MODUL PERKULIAHAN Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Broadcasting Tatap Muka 13 Kode MK Disusun Oleh MK43011 Dicky Andika, M.Si Abstract Kompetensi Membahas gambaran secara umum dari Komunikasi Antarbudaya, memahami dimensi waktu Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kembali tentang dimensi waktu Kompetensi Kata competence adalah state of being, atau dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan kapabilitas atau kemampuan seseorang (Webster’1997) sehingga ia dapat berfungsi dalam cara-cara yang mendesak dan penting. John Wieman dan James Bradaac (1989), yang dikutip Gudykunst (1991 : 101) mengemukakan bahwa setiap hari kita menampilkan kompetensi dalam bentuk pernyataan yang sederhana misalnya ‘cukup memadai’ (adequate, sufficient, dan suitable). Yang dimaksudkan dengan, misalnya, kompetensi komunikator adalah sebuah kompetensi yang dimiliki oleh seorang komunikator, atau kemampuan tertentu, kemampuan yang cukup dari seorang komunikator untuk menghindari perangkap atau hambatan komunikasi, misalnya, mampu meminimalisasi kesalahpahaman, kekurangmengertian, dan memahami perbedaan sikap dan persepsi orang lain. Kompetensi komunikasi berdasar studi Spitzberg dan Cupach (1989) adalah kemampuan seseorang dalam tindak komunikasi secara efektif dan berhasil. Secara harfiah kompetensi berarti kecakapan tertentu, baik menyangkut keahlian, pengetahuan, otoritas yang melekat pada diri seseorang sesuai dengan yang dikerjakan (Andrik Purwasito, 2003 : 201). Dengan kata lain, kompetensi komunikasi menjadi sangat penting dijadikan landasan pemikiran komunikasi antarbudaya karena kompetensi mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan (contects) dalam memengaruhi kandungan isi pesan (contens) dan bentuk (pattern) pesan komunikasi. Misalnya, pengetahuan bahwa suatu topic mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dengan lingkungan yang lain. Pengetahuan tentang tatacara perilaku nonverbal, misalnya, kepatutan sentuhan, berbicara dalam jarak kedekatan fisik tertentu, merupakan bagian dari kompetensi komunikasi. ‘13 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kompetensi komunikasi juga suatu cara mempelajari dengan seksama cara orang lain berkomunikasi. Baik secara eksplisit maupun implicit sehingga mempelajari cara berkomunikasi tersebut memperluas dan memperdalam pengetahuan seseorang tentang apa yang perlu dilakukan dan kapan melakukannya. Cara berkomunikasi inilah yang disebut sebagai proses mempelajari komunikasi dalam konteks budaya. Pengertian yang dapat kita peroleh, yaitu semakin tinggi kompetensi seseorang, dalam hal penguasaan budaya sendiri dan budaya orang lain, maka semakin berhasil orang itu dalam tindak komunikasi. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kompetensi antarbudaya adalah kompetensi yang dimiliki oleh seseorang (baik secara pribadi, berkelompok, organisasi, atau dalam etnik dan ras) untuk meningkatkan kapasitas, ketrampilan, pengetahuan yang berkaitan dengan kebutuhan utama dari orangorang lain yang berbeda kebudayaannya (Alo Liliweri, 2007 : 262). Kompetensi antarbudaya merupakan suatu perilaku yang kongruen, sikap, struktur, juga kebijakan yang datang bersamaan atau menghasilkan kerja sama dalam situasi antarbudaya. Setiap kompetensi antarbudaya dari seorang individu tergantung pada institusi social, organisasi, kelompok kerja, dan tempat individu berada (secara fisik maupun social). Semua factor itu membentuk sebuah system yang memengaruhi kompetensi antarbudaya yang efektif. Jadi secara makro dapat dikatakan bahwa kompetensi antarbudaya merupakan tanggung jawab atas total system sebuah kebudayaan. Ada beberapa factor yang mendorong kita mempelajari kompetensi antarbudaya, yaitu : 1. Adanya perbedaan nilai antarbudaya, 2. Tata aturan budaya cenderung mengatur dirinya sendiri, 3. Kesadaran untuk mengelola