ISSN 0215 - 8250 39 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD MENUJU PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI oleh I Wayan Suja Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis kebutuhan siswa dalam belajar sains yang akan digunakan pada pembuatan rancangan pembelajaran dan penilaian Keterampilan Proses Sains (KPS) memakai pendekatan SainsTeknologi-Masyarakat-Lingkungan (STML). Populasi penelitian mencakup seluruh SD di kecamatan Buleleng pada tahun 2004/2005. Sampel penelitian ditetapkan dengan teknik purposive random sampling dengan mempertimbangkan lingkungan sosial alamiah masing-masing sekolah. Jumlah sekolah sampel sebanyak 10, dengan rincian 3 SD di dalam kota, 3 SD di pinggiran kota, serta 4 SD di luar kota dan pedesaan; dengan melibatkan 577 orang siswa, 14 orang guru sains, dan 10 orang kepala sekolah. Data penelitian dikumpulkan dengan daftar isian, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan angket; serta dianalisis secara deskriptif interpretatif, dilengkapi dengan cross-check data dan sumber data. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Telah diidentifikasi konsep-konsep dasar sains yang sangat esensial dikembangkan dengan KPS dan pendekatan STML. (2) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) memberikan peluang luas untuk mengembangkan seluruh jenis KPS dalam pembelajaran sains. (3) Keberadaan alat-alat (kit) IPA sebagian besar tidak lengkap, rusak, dan jarang dipakai. Jumlah dan jenis buku-buku sains yang ada di sekolah ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 40 sangat terbatas, tetapi substansi dan metode pemaparannya cukup relevan dengan pembelajaran KPS dan pendekatan STML. 4) Persiapan mengajar yang dibuat guru dan implementasinya berpusat pada guru, berorientasi hanya pada sains sebagai produk, serta memisahkan kegiatan pembelajaran dan penilaian. Kata kunci : analisis kebutuhan, keterampilan proses sains, sains-teknologimasyarakat dan lingkungan. ABSTRACT This aim of the research was to analyze the students’ needs in learning science, which will be used in designing the process of learning and assessment of Science Process Skills (SPS) with the ScienceTechnology-Society-and Environment (STSE) approach. The population involved all the Primary Schools Students around Buleleng subdistrict in 2004/2005. The samples were determined by purposive random sampling by considering natural social environmental factor of each school. The total number of samples consisted 577 students, 14 science teachers, and 10 headmasters coming from 10 different schools, three of them located inside the city, the other three schools located in the suburbs, while the last four schools located in the countryside. The data were collected by check list, observation guide, interview guide and questionnaire; and analyzed by descriptive-interpretative with a cross-check data. The result showed that: (1) there had been identified essential basic concepts of science, which could be developed along with SPS and STSE approach; (2) the Competency-based Curriculum allowed for possible development of any types of the SPS in the science learning; (3) the condition of the majority of science equipment available at schools was incomplete, broken, and rarely used. There was a restricted number of good quality science text-books available at schools, even the content and method of description were found very relevant to the SPS model of learning and STSE approach; 4) the instructional planning prepared by the teachers and its’ implementation ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 41 were mostly found to be teacher-centered, where science was productoriented, in a separate learning and assessment activities. Keywords: need analysis, science process skills, and science-technologysociety and environment. 