa. “Ternyata membuat diagram batang asyik dan tidak sulit,” kata seorang siswa dalam refleksinya. (Anl) Belajar Aktivitas Pemantauan Gunung Berapi Oleh Lasma Farida SAg, Guru IPA MTsN Janarata Bener Meriah, Aceh - Gunung Bumi Telong yang berjarak sekitar 10 Km dari sekolah merupakan salah satu gunung api aktif di Provinsi Aceh. Untuk mengurangi resiko bencana terhadap masyarakat, pemerintah mendirikan kantor pemantauan gunung berapi. Dalam pembelajaran tata surya sub bab gejala penampakan alam pada siswa kelas IX semester 2, kami membawa siswa mengunjungi kantor pemantau gunung berapi ini. Kami membentuk siswa menjadi 4 kelompok kecil. Setiap kelompok mendapat lembar kerja yang memandu data yang perlu diambil, seperti potensi bencana, penanggulangan bencana, dan dampak dari adanya gunung berapi. Di lokasi, siswa mengumpulkan data dengan metode wawancara, pengamatan serta membaca buku, dan data yang dipajangkan di kantor pemantau gunung tersebut. Atas: Siswa mewancari petugas Kantor Pemantau Gunung Berapi. Bawah: Siswa memperhatikan alat pemantau aktivitas gunung berapi melalui Seismometer. 14 USAID PRIORITAS/ Muthmainnah Siswa dapat memperoleh langsung informasi persiapan menghadapi letusan gunung berapi (siaga bencana) sebagai upaya untuk menghindari atau memperkecil jumlah korban jiwa. Siswa juga mengetahui proses yang dilakukan untuk pengawasan atau pemantauan gunung berapi serta peralatan untuk pengawasan gunung. Siswa juga mendapatkan penjelasan dan dapat mengambil kesimpulan tentang keterkaitan sumber air panas dengan kesuburan tanah di sekitar gunung. Siswa juga belajar tentang bagian-bagian gunung berapi seperti saluran magma di permukaan bumi sehingga siswa dapat menjelaskan pengaruh proses-proses yang terjadi di lapisan litosfer terhadap perubahan zat dan kalor. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 “Kami jadi paham kesuburan tanah pertanian kopi juga dampak dari adanya gunung berapi di daerah ini. Kami juga dapat mengetahui sumber air panas yang membuktikan gunung berapi tersebut masih aktif dan kewajiban pemerintah memantau gunung tersebut selama 24 jam,” kata Deddy, salah seorang siswa. Siswa lainnya mengakui lebih paham bagaimana tanda-tanda gunung akan meletus, bahayanya, dan upaya yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Siswa juga bangga dapat memperoleh pembelajaran tentang peralatan pencatat gempa Seismometer dan melihat cara kerjanya secara langsung. Dari kunjungan ini, siswa menjadi lebih terampil dalam melakukan pengamatan dan menulis laporannya. PRIORITAS - Praktik yang Baik Belajar Talkshow dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Oleh Amkayus, Guru SMP Negeri 4 Tanasitolo Salah satu kelompok melakukan talkshow, dan yang lain melakukan penilaian. Wajo, Sulawesi Selatan - Saya merancang materi wawancara dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas VIII dengan mereplikasi model talkshow. Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi keterampilan kepada siswa untuk wawancara narasumber dengan memperhatikan etika berwawancara. Saya membentuk siswa menjadi 4 kelompok, yang jumlah anggotanya sama. Setiap kelompok memiliki peran berbeda. Misal, kelompok I berperan sebagai pewawancara, kelompok 2 berperan sebagai narasumber dari tim SAR, kelompok 3 sebagai anak buah kapal (ABK) Marina Baru, dan kelompok 4 dari keluarga korban. Setelah kelompok terbentuk, siswa diajak menonton video talkshow dari Youtube. Siswa mengamati dan mengidentifikasi ciriciri talkshow, seperti sikap pewawancara, gesture tubuh dan model pertanyaan yang diajukan, dan cara narasumber menjawab. Tujuannya agar siswa mengetahui cara membawakan talkshow yang profesional. dan tanggapan balik terhadap jawaban tersebut. Demikian juga kelompok 2, 3, dan 4 berdiskusi dengan fokus menyusun/ menyiapkan daftar jawaban atas pertanyaan yang kemungkinan diajukan oleh