BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penelitian Sebelumnya (State Of The Art) Tabel 2.1 State Of The Art No Nama Peneliti dan Lokasi Judul Penelitian 1. Shirley Kueh Tahun Hasil Penelitian Penelitian Malaysia 2013 Penelitian ini dilakukan untuk The Effects of memahami dampak Nonverbal dari komunikasi Communication of nonverbal karyawan Hotel Hotel pada respons Employees upon emosional para tamu Emotional hotel dalam satu dan Responses of Hotel dua Star hotel dari Guests Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tubuh dan perilaku vokal, dan penampilan fisik karyawan hotel memiliki efek positif yang signifikan terhadap emosi positif tamu hotel. 7 8 Sementara itu, hanya tubuh dan perilaku vokal karyawan hotel yang berpengaruh negatif terhadap emosi negatif tamu hotel. Ditemukan bahwa perilaku menyentuh karyawan hotel memiliki efek positif yang signifikan pada emosi negatif. Keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian di masa depan juga dibahas. 2. Marlena Hickey USA 2013 Individu dengan penyakit Alzheimer Nonverbal tipe demensia communication of memiliki kemampuan individuals with yang kurang untuk dementia: An berkomunikasi secara overview verbal. Oleh karena itu, komunikasi nonverbal (NVC) melalui penggunaan dan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan bahasa tubuh sangat penting untuk menghubungkan dengan orang lain 9 dan mengekspresikan keinginan dan kebutuhan. Tujuan dari proyek 900 SPA ini adalah untuk memeriksa keadaan saat ini dengan literatur yang berkaitan dengan NVC dan demensia. Sebuah kajian komprehensif literatur dilakukan di sembilan database. Beberapa tema di seluruh literatur terungkap termasuk emosi dan ekspresi wajah orang dengan demensia, interaksi komunikasi interpersonal dengan pengasuh, penilaian rasa sakit, dan intervensi yang berkaitan dengan seni. 3. Khusnul Khotimah Jakarta 2013 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan Komunikasi mendeskripsikan Nonverbal Sales bentuk komunikasi Promotion Girl sales promotion girl 10 produk Teh Botol produk Teh Botol Sostro Dalam Sosro dalam Pemasaran Produk pemasaran produk Di Hypermart Giant dan untuk Mansion mengetahui dan mendeskripsikan makna dan tujuan komunikasi nonverbal yang dilakukan oleh sales promotion girl produk Teh Botol Sosro dalam pemasaran produk di Hypermart Giant Maspion Surabaya. Dari hasil penelitian ini akan didapatkan bentuk komunikasi nonverbal yang digunakan oleh sales promotion girl Teh Botol Sosro yakni antara lain: ekspresi wajah, kontak mata, gerakan anggota tubuh, jarak, penampilan tubuh, pakaian dan riasan, vokalik, waktu. Makna dan tujuan dari komunikasi nonverbal yang 11 dilakukan oleh sales promotion girl digunakan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan makna verbal, dengan tujuan menarik minat konsumen agar konsumen tertarik untuk membeli produk yang ditawarkannya. 4. Widayati Wulansari Tanggerang 2012 Setelah dilakukan proses penelitian, maka diperoleh hasil Teknik Komunikasi penelitian bahwa, Nonverbal Guru teknik komunikasi Pada Penyandang nonverbal yang Tuna Rungu digunakan oleh para guru Sekolah Dasar Khusus Negri 01 Kota Serang dalam kegiatan belajar mengajar adalah dengan menggunakan Komunikasi Nonverbal Lima gerakan tubuh yaitu teknik emblem, illustrator, regulator dan teknik adaptor. 12 5. Ara Auza Medan 2011 Dari hasil penelitian dapat dilihat proses Efektivitas komunikasi Komunikasi nonverbal agen Nonverbal (studi banyak kasus peranan dipengaruhi oleh komunikasi komunikasi verbal. nonverbal dalam Bentuk-bentuk mewujudkan komunikasi verbal komunikasi yang pada saat efektif di kalangan prospecting yang agen dan konsumen banyak dilakukan PT. Axa Financial adalah penampilan Indonesia Cabang fisik, kinesik dan Medan intonasi. Sementara komunikasi nonverbal bau-bauan dan waktu jarang menjadi perhatian dari informan. Jarak yang digunakan oleh agen kepada nasabah adalah jarak personal dan sentuhan yang dilakukan sebatas