1. Pendahuluan Pendekatan keterampilan proses sains (KPS) dan sikap ilmiah sudah diatur dalam kurikulum 1975, 1984 dan 1994, tetapi implementasinya di lapangan tidak sesuai dengan harapan. Dahar (1985) menyampaikan bahwa guru-guru di sekolah dasar dan menengah tidak memahami hakikat pengembangan KPS dan enggan melakukannya. Masalah ini disebabkan oleh pengukuran hasil belajar nasional tidak berorientasi pada pengembangan KPS. Walaupun sistem pengujian nasional telah mengalami beberapa kali revisi, KPS belum tersentuh dengan baik. Ujian nasional tetap dimonopoli oleh sains sebagai produk, dan mengabaikan sains sebagai proses. Ketidakserasian antara tuntutan kurikulum dan penilaian diduga menjadi penyebab utama kekurangbergairahan guru dan pencetak guru (LPTK) dalam mengembangkan KPS di Indonesia (Rustaman, 1992). Jika tidak diantisipasi, kondisi ini bisa terjadi pada implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yang sangat kental dengan pendekatan KPS. Bahkan, kata-kata kerja operasional kompetensi dasar dan indikatornya dalam KBK sebagian besar dirumuskan dengan kata-kata operasional KPS. Stephanie Pace Marshall, Presiden Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD) 1992-1993, mengatakan bahwa penilaian ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 42 harus kongruen dengan tujuan pembelajaran, serta mengases proses dan produk sains secara berimbang (Herman, et al, 1992). Atas dasar itu, untuk menyukseskan pelaksanaan KBK, para guru harus dibekali dengan kemampuan untuk melakukan dan mengajarkan KPS, serta disiapkan perangkat penilaiannya. Akan tetapi, sampai saat ini Pusat Pengujian Balitbang Depdiknas yang bertugas mengembangkan alat ukur belum menyiapkan butir-butir soal standar untuk menjaring KPS. Menurut KBK, pengajaran sains di Sekolah Dasar dirancang dengan tujuan (1) menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, (2) menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (3) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, (4) mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari, (5) ikut serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam, serta (6) menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan (Depdiknas, 2003). Sejalan dengan tujuan tersebut, pendekatan yang cocok dipakai dalam pembelajaran sains adalah pendekatan STML. Penguasaan KPS oleh guru-guru IPA SD di kecamatan Buleleng, Bali sangat kurang (Wirta, 1996). Untuk mengantisipasi masalah itu, Subrata (1997) melakukan pembenahan dengan intensifikasi pendekatan KPS dalam pembelajaran. Hasilnya, upaya tersebut dapat mengubah proses pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, dan meningkatkan kualitas peran siswa selama pembelajaran. Penelitian Sudana (2001) di SD kecamatan Sukasada mendapatkan temuan awal bahwa guru ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 43 sangat jarang menggunakan pendekatan KPS dalam pembelajaran IPA, walaupun karakteristik TPK materi yang diajarkan sangat cocok menggunakan KPS. Guru cenderung menggunakan pendekatan ekspositori dengan metode ceramah dan menulis di papan tulis. Sementara itu, siswa hanya mendengar dan menyalin tulisan guru. Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh Sudana berupa pendekatan KPS, dan ternyata dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di depan, untuk menyiapkan pelaksanaan KBK sekaligus menentukan keberhasilan implementasinya di tingkat sekolah, sangat perlu dirancang dan dikembangkan perangkat pembelajaran dan penilaian secara terpadu. Perangkat penilaian yang akan dirancang diharapkan mampu mengukur tingkat pencapaian kompetensi dasar, yang ditunjukkan dengan indikator pencapaian hasil belajar siswa. Di samping itu, mengingat pembelajaran sains di SD bertujuan untuk mengembangkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhadap sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan, maka pembelajaran sains sangat relevan jika dirancang berdasarkan STML. Agar dapat memberikan perlakuan secara cermat dan tepat, penelitian ini diawali dengan analisis isi kurikulum, serta kebutuhan dan potensi yang dimiliki masing-masing sekolah untuk mengimplementasikan amanat kurikulum. Permasalahan yang dicari jawabannya adalah berikut ini. (1) Konsep-konsep dasar sains apakah yang esensial dikembangkan dengan KPS dan pendekatan STML di SD? (2) Jenis KPS apa saja yang esensial dikembangkan di SD? (3) Bagaimanakah kondisi daya dukung sumber belajar sains yang dimiliki sekolah? (4) Bagaimanakah karakteristik TPK persiapan mengajar yang dibuat guru dan implementasinya di kelas? ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 44 Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para praktisi dan pengambil kebijakan pendidikan sains untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dan penilaian sains di SD dengan mempertimbangkan dukungan sumber daya manusia, fasilitas, dan dana yang dimiliki oleh sekolah. Hasil tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh IKIP Negeri Singaraja dalam pengembangan kurikulum PGSD dan implementasinya di ruang kuliah dengan mempertimbangkan kondisi nyata di sekolah dasar. 2. Metode Penelitian Fokus penelitian ini adalah analisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran sains yang akan digunakan sebagai landasan dalam pengembangan perangkat pembelajaran dan penilaian dengan pendekatan STML. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa SD Negeri dan Swasta (sebanyak 14.436 orang), guru sains SD (sekitar 130 orang), dan kepala SD (94 orang) di kecamatan Buleleng, Bali. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive random sampling, mempertimbangkan lingkungan sosial alamiah setiap sekolah. Berdasarkan acuan tersebut, ditetapkan 10 sekolah sebagai sampel, dengan rincian 3 SD di dalam kota, 3 SD di pinggiran kota, dan 4 SD di luar kota dan pedesaan. Kesepuluh sekolah tersebut adalah SDN 2 Paket Agung, SDN 3,4,7 Banjar Jawa, SDK Karya, SDN 3 Kaliuntu, SDN 2 Banyuning, SDN 4 Kampung Baru, SDN 1 Kalibukbuk, SDN 2 Tukad Mungga, SDN 1 Poh Bergong, dan SDN 2 Petandakan. Jumlah siswa yang dilibatkan sebagai sampel sebanyak 577 orang (20 kelas) yang berasal dari kelas IV dan VI setiap sekolah sampel. Jumlah tersebut jauh melampaui batas minimal sampel dengan taraf kepercayaan ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 45 5%. Berdasarkan tabel Kregcie dan Nomogram Harry King, dari populasi sebesar 15.000 orang, diperlukan sampel minimal sebanyak 375 orang (Sugiyono, 2003). Penelitian ini melibatkan empat objek penelitian, yaitu: (1) konsepkonsep dasar sains SD yang esensial diajarkan dengan KPS dan pendekatan STML, (2) jenis KPS yang esensial dikembangkan di SD, (3) kondisi daya dukung sarana pembelajaran sains yang dimiliki sekolah, dan (4) kualitas perangkat pembelajaran dan penilaian yang dibuat guru dan implementasinya di kelas. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut. (1) Daftar isian untuk mengumpulkan data tentang konsep-konsep dasar sains SD yang relevan diajarkan dengan KPS dan pendekatan STML. (2) Pedoman wawancara terhadap kepala sekolah dan guru untuk memperoleh informasi tentang: dukungan sekolah terhadap pembelajaran sains; pandangan kepala sekolah dan guru terhadap inovasi kurikulum, pembelajaran dan penilaian sains; pandangan guru terhadap konsep-konsep dasar sains esensial dan strategis yang semestinya diajarkan di SD beserta metode pembelajarannya; serta kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sains. (3) Pedoman observasi kelas, digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan analisis terhadap: Rencana Pembelajaran (RP) dan Satuan Pelajaran (SP) yang dibuat guru sains, model pembelajaran dan penilaian yang umum dipakai guru dalam pembelajaran sains, serta kualitas PBM sains yang berlangsung secara faktual di dalam kelas. (4) Daftar isian perangkat pembelajaran, digunakan untuk menganalisis TPK, kegiatan belajar mengajar, dan alat evaluasi yang dibuat guru, yang dituangkan dalam persiapan pembelajarannya. (5) Daftar isian media pembelajaran sains SD, digunakan untuk mendata media ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 46 pembelajaran, seperti: kit IPA, gambar-gambar, torso, dan lain-lain yang dimiliki sekolah. (6) Daftar isian buku sains SD, dipakai untuk mendata dan menganalisis buku-buku yang dipakai sebagai pedoman oleh guru dan siswa dalam pembelajaran sains. (7) Angket siswa, dipakai untuk mengetahui pandangan siswa berkaitan dengan: metode, bahan ajar, serta sistem dan materi penilaian yang dominan diterapkan oleh guru, fasilitas belajar yang ada di sekolah, kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran sains, dan pandangan siswa terhadap inovasi pembelajaran sains. (8) Angket guru, digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang: pendekatan, metode, materi, dan sumber belajar sains yang dominan dipakai guru, fasilitas dan kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran sains, jenis KPS yang biasa dilatihkan kepada siswa, serta sistem penilaian dan permasalahannya. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kualitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif interpretatif, dilengkapi dengan cross-check data dan sumber data. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Melalui diskusi antara tim peneliti dan guru-guru sains senior, serta mempertimbangkan masukan tim pakar, dapat diidentifikasi dan diklarifikasi konsep-konsep dasar sains yang esensial dan strategis diajarkan di kelas IV dan kelas VI SD menurut KBK. Konsep-konsep esensial dimaksudkan sebagai konsep-konsep yang jika telah dikuasai dengan baik oleh siswa akan menyebabkan mereka dapat mempelajari sendiri konsep-konsep yang lain. Dengan demikian, konsep-konsep tersebut harus diajarkan oleh guru dan dikuasai dengan baik oleh siswa. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 47 Ditemukan 36 konsep sains esensial yang strategis diajarkan di kelas IV dan 20 konsep di kelas VI, dilengkapi dengan jenis-jenis KPS yang potensial dilatih-kembangkan pada pembelajaran konsep-konsep itu beserta isu-isu STML yang memungkinkan diangkat pada pembelajarannya. Konsep-konsep tersebut semestinya diberikan penekanan (stressing) oleh guru dalam penyusunan program pembelajaran dan implementasinya secara aktual di dalam kelas. Guru tidak perlu mengajarkan seluruh konsep yang ada dalam kurikulum karena hal itu tidak mungkin dilakukan mengingat keterbatasan waktu yang tersedia. Keterbatasan waktu memang selalu dijadikan alasan klasik oleh guru-guru, dan dijadikan pembenar mengapa mereka cendrung mengajarkan sains dengan metode ceramah dan, sebaliknya, enggan menggunakan metode eksperimen atau demonstrasi yang dapat dijadikan wahana pelatihan dan pengembangan keterampilan proses sains. KBK mencantumkan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (salingtemas) sebagai salah satu aspek dalam pemahaman konsep sains dan penerapannya, melalui pembuatan suatu karya teknologi sederhana. Peletakan salingtemas (dalam penelitian ini disebut STML) sebagai salah satu aspek pemahaman konsep sains dan penerapannya, menyebabkannya memiliki fungsi strategis dalam melatihkembangkan jenis-jenis KPS secara terpadu. Akan tetapi, keadaan tersebut bisa juga memunculkan kesalahpahaman, di antaranya: (1) bisa muncul anggapan bahwa pembelajaran STML hanya berkaitan dengan pembuatan karya teknologi, dan (2) KPS hanya perlu dilatihkan atau bisa dilatihkan pada pembelajaran STML. Untuk mengantisipasi kesalahpahaman tersebut, penelitian ini mengarahkan pengenalan KPS pada pembelajaran seluruh konsep sains ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 48 esensial dalam kurikulum. Dengan demikian, konsep sains dan proses sains merupakan bagian yang utuh dari sains itu sendiri. Melalui analisis terhadap relevansi konsep-konsep dasar sains ditemukan bahwa KBK memberikan peluang luas untuk mengembangkan seluruh jenis keterampilan proses dalam pembelajaran sains. Bahkan, aspek kerja ilmiah dalam KBK menuntut tagihan agar siswa dapat merencanakan dan melakukan penyelidikan, yang sesungguhnya merupakan rekapitulasi seluruh jenis KPS. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan pengalaman guru-guru sains dan kajian epistemologis terhadap buku-buku pegangan guru dan siswa, ditemukan bahwa guru-guru sains selama ini hanya melatihkan jenis KPS tertentu saja, dan memandang keterampilan proses sebagai salah satu metode pembelajaran, bukan sebagai tujuan pembelajaran. Buku-buku sains sebagian telah memuat cara-cara melatihkan KPS, khususnya jenis-jenis KPS yang lebih potensial diperkenalkan dalam implementasi pembelajaran sains di kelas. Jenis KPS: melakukan observasi, interpretasi, klasifikasi, berkomunikasi, dan mengajukan pertanyaan sederhana, merupakan jenis KPS yang dapat berkembang secara