BAB 2

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1.
Penelitian Sebelumnya (State Of The Art)
Tabel 2.1 State Of The Art
No
Nama Peneliti dan
Lokasi
Judul Penelitian
1.
Shirley Kueh
Tahun
Hasil Penelitian
Penelitian
Malaysia
2013
Penelitian ini
dilakukan untuk
The Effects of
memahami dampak
Nonverbal
dari komunikasi
Communication of
nonverbal karyawan
Hotel
Hotel pada respons
Employees upon
emosional para tamu
Emotional
hotel dalam satu dan
Responses of Hotel
dua Star hotel dari
Guests
Kota Kinabalu,
Sabah, Malaysia.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
tubuh dan perilaku
vokal, dan
penampilan fisik
karyawan hotel
memiliki efek positif
yang signifikan
terhadap emosi
positif tamu hotel.
7
8
Sementara itu, hanya
tubuh dan perilaku
vokal karyawan hotel
yang berpengaruh
negatif terhadap
emosi negatif tamu
hotel. Ditemukan
bahwa perilaku
menyentuh karyawan
hotel memiliki efek
positif yang
signifikan pada emosi
negatif. Keterbatasan
penelitian dan saran
untuk penelitian di
masa depan juga
dibahas.
2.
Marlena Hickey
USA
2013
Individu dengan
penyakit Alzheimer
Nonverbal
tipe demensia
communication of
memiliki kemampuan
individuals with
yang kurang untuk
dementia: An
berkomunikasi secara
overview
verbal. Oleh karena
itu, komunikasi
nonverbal (NVC)
melalui penggunaan
dan ekspresi wajah,
gerak tubuh, dan
bahasa tubuh sangat
penting untuk
menghubungkan
dengan orang lain
9
dan mengekspresikan
keinginan dan
kebutuhan. Tujuan
dari proyek 900 SPA
ini adalah untuk
memeriksa keadaan
saat ini dengan
literatur yang
berkaitan dengan
NVC dan demensia.
Sebuah kajian
komprehensif
literatur dilakukan di
sembilan database.
Beberapa tema di
seluruh literatur
terungkap termasuk
emosi dan ekspresi
wajah orang dengan
demensia, interaksi
komunikasi
interpersonal dengan
pengasuh, penilaian
rasa sakit, dan
intervensi yang
berkaitan dengan
seni.
3.
Khusnul
Khotimah
Jakarta
2013
Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui dan
Komunikasi
mendeskripsikan
Nonverbal Sales
bentuk komunikasi
Promotion Girl
sales promotion girl
10
produk Teh Botol
produk Teh Botol
Sostro Dalam
Sosro dalam
Pemasaran Produk
pemasaran produk
Di Hypermart Giant
dan untuk
Mansion
mengetahui dan
mendeskripsikan
makna dan tujuan
komunikasi
nonverbal yang
dilakukan oleh sales
promotion girl
produk Teh Botol
Sosro dalam
pemasaran produk di
Hypermart Giant
Maspion Surabaya.
Dari hasil penelitian
ini akan didapatkan
bentuk komunikasi
nonverbal yang
digunakan oleh sales
promotion girl Teh
Botol Sosro yakni
antara lain: ekspresi
wajah, kontak mata,
gerakan anggota
tubuh, jarak,
penampilan tubuh,
pakaian dan riasan,
vokalik, waktu.
Makna dan tujuan
dari komunikasi
nonverbal yang
11
dilakukan oleh sales
promotion girl
digunakan untuk
menyampaikan pesan
yang berkaitan
dengan makna verbal,
dengan tujuan
menarik minat
konsumen agar
konsumen tertarik
untuk membeli
produk yang
ditawarkannya.
4.
Widayati
Wulansari
Tanggerang
2012
Setelah dilakukan
proses penelitian,
maka diperoleh hasil
Teknik Komunikasi
penelitian bahwa,
Nonverbal Guru
teknik komunikasi
Pada Penyandang
nonverbal yang
Tuna Rungu
digunakan oleh para
guru Sekolah Dasar
Khusus Negri 01
Kota Serang dalam
kegiatan belajar
mengajar adalah
dengan menggunakan
Komunikasi
Nonverbal Lima
gerakan tubuh yaitu
teknik emblem,
illustrator, regulator
dan teknik adaptor.
