Modul Psikologi Komunikasi [TM13]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Komunikasi
Karakter dan Konsep Diri
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Markom &
Periklanan
Komunikasi
Tatap Muka
13
Kode MK
Disusun Oleh
85006
Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si.
Abstract
Kompetensi
Konsep diri merupakan faktor penting didalam
berinteraksi. Setiap individu dapat saja menyadari
keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan
tetapi yang lebih penting adalah menyadari
seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki
serta bagaimana harus bersikap terhadap
keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat
bergantung pada kualitas konsep dirinya
yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.
Mahasiswa mampu memahami konsep karakter
dan potensi diri
intrapribadi
atau
komunikasi
intrapersonal
adalah
penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri antara self
dengan God. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim
sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses
internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk
komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses
psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya
komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang
saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang
lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak
persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun
obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami
diri pribadi diantaranya adalah;berdo'a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau
perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan
berimajinasi secara kreatif.
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi
dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku
kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri
pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas
spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri,
proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda
(multiple selves).
Elemen – elemen konsep kesadaran diri
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita
lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan
peran sosial.
2. Karakteristik Pribadi
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita
mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan,
tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada
kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri
sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu
2015
2
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila
pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
3. Karakteristik Sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita
dengan orang lain (ramah atau ketus,ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau
pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran
sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan
dalam masyarakat tertentu.
4. Peran Sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan
hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial
ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita
mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun
sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda
(mutiple selves).
5. Identitas Diri Yang Berbeda
Identitas berbeda atau multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai
aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi
antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
a. Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi
orang lain terhadap kita (meta persepsi).
b. Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu
saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan
bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri)
Contohnya saat orang gemuk berusaha untuk menjadi langsing untuk
mencapai gambaran tentang dirinya yang ia idealkan.
Proses Pengembangan Kesadaran Diri
Proses pengembangan kesadaran diri ini diperoleh melalui tiga cara, yaitu;
a. Cermin diri (reflective self) terjadi saat kita menjadi subyek dan obyek diwaktu
yang bersamaan, sebagai contoh orang yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi biasanya lebih mandiri.
b. Pribadi sosial (social self) adalah saat kita menggunakan orang lain sebagai
kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi saat kita berinteraksi.
Dalam interaksi, reakasi orang lain merupakan informasi mengenai diri kita,
dan kemudian kita menggunakan informasi tersebut untuk menyimpulkan,
mengartikan, dan mengevaluasi konsep diri kita. Menurut pakar psikologi
2015
3
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jane Piaglet, konstruksi pribadi sosial terjadi saat seseorang beraktivitas
pada lingkungannya dan menyadari apa yang bisa dan apa yang tidak bisa ia
lakukan
Contoh: Seseorang yang optimis tidak melihat kekalahan sebagai salahnya,
bila ia mengalami kekalahan, ia akan berpikir bahwa ia mengalami nasib sial
saja saat itu, atau kekalahan itu adalah kesalahan orang lain. Sementara
seseorang yang pesimis akan melihat sebuah kekalahan itu sebagai
salahnya, menyalahkan diri sendiri dalam waktu yang lama dan akan
memengaruhi apapun yang mereka lakukan selanjutnya, karena itulah
seseorang yang pesimis akan menyerah lebih mudah.
c. Perwujudan
diri
(becoming
self).
Dalam
perwujudan
diri (becoming
self) perubahan konsep diri tidak terjadi secara mendadak atau drastis,
melainkan terjadi tahap demi tahap melalui aktivitas serhari hari kita.
Walaupun hidup kita senantiasa mengalami perubahan, tetapi begitu konsep
diri kita terbentuk, teori akan siapa kita akan menjadi lebih stabil dan sulit
untuk diubah secara drastis.
Contoh, bila kita mencoba mengubah pendapat orang tua kita dengan
memberi tahu bahwa penilaian mereka itu harus diubah - biasanya ini
merupakan usaha
yang sulit. Pendapat pribadi kita akan 'siapa saya'
tumbuh menjadi lebih kuat dan lebih sulit untuk diubah sejalan dengan
waktu dengan anggapan bertambahnya umur maka bertambah bijak pula
kita.Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya
hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi,
karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Konsep diri merupakan faktor penting d idalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh
setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep
diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih
mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta
mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah
laku yang dapat diterima oleh lingkungan. Dengan demikian manusia memiliki
kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap
individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi
yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki
serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu
2015
4
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep
diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
1. Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan
subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
2. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan
tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan
kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup.
Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang
terhadap orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau
penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa
yang telah dikerjakan sebelumnya.
4. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses
refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik
sebagai berikut:
1. Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari
orang lain sebagai proses refleksi diri.
2. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap
tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu
mendapat penghargaan.
3. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap
orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
4. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan
terhadap orang lain.
5. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa
kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
Sebagai sebuah konstruk psikologi, konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli.
Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya, mendefinisikan konsep diri sebagai “suatu
pemahaman mengenai diri atau ide tentang konsep diri.“ Santrock (1996) menggunakan
istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari konsep diri. Sementara itu,
2015
5
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga
bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-harapan
seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya.
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri
kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984), mendefisikan konsep diri sebagai
sistem yang dinamis dan kompleks diri keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
termasuk sikap, perasaan, persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu
tersebut. Sementara itu, Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan
individu
akan
dimensi
fisiknya,
karakteristik
pribadinya,
motivasinya,
kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebagainya.
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah
gagasan tentang konsep diri yang mencakup keyakinan, pandangan dan penilaian
seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat
konsep diri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang konsep diri, dan bagaimana
kemampuan berpikir seseorang. Setelah ter-install, konsep diri akan masuk ke pikiran
bawah sadar dan akan berpengaruh terhadap tingkat kesadaran seseorang pada suatu
waktu. Semakin baik atau positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia
mencapai keberhasilan. Sebab, dengan konsep diri yang baik/positif, seseorang akan
bersikap optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh
percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap
dan berpikir secara positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negatif konsep diri, maka akan
semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek/negatif akan
mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal sehingga tidak berani mencoba
hal-hal yang baru dan menantang, merasa diri bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berguna,
pesimis, serta berbagai perasaan dan perilaku inferior lainnya.
Dimensi Konsep Diri
Para ahli psikologi juga berbeda pendapat dalam menetapkan dimensi-dimensi konsep diri.
Namun, secara umum sejumlah ahli menyebutkan 3 dimensi konsep diri, meskipun dengan
menggunakan istilah yang berbeda-beda. Calhoun dan Acocella (1990) misalnya,
menyebutkan dimensi utama dari konsep diri, yaitu: dimensi pengetahuan, dimensi
pengharapan, dan dimensi penilaian. Paul J. Cenci (1993) menyebutkan ketiga dimensi
2015
6
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
konsep diri dengan istilah: dimensi gambaran diri (sell image), dimensi penilaian diri (selfevaluation), dan dimensi cita-cita diri (self-ideal). Sebagian ahli lain menyebutnya dengan
istilah: citra diri, harga diri dan diri ideal.
Pengetahuan. Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang
konsep diri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri
saya. Gambaran diri tersebut pada gilirannya akan membentuk citra. diri. Gambaran diri
tersebut merupakan kesimpulan dari: pandangan kita dalam berbagai peran yang kita
pegang, seperti sebagai orangtua, suami atau istri, karyawan, pelajar, dan seterusnya;
pandangan kita tentang watak kepribadian yang kita rasakan ada pada diri kita, seperti jujur,
setia, gembira, bersahabat, aktif, dan seterusnya; pandangan kita tentang sikap yang ada
pada diri kita; kemampuan yang kita miliki, kecakapan yang kita kuasai, dan berbagai
karakteristik lainnya yang kita lihat melekat pada diri kita. Singkatnya, dimensi pengetahuan
(kognitif) dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita
sebagai pribadi, seperti “saya pintar”, “saya cantik”, “saya anak baik”, dan seterusnya.
Persepsi kita tentang diri kita seringkali tidak sama dengan kenyataan adanya diri yang
sebenarnya. Penglihatan tentang diri kita hanyalah merupakan rumusan, definisi atau versi
subjektif pribadi kito tentang diri kita sendiri. Penglihatan itu dapat sesuai atau tidak sesuatu
dengan kenyataan diri kita yang sesungguhnya. Demikian juga, gambaran diri yang kita
miliki tentang diri kita seringkali tidak sesuai dengan gambaran orang lain atau masyarakat
tentang diri kita. Sebab, di hadapan orang lain atau masyarakat kita seringkali berusaha
menyembunyikan atau menutupi segi-segi tertentu dari diri kita untuk menciptakan kesan
yang lebih baik. Akibatnya, di masa orang lain atau masyarakat kita kerap tidal, tampak
sebagaimana kita melihat konsep diri (Centi, 1993).
Gambaran yang kita berikan tentang diri kita juga tidak bersifat permanen, terutama
gambaran yang menyangkut kualitas diri kita dan membandingkannya dengan kualitas diri
anggota kelompok kita. Bayangkan bila Anda memberi gambaran tentang diri Anda sebagai
“anak yang pandai” karena Anda memiliki nilai tertinggi ketika lulus dari suatu SMA. Namun,
ketika Anda memasuki suatu perguruan tinggi yang sangat sarat dengan persaingan dan
merasakan diri Anda dikelilingi oleh siswa-siswa dari sejumlah SMA lain yang lebih pandai,
maka tiba-tiba Anda mungkin merubah gambaran diri Anda sebagai “mahasiswa yang tidak
begitu pandai”.
Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan mau diri yang dicitacitakan dimasa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita
sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang
kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai
2015
7
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri
yang dicita-citakan.