kelompok I. Mereka juga mempersiapkan model gesture yang sesuai dengan pertanyaan. Selesai berdiskusi, siswa membentuk talkshow yang terdiri atas 4 orang dengan rincian 1 orang perwakilan dari kelompok I dan 3 orang narasumber (perwakilan kelompok 2, 3, dan 4 masing-masing 1 orang). Secara bergiliran, selama 15 menit setiap kelompok talkshow tampil mempraktikan proses wawancara. Talkshow tampak riuh dan menyenangkan. Semua berupaya menunjukkan kemampuannya. “Bagaimana KM Marina Baru bisa tenggelam padahal cuaca di laut saat itu sedang cerah?” tanya pewancara kepada ABK Marina Baru. “Kami sudah melakukan perawatan kapal sesuai prosedur. Kondisi kapal sebenarnya baikbaik saja, kami juga tidak tahu mengapa tibatiba terjadi kebocoran di lambung kapal sehingga membuat kapal tenggelam,” kilah ABK Marina Baru. Demikian proses talkshow yang dilakukan siswa. Anggota kelompok yang tidak tampil memberikan penilaian kepada kelompok yang tampil sesuai identifikasi talkshow yang sudah disepakati para siswa. Usai talkshow, pewawancara dan narasumber menyusun resume. Hasilnya dipresentasikan di kelas, dipajang di dinding kelas. Siswa tampak aktif mengikuti pembelajaran. Siswa membaca, menulis, dan berbicara secara terintegrasi dalam suasana yang menyenangkan. Siswa mampu mencari dan mengolah informasi melalui kegiatan membaca, mampu mengeskpresikan ide dan gagasannya secara lisan (wawancara) dan tertulis (resume). Selain itu, siswa juga belajar tentang pentingnya etika dan kesantunan berbahasa berdasarkan konteks. Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil identifikasi di depan kelas, yang lain menanggapi. Hasil identifikasi ini diresumekan guru dan menjadi alat menilai kualitas talkshow yang dipraktikkan siswa. Untuk menggiring siswa memahami topik wawancara yang akan diadakan, masingmasing kelompok mendapat bahan bacaan dengan topik “Tenggelamnya KM Marina Baru”. Mereka diberi kesempatan membaca senyap selama beberapa menit, dan berdiskusi di kelompok masing-masing agar mereka menguasai isinya. Fokus diskusi kelompok I (pewawancara) adalah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan ke masing-masing kelompok narasumber. Kelompok tersebut juga memprediksi jawaban yang akan diberikan Resume hasil wawancara kelompok siswa. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 15 PRIORITAS - Praktik yang Baik Mendidik Siswa SD di Negeri Paman Sam Kami sangat bersyukur, tim dosen Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Ayu-Unik-Yosita, bisa menjadi bagian dari peserta University Connect USAID di Michigan State University, Amerika, pada 1 Februari s.d 26 Maret 2016. Kami bisa melihat bagaimana siswa SD dididik di negeri Paman Sam. Banyak hal menarik yang bisa diadaptasi. Inilah sebagian ceritanya. Oleh Rahayu Condro Dosen Pendidikan Guru SD Fakultas Ilmu Pendidikan UNY Sudut baca di setiap kelas disediakan buku-buku bacaan yang menarik dan diberikan karpet untuk membuat siswa lebih nyaman membaca. Kelasku Istanaku Kekuatan literasi Kelasku istanaku, mungkin semangat itu yang membuat sang guru bekerja keras untuk mendisain kelasnya dengan senyaman mungkin bagi siswanya dan juga dirinya. Bagaimana tidak? Ia dan siswanya akan berada di kelas itu sejak jam 08.00 sampai 15.30. Kelas terasa seperti ruang pesta ulang tahun, ramai, hampir tak ada ruang kosong pada dinding bahkan pintu pun penuh dengan tulisan yang memotivasi. Kelas yang ramai dengan buku menjadi salah satu ciri kelas di Amerika. Berbagai buku-buku disediakan, ada buku cerita, buku pelajaran wajib, dan buku pendukung. Harapannya, siswa akan mencintai buku dengan sepenuh hati. Guru bukan hanya menyediakan buku di kelas, namun juga menggunakan berbagai metode agar siswa selalu bersentuhan dengan buku. Papan tulis yang merupakan layar sentuh dan laptop sudah disiapkan di kelas untuk mendukung aktivitas siswanya. Di setiap kelas ada karpet