12
5.
Ara Auza
Medan
2011
Dari hasil penelitian
dapat dilihat proses
Efektivitas
komunikasi
Komunikasi
nonverbal agen
Nonverbal (studi
banyak
kasus peranan
dipengaruhi oleh
komunikasi
komunikasi verbal.
nonverbal dalam
Bentuk-bentuk
mewujudkan
komunikasi verbal
komunikasi yang
pada saat
efektif di kalangan
prospecting yang
agen dan konsumen
banyak dilakukan
PT. Axa Financial
adalah penampilan
Indonesia Cabang
fisik, kinesik dan
Medan
intonasi.
Sementara
komunikasi
nonverbal bau-bauan
dan waktu jarang
menjadi perhatian
dari informan. Jarak
yang digunakan oleh
agen kepada nasabah
adalah jarak personal
dan sentuhan yang
dilakukan sebatas
berjabat tangan dan
tidak terlalu
ekstreme.
Peranan komunikasi
nonverbal juga
dipengaruhi sifat
holistic
13
dengan komunikasi
verbal. Komunikasi
verbal dan
komunikasi
nonverbal secara
bersamaan
disampaikan kepada
nasabah. Fungsi
mayoritas dari pesan
nonverbal adalah
fungsi
aksentuasi
(menegaskan pesan
atau
menggarisbawahi).
Walaupun fungsi
komplemen
(melengkapi dan
memperkaya), fungsi
repetisi (mengulang
kembali gagasan
yang sudah disajikan
secara verbal).
Komunikasi verbal
dan nonverbal
berperan penting
dalam mewujudkan
komunikasi efektif
antara informan dan
nasabah. Secara
sederhana
komunikasi efektif
ditampilkan dengan
14
pemahaman akan
asuransi, kesenangan
saat melakukan
komunikasi, yang
berimplikasi pada
hubungan makin baik
antara keduanya.
Wujud nyata dari
komunikasi efektif
yang dilakukan antara
agen dan nasabah
adalah tindakan
nasabah
mengikuti asuransi.
2.2.
Landasan Teori dan Konsep
2.2.1
Teori Struktur Kumulatif
Dalam teori ini, Ekman dan Friesen memfokuskan analisisnya pada
makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori ini disebut cumulative
structure atau meaning centered karena lebih banyak membahas mengenai
makna yang berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang
struktur perilaku. Ekman dan Friesen beranggapan bahwa seluruh komunikasi
nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu tindakan yang disengaja dan
apakah tindakan harus menyertai pesan verbal.
Teori ini menjelaskan bahwa gerak tubuh memberikan makna pada
ungkapan verbal yang digunakan, jadi tindakan ini disengaja dan memiliki
makna tertentu. Sedangkan ekspresi wajah dapat berdiri sendiri dan dapat
diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun demikian, kedua tindakan
tersebut telah menambahkan kepada makna yang berkaitan dengan interaksi
antara dua orang atau lebih, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai
“expressive behavior”.
Ekman dan Friesen mengidentifikasi lima kategori dari expressive
behavior yaitu emblem, illustrator, regulator, adaptor, dan penggambaran
15
perasaan, dimana masing-masing memberikan kedalaman pada makna yang
berkaitan dengan situasi komunikasi. Emblem adalah gerakan tubuh atau
ekspresi wajah yang memiliki nilai sama dengan pesan verbal, yang
disengaja, dan dapat berdiri sendiri tanpa bantuan pesan verbal.
Ilustrator adalah gerakan tubuh atau ekspresi wajah yang mendukung
dan melengkapi pesan verbal. Sementara itu regulator adalah tindakan yang
disengaja yang biasa digunakan dalam percakapan. Bentuk lain dari regulator
dalam percakapan antara lain adalah senyuman, anggukan kepala, tangan
yang menunjuk, mengangkat alis, orientasi tubuh dan sebagainya, yang
kesemuanya berperan dalam mengatur arus informasi pada suatu situasi
percakapan.
Kategori keempat adalah adaptor yaitu tindakan yang disengaja yang
digunakan untuk menyesuaikan tubuh dan menciptakan kenyamanan bagi
tubuh atau emosi. Dan kategori kelima adalah penggambaran emosi atau
affect display yang dapat disengaja maupun tidak, dapat menyertai pesan
verbal maupun berdiri sendiri. (Sendjaja, 2007:6.27).