dinamika perbedaan, 4. Pengetahuan kebudayaan yang sudah institusionalisasi, dan 5. Mengadaptasikan kekuatan semangat layanan dalam keragaman budaya demi melayani orang lain. ‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dengan kata lain, kompetensi antarbudaya itu tergantung pada konteks (Gudykunst, 1991). Konteks tersebut adalah : 1. Konteks verbal, misalnya berkaitan dengan pembentukan kata-kata, kalimat, dalam sebuah pernyataan dan topic; 2. Konteks relasi, yang menggambarkan penyusunan, tipe, dan gaya pesan dalam berkomunikasi dengan orang lain; 3. Konteks lingkungan fisik maupun social suatu masyarakat yang menggambarkan bentuk penerimaan dan penolakan tanda, symbol, ataupun pesan dalam komunikasi. Unsur – Unsur Kompetensi Kompetensi adalah kesan (Spitzberg & Cupach, 1984 : 115). Ia mengatakan bahwa pandangan menyeluruh tentang kompetensi komunikasi tidak boleh tidak harus disamakan dengan kesan dari seseorang yang menjadi lawan bicara kita. Misalnya, kadang-kadang saya melihat diri saya sebagai seseorang yang kompeten dan mengharapkan supaya orang lain akan mengatakan hal yang sama. Namun, di lain pihak harus diakui bahwa orang lain ‘di luar’ saya akan mengatakan hal yang mungkin sekali sangat berbeda tentang saya, atau tentang kompetensi saya. Apabila kita akan memahami kompetensi komunikasi maka pemahaman ini harus dilakukan dalam dua aspek, yaitu bagaimana saya melihat diri saya dan bagaimana orang lain memersepsi saya. Itulah yang membuat orang selalu menyebutkan bahwa kompetensi merupakan sebuah kesan, kalau tidak mau di katakan kompetensi berkaitan dengan citra. Terdapat beberapa implikasi dari pernyataan Spitzberg tersebut, antara lain : 1. Kompetensi tidak selalu harus actual sesuai dengan tampilan seseorang, kompetensi adalah sebuah ‘evaluasi” atas tampilan yang dilihat oleh orang lain. ‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Fakta bahwa “seseorang” telah mengevaluasi sesuatu yang mungkin saja evaluasi itu melenceng, bias, atau menarik sebuah kesimpulan yang salah; atau membuat perbedaan penilaian dengan menggunakan criteria yang sama, namun menghasilkan kompetensi yang berbeda. 3. Evaluasi itu harus dibentuk dengan merujuk pada sejumlah criteria, baik implisit maupun eksplisit. Evaluasi itu sendiri menjadi tidak dapat dipahami atau tidak valid karena tidak didukung oleh pengetahuan tentang criteria itu di susun. Sehingga tampilan yang sama, bisa jadi dikatakan berkompeten oleh suatu standar tertentu, namun tidak kompeten menurut criteria yang lain. Meskipun begitu, umumnya pembicaraan tentang kempetensi jelas menghendaki adanya suatu ketrampilan atau kecakapan yang dimiliki, di saat berkomunikasi dengan orang lain, dan ketepatan itu ditentukan pula oleh lawan bicara kita. Orang Jepang mengawali perkenalannya, dan bertanya “Berapa usia Anda?” maka ungkapan itu sama dengan kebiasaan yang dilakukan oleh orangorang di Amerika Utara. Orang Jepang yang lain mengamati percakapan demikian sebagai evaluasi yang tepat terhadap lawan bicara, atau mungkin sekedar basa-basi semata. Mungkin sekali, orang Amerika Utara akan melihat pertanyaan itu sebagai suatu yang kurang tepat di awal perkenalan antarpribadi. Dengan demikian maka banyak orang menggunakan standar yang berbeda atau bervariasi berdasarkan budaya masing-masing. Brian Spitzberg & William Cupach (1984) menampilkan tiga komponen kompetensi komunikasi, yaitu : 1. Motivasi Motivasi adalah daya tarik dari komunikator yang mendorong seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Jonathan H.Turner (1987) menegaskan bahwa hanya basic needs tertentu yang mendorong motivasi seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain. Di sini, kebutuhan diartikan sebagai pernyataan yang fundamental dari seorang manusia bagi manusia dan kemanusiaan. ‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Turner menegaskan