untuk siswa berkumpul mendengarkan cerita atau sekadar berdiskusi tentang suatu hal. Kursi yang ringan membuat siswa dengan mudah memindahkan kursi mereka sesuai dengan format yang disepakati. Guru senantiasa berusaha agar siswa tidak bosan dan selalu semangat untuk belajar di kelasnya. Keyakinan guru bahwa jika siswanya sukses di dalam literasi, maka akan mendukung kesuksesan yang lebih besar pada bidang lainnya. Ruang kelas pun di penuhi berbagai tulisan terkait literasi. Setiap siswa mempunyai sebuah keranjang buku. Setiap seminggu sekali, siswa memilih dari perpustakaan kelas 5-7 buku bacaan yang ia sukai untuk dibaca. Ia akan menuliskan cerita yang ada pada buku tersebut dengan bahasanya sendiri (bukan meringkas). Setiap kali ia sukses dengan satu buku yang telah ia baca, ia tulis kembali dan ia ceritakan pada teman pasangannya, maka ia akan dapat koin emas dari gurunya dan dimasukkan ke dalam kotak tabungan koin emas tersebut. Laporan penelitian hasil catatan perjalanan siswa kelas III. 16 Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 Siswa juga senantiasa dilatih untuk menulis, seperti yang dilakukan guru kelas III, meminta siswa untuk menuliskan hasil field trip mereka dalam bentuk research report yang hasil tulisannya bisa mencapai 32 halaman dengan tulisan tangannya sendiri. Bisa menulis sebanyak 32 halaman dengan satu topik bukan hal yang mudah bagi siswa yang belum biasa menulis. Berpendapat Tingkat Tinggi Kegiatan pembelajaran yang menarik selain dari ruang yang ceria dan nyaman, guru yang menyenangkan, selalu mengarah pada pembiasaan siswa untuk menjawab pertanyaan tingkat tinggi dari guru, mengapa begini, mengapa begitu? Melakukan debat dalam pembelajaran sudah mulai dilakukan di kelas 1 SD yang dikemas secara menarik. Sayangnya, tidak boleh ada foto yang memperlihatkan siswa. Gambaran pembelajarannya sebagai berikut. Siswa kelas 1 SD berjumlah 24 orang, dibagi menjadi dua kelompok yang membentuk dua lingkaran yang saling berhadapan. Tema debat waktu itu tentang “penebangan pohon”. Satu siswa memberi alasan mengapa ia harus menebang pohon, yaitu untuk keperluan industri. Siswa pasangannya mendebat untuk berhenti menebang pohon dengan alasan yang kuat. Setiap 5 menit siswa yang berada di lingkaran luar bergerak searah jarum jam untuk berganti pasangan dan melakukan debat yang sama. Alasan yang dikemukakan siswa kelas 1, luar biasa cemerlang. Ada yang mengatakan jika penebangan pohon dihentikan, maka banyak pengangguran alias banyak yang kehilangan pekerjaan. Kata lawannya jika pohon ditebang terus, maka banyak hewan yang akan kehilangan rumahnya dan akhirnya mereka akan menyerang kehidupan manusia. Membuat siswa kelas 1 SD berpendapat seperti itu, pasti perlu pembiasaan. Mari kita biasakan siswa kita untuk berpendapat tingkat tinggi sejak dari kelas awal. Semoga dari pembiasaan yang baik, membudaya di lingkungan pendidikan kita. Amiin. PRIORITAS - Praktik yang Baik Daerah Buat Regulasi Peningkatan Kompetensi Guru digunakan. "Hasil indentifikasi ini kemudian dikembangkan menjadi program PKB atau guru pembelajar di masing-masing kabupaten/kota," papar Mark Heyward, penasehat tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS. Wakil Bupati Batang, Soetadi SH MM mengupas isi dari Perbup terutama pasal 20 ayat 3 yang menyatakan perlunya menyisihkan dana 5% dari tunjangan profesi guru untuk peningkatan kompetensi. Penyisihan 5% dari tunjangan profesi diibaratkan oleh Wabup seperti ketika guru-guru kumpul-kumpul seperti biasa. Peserta sedang mengikuti sosialisasi Peraturan Bupati Batang Nomor 64/2015 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Aula Bupati Batang yang di fasilitasi oleh USAID PRIORITAS. Batang, Jawa Tengah – Regulasi peningkatan profesi guru perlu diatur agar guru mendapat jaminan dan kemudahan akses untuk meningkatkan kompetensi dan jenjang karirnya. Hal