2.2.2. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu teori
komunikasi nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora keintimanekuilibrium. Mereka mengemukakan bahwa seluruh interaksi dibatasi dalam
konflik antara kekuatan-kekuatan penarik dan penolak. Kekuatan yang
menarik dan mendorong antara satu orang dengan orang lainnya cenderung
untuk menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai dalam
perilaku nonverbal yang berkaitan dengan pendekatan (jarak yang lebih
dekat, kontak mata yang lebih banyak, sentuhan dan gerakan tubuh yang
lebih sering) dan penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak
mata, dan jarangnya sentuhan dan gerak tubuh). Lebih lanjut Argyle dan
Dean mengemukakan bahwa ketika seseorang berinterikasi, biasanya
seseorang mengalami atau menggunakan seluruh saluran komunikasi yang
ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran nonverbal akan menghasilkan
perubahan pada saluran lainnya sebagai kompensasi (Sendjaja, 2007:6.22).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa teori ini
menjelaskan bagaimana pendekatan mempengaruhi kontak mata dan
16
sentuhan yang dilakukan seseorang. Seseorang yang lebih dekat dengan
orang lain akan lebih banyak melakukan kontak mata dan sentuhan.
Sedangkan seseorang yang kurang dekat dengan orang lain lebih sedikit atau
menjaga jarak dengan kurang melakukan kontak mata dan sentuhan.
2.2.3
Komunikasi Nonverbal
2.2.3.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal
Bahasa nonverbal merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang
sering
digunakan
selain
komunikasi
verbal,
dimana
penyampaiannya bukan dengan kata-kata ataupun suara tetapi melalui
gerakan-gerakan anggota tubuh yang sering dikenal dengan istilah
bahasa isyarat atau body language. Selain itu penggunaan bahasa
nonverbal dapat melalui kontak mata, penggunaan objek seperti
pakaian, aksesoris yang dipakai dan penggunaan simbol-simbol
(Devito, 2013:139).
Studi terhadap komunikasi nonverbal berfokus pada pesan
yang dikirim dari satu orang kepada yang lain tanpa disertai oleh katakata, seperti pesan yang dikirim melalu gerak tubuh, kualitas suara,
dan waktu yang digunakan, ruang, artefak, pakaian, dan bahkan aroma
(Neuliep, 2012:268).
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter dalam buku
Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana, 2009:343), komunikasi
nonverbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal)
dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan
penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan
potensial bagi pengirim atau penerima.
Edward T. Hall (dalam Mulyana, 2009:344) menamai bahasa
nonverbal sebagai “bahasa diam” (silent language) dan “dimensi
tersembunyi” (hidden dimension) suatu budaya. Disebut diam dan
tersembunyi, karena pesan-pesan nonverbal tertanam dalam konteks
komunikasi. Selain isyarat situasional dan relasional dalam transaksi
komunikasi, pesan nonverbal memberikan isyarat-isyarat kontekstual.
17
Bersama isyarat verbal dan isyarat kontekstual, pesan nonverbal
membantu menafsirkan seluruh makna pengalaman komunikasi.
2.2.3.2 Karakteristik Komunikasi Nonverbal
Menurut Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Teori
Komunikasi (Sendjaja, 2007:6.17) komunikasi nonverbal memiliki
empat karakteristik yaitu keberadaan, kemampuannya menyampaikan
pesan tanpa bahasa verbal, sifat ambiguitasnya, dan keterikatan dalam
suatu kultur tertentu.
Eksistensi atau keberadaan komunikasi nonverbal akan dapat
diamati saat melakukan tindak komunikasi secara verbal, maupun
pada saat bahasa verbal tidak digunakan. Atau dengan kata lain,
komunikasi nonverbal akan selalu muncul dalam setiap tindakan
komunikasi, disadari maupun tidak disadari. Keberadaan komunikasi
nonverbal pada gilirannya akan membawa kepada cirinya yang lain,
yaitu bahwa seseorang dapat berkomunikasi secara nonverbal, karena
setiap orang mampu mengirim pesan secara nonverbal kepada orang
lain, tanpa menggunakan tanda-tanda verbal.
