hukum kepailitan - E

advertisement
PENGERTIAN DAN SYARATSYARAT
1.
2.
3.
untuk menghindari perebutan harta debitor apabila
dalam waktu yang sama ada bebrapa kreditor yang
menagih piutangnya dari debitor.
untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak
jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan
cara menjual barang milik debitor tanpa
memperhatikan kepentingan debitor atau para
kreditor lainnya.
untuk menghindari adanya kecurangan-kecuragan
yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau
debitor sendiri.




Asas Keseimbangan Undang – undang ini mengatur bebrapa
ketentuan yang merupakan perwujudan dari asas
keseimbangan.
Asas Kelangsungan Usaha Dalam undang-undang ini,
terdapat ketentuan yang memungkinkan perusahaan
debitor perusaan debitor yang prospektif tetap
dialngsungkan.
Asas Keadilan Asas keadilan ini untuk mencegah terjadinya
kesewenang-wenangan pihak penagih yang mengusahakan
pembayaran atas tagihan masing-masing terhadap debitor,
dengan tidak memperdulikan kreditor lainnya.
Asas Integrasi Asas integrasi dalam Undang-undang ini
mengandung pengertian bahwa system hokum formil dan
hukm materilnya merupakan satu kesatuan yang utuh dari
system hokum perdata acara perdata nasional.
Dasar Hukum Kepailitan
1.
2.
Undang-undang Kepailitan No. 37 Tahun 2004 Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 31.
Pengaturan Perudang-undangan di luar Undang-undang
Kepailitan seperti antara lain :
a. KUHPerdata, misalnya Pasal 1139, 1149, 1134 dan lain-lain.
b. KUHPidana, misalnya Pasal 396,397,398,399,400,520 dan lainlain.
c. Undang-undang PT No.1 Tahun 1995, misalnya Pasal 79 ayat (3),
Pasal 96, Pasal 85 ayat (1) dan (2), pasal 3 ayat (2) huruf b,c dan
d, Pasal 90 ayat (2) dan (3), Pasal (3), Pasal 98 ayat (1), dan lainlain.
d. Undang-undang tentang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996. e.
Peraturan Perundang-undangan di bidang Pasar modal,
Perbankan, Perusahaan BUMN dan lain-lain.

Pengertian dari bangkrut atau pailit menurut
Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan antara
lain :
“keadaan dimana seseorang yang oleh suatu pengadilan
dinyatakan bankrupt dan yang aktivanya atau
warisannya telah diperuntukkan untuk membayar
utang-utangnya”

kepailitan menurut UU Kepailitan diartikan :
“sebagai sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit
yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh
Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.”
Secara umum kepailitan sering diartikan sebagai suatu
sitaan umum atas seluruh kekayaan debitur agar
dicapainya perdamaian antara debitur dengan para
krediturnya atau agar kekayaan dibitur tersebut dapat
dibagi-bagikan secara adil diantara para krediturnya.
Putusan kepailitan diberikan oleh hakim Pengadilan Niaga terhadap
debitur pailit, maka belakulah asas pokok yang terdapat dalam pasal
1131 dan pasal 1132 Kitab Undang-undang Hukum Perdata.Asas
yang terkandung dari kedua pasal tersebut adalah bahwa:



Apabila debitur tidak membayar utangnya atau tidak mampu
membayar utangnya, maka seluruh harta benda yang dimilikinya
disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagikan kepada
semua krediturnya menurut perimbangan piutangnya, kecuali
apabila di antara para kreditur itu ada alasan-alasann yang sah
untuk didahulukan seperti misalnya para kreditur preferent yaitu
mereka yang mempunyai hak jaminan khusus atas dasar hak
tanggungan, hak hipotik, hak gadai, hak fiducia, dan juga terhadap
tagihan-tagihan yang oleh undnag-undang dikategorikan sebagai
tagihan yang didahulukan seperti antara lain biaya perkara, biaya
lelang, biaya curator, dan tagihan publik.
Semua kreditur (konkuren) mempunyai hak yang sama.
Tidak ada nomorurut dari kreditur yang didasarkan atas saat
timbulnya piutang-piutang mereka.
Menurut UU Kepailitan adalah jika suatu perusahaan
memenuhi syarat-syarat yuridis kepailitan
Syarat-syarat tersebut menurut Pasal 2 ayat (1) Undangundang Kepailitan No.37 Tahun 2004 ditetapkan syarat-syarat
debitur dinyatakan pailit yaitu sebagai berikut :
“Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan
dapat ditagih, dinyatakan pailit oleh Keputusan pengadilan
baik atas permohonan sendiri maupun atas permintaan
seorang atau lebih kreditornya.”
Dari ketentuan dalam pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004, dapat
ditarik kesimpulan bahwa syarat-syarat yuridis agar suatu
debitur dinyatakan pailit adalah sebagai berikut :
 adanya
debitur yang tidak membayar
utang
 adanya lebih dari satu Kreditur
 adanya lebih dari satu utang
 minimal satu utang sudah jatuh tempo
 minimal satu utang sudah dapat ditagih
 Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004 pihakpihak yang dapat mengajukan permohonan
kepailitan pada Pengadilan Niaga adalah :
Debitur sendiri
Seorang atau lebih krediturnya
Kejaksaan untuk kepentingan umum
Bank Indonesia (BI) dalam hal debitur
merupakan bank
• Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dalam
hal debitur merupakan perusahaan efek
• Menteri Keuangan dalam hal debitur merupakan
perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi,
dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di
bidang kepentingan publik.
•
•
•
•
 pernyataan
pailit diputus oleh Pengadilan
Niaga. Pihak-Pihak Yang Dapat Mengajukan
Kepailitan Dalam Pasal 2 UU Kepailitan yang
baru, permohonan pailit dajukan oleh pihak
yang berwenang yaitu :
•
•
•
•
•
•
pihak debitur
satu atau lebih kreditur
jaksa untuk kepentingan umum
Bank Indonesia jika debiturnya bank
Bapepam jika debiturnya bank
Menteri Keuangan jika debiturnya perusahaan
asuransi, perusahaan reasuransim dana pension
atau BUMN yang bergerak di bidang
kepentingan public.
Download