berjabat tangan dan tidak terlalu ekstreme. Peranan komunikasi nonverbal juga dipengaruhi sifat holistic 13 dengan komunikasi verbal. Komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal secara bersamaan disampaikan kepada nasabah. Fungsi mayoritas dari pesan nonverbal adalah fungsi aksentuasi (menegaskan pesan atau menggarisbawahi). Walaupun fungsi komplemen (melengkapi dan memperkaya), fungsi repetisi (mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal). Komunikasi verbal dan nonverbal berperan penting dalam mewujudkan komunikasi efektif antara informan dan nasabah. Secara sederhana komunikasi efektif ditampilkan dengan 14 pemahaman akan asuransi, kesenangan saat melakukan komunikasi, yang berimplikasi pada hubungan makin baik antara keduanya. Wujud nyata dari komunikasi efektif yang dilakukan antara agen dan nasabah adalah tindakan nasabah mengikuti asuransi. 2.2. Landasan Teori dan Konsep 2.2.1 Teori Struktur Kumulatif Dalam teori ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori ini disebut cumulative structure atau meaning centered karena lebih banyak membahas mengenai makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang struktur perilaku. Ekman dan Friesen beranggapan bahwa seluruh komunikasi nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu tindakan yang disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan verbal. Teori ini menjelaskan bahwa gerak tubuh memberikan makna pada ungkapan verbal yang digunakan, jadi tindakan ini disengaja dan memiliki makna tertentu. Sedangkan ekspresi wajah dapat berdiri sendiri dan dapat diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua tindakan tersebut telah menambahkan kepada makna yang berkaitan dengan interaksi antara dua orang atau lebih, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai “expressive behavior”. Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari expressive behavior yaitu emblem, illustrator, regulator, adaptor, dan penggambaran 15 perasaan, dimana masing-masing memberikan kedalaman pada makna yang berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan verbal, yang disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan verbal. Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung dan melengkapi pesan verbal. Sementara itu regulator adalah tindakan yang disengaja yang biasa digunakan dalam percakapan. Bentuk lain dari regulator dalam percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan yang menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh dan sebagainya, yang kesemuanya berperan dalam mengatur arus informasi pada suatu situasi percakapan. Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja yang digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi tubuh atau emosi. Dan kategori kelima adalah penggambaran emosi atau affect display yang dapat disengaja maupun tidak, dapat menyertai pesan verbal maupun berdiri sendiri. (Sendjaja, 2007:6.27). 2.2.2. Teori Equilibrium Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori komunikasi nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintimanekuilibrium. Mereka mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam konflik antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang menarik dan mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung untuk menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai dalam perilaku nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan (jarak yang lebih dekat, kontak mata yang lebih banyak, sentuhan dan gerakan tubuh yang lebih sering) dan penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak mata, dan jarangnya sentuhan dan gerak tubuh). Lebih lanjut Argyle dan Dean mengemukakan bahwa ketika seseorang berinterikasi, biasanya seseorang mengalami atau menggunakan seluruh saluran komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi (Sendjaja, 2007:6.22). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori ini menjelaskan bagaimana pendekatan mempengaruhi kontak mata dan 16 sentuhan yang dilakukan seseorang. Seseorang yang lebih dekat dengan orang lain akan lebih banyak melakukan kontak mata dan sentuhan. Sedangkan seseorang yang kurang dekat dengan orang lain lebih sedikit atau menjaga jarak dengan kurang melakukan kontak mata dan sentuhan. 2.2.3 Komunikasi Nonverbal 2.2.3.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal Bahasa nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan selain komunikasi verbal, dimana penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah bahasa isyarat atau body language. Selain itu penggunaan bahasa nonverbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, aksesoris yang dipakai dan penggunaan simbol-simbol (Devito, 2013:139). Studi terhadap komunikasi nonverbal berfokus pada pesan yang dikirim dari satu orang kepada yang lain tanpa disertai oleh katakata, seperti pesan yang dikirim melalu gerak tubuh, kualitas suara, dan waktu yang digunakan, ruang, artefak, pakaian, dan bahkan aroma (Neuliep, 2012:268). Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2009:343), komunikasi nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2009:344) menamai bahasa nonverbal sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi komunikasi, pesan nonverbal memberikan isyarat-isyarat kontekstual. 17 Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal membantu menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi. 2.2.3.2 Karakteristik Komunikasi Nonverbal Menurut Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Teori Komunikasi (Sendjaja, 2007:6.17) komunikasi nonverbal memiliki empat karakteristik yaitu keberadaan, kemampuannya menyampaikan pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasnya, dan keterikatan dalam suatu kultur tertentu. Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal akan dapat diamati saat melakukan tindak komunikasi secara verbal, maupun pada saat bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain, komunikasi nonverbal akan selalu muncul dalam setiap tindakan komunikasi, disadari maupun tidak disadari. Keberadaan komunikasi nonverbal pada gilirannya akan membawa kepada cirinya yang lain, yaitu bahwa seseorang dapat berkomunikasi secara nonverbal, karena setiap orang mampu mengirim pesan secara nonverbal kepada orang lain, tanpa menggunakan tanda-tanda verbal. Karakterisitik lain dari komunikasi nonverbal adalah sifat ambiguitasnya, dalam arti ada banyak kemungkinan penafsiran terhadap setiap perilaku. Sifat ambigu atau mendua ini sangat penting bagi penerima untuk menguji setiap interpretasi sebelum sampai pada kesimpulan tentang makna dari suatu pesan nonverbal. Dan karakteristik terakhir adalah bahwa komunikasi nonverbal terikat dalam suatu kultur atau budaya tertentu. Artinya, perilaku-perilaku yang memiliki makna khusus dalam suatu budaya, akan mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang lain. 2.2.3.3 Prinsip-prinsip Dari Komunikasi Nonverbal Dalam studi komunikasi nonverbal terdapat beberapa prinsip dan juga identitas dengan beragam fungsi dari pesan nonverbal (Devito, 2013:139): 18 1. Nonverbal Message Interact with Verbal Messages / Pesan Nonverbal Berinteraksi dengan Pesan Verbal Pesan verbal dan nonverbal berinteraksi satu sama lain dalam enam cara utama, untuk aksen, untuk melengkapi, bertentangan, untuk mengontrol, untuk mengulang, dan untuk menggantikan satu sama lain. a. Accent / Aksen Komunikasi nonverbal sering digunakan untuk aksen atau menekankan beberapa bagian dari pesan verbal. b. Complement / Melengkapi Komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk melengkapi, untuk menambah nuansa makna yang tidak dikomunikasikan oleh pesan verbal. c. Contradict / Bertentangan Adanya pertentangan antara pesan verbal dengan gerakan nonverbal. d. Control / Kontrol Komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk mengkontrol, atau untuk menunjukan keinginan untuk mengontrol keinginan pesan verbal. Saat membuka mulut atau membuat gerakan tangan menunjukan keinginan untuk berbicara. e. Repeat / Mengulang Komunikasi nonverbal dapat digunakan untuk mengulang penyampaian pesan verbal. f. Substitute / Mengganti Menggunakan komunikasi nonverbal untuk menggantikan pesan verbal. 