Karakterisitik lain dari komunikasi nonverbal adalah sifat
ambiguitasnya, dalam arti ada banyak kemungkinan penafsiran
terhadap setiap perilaku. Sifat ambigu atau mendua ini sangat penting
bagi penerima untuk menguji setiap interpretasi sebelum sampai pada
kesimpulan tentang makna dari suatu pesan nonverbal. Dan
karakteristik terakhir adalah bahwa komunikasi nonverbal terikat
dalam suatu kultur atau budaya tertentu. Artinya, perilaku-perilaku
yang
memiliki
makna
khusus
dalam
suatu
budaya,
akan
mengekspresikan pesan-pesan yang berbeda dalam ikatan kultur yang
lain.
2.2.3.3 Prinsip-prinsip Dari Komunikasi Nonverbal
Dalam studi komunikasi nonverbal terdapat beberapa prinsip
dan juga identitas dengan beragam fungsi dari pesan nonverbal
(Devito, 2013:139):
18
1. Nonverbal Message Interact with Verbal Messages /
Pesan Nonverbal Berinteraksi dengan Pesan Verbal
Pesan verbal dan nonverbal berinteraksi satu
sama lain dalam enam cara utama, untuk aksen, untuk
melengkapi, bertentangan, untuk mengontrol, untuk
mengulang, dan untuk menggantikan satu sama lain.
a. Accent / Aksen
Komunikasi nonverbal sering digunakan
untuk aksen atau menekankan beberapa
bagian dari pesan verbal.
b. Complement / Melengkapi
Komunikasi nonverbal dapat digunakan
untuk melengkapi, untuk menambah nuansa
makna yang tidak dikomunikasikan oleh
pesan verbal.
c. Contradict / Bertentangan
Adanya pertentangan antara pesan verbal
dengan gerakan nonverbal.
d. Control / Kontrol
Komunikasi nonverbal dapat digunakan
untuk mengkontrol, atau untuk menunjukan
keinginan untuk mengontrol keinginan
pesan verbal. Saat membuka mulut atau
membuat
gerakan
tangan
menunjukan
keinginan untuk berbicara.
e. Repeat / Mengulang
Komunikasi nonverbal dapat digunakan
untuk
mengulang
penyampaian
pesan
verbal.
f. Substitute / Mengganti
Menggunakan komunikasi nonverbal untuk
menggantikan pesan verbal.
19
2. Nonverbal Messages Help Manage Impressions /
Pesan Nonverbal Membantu Mengatur Ekspresi
Pada
membantu
dasarnya
mengatur
komunikasi
ekspresi
nonverbal
seserorang
ketika
berkomunikasi. Seperti yang disampaikan Devito
(2013):
“Based on a person’s body size, skin color, and
dress, as well as on the way the person smiles,
maintains eye contact, and expresses himself or
herself facially, form impressions, judge who
the person is and what the person is like. And,
at the same time that you form impressions of
others, you are also managing the impressions
they form of you.”
Berdasarkan ukuran tubuh, warna kulit, dan
pakaian,
serta
pada
cara
seseorang
tersenyum,
mempertahankan kontak mata, dan mengekspresikan
dirinya sendiri, membentuk kesan, menghakimi siapa
dan bagaimana orang itu. Dan pada saat yang sama
bahwa seseorang membentuk kesan dari orang lain, dan
juga mengelola pandangan mereka.
3. Nonverbal Messages Help Form Relationships /
Pesan Nonverbal Membantu Menjalin Hubungan
Dalam suatu hubungan pun terjadi komunikasi
nonverbal dimana komunikasi verbal tersebut dinilai
dari keintiman orang yang saling berkomunikasi.
Komunikasi verbal ini ditunjukan dengan berbagai tanda
seperti yang ditulis oleh Joseph A. Devito dalam
bukunya yang berjudul
“The Interpersonal Communication Book”
(hal:142) “The signs vary in intimacy and may
extend from the relatively informal handshake
through more intime forms, such as hand
holding and arm linking, to very intimate
contact—such as full mouth kissing.”