Cita-cita diri (self-ideal) terdiri alas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau
menjadi manusia seperti apa yang kita inginkan. Tetapi, perlu diingat bahwa cita-cita diri
belum tentu sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dimiliki seseorang. Meskipun
demikian, cita-cita diri Anda akan menentukan konsep diri Anda dan menjadi faktor paling
penting dalam menentukan perilaku Anda. Hlarapan atau cita-cita diri Anda akan
membangkitkan kekuatan yang mendorong Anda menuju masa depan dan akan memandu
aktivitas Anda dalam perjalanan hidup Anda. Apapun standar diri ideal yang Anda tetapkan,
sadar atau tidak Anda akan senantiasa berusaha untuk dapat memenuhinya.
Oleh sebab itu, dalam menetapkan standar diri ideal haruslah lebih realistis, sesuai dengan
potensi atau kemampuan diri yang dimiliki, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah.
Adalah sangat tidak realistis.
Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian konsep diri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai
pribadi. Menurut Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai
tentang diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan: 1) pengharapan bagi diri kita
sendiri (saya dapat menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya
seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilaian tersebut membentuk apa yang disebut
dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai konsep diri. Orang yang hidup
dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri—yang menyukai siapa dirinya,
apa yang sedang dikerjakannya, dan akan kemana dirinya – akan memiliki rasa harga diri
yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari standar dan
harapan-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang rendah (lowself-esteem). Dengan
demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk penerimaan terhadap diri (selfacceptance), serta harga diri (self-esteem) seseorang.
Konsep diri kita memang tidak pernah terumuskan secara jelas dan stabil. Pemahaman diri
selalu berubah-ubah, mengikuti perubahan pengalaman yang terjadi hampir setiap saat.
Seorang siswa yang memiliki harga diri tinggi tiba-tiba dapat berubah menjadi rendah diri
ketika gagal ujian dalam suatu mata pelajaran penting. Sebaliknya, ada siswa yang kurang
berprestasi dalam studi dan dihinggapi rasa rendah diri, tiba-tiba merasa memiliki harga diri
tinggi ketika ia berhasil memenangkan suatu lomba seni atau olah raga.
Konsep Diri dan Perilaku
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang.
Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari keseluruhan perilakunya.
2015
8
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Artinya, perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri.
Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup
kemampuan untuk melakukan suatu tugas, maka seluruh perilakunya Akan menunjukkan
ketidakmampuannya tersebut. Menurut Felker (1974), terdapat tiga peranan penting konsep
diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu:
Pertama, self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri memainkan peranan
dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang. Individu senantiasa berusaha untuk
mempertahankan keselarasan batinnya. Bila individu memiliki ide, perasaan, persepsi atau
pikiran yang tidak seimbang atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis
yang tidak menyenangkan. Untuk
menghilangkan ketidakselarasan tersebut, individu
mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan kesesuaian antara
individu dengan lingkungannya. Cara menjaga kesesuaian tersebut dapat dilakukan dengan
menolak gambaran yang diberikan oleh lingkungannya mengenai dirinya atau individu
berusaha mengubah dirinya seperti apa yang diungkapkan likungan sebagai cara untuk
menjelaskan kesesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Kedua, self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri menentukan bagaimana
individu memberikan penafsiran atas pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan
individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu tersebut dalam menafsirkan
pengalamannya. Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu
dengan individu lainnya, karena masing-masing individu mempunyai sikap dan pandangan
yang berbeda terhadap diri mereka. Tafsiran negatif terhadap pengalaman hidup
disebabkan oleh pandangan dan sikap negatif terhadap dirinya sendiri. Sebaliknya, tafsiran
positif terhadap pengalaman hidup disebabkan oleh pandangan dan sikap positif terhadap
dirinya.
Ketiga, self-concept as set of expectations. Konsep diri juga berperan sebagai penentu
pengharapan individu. Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Bahkan McCandless
sebagaimana dikutip Felker (1974) menyebutkan bahwa konsep diri seperangkat harapanharapan dan evaluasi terhadap perilaku yang merujuk pada harapan-harapan tersebut.
Siswa yang cemas dalam menghadapi ujian akhir dengan mengatakan “saya sebenamya
anak bodoh, pasti saya tidak akan mendapat nilai yang baik”, sesungguhnya sudah
mencerminkan harapan apa yang akan terjadi dengan hasil ujiannya. Ungkapan tersebut
menunjukkan keyakinannya bahwa ia tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh nilai
yang baik, Keyakinannya tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif terhadap
dirinya sendiri. Pandangan negatif terhadap dirinya menyebabkan individu mengharapkan
tingkah keberhasilan yang akan dicapai hanya pada taraf yang rendah. Patokan yang
rendah tersebut menyebabkan individu bersangkutan tidak mempunyai motivasi untuk
mencapai prestasi yang gemilang (Pudjijogyanti, 1988).
2015
9
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius
2. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Oleh Drs. Jalaluddin rakhmat M.sc. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya - Bandung.
2015
10
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download