itu mengemuka dalam sosialisasi Peraturan Bupati (Perbup) Kabupaten Batang Nomor 64 tahun 2015 tentang Pembinaan dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan di aula kantor bupati Batang (3/3). Kabupaten Batang adalah salah satu daerah mitra USAID PRIORITAS yang telah mengeluarkan Perbup untuk mendukung program pengembangan keprofesian berkelanjutan atau guru pembelajar. Daerah mitra lainnya yang telah mengeluarkan Perbup tersebut di antaranya Demak, Banjarnegara, Purbalingga, Grobogan (Jawa Tengah), Sidoarjo (Jawa Timur), dan Aceh Tamiang (Aceh). USAID PRIORITAS saat ini tengah mendampingi daerah mitra untuk membuat rencana program pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk guru. Daerah didampingi dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan guru, menghitung satuan biaya yang dibutuhkan, dan sumber pendanaan yang dapat “Saat kita ingin kumpul-kumpul maka kita membawa jajan sendiri, makan sendiri, dan minum sendiri. Bedanya adalah sekarang konten yang dibicarakan adalah peningkatan kompetensi. Dananya disisihkan dan dikelola oleh institusi masing-masing atau melalui kelompok kerja guru (KKG) atau musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) sendiri. Karena yang mengelola dan mengaturnya adalah bapak ibu sendiri. Kita hanya mengatur regulasinya,” kata Wabup. Kepala SDN Rowosari 1 Limpung, Resmanto MPd mengatakan, saat ini sudah ada implementasi dari Perbup tersebut. Tercatat sudah ada KKG di 7 kecamatan yang sudah mampu mengorganisir penyisihan uang tersebut dan menjadikannya dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. “Contohnya di KKG Limpung, mereka sudah mengorganisir penyisihan 5% dari uang TPP dan membuat pelatihan pembuatan karya ilmiah yang dilaksanakan setiap Sabtu. Mereka menyusunnya menjadi 16 kali tatap muka sampai menghasilkan sebuah karya tulis,” kata Roesmanto. Dalam kegiatan pendampingan KKG ini juga melibatkan fasda USAID RIORITAS. (Arz/Anw) Diseminasi Melalui Kegiatan MGMP Kegiatan MGMP tingkat sekolah di SMPN 3 Srengat Blitar dimanfaatkan untuk diseminasi pelatihan USAID PRIORITAS ke semua guru. Blitar, Jawa Timur - Selama ini diseminasi di Kabupaten Blitar telah dilakukan melalui dana mandiri atau APBD. Namun, kelemahan diseminasi model lama adalah terlalu banyaknya peserta sehingga pendampingan individu guru dalam pelatihan kurang maksimal. Apalagi guruguru yang berminat untuk dilatih tidak saja terbatas pada lima mapel (IPA, IPS, matematika, bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia), guru mata pelajaran lainnya pun ingin mengikuti pelatihan. “Kami membuat strategi baru pelatihan diseminasi dengan memanfaatkan musyawarah guru mata pelajaran atau MGMP,” papar Agus Dwi Putranto MPd, fasilitator daerah (fasda) USAID PRIORITAS untuk pembelajaran matematika. Kegiatan diseminasi dalam MGMP ini, menggunakan pendekatan lesson study. Usai mendapatkan materi pelatihan, para guru membuat perencanaan bersama, diterapkan bersama, dan dievaluasi bersama proses pembelajarannya. Banyaknya permintaan diseminasi pelatihan, juga mendorong Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar menyiapkan diseminasi fasilitator yang dilatih oleh fasda USAID PRIORITAS. Para fasda yang dilatih ini akan memberikan pelatihan-pelatihan melalui MGMP, baik MGMP tingkat kabupaten maupun MGMP tingkat sekolah (MGMPS). Di Kabupaten Blitar, MGMP kabupaten dibagi dalam empat area, yaitu barat, timur, selatan, dan utara. Satu area didukung satu fasda USAID PRIORITAS dan beberapa fasda. Sejauh ini, sebanyak 739 guru telah dilatih modul 1-2 melalui MGMP di sekolah maupun kabupaten. (Try/Ida) Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 17 PRIORITAS - Praktik yang Baik Cimahi Reading Habit (CRH) koordinator, yaitu guru pendamping/ pustakawan sekolah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan CRH di sekolah dan membuat