20
Tanda-tanda bervariasi dalam keintiman dan
dapat diperpanjang dari berjabat tangan yang relatif
informal, melalui bentuk-bentuk yang lebih intim,
seperti memegang tangan dan merangkul, sedangkan
untuk hubungan yang lebih intim intim seperti
berciuman.
4. Nonverbal
Message
Structure
Conversation
/
Struktur Komunikasi Pesan Nonverbal
Dalam
suatu
percakapan
seseorang
akan
memberi dan menunjukan tanda bahwa dia siap untuk
berbicara, mendengar, atau memberi komentar kepada
pembicara.
Biasanya
komunikasi
verbal
yang
ditunjukan seseorang adalah melalui gerak tubuh dan
kontak matanya kepada pembicara.
5. Nonverbal Message Can Influence
Pesan
Nonverbal
dapat
and Deceive /
Mempengaruhi
dan
Menipu
Pesan nonverbal dapat mempengaruhi orang
lain tidak hanya melalui apa yang dikatakan tetapi juga
melalui sinyal nonverbal. Fokus yang menyatakan
bahwa seseorang terlihat berkomitmen, gerakan yang
lebih lanjut menjelaskan apa yang dikatakan. Dan
dengan
kemampuan
untuk
mempengaruhi
dan
kemampuan untuk menipu atau menyesatkan orang
lain untuk berpikir bahwa sesuatu itu benar ketika itu
tidak benar atau sesuatu yang salah ketika itu benar.
2.2.4
Body language / Bahasa Tubuh
Dalam buku Body Language: Your Success Mantra (Verma, 2005:3)
bahasa tubuh memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan verbal
yang disampaikan oleh seseorang. Bahasa tubuh tidak hanya digunakan untuk
21
memberikan kualitas dari komunikasi tetapi juga digunakan untuk
mengekspresikan perasaan. Dimana bahasa tubuh adalah suatu campuran
kompleks dari gerak, postur, dan nada suara.
Jalan pertama di antara semua jalan komunikasi nonverbal adalah
tubuh. Seseorang mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya sering kali
dan secara akurat melalui gerakan-gerakan tubuh. Dimana terkadang tidak
disadari bahwa bahasa tubuh sering di gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa tubuh sendiri dapat dilihat dalam beberapa saluran komunikasi
nonverbal. Dimana Saluran komunikasi nonverbal dalam buku Devito “The
Interpersonal Communication Book” (2013:143) terdiri dari kinesic, facial
Communication, eye Communication, touch communication, paralanguage,
proxemics, Clothing and Body Adornment dan Chronemics. Namun yang
akan dibahas dan sesuai dengan penelitian ini yang lebih fokus pada body
language, saluran yang akan dibahas adalah kinesic, facial Communication,
eye Communication, dan touch communication.
2.2.4.1 Kinesics/ Body Gesture ( Gerakan Tubuh)
Perilaku Kinesic, atau gerakan tubuh, termasuk gerakan tangan
dan lengan, gerakan kaki, ekspresi wajah, tatapan mata dan berkedip,
dan sikap atau postur. Meskipun hampir semua bagian tubuh dapat
digunakan untuk berkomunikasi nonverbal, wajah, tangan, dan
lengan, adalah saluran kinesic utama melalui mana pesan nonverbal
yang dikirim. Perilaku kinesic dapat dikategorikan ke dalam lima
kategori:
a. Emblems
Emblem adalah perilaku nonverbal yang secara
langsung menterjemahkan kata atau ungkapan. Emblim
adalah pengganti nonverbal untuk kata-kata atau ungkapan
tertentu.
Walaupun
emblem
bersifat
alamiah
dan
bermakna, dimana emblem mempunyai kebebasan makna
seperti sembarang kata apapun dalam sembarang bahasa.
Dalam buku Interculture Communication yang
ditulis oleh James W. Neuliep (2012)
22
“Emblems are primarily (though not exclusively)
hand gestures that have a direct literal verbal
translation. Emblems are as very arbitrary as any
words in any language.”