wajar dalam hidup keseharian siswa, melalui interaksinya dengan orang lain dan lingkungan. Jenis keterampilan tersebut dapat ditumbuhsuburkan lewat pemberian tugas-tugas di luar kelas. Selanjutnya, jenis keterampilan yang lebih tinggi, seperti: berhipotesis, merencanakan percobaan, prediksi, dan aplikasi konsep/prinsip tampaknya perlu dilatih secara terencana dan intensif, demikian juga terhadap keterampilan mengajukan pertanyaan yang mengarah pada penyelidikan. Cara melatihnya dilakukan dengan memberikan stimulus berupa hal-hal yang tidak biasa, atau hal-hal lain yang menantang bagi siswa. Lewat ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 49 pertanyaan yang diajukan siswa, dapat pula diketahui sikap ilmiahnya, misalnya: keingintahuan dan kepeduliannya terhadap lingkungan. Keberadaan alat-alat (kit) IPA di sekolah sesungguhnya masih cukup layak dipakai untuk melakukan pembelajaran, walaupun ada yang tidak lengkap, tetapi bisa dimodifikasi atau diganti, asalkan ada kemauan. Di sisi lain, jumlah dan jenis buku-buku sains yang ada di sekolah sangat terbatas. Walaupun demikian, substansi dan pemaparannya, banyak yang relevan dengan pembelajaran KPS dengan pendekatan STML. Kelemahan buku-buku tersebut, umumnya pada evaluasi karena hanya mengukur penguasaan konsep, prinsip, dan hukum-hukum sains, tanpa menyentuh sains sebagai proses. Pembelajaran yang dikelola oleh guru-guru selama ini kurang mengadopsi inovasi perkembangan sains dan pembelajarannya. Guru cendrung mengajarkan isi buku dengan metode ceramah, tanpa apreasiasi untuk mengaitkannya dengan isu-isu sosial dan lingkungan yang ada di sekitar siswa. Dengan demikian, pembelajaran sains tidak menjadikan siswa semakin mengenal lingkungan dan dirinya, tetapi cendrung hapal dan mengerti dengan isi buku, tanpa tahu bagaimana mempergunakan isi buku itu dalam hidup kesehariannya. Persiapan mengajar yang dibuat oleh guru kurang memaparkan skenario KBM secara jelas, sehingga yang dapat dianalisis hanya rumusan TPK-nya. Sebagian besar (92,86%) TPK yang dibuat oleh guru mengarah pada pencapaian produk sains, khususnya jenjang kognitif tingkat rendah, seperti ingatan dan pemahaman. Kondisi tersebut sangat jauh dari harapan kurikulum yang mengisyaratkan adanya keseimbangan antara penguasaan produk dan proses sains. Walaupun tidak tampak adanya keterkaitan ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 50 langsung antara TPK dan evaluasi yang dibuat oleh guru, butir-butir soal yang dikembangkannya juga hanya mengukur kemampuan kognitif siswa tingkat rendah. Ketidakgayutan antara tujuan kurikulum, TPK, KBM dan penilaian yang dilakukan oleh guru, mendorong perlunya dipersiapkan perangkat pembelajaran dan penilaian secara terpadu, menjangkau dimensi konsep dan proses sains secara berimbang, menyelaraskan sentuhan terhadap ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta mendudukkan sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan secara harmonis. 4. Penutup Penelitian ini menemukan 36 konsep sains esensial yang strategis diajarkan di kelas IV dan 20 konsep di kelas VI SD. Dengan memfokuskan diri pada pembelajaran konsep-konsep tersebut, guru akan memiliki cukup waktu untuk melakukan pembelajaran dengan metode eksperimen atau demonstrasi, melatih jenis-jenis KPS yang esensial dikembangkan, serta mengaitkannya dengan kehidupan nyata siswa melalui pengangkatan isuisu STML yang relevan. Hasil analisis relevansi konsep-konsep dasar sains dan indikator pencapaian hasil belajarnya menunjukkan bahwa KBK memberikan peluang luas untuk mengembangkan seluruh jenis KPS dalam pembelajaran sains. Di sisi lain, keberadaan alat-alat (kit) IPA di sekolah sesungguhnya masih cukup layak dipakai untuk melakukan pembelajaran dengan demonstrasi/ praktikum, walaupun banyak yang tidak lengkap. Jumlah dan jenis buku-buku sains yang ada di sekolah sangat terbatas, tetapi substansi dan pemaparannya cukup relevan dengan pembelajaran KPS dengan pendekatan STML. Kelemahan buku-buku tersebut terletak pada lingkup evaluasinya yang hanya mengukur penguasaan produk sains. