KEMAMPUAN VERBAL PUBLIC RELATIONS OFFICER S. BEKTI ISTIYANTO, S. SOS Komunikasi sekarang ini merupakan hal yang dirasakan teramat penting. Kesuksesan sebuah organisasi ditentukan oleh bagaimana para pengelola di dalamnya memanfaatkan komunikasi. Bahkan menurut M.Kh. Rahman dari enam elemen penting organisasi yaitu : 1. Ukuran organisasi (size) 2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions) 3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and duration) 4. Kondisi sumber daya (input of resources) 5. Komunikasi (communication) 6. Target hasil (output of organization) komunikasi manajemen dipandang organisasi. sebagai Alasan sentral elemen-elemen pertama, komunikasi lainnya memiliki dalam kegiatan fungsi untuk mempertemukan antara tujuan organisasi dengan terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina hubungan antar anggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban kerja) organisasi. Untuk itu, kemampuan komunikasi yang efektif menjadi hal yang mutlak harus dimiliki oleh seorang pelaku organisasi. Apalagi ketika ini dikaitkan dengan profesi kePublic Relations-nan. Citra organisasi menjadi bidang garapan yang membutuhkan penanganan dan kemampuan komunikasi yang sangat khusus. Disampaikan pada 2 Days PR Ability Development Training, BEM Unsoed, 23 November 2000. Penulis adalah Staf pengajar Ilmu Komunikasi Fisip Unsoed Komunikasi Verbal Sebagai seorang komunikator (sumber informasi) seorang petugas PR harus menguasai komunikasi secara efektif terutama memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan menerima suatu pesan. Mereka harus tahu bagimana menmpatkan kata yang membentuk suatu arti, bagaimana mengubah suatu situasi menjadi lebih menarik dan menggairahkan, bagaimana mengajak komunikan (lawan proses komunikasi/bicara) untuk ikut serta secara aktif, bagaimana menyelipkan humor yang mampu menghidupkan suasana, bagaimana menyiapkan ruangan yang mampu menghidupkan pembicaraan yang hangat, apakah pesan yang disampaikan secara oral atau written. Disinilah kemampuan berkomunikasi baik secara verbal dan nonverbal patut diketahui. Karena pelatihan kita berbicara tentang kemampuan verbal kita fokuskan perhatian disini. Verbal communication merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan (Djoko Purwanto;1997). Seperti contoh berbicara dengan orang lain, menelepon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Komunikasi verbal walaupun lebih kecil presentase keberhasilannya -bahkan menurut Ross hanya 35 %- dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang tidak bisa disampaikan komunikasi kita secara nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan orang akan memahami apa yang disampaikan komunikator secara apa adanya. Komunikan diharapkan membaca atau mendengar apa yang dikatakan. Seorang PRO dituntut bisa menggunakan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan dan ucapan dan kemampuan menerima pesan dengan menggunakan pendengaran dan bacaan : a. Berbicara dan Menulis Orang lebih menyukai mengirimkan pesan dengan berbicara daripada menulis dengan alasan kepraktisan. Padahal ada pesan-pesan yang harus disampaikan dengan menggunakan tulisan karena alasan tingkat penting dan kekomplekskan pesan itu sendiri. Seperti press release, yang harus diperhatikan soal-soal teknis mengenai penyusunan dan pengetikan pesan. Penggunaan formula dasar penyampaian pesan juga tidak boleh diabaikan karena bisa fatal pengaruhnya bila terdapat salah penafsiran/pengutipan. Tulis menulis itu bukanlah semata-mata pekerjaan biasa tapi suatu kombinasi pekerjaan otak yang didukung dengan kemampuan untuk memadukan ide, pengetahuan dan kemampuan bahasa yang baik, berwawasan luas dan penuh kreatifitas mengolah suatu berita, press release, artikel atau feature secara “padat dan singkat, tetapi menarik” bagi pembacanya atau tagret audience-nya (Rosady Ruslan;1998). How to PRO writing secara clear, informatif, sistematis dan simple yang menarik tersebut harus membutuhkan dukungan fakta yang aktual dan faktual, data, informasi serta bacaan/kepustakaan atau referensi yang lengkap, hasil riset, diskusi, seminar, presentasi, dsb. Dari sini PRO membutuhkan kemampuan menerima informasi. Kiat-kiat menulis : 1. Persiapkan sesuatunya secara matang dari topik, gaya bahasa, tujuan penulisan, teknik penulisan, siapa terget dan bagaimana efek yang diharapkan 2. Segi akurasi, bisakah diterima dan dipercaya audiens 3. Gunakan bahasa yang tepat apakah bahasa aktif, formal, jargon-jargon informal, gaya penulisan yang enak dibaca, kosa kata yang terpilih secara tepat, singkat dan padat serta menarik. 4. Eksklusifitas dan relevansi, kandungan kepentingan dan memiliki misi hubungan ke-PR-an dengan publik tetap perlu diperhatikan 5. Latar belakang penulisan perlu ditulis sebagai data penunjang seperti datadata teknik, survei, statistik, dll. Sementara kiat berbicara efektif tidak perlu saya sampaikan karena sudah ada sesi tersendiri. b. Mendengarkan dan Membaca Disini diperlukan seorang PRO yang bisa menggunakan keterampilan mendengar yang baik. Ada kecenderungan orang lebih menyukai menerima daripada menyampaikan informasi. Sayangnya kebanyakan PRO tidak bisa menggunakan kemampuan mendengar secara optimal. Kemudian kemampuan membaca, disini diperlukan secara khusus cepat membaca, tepat menafsirkan dan benar dalam memberikan respon. Kiat-kiat mendengarkan dan membaca efektif PRO : 1. Catat informasi penting 2. Pusatkan perhatian pada pembicaraan atau bahan yang sedang dibaca 3. Tangkap segera inti pembicaraan atau bahan bacaan 4. Tafsirkan dan nilai informasi yang diterima, mana yang penting dan yang bukan dengan memisahkan ide pokok dan ide-ide pendukung. Referensi : 1. Abdurrachman, Oemi. Dasar-dasar publik relations. Citra aditya bakti. Bandung. 1993. 2. Aly, Bachtiar. Teknik hubungan masyarakat. UT. 1995 3. Mulyana, Deddy. Human communication jilid 1. Remaja rosdakarya. Bandung. 2000. 4. EEC. Public relations. Panduan diklat PR. Malang. 5. Effendi, Onong Uchjana. Ilmu komunikasi teori dan praktik. Remadja karya. Bandung. 1985 6. Palapah, M.O. dan Atang Syamsudin. Studi Ilmu Komunikasi. Fikom Unpad. Bandung. 1985 7. Pelatihan Profesional Humas. Pusat kajian komunikasi Fisip UI. Depok. 2000 8. Purwanto, Djoko. Komunikasi bisnis. Erlangga. Jakarta. 1997. 9. Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi komunikasi. PT. Remaja rosda karya. Bandung. 1992 10. Ruslan, Rosady. Manajemen humas dan manajemen komunikasi. Raja grafindo persada. Jakarta. 1998.