Emblem yang terutama (meskipun tidak secara
eksklusif)
adalah
gerakan
tangan
yang
memiliki
terjemahan lisan langsung literal. Emblem adalah sebagai
sangat bervariasi dibandingkan dengan kata-kata dalam
bahasa apapun. Emblem dalam buku Ilmu Komunikasi
Suatu Pengantar (Mulyana, 2009:353) mempunyai makna
dalam suatu budaya dan subkultur, dimana setiap budaya
memiliki perbedaan dalam gerakan tangan.
b. Illustrator
Ilustrator adalah perilaku nonverbal yang menyertai
dan secara harafiah “mengilustrasikan” pesan verbal.
Dalam mengatakan “Ayo, bangun,” misalnya, seseorang
mungkin menggerakkan kepala dan tangannya kea rah
menarik. Dalam menggambarkan lingkaran atau bujur
sangkar, seseorang mungkin membuat gerakan berputar
atau kotak dengan tangannya. Hal tersebutlah yang
biasanya dilakukan oleh seseorang dalam melakukan
gerakan demikian sehingga sukar bagi orang lain untuk
menukar-nukarnya atau menggunakan gerak yang tidak
tepat. Ilustrator bersifat lebih alamiah, kurang bebas, dan
lebih universal daripada emblem.
Ilustrator biasanya berupa gerakan tangan dan
lengan yang menyertai pembicaraan atau fungsi untuk
aksen atau melengkapi apa yang dikatakan. Illustrator
membuat komunikasi Anda lebih hidup dan membantu
untuk mempertahankan perhatian pendengar (Neulip,
2012:272).
23
c. Affect Displays
Affect display adalah gerakan-gerakan wajah yang
mengandung
makna
emosional;
gerakan
ini
memperlihatkan rasa marah dan rasa takut, rasa gembira
dan rasa sedih, semangat dan kelelahan. Ekspresi wajah
tidak dapat menutupi apa yang dirasakan seseorang karena
affect display tidak dapat secara sadar dikendalikan seperti
emblem dan illustrator. Namun affect display ini dapat
dengan sengaja ditunjukkan dan biasanya semua orang
dapat melakukannya dengan baik.
d. Regulators
Regulator nonverbal adalah perilaku dan tindakan
seseorang yang mengatur langsung atau mengelola
percakapan. Regulator memantau, memelihara, atau
mengendalikan pembicaraan dengan orang lain.
Dalam buku “Komunikasi Antarmanusia” (Devito,
2011)
Regulator
adalah
perilaku
nonverbal
yang
“mengatur”, memantau, memelihara, atau mengendalikan
pembicaraan orang lain, misalnya menganggukan kepala,
mengerutkan bibir, menyesuaikan fokus mata, dan
membuat berbagai suara paralinguistik seperti “mm-mm”
atau “tsk.”
e. Adaptors
Adaptor adalah tindakan kinesik yang memenuhi
kebutuhan fisiologis atau psikologis. Peneliti Nonverbal
mengidentifikasi ada jenis adapter berdasarkan fokus, arah,
atau target mereka, yaitu: self - adaptors, alter - adaptors,
dan object – adaptors.

Self –Adaptors
Biasanya memenuhi kebutuhan fisik, umumnya
melayani untuk membuat seseorang menjadi
lebih nyaman. Ketika adapter ini terjadi secara
24
pribadi, mereka terjadi dalam bentuk yang
disingkat

Alter-Adaptors
Adalah gerakan tubuh yang dibuat buat dalam
menanggapi
interaksi
ketika
seseorang
menjelaskan sesuatu atau mendekat.

Object-Adaptors
Gerakan yang melibatkan manipulasi seseorang
dari beberapa objek. Contoh sering diamati
meliputi melubangi atau menggambar pada
styrofoam, mengklik bolpoin, atau mengigit
pensil. Obyek-adapter biasanya menunjukan
tanda-tanda perasaan negatif.
2.2.4.2 Facial Communication (Gerakan Wajah)
Gerakan wajah mengkomunikasikan macam-macam emosi
selain juga kualitas atau dimensi emosi. Beberapa periset menyatakan
bahwa pesan wajah dapat mengkomunikasikan sedikitnya “kelompok
emosi” berikut: kebahagian, keterkejutan, ketakutan, kemarahan,
kesedihan, dan kemuakan / penghinaan. Periset nonverbal Dede
Leathers
dalam
mengemukakan
buku
Komunikasi
bahwa
gerakan
Antarmanusia
wajah
(2011:208)
mungkin
juga
mengkomunikasikan kebingungan dan ketetapan hati.