reportase evaluasi CRH secara berkala kepada koordinator kota/panitia. Reportase dilaksanakan empat bulan sekali diadakan oleh KAPPDE dengan mengundang perwakilan seluruh sekolah peserta CRH. Tujuannya untuk: Mengetahui perkembangan program CRH Mengetahui kendalakendala teknis pelaksanaan program Pada kegiatan Jambore CRH, siswa dapat memilih buku bacaan yang disukai untuk dibaca. Cimahi, Jawa Barat - Untuk meningkatkan minat membaca para siswa di Kota Cimahi, Kantor Arsip Perpustakaan dan Pengelolaan Data Elektronik (KAPPDE) meluncurkan program Cimahi Reading Habit (CRH). Setiap sekolah peserta CRH menunjuk seorang Menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi Mengukur kemampuan membaca siswa SD/MI se-Kota Cimahi, tertuang dalam angka/indeks. Sejumlah tamu dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Sukabumi, Bengkulu, dan Provinsi Bangka Belitung telah berkunjung dan menerima ekspose untuk belajar tentang program CRH. Program ini sejalan dengan program Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Cimahi yang dalam Surat Edaran Kepala Disdikpora Cimahi Nomor: 423/2483/Disdikpora Tanggal 12 Agustus 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti, pada point 1.c. “Kegiatan harian sebelum memulai pelajaran di sekolah adalah membaca buku non-pelajaran sekitar 15 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.” Pada Juni 2015 lalu, KAPPDE menggelar “Jambore Cimahi Reading Habit” yang mempertemukan siswa peserta CRH di dalam suatu kegiatan membaca yang menarik disertai permainan interaktif guna memacu peningkatan minat baca. Peserta terbaik dikirim mengikuti West Java Reading Challenge atau lomba tantangan membaca tingkat provinsi. Setiap anak ditantang untuk membaca sebanyakbanyaknya buku yang mereka bisa dapatkan. Sebagai penghargaan peserta dapat memperoleh piagam sertifikat, medali bahkan hadiah uang bagi mereka yang bisa melampaui tantangan yang diberikan. Awalnya program ini ditujukan untuk siswa SD/MI, sekarang dikembangkan ke tingkat SMP/MTs. USAID PRIORITAS dilibatkan dalam mendukung program ini dengan mendampingi SD/MI dan SMP/MTs mitra mengembangkan program budaya membaca untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa. (Pri) Fasilitasi Siswa Baca Koran Setiap Hari Sragen, Jawa Tengah - SMPN 2 Mondokan merupakan sekolah mitra USAID PRIORITAS yang telah menerapkan program budaya baca secara intensif sejak Juli 2015. Program yang sudah dilaksanakan adalah membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, menyediakan sudut baca di setiap kelas, dan menulis ringkasan dari buku yang dibaca pada buku jurnal baca. Sekolah baru saja meluncurkan program baru, yaitu membaca koran setiap hari. Sekolah bekerja sama dengan koran harian terbesar di kota Solo, yaitu Solopos. “Kegiatan membaca ini dilaksanakan untuk menguatkan pentingnya membaca media massa atau koran. Siswa dapat memperkaya pengetahuan umum dan perkembangan terbaru yang didapatkan dari koran,” terang Kepala SMPN 2 Mondokan Tri Wahyuni. Dia menjelaskan bahwa informasi dari koran dapat menjadi sumber belajar dalam pembelajaran kontekstual yang mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. 18 Kegiatan peluncuran membaca koran tersebut, dihadiri oleh beberapa pemangku kepentingan pendidikan seperti kepala perpustakaan daerah, pengawas sekolah, dinas pendidikan, camat, kru dari Solopos, dan staf USAID PRIORITAS. Sebagai tindaklanjut dari kegiatan ini, setiap hari sudut baca di kelas dan perpustakaan sekolah akan disediakan koran Solopos. Tujuannya agar setiap siswa dapat dengan mudah mendapatkan koran di kelas dan membacanya secara bersama atau bergantian. Program membaca bersama Koran Solopos dirasakan penting bagi Kepala SMPN 2 Mondokan, karena selama ini sebagian besar siswa tidak membaca koran. Program ini diharapkan dapat memperkaya sumber bacaan siswa. “Saya meyakini dengan banyak membaca maka bisa meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan taraf hidup,” katanya. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 (Ds/Py) Siswa sedang bekerja sama membuat perpustakaan mereka sendiri. PRIORITAS - Praktik yang Baik Bertukar Novel Tumbuhkan Kesenangan Membaca Mahasiswa Oleh Nensilianti, Dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Makassar Makassar, Sulawesi Selatan - Miris, itulah yang saya rasakan ketika menggali informasi awal mengenai minat baca novel mahasiswa yang memprogramkan mata kuliah Kritik Sastra di semester ganjil 2015-2016. Rasionalnya, untuk dapat efektif melakukan kritik terhadap karya sastra, setidaknya mereka terbiasa membaca karya sastra. Kenyataannya, dari 10 mahasiswa belum tentu ada satu orang yang tamat membaca satu novel dalam sebulan. Fenomena ini mendorong saya meluncurkan program perkuliahan yang saya dan mahasiswa beri nama “Program Bertukar Novel”. Tersepakati dengan mahasiswa untuk menjadikan program ini sebagai salah satu kegiatan perkuliahan yang menjadi item penilaian. Setiap mahasiswa mengumpulkan 1 novel. Jumlah novel yang terkumpul untuk setiap kelas rata-rata 37 novel. Novel-novel yang dikumpulkan itu tidak satu pun berjudul sama. Novel ini didata dan diberi nomor oleh sekretaris kelas. Setiap minggu novel ini diputar antarmahasiswa di dalam kelas tersebut. Setiap mahasiswa dengan sendirinya harus menyelesaikan membaca satu novel tersebut dalam satu minggu. Mahasiswa mencatat kegiatan dan kecepatan membaca dalam jurnal membaca novel yang dimiliki masing-masing. Mahasiswa juga harus membuat sinopsis dari novel yang mereka baca yang dituangkan dalam buku kumpulan sinopsis novel. Untuk mengontrol aktivitas membaca mahasiswa tersebut, saya memaraf dan membubuhkan tanggal untuk setiap sinopsis yang telah dibuat mahasiswa. Sepuluh menit di awal perkuliahan, mahasiswa menceritakan novel yang mereka baca dalam minggu tersebut. Novel-novel ini kemudian ditindaklanjuti mahasiswa sebagai bahan analisis atau kritikan dengan Contoh novel-novel yang saling ditukar antar mahasiswa. menggunakan pendekatan kritik sastra yang menjadi bahan perkuliahan pada minggu tersebut. Alhasil, sampai pada pertemuan akhir perkuliahan, setiap mahasiswa rata-rata menyelesaikan membaca 12 novel. “Awalnya, aktivitas membaca novel ini terasa sangat berat. Selain perlu waktu yang cukup lama, kami juga harus bisa mengatur waktu karena banyak tugas kuliah. Belum lagi novelnya rata-rata tebal. Namun setelah melewati membaca tiga novel, saya jadi keranjingan membaca novel. Tidak enak rasanya jika dalam sehari saya tidak menyentuh novel, bahkan rasa penasaran selalu muncul untuk menyelesaikan bacaan dan mengetahui jalan cerita novel itu,” ungkap Crisnayanti salah seorang mahasiswa. Kembangkan Budaya Literasi Melalui Peer Tutor Mahasiswa dalam kelompok kecil mendiskusikan buku yang sudah dibacanya. Oleh Neng Gustini, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung Bandung, Jawa Barat - Berdasarkan survey awal, mayoritas mahasiswa saya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan masih tidak terampil menulis. Penyebabnya adalah rendahnya kebiasaan membaca yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, budaya baca memang belum pernah diwariskan nenek moyang (genetic determinism). Kedua, sistem pembelajaran membuat peserta didik cenderung pasif dan hanya mendengarkan informasi. Ketiga, teknologi dan tempat hiburan telah mengalihkan perhatian anak dari buku. Keempat, minimnya sarana untuk memperoleh bacaan. Oleh karena itu, perlu ada model pengembangan budaya baca dan tulis. Saya mengembangkan budaya baca dan tulis mahasiswa melalui program tutor sebaya. Implementasinya sebagai berikut. a. Dear (Drop Everything and Read), program ini dilaksanakan setiap hari sebelum pembelajaran di kelas dimulai, dosen dan mahasiswa serentak membaca