19 2. Nonverbal Messages Help Manage Impressions / Pesan Nonverbal Membantu Mengatur Ekspresi Pada membantu dasarnya mengatur komunikasi ekspresi nonverbal seserorang ketika berkomunikasi. Seperti yang disampaikan Devito (2013): “Based on a person’s body size, skin color, and dress, as well as on the way the person smiles, maintains eye contact, and expresses himself or herself facially, form impressions, judge who the person is and what the person is like. And, at the same time that you form impressions of others, you are also managing the impressions they form of you.” Berdasarkan ukuran tubuh, warna kulit, dan pakaian, serta pada cara seseorang tersenyum, mempertahankan kontak mata, dan mengekspresikan dirinya sendiri, membentuk kesan, menghakimi siapa dan bagaimana orang itu. Dan pada saat yang sama bahwa seseorang membentuk kesan dari orang lain, dan juga mengelola pandangan mereka. 3. Nonverbal Messages Help Form Relationships / Pesan Nonverbal Membantu Menjalin Hubungan Dalam suatu hubungan pun terjadi komunikasi nonverbal dimana komunikasi verbal tersebut dinilai dari keintiman orang yang saling berkomunikasi. Komunikasi verbal ini ditunjukan dengan berbagai tanda seperti yang ditulis oleh Joseph A. Devito dalam bukunya yang berjudul “The Interpersonal Communication Book” (hal:142) “The signs vary in intimacy and may extend from the relatively informal handshake through more intime forms, such as hand holding and arm linking, to very intimate contact—such as full mouth kissing.” 20 Tanda-tanda bervariasi dalam keintiman dan dapat diperpanjang dari berjabat tangan yang relatif informal, melalui bentuk-bentuk yang lebih intim, seperti memegang tangan dan merangkul, sedangkan untuk hubungan yang lebih intim intim seperti berciuman. 4. Nonverbal Message Structure Conversation / Struktur Komunikasi Pesan Nonverbal Dalam suatu percakapan seseorang akan memberi dan menunjukan tanda bahwa dia siap untuk berbicara, mendengar, atau memberi komentar kepada pembicara. Biasanya komunikasi verbal yang ditunjukan seseorang adalah melalui gerak tubuh dan kontak matanya kepada pembicara. 5. Nonverbal Message Can Influence Pesan Nonverbal dapat and Deceive / Mempengaruhi dan Menipu Pesan nonverbal dapat mempengaruhi orang lain tidak hanya melalui apa yang dikatakan tetapi juga melalui sinyal nonverbal. Fokus yang menyatakan bahwa seseorang terlihat berkomitmen, gerakan yang lebih lanjut menjelaskan apa yang dikatakan. Dan dengan kemampuan untuk mempengaruhi dan kemampuan untuk menipu atau menyesatkan orang lain untuk berpikir bahwa sesuatu itu benar ketika itu tidak benar atau sesuatu yang salah ketika itu benar. 2.2.4 Body language / Bahasa Tubuh Dalam buku Body Language: Your Success Mantra (Verma, 2005:3) bahasa tubuh memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan verbal yang disampaikan oleh seseorang. Bahasa tubuh tidak hanya digunakan untuk 21 memberikan kualitas dari komunikasi tetapi juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dimana bahasa tubuh adalah suatu campuran kompleks dari gerak, postur, dan nada suara. Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah tubuh. Seseorang mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya sering kali dan secara akurat melalui gerakan-gerakan tubuh. Dimana terkadang tidak disadari bahwa bahasa tubuh sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa tubuh sendiri dapat dilihat dalam beberapa saluran komunikasi nonverbal. Dimana Saluran komunikasi nonverbal dalam buku Devito “The Interpersonal Communication Book” (2013:143) terdiri dari kinesic, facial Communication, eye Communication, touch communication, paralanguage, proxemics, Clothing and Body Adornment dan Chronemics. Namun yang akan dibahas dan sesuai dengan penelitian ini yang lebih fokus pada body language, saluran yang akan dibahas adalah kinesic, facial Communication, eye Communication, dan touch communication. 