Keenam emosi tersebut secara umum dinamakan affect display
primer. Ini merupakan emosi tunggal yang relative murni. Keadaan
emosi yang lain dan tampilan wajah yang lain merupakan kombinasi
dari berbagai emosi primer ini, dan dinamakan efek bauran.
2.2.4.3 Occulesis / Eye Communication
Occulesis atau komunikasi mata adalah studi tentang pesan yang
disampaikan oleh mata, yang bervariasi tergantung pada durasi, arah,
dan kualitas perilaku mata. Arah mata juga berkomunikasi. Umumnya,
dalam berkomunikasi dengan orang lain, seseorang akan melirik wajah
25
orang lain, kemudian berpindah, kemudian lagi pada wajah dan
sebagainya.
Ada beberapa fungsi dari penggunaan kontak mata menurut
Knapp & Hall (2009) dalam “The Interpersonal Communication Book”
(2013:148), yaitu:
a. To monitor feedback (untuk memonitor umpan balik)
Pada fungsi yang pertama ini menjelaskan bahwa kontak
mata akan membantu membaca reaksi dan umpan balik
yang diberikan oleh lawan bicara. Sehingga hal ini akan
membantu secara efektif dan membantu pembicara
menyesuaikan denga lawan bicaranya.
b. To secure attention (untuk mengamankan perhatian)
Pada fungsi kedua ini menjelaskan bahwa kontak mata
digunakan untuk mengamankan perhatian lawan bicara
dengan tujuan agar lawan bicara tetap memberikan
perhatiannya dan tetapt tertarik untuk mendengar.
c. To regulate the conversation ( untuk mengatur
percakapan)
Pada fungsi yang ketiga ini menjelaskan bahwa kontak
mata membantu mengatur dan mengontrol percakapan.
Dengan pergerakan mata dapat menginformasikan
kepada lawan bicara bahwa mereka harus berbicara.
d. To
signal
the
nature
of
the
relationship
(
Menginsyaratkan Sifat Hubungan)
Pada fungsi yang keempat ini menjelaskan bahwa
komunikasi mata juga menginsyaratkan sifat hubungan
atara dua orang. Hal ini untuk mengindikasi hal positif
atau negatif. Kontak mata juga dapat menunjukan
perasaan atau ketertarikan terhadap orang lain atau
bahkan menunjukan respek.
e. To signal status ( Status sinyal)
Pada fungsi yang kelima ini menjelaskan bahwa kontak
mata sering digunakan sebagai status sinyal dan agresi.
Di antara banyak orang yang lebih muda, kontak mata
26
yang lama dari orang asing diambil untuk menandakan
agresivitas dan biasanya menunjukkan kekerasan fisik.
f. To
compensate
for
physical
distance
(
Untuk
mengimbangi jarak fisik)
Pada fungsi yang terakhir ini menjelaskan bahwa kontak
mata sering digunakan untuk mengimbangi jarak fisik.
Dengan
membuat
kontak
mata
akan
mengatasi
psikologis dari jarak fisik antara satu orang dengan yang
lain.
Dalam Buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar (Mulyana,
2009:373) kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi
antarpribadi. Pertama, fungsi pengatur, untuk memberi tahu orang lain
untuk menghindari atau melakukan hubungan dengan yang lain. Kedua
fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaannya
terhadap yang lain.
2.2.4.4 Touch Communication / Haptics
Haptics atau komunikasi tactile, mengacu pada penggunaan
sentuhan. Komunikasi secara sentuhan bervariasi di seluruh budaya,
jumlah dan jenis sentuhan bervariasi dengan usia, jenis kelamin, situasi,
dan hubungan antara orang yang terlibat.
Jones
dalam “The Interpersonal
Communication
Book”
(2013:151) mengemukakan bahwa ada 5 arti utama dari komunikasi
sentuh:
a. Positive Emotion / Emosi Positif
Sentuhan sering mengkomunikasikan emosi positif,
terutama antara keintiman atau hubungan yang relatif
dekat.
Penelitian
menemukan
bahwa
sentuhan
mengkomunikasikan perasaan positif seperti ketenangna,
kedekatan, kepercayaan, kesamaan dan kesetaraan, serta
formalitas. Sentuhan juga menfasilitasi pembukaan diri
seseorang.