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 51 Persiapan mengajar yang dibuat oleh guru kurang memaparkan skenario KBM secara jelas, sehingga yang dapat dianalisis hanya rumusan TPK-nya. Sebagian besar TPK yang dibuat oleh guru mengarah pada pencapaian produk sains, khususnya jenjang kognitif tingkat rendah, seperti ingatan dan pemahaman. Guru cendrung mengajarkan isi buku dengan metode ceramah, tanpa apreasiasi untuk mengaitkannya dengan isu-isu sosial dan lingkungan yang ada di sekitar siswa. Kondisi tersebut sangat jauh dari harapan kurikulum yang mengisyaratkan adanya keseimbangan antara penguasaan produk dan proses sains. Berbagai kendala dihadapi dalam pembelajaran sains di SD sekecamatan Buleleng, di antaranya adalah: banyak siswa tidak memiliki buku pegangan, terutama yang ada di daerah pedesaan dan di pinggiran kota, rendahnya kuantitas dan kualitas perangkat pembelajaran dan penilaian yang dibuat oleh guru, tidak optimalnya pemanfaatan media dan alat-alat (kit) IPA yang dimiliki sekolah dalam pembelajaran sains, tidak proporsionalnya dimensi produk dan proses sains yang diperkenalkan kepada siswa, serta kurang mampunya guru mengadopsi inovasi pembelajaran dan penilaian ke dalam KBM. Kendala-kendala tersebut harus segera diantisipasi dengan menyiapkan anggaran pendidikan yang lebih tinggi oleh pemerintah dan masyarakat, tidak hanya membiarkan sekolah agar menghidupi dirinya sendiri. Bersamaan dengan itu, sekolah harus menyiapkan perencanaan dan alokasi anggaran berkaitan dengan pengadaan dan perawatan fasilitas pembelajaran, mengikutsertakan guru dalam kegiatan-kegiatan ilmiah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan penilaian yang akan dilakukannya, serta membangun atmosfer akademik yang kondusif di tingkat sekolah. Selanjutnya, pergantian ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 52 kurikulum yang telah menimbulkan “ketidak-nyamanan,” bagi guru, perlu dibarengi dengan sosialiasi sampai ke tingkat sekolah dan penyiapan fasilitas pendukungnya. DAFTAR PUSTAKA Binadja, A., 1998. Science in SETS (Science, Environment, Technology, and Society) Context. Paper Training on Improving Teaching Proficiency of Indonesian Junior & Senior Secondary Science Teachers 16 Pebruary – 10 May 1998. Ministery of Education and Culture The Republic of Indonesia in Coordination with Southest Asia Minister of Education Organisation (SEAMEO) Regional Centre for Education in Science and Mathematics (RECSAM). Dahar, R.W., 1985. Kesiapan Guru Mengajarkan Sains di Sekolah Dasar Ditinjau Dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (Suatu Studi Eluminatif tentang Proses Belajar Mengajar Sains di Kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar). Disertasi Doktor. Bandung: FPS IKIP Bandung. Depdiknas, 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas Herman, J.L.; Aschbacher, P.R.; Winters, L., 1992. A Practical Guide to Alternative Assessment. California: Association for Supervision and Curriculum Development. National Science Education Standars, 1996. Observe Interact Change Learn. Washington: National Academy of Sciences. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006 ISSN 0215 - 8250 53 Rustaman, N., 2002. Pengembangan Butir Soal Keterampilan Proses Sains. Makalah Bahan Piloting Biologi. Tidak dipublikasikan. FPMIPA UPI. Semiawan, C., 1992. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia. Subrata, N., 1997. Intensifikasi Pendekatan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran IPA di SD. Laporan Penelitian tidak dipublikasikan. Singaraja: STKIP Singaraja. Sudana, D.N., 2001. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA dengan Intensifikasi Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Bagi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus 1 kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Aneka Widya No. 3 TH. XXXIV: 98-108. Sugiono, 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Wirta, I M., 1996. Analisis Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses Guru-guru SD Dalam Proses Belajar Mengajar IPA di SD Negeri kecamatan Buleleng. Laporan Penelitian Tidak Dipublikasikan. STKIP Singaraja. ____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH. XXXIX Januari 2006