2.2.4.1 Kinesics/ Body Gesture ( Gerakan Tubuh) Perilaku Kinesic, atau gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan dan lengan, gerakan kaki, ekspresi wajah, tatapan mata dan berkedip, dan sikap atau postur. Meskipun hampir semua bagian tubuh dapat digunakan untuk berkomunikasi nonverbal, wajah, tangan, dan lengan, adalah saluran kinesic utama melalui mana pesan nonverbal yang dikirim. Perilaku kinesic dapat dikategorikan ke dalam lima kategori: a. Emblems Emblem adalah perilaku nonverbal yang secara langsung menterjemahkan kata atau ungkapan. Emblim adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan tertentu. Walaupun emblem bersifat alamiah dan bermakna, dimana emblem mempunyai kebebasan makna seperti sembarang kata apapun dalam sembarang bahasa. Dalam buku Interculture Communication yang ditulis oleh James W. Neuliep (2012) 22 “Emblems are primarily (though not exclusively) hand gestures that have a direct literal verbal translation. Emblems are as very arbitrary as any words in any language.” Emblem yang terutama (meskipun tidak secara eksklusif) adalah gerakan tangan yang memiliki terjemahan lisan langsung literal. Emblem adalah sebagai sangat bervariasi dibandingkan dengan kata-kata dalam bahasa apapun. Emblem dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2009:353) mempunyai makna dalam suatu budaya dan subkultur, dimana setiap budaya memiliki perbedaan dalam gerakan tangan. b. Illustrator Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai dan secara harafiah “mengilustrasikan” pesan verbal. Dalam mengatakan “Ayo, bangun,” misalnya, seseorang mungkin menggerakkan kepala dan tangannya kea rah menarik. Dalam menggambarkan lingkaran atau bujur sangkar, seseorang mungkin membuat gerakan berputar atau kotak dengan tangannya. Hal tersebutlah yang biasanya dilakukan oleh seseorang dalam melakukan gerakan demikian sehingga sukar bagi orang lain untuk menukar-nukarnya atau menggunakan gerak yang tidak tepat. Ilustrator bersifat lebih alamiah, kurang bebas, dan lebih universal daripada emblem. Ilustrator biasanya berupa gerakan tangan dan lengan yang menyertai pembicaraan atau fungsi untuk aksen atau melengkapi apa yang dikatakan. Illustrator membuat komunikasi Anda lebih hidup dan membantu untuk mempertahankan perhatian pendengar (Neulip, 2012:272). 23 c. Affect Displays Affect display adalah gerakan-gerakan wajah yang mengandung makna emosional; gerakan ini memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Ekspresi wajah tidak dapat menutupi apa yang dirasakan seseorang karena affect display tidak dapat secara sadar dikendalikan seperti emblem dan illustrator. Namun affect display ini dapat dengan sengaja ditunjukkan dan biasanya semua orang dapat melakukannya dengan baik. d. Regulators Regulator nonverbal adalah perilaku dan tindakan seseorang yang mengatur langsung atau mengelola percakapan. Regulator memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan dengan orang lain. Dalam buku “Komunikasi Antarmanusia” (Devito, 2011) Regulator adalah perilaku nonverbal yang “mengatur”, memantau, memelihara, atau mengendalikan pembicaraan orang lain, misalnya menganggukan kepala, mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan membuat berbagai suara paralinguistik seperti “mm-mm” atau “tsk.” e. Adaptors Adaptor adalah tindakan kinesik yang memenuhi kebutuhan fisiologis atau psikologis. Peneliti Nonverbal mengidentifikasi ada jenis adapter berdasarkan fokus, arah, atau target mereka, yaitu: self - adaptors, alter - adaptors, dan object – adaptors. Self –Adaptors Biasanya memenuhi kebutuhan fisik, umumnya melayani untuk membuat seseorang menjadi lebih nyaman. Ketika adapter ini terjadi secara 24 pribadi, mereka terjadi dalam bentuk yang disingkat Alter-Adaptors Adalah gerakan tubuh yang dibuat buat dalam menanggapi interaksi ketika seseorang menjelaskan sesuatu atau mendekat. Object-Adaptors Gerakan yang melibatkan manipulasi seseorang dari beberapa objek. Contoh sering diamati meliputi melubangi atau menggambar pada styrofoam, mengklik bolpoin, atau mengigit pensil. Obyek-adapter biasanya menunjukan tanda-tanda perasaan negatif. 