27
b. Playfulness / Bermain-main
Sentuhan sering mengkomunikasikan keinginan untuk
bermain, baik sikap dan agresifitas. Ketika sentuhan
digunakan, bermain dengan emosi dan mengatakan pada
orang lain bahwa hal ini tidak serius.
c. Control / Kontrol
Sentuhan juga untuk mengontrol perilaku, sikap, dan
perasaan dari seseorang. Seperti mengontrol komunikasi
dari beragam pesan. Sentuhan membantu mengontrol
status komunikasi dan dominansi.
d. Ritual
Sentuhan menjadi ritual yang sering digunakan, misalnya
bersalaman tangan sebagai bentuk sapaan, berpelukan
sebagai bentuk perpisahan, dll.
e. Task-related / Terkait Dengan Tugas
Sentuhan yang terkait dengan tugas terlihat umum dan
positif. Seperti misalnya memberikan sedikit sentuhan
untuk membantu seseorang.
Menurut Heslin dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar
(Mulyana, 2010:380) terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan
suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal.
Kategori-kategori tersebut adalah:
1. Fungsional – professional.
Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi bisnis,
misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih
pakaian.
2. Social – sopan
Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku,
misalnya berjabat tangan.
3. Persahabatan – kehangatan
28
Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan
afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang
saling merangkul setelah lama berpisah.
4. Cinta – keintiman
Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium
pipi orang tua dengan lembut; orang yang sepenuhnya
memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di
bawah meja, dll
5. Rangsangan seksual
Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,
hanya saja motif ini bersifat seksual. Rangsangan seksual
tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman.
2.2.5
Profesionalisme
Dalam buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan bagian 4 (Ali, 2007:382)
professional berkenaan dengan penguasaan kemampuan, kecakapan atau
kompetensi standar dan kinerja standar. Kinerja standar atau kinerja
professional merupakan perwujudan dari tanggung jawab sosial. Bekerja
secara professional adalah bekerja secara berencana dan sistematis, bekerja
secara cerdas, efisien, efektif. Sedangkan pengertian profesionalisme menurut
para ahli adalah:
1. Menurut
Siagian
(2009:163)
profesionalisme
adalah
Keandalan dan keahlian dalam pelaksanaan tugas sehingga
terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang tepat, cermat, dan
dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti oleh
pelanggan.
2. Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74), menyatakan
bahwa, Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan
(competensi),
yaitu
memiliki
pengetahuan
(knowledge),
keterampilan (skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan
pengalaman (experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba
tanpa melalui perjalanan waktu.
29
3. Menurut
Dja’man
Satori
dalam
Rusman
(2011:18)
“profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang
meyandang suatu profesi, misalnya “dia seorang profesional”.
Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan
sesuai dengan profesinya.” Jadi seorang yang profesional tidak
boleh bekerja asal-asalan atau amatiran.
4. Profesionalisme mengarah pada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus
menerus
mengembangkan
strategi-strategi
yang
digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesi yang dibutuhkan (Rusman, 2011:18).
Berdasarkan pengertian profesionalisme dari beberapa ahli tersebut
yang sesuai dengan penelitian ini adalah pengertian profesionalisme yang
akan digunakan adalah menurut Atmosoeprapto dalam Kurniawan (2005:74)
yang membahas bahwa profesionalisme kemampuan (competensi), yaitu
memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), bisa melakukan
(ability) ditunjang dengan pengalaman (experience).
30
2.2.6 Kerangka Pemikiran
Profesionalisme Karyawan
dalam kegiatan formal ditinjau
dari body language
Makna body language karyawan
dalam konteks profesionalisme
karyawan dalam kegiatan formal
Teori :
Konsep:
Struktur Kumulatif
Equilibrium
Komunikasi Nonverbal
Body Language
Profesionalisme
 Pendekatan kualitatif
 Jenis penelitian deskriptif
 Metode Penelitian Fenomenologi
 Teknik pengumpulan data (wawancara,
observasi, dokumentasi)
 Teknik analisis data ( axial coding,
open coding, selective coding),
 Teknik keabsahan data
Interpretasi hasil
penelitian dan
pembahasan
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran
Download