beberapa kebutuhan dasar yang mendorong motivasi, antara lain : a. Kebutuhan manusia akan perasan aman (saya terdorong berkomunikasi karena saya tahu seseorang membutuhkan perlindungan); b. Kebutuhan akan rasa percaya terhadap orang lain (saya terdorong untuk menugaskan anda karena percaya anda mampu menjadi pemimpin); c. Kebutuhan akan keterlibatan kita dalam kelompok (saya terdorong untuk menjadi anggota suatu kelompok tertentu karena saya percaya kelompok itu dapat melibatkan saya); d. Kebutuhan kita untuk menjauhi kecemasan (saya terdorong untuk berkonsultasi dengan anda karena saya tahu saya cemas menghadapi ancaman terror); e. Kebutuhan kita untuk membagi pengalaman tentang dunia (karena saya terdorong untuk mengetahui informasi itu dari anda yang mempunyai internet); f. Kebutuhan kita terhadap factor pemuas seperti material dan simbolis (saya tersorong untuk berkomunikasi dengan anda karena saya tahu dapat membantu meminjami uang); g. Kebutuhan akan bertahannya konsep diri (saya terdorong bergaul dengan anda karena anda tahu betul saya mempertahankan diri saya). Pada umumnya tingkat kebutuhan manusia itu bervariasi dan setiap orang memiliki kombinasi kebutuhan dan hal itu menentukan kekuatan motivasi orang untuk berkomunikasi dengan orang lain. 2. Pengetahuan Pengetahuan menentukan tingkat kesadaran atau pemahaman seseorang tentang kebutuhan apa yang harus dilakukan dalam rangka komunikasi secara tepat dan efektif. Komponen pengetahuan turut menentukan kompetensi karena hal ini berkaitan dengan tingkat ‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kesadaran terhadap apa yang dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Ketika pertama kali kita berkenalan dengan seseorang maka yang kita perlukan adalah pengetahuan tentang orang tersebut, seperti sipakah orang itu? Dari mana dia berasal? Dan lain sebagainya. Dalam situasi seperti ini yang anda butuhkan adalah mengurangi tingkat ketidakpastian, kecemasan dan mencari informasi untuk mengisi pengetahuan anda tentang orang asing tersebut. Charles Berger (1979) mengutarakan tiga tipe umum strategi yang digunakan dalam mengurang ketidakpastian itu : a. Strategi Pasif. Menggunakan strategi pasif untuk mengetahui orang lain dengan menjadikan diri sendiri sebagai seorang pengamat. Misalnya, mengamati bagaimana cara dia berkomunikasi dengan orang lain, cara dia menyapa dan bercakap-cakap. b. Strategi Aktif. Strategi yang dilakukan untuk mencari tahu pribadi seseorang dengan mencari informasi dari orang-orang terdekatnya atau bahkan bisa melalui literature yang menjelaskan berbagai stereotip mengenai kelompok-kelompok tertentu. c. Strategi Interaktif. Strategi dimana anda berhubungan langsung dengan orang tersebut secara aktif sehingga dapat menekan bias informasi yang salah mengenai orang itu. 3. Ketrampilan Untuk mengurangi ketidakpastian maka dapat dilakukan melalui tiga ketrampilan, kemampuan yaitu: empati, berperilaku seluwes mungkin, dan untuk mengurangi situasi ketidakpastian itu sendiri. Berkomunikasi tidak identik dengan asal bicara atau asal tulis. Berkomunikasi yang baik itu menyangkut ketrampilan bertukar pesan secara sempurna. Apabila pertukaran itu tidak tercapai maka manusia yang berkomunikasi ibarat manusia yang terisolasi dalam lingkungan yang sempit. ‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Beer, Jennifer, Intercultural Communication at Work, Washington, 1997. 2. Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, Komunikasi Antarbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003. 3. Rumondor, Alex dkk, Komunikasi Antarbudaya, Universitas Terbuka, Jakarta, 1996. 4. Mulyana, Deddy, Komunikasi Efektif; Suatu Pendekatan Lintasbudaya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004. ‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Dicky Andika Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id