2.2.4.2 Facial Communication (Gerakan Wajah) Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi selain juga kualitas atau dimensi emosi. Beberapa periset menyatakan bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya “kelompok emosi” berikut: kebahagian, keterkejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan / penghinaan. Periset nonverbal Dede Leathers dalam mengemukakan buku Komunikasi bahwa gerakan Antarmanusia wajah (2011:208) mungkin juga mengkomunikasikan kebingungan dan ketetapan hati. Keenam emosi tersebut secara umum dinamakan affect display primer. Ini merupakan emosi tunggal yang relative murni. Keadaan emosi yang lain dan tampilan wajah yang lain merupakan kombinasi dari berbagai emosi primer ini, dan dinamakan efek bauran. 2.2.4.3 Occulesis / Eye Communication Occulesis atau komunikasi mata adalah studi tentang pesan yang disampaikan oleh mata, yang bervariasi tergantung pada durasi, arah, dan kualitas perilaku mata. Arah mata juga berkomunikasi. Umumnya, dalam berkomunikasi dengan orang lain, seseorang akan melirik wajah 25 orang lain, kemudian berpindah, kemudian lagi pada wajah dan sebagainya. Ada beberapa fungsi dari penggunaan kontak mata menurut Knapp & Hall (2009) dalam “The Interpersonal Communication Book” (2013:148), yaitu: a. To monitor feedback (untuk memonitor umpan balik) Pada fungsi yang pertama ini menjelaskan bahwa kontak mata akan membantu membaca reaksi dan umpan balik yang diberikan oleh lawan bicara. Sehingga hal ini akan membantu secara efektif dan membantu pembicara menyesuaikan denga lawan bicaranya. b. To secure attention (untuk mengamankan perhatian) Pada fungsi kedua ini menjelaskan bahwa kontak mata digunakan untuk mengamankan perhatian lawan bicara dengan tujuan agar lawan bicara tetap memberikan perhatiannya dan tetapt tertarik untuk mendengar. c. To regulate the conversation ( untuk mengatur percakapan) Pada fungsi yang ketiga ini menjelaskan bahwa kontak mata membantu mengatur dan mengontrol percakapan. Dengan pergerakan mata dapat menginformasikan kepada lawan bicara bahwa mereka harus berbicara. d. To signal the nature of the relationship ( Menginsyaratkan Sifat Hubungan) Pada fungsi yang keempat ini menjelaskan bahwa komunikasi mata juga menginsyaratkan sifat hubungan atara dua orang. Hal ini untuk mengindikasi hal positif atau negatif. Kontak mata juga dapat menunjukan perasaan atau ketertarikan terhadap orang lain atau bahkan menunjukan respek. e. To signal status ( Status sinyal) Pada fungsi yang kelima ini menjelaskan bahwa kontak mata sering digunakan sebagai status sinyal dan agresi. Di antara banyak orang yang lebih muda, kontak mata 26 yang lama dari orang asing diambil untuk menandakan agresivitas dan biasanya menunjukkan kekerasan fisik. f. To compensate for physical distance ( Untuk mengimbangi jarak fisik) Pada fungsi yang terakhir ini menjelaskan bahwa kontak mata sering digunakan untuk mengimbangi jarak fisik. Dengan membuat kontak mata akan mengatasi psikologis dari jarak fisik antara satu orang dengan yang lain. Dalam Buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2009:373) kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain untuk menghindari atau melakukan hubungan dengan yang lain. Kedua fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaannya terhadap yang lain. 2.2.4.4 Touch Communication / Haptics Haptics atau komunikasi tactile, mengacu pada penggunaan sentuhan. Komunikasi secara sentuhan bervariasi di seluruh budaya, jumlah dan jenis sentuhan bervariasi dengan usia, jenis kelamin, situasi, dan hubungan antara orang yang terlibat. Jones dalam “The Interpersonal Communication Book” (2013:151) mengemukakan bahwa ada 5 arti utama dari komunikasi sentuh: a. Positive Emotion / Emosi Positif Sentuhan sering mengkomunikasikan emosi positif, terutama antara keintiman atau hubungan yang relatif dekat. Penelitian menemukan bahwa sentuhan mengkomunikasikan perasaan positif seperti ketenangna, kedekatan, kepercayaan, kesamaan dan kesetaraan, serta formalitas. Sentuhan juga menfasilitasi pembukaan diri seseorang. 