salah satu buku yang diminati. b. One day one article (ODOA), kegiatan ini dilaksanakan melalui komunitas baca, dengan membiasakan menulis artikel. c. One month one book (OMOB), kegiatan ini dilaksanakan melalui komunitas baca dan tulis (Kombis). Dengan kegiatan ini mahasiswa termotivasi membaca buku dan membuat resume dari buku yang dibaca kemudian berdiskusi hasil bacaan. d. Jurnal membaca dan menulis. Hasil bacaan dibuat jurnal harian atau mingguan dan tulisan pun dibuat jurnal berdasarkan waktu membaca dan menulis, dan memuat resensi atau resume. e. Bengkel membaca dan menulis. Ada bimbingan yang diberikan dalam pembelajaran membaca dan menulis. Misalnya dapat diawali dengan mendampingi mahasiswa menggunakan peta konsep. Dalam membaca kita mengawali dengan mencari ide pokok setiap paragraf. Sedangkan dalam menulis dapat diawali dari membuat kerangka karangan terlebih dahulu. f. Membentuk komunitas baca dan tulis yang beranggotakan 15 orang, mereka saling mengingatkan dan menguatkan dalam kegiatan membaca dan menulis atau peer tutor. Enam bulan setelah program dilaksanakan, hasilnya sebagai berikut. (1) Terbentuknya komunitas baca dan tulis di kalangan mahasiswa dengan nama Kombis yang memiliki program DEAR, ODOA, OMOB, serta bengkel membaca dan menulis. (2) Mahasiswa menjadi termotivasi membaca dan menulis melalui program-program tersebut. Setiap bulan rata-rata mahasiswa membaca 3-6 buku dan membaca 5-10 artikel di jurnal dan meresumenya dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka juga tengah menyiapkan penerbitan buku hasil kumpulan tulisannya. Prioritas Pendidikan: Edisi 14/2016 19 DOKUMENTASI USAID PRIORITAS 2 Kiat SDN Sumbergondo 2 Batu Ubah Sekolah Kurang Bermutu Jadi Sekolah Rujukan SDN Sumbergondo 2 Batu, berhasil mengubah dirinya menjadi sekolah rujukan. Pembelajaran berkelas dunia terjadi di semua kelas. Berikut adalah kiat dan perubahan yang terjadi di sekolah mitra USAID PRIORITAS tersebut. (Anw) Kiat sekolah 1 Kepala sekolah melibatkan komite sekolah, guru, dan tokoh masyarakat dalam menyusun rencana kerja sekolah (RKS) dan rencana kegiatan dan anggaran sekolah(RKAS), serta memajangkan laporan keuangan sekolah sebagai bentuk transparansi. Sebulan sekali ada pertemuan antara paguyuban kelas dengan guru kelas untuk membahas program pembelajaran aktif di kelas sehingga orang tua dapat mengetahui dukungan yang perlu diberikan kepada guru. 3 Kepala sekolah juga mendorong para guru untuk mengikuti guru yang berhasil menerapkan pembelajaran yang baik melalui kegiatan bedah kelas dan KKG tingkat sekolah. 3 Melaksanakan program budaya baca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai serentak dilakukan di halaman atau di dalam kelas. Perubahan dalam Pembelajaran Kelas II Kelas 1 Siswa terbiasa menghasilkan karya kreatif dan mempresentasikannya, seperti di kelas 1 siswa sedang presentasi hasil temuan benda yang mudah bergerak dan sulit bergerak yang ada di kelas. Kelas IV Siswa kelas IV belajar dampak globalisasi dalam kehidupan dengan membawa barang-barang zaman dahulu dan zaman sekarang, serta dianalisis dampak positif dan negatifnya. Kelas III Siswa kelas II memajangkan hasil karya mengidentifikasi benda berbentuk segi empat yang ada di kelas dan dideskripsikan dengan kata-katanya sendiri. Kelas V Siswa kelas V tunjukkan hasil karya individu mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar dan besar sudutnya. Siswa kelas III praktik bernyanyi bersama dipandu dirigen dengan iringan musik piano dan yang dimainkan oleh siswa secara bergantian. Kelas VI Siswa kelas VI tunjukkan laporan kelompok dan individu hasil percobaan rangkaian listrik paralel dan seri. USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. dari newsletter ini bukan pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat. 20 PrioritasIsiPendidikan: Edisi 11merepresentasikan April - Juni 2015