27 b. Playfulness / Bermain-main Sentuhan sering mengkomunikasikan keinginan untuk bermain, baik sikap dan agresifitas. Ketika sentuhan digunakan, bermain dengan emosi dan mengatakan pada orang lain bahwa hal ini tidak serius. c. Control / Kontrol Sentuhan juga untuk mengontrol perilaku, sikap, dan perasaan dari seseorang. Seperti mengontrol komunikasi dari beragam pesan. Sentuhan membantu mengontrol status komunikasi dan dominansi. d. Ritual Sentuhan menjadi ritual yang sering digunakan, misalnya bersalaman tangan sebagai bentuk sapaan, berpelukan sebagai bentuk perpisahan, dll. e. Task-related / Terkait Dengan Tugas Sentuhan yang terkait dengan tugas terlihat umum dan positif. Seperti misalnya memberikan sedikit sentuhan untuk membantu seseorang. Menurut Heslin dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2010:380) terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah: 1. Fungsional – professional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian. 2. Social – sopan Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan. 3. Persahabatan – kehangatan 28 Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah lama berpisah. 4. Cinta – keintiman Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di bawah meja, dll 5. Rangsangan seksual Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motif ini bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman. 2.2.5 Profesionalisme Dalam buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 4 (Ali, 2007:382) professional berkenaan dengan penguasaan kemampuan, kecakapan atau kompetensi standar dan kinerja standar. Kinerja standar atau kinerja professional merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial. Bekerja secara professional adalah bekerja secara berencana dan sistematis, bekerja secara cerdas, efisien, efektif. Sedangkan pengertian profesionalisme menurut para ahli adalah: 1. Menurut Siagian (2009:163) profesionalisme adalah Keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh pelanggan. 2. Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74), menyatakan bahwa, Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui perjalanan waktu. 29 3. Menurut Dja’man Satori dalam Rusman (2011:18) “profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang meyandang suatu profesi, misalnya “dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya.” Jadi seorang yang profesional tidak boleh bekerja asal-asalan atau amatiran. 4. Profesionalisme mengarah pada komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang dibutuhkan (Rusman, 2011:18). Berdasarkan pengertian profesionalisme dari beberapa ahli tersebut yang sesuai dengan penelitian ini adalah pengertian profesionalisme yang akan digunakan adalah menurut Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74) yang membahas bahwa profesionalisme kemampuan (competensi), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman (experience). 30 2.2.6 Kerangka Pemikiran Profesionalisme Karyawan dalam kegiatan formal ditinjau dari body language Makna body language karyawan dalam konteks profesionalisme karyawan dalam kegiatan formal Teori : Konsep: Struktur Kumulatif Equilibrium Komunikasi Nonverbal Body Language Profesionalisme Pendekatan kualitatif Jenis penelitian deskriptif Metode Penelitian Fenomenologi Teknik pengumpulan data (wawancara, observasi, dokumentasi) Teknik analisis data ( axial coding, open coding, selective coding), Teknik keabsahan data Interpretasi hasil penelitian dan pembahasan Gambar 2.1 Kerangka pemikiran