Modul Psikologi Komunikasi [TM11]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Komunikasi
Psikologi Komunikator
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Markom &
Periklanan
Abstract
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
85006
Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si.
Kompetensi
PSIKOLOGI PESAN
Bahasa merupakan kumpulan kata-kata, kita dapat mengatur perilaku orang lain.
Kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the power of words. Inilah yang membedakan
manusia dengan binatang. Setiap kalimat dalam bahasa memiliki pesan didalamnya,
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistic. Tetapi
manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan dengan bahasa,
misalnya dengan isyarat; ini kita sebut pesan ekstralinguistik. Kita akan membicarakan
pesan linguistic dengan menguraikan ihwal bahasa, hubungan bahasa dengan persepsi dan
berfikir, makna dan teori general sematic dari Korzyski yang menganalisa proses
penyandian (encoding). Pesan paralinguistic dan pesan ekstralinguistic akan kita uraikan
dalam satu bagian yang kita sebut saja pesan nonverbal.
1. PESAN LINGUISTIK
Apakah bahasa itu?
Ada
dua
cara
untuk
mendefinisikan
bahasa:
fungsional
dan
formal.
Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa diartikan sebagai
“alat yang dimiliki bersama untuk mengungkakan gagasan” (socially shared means for
exspressing ideas). Kita tekankan “socially shared”, karena bahasa dapat dipahami bila ada
kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Katakata, seperti kita ketahui, diberi arti secara arbitner (semaunnya) oleh klompok-kelompok
sosial.
Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat
dibuat menurut peraturan tata bahasa (all the conceivable sentences tahat could be
generated according to the rules of its grammar). Setiap bahasa mempunyai bagaimana
kata-kata harus disusun dan dirangkai supaya memberikan arti. Kalimat dalam bahasa
dengan
Inggris
tata
bahasa,
bahasa-bahasa
yang
: Di mana dapat saya menukar beberapa uang?
Where can I change some money?
Prancis
: Di mana dapat saya menukar dari uang itu?
Ou puis-je change de I’argent?
Jerman
2015
2
: Di mana dapat saya Sesuatu uang menukar?
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lain
sebagai
berikut:
Wo kann ich etwasGeld wechseln?
Spanyol
: Di mana dapat menukar uang?
Donde puedo cambiar dinero?
Tata bahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan sematik. Menurut George A.Miller
(1974:8), untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama, kita harus
memiliki informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa itu. Misalnya, kita harus
sanggup membedakan bunyi “th” dalam “the” dengan “th” dalam “think”. Pada tahap kedua,
kita harus memiliki pengetahuan sintaksis tentang cara pembentukan kalimat. Misalnya
dalam bahasa inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat nominal. Pada
tahap ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata.
Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada tahap keempat, kita
harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia yang
kita bicarakan. Akkhirnya, pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam si stem
kepercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
Tiga tahap pertama khusus dibicarakan oleh ahli-ahli bahasa. Pada dua tahap terakhirlah
psikolog menaruh perhatiannya. Psikolingis menelaah peranan konsep dan kepercayaan
dalam menggunakan dan memahami pesan.
BAGAIMANA KITA DAPAT BERBAHASA
Menurut teori belajar anak-anak memiliki kemampuan berbahasa melalui tiga proses,
yaitu: asosiasi, imitasi dan pengetahuan. Asosiasi berati melazimkan suatu bunyi dengan
objek tertentu. Imitasi berati menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya.
Peneguhan diungkapkansebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak
mengucapkan kata-kata dengan benar.
Menurut Noam Chomsky, setiap anak mampumenggunakan bahasa karena adanya
pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogram secara genetic dalam
otak kita. Ia menyebut pengetahuan ini sebagai L.A.D. — Linguistic Acquision Devin.
L.A.D.tidak menganduk kata, arti dan gagasan, tetapi hanyalah satu sistem yang
memungkinan
manusia
menggabungkan
komponen-komponen
bahasa.
BAHASA DAN PROSES BERFIKIR
Orang amerika mengatakan “a clock runs” (jam berlari), orang Indonesia menyebutkan
“waktu berjalan”, orang spanyol juga mengatakan”el reloj anda” (jam berjalan). Apakah ini
2015
3
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
berarti ada perbedaan persepsi tentang waktu? Apakah ini menyebabkan orang-orang
amerika selalu bergegas-gegas dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya sebelum keburu
hilang, sedangkan kita-dan kawan-kawan kita dari Amerika Latin-memandang hidup lebih
santai, sering menangguhkan pekerjaan, karena toh jam hanya berjalan dan tidak berlari?
untuk mengatakan bahwa waktu yang ditentukan tidak terasa hampir lewat, kita masih
berkata, ”waktu berjalan cepat” (walaupun cepat, waktu tetap berjalan); orang Amerika
mengatakannya, “we’re running out of time”. Perhatikan kalimat-kalimat Inggris di bawah ini
dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia:
I broke my legs
Kaki saya patah
O, I burned my finger
oh, jariku terbakar
I missed the bus
I lost my money
saya ketinggalan bis
uang saya hilang
Kita melihat dalam kalimat-kalimat Inggris, pelaku adalah diriku sendiri. Kita mengatakan
kaki yang patah, mereka menyebutkan mereka mematahkan kakinya. Saya membakar
jariku”. Tetapi begitulah cara mereka menggungkapkan maksud bahwa jari mereka terbakar.
Tidaklah ini berarti kita cendrung menyalahkan hal-hal di luar diri kita? Kalau kita terlambat,
itu salah bis. Kalau kita tidak hati-hati, bukan kita yang menghilangkan uang, tapi uang itu
yang hilang dari kita. Apakah ini menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang tidak
bertanggung jawab? Betulkah tidak adanya ”tenses” dalam bahasa Indonesia menunjukkan
kita tidak mempersepsi faktor waktu seperti persepsi orang-orang Amerika atau Prancis?
Bila kita mencoba menjawab pertanyaan di atas, kita sedang menghubungkan bahasa dan
berpikir-atau lebih khusus, bahasa dan persepsi kita tentang realitas sosial. Menurut salah
satu teori- Iprinciple of linguistic relativity- bahasa menyebabkan kita memandang realitas
sosial dengan cara tertentu. Teori ini dikembangkan oleh von Humboldt, Sapir, Whorf, dan
Cassier. Dari sekian nama itu, Whorf yang tampaknya paling menyebut perhatian. Whorf
sebetulnya ”tersandung” memepelajari linguistik, padahal ia seorang insinyur dan
pengusaha. Kini umumnya orang menyebutkan teori yang menjelaskan hubungan bahasa
dengan berfikir ini sebagai teori Whorf (Whorfian Hyphotesis). Edward Sapir, guru Benjamin
L.Whorf, menulis.
Bahasa adalah pandu realitas sosial. Walaupun bahasa tidak dianggap sebagai hal yang
sangat diminati ilmuan sosial, bahasa secara kuat mengkondisikan pikiran tentang masalah
dan proses sosial. Manusia tidak hidup hanya dalam dunia objektif, tidak hanya dalam dunia
kegiatan sosial seperti yang biasa dipahaminya, tetapi ia sangat ditentukan oleh bahasa
2015
4
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tertentu yang menjadi medium pernyataan bagi masyarakatnya. Tidak ada dua bahasa yang
cukup sama untuk dianggap mewakili kenyataan sosial yang sama. Dunia tempat tinggal
berbagai masyarakat, bukan semata-mata dunia tidak sama dengan merek yang berbeda.
Secara singkat teori ini dapat disimpulkan bahwa pandangan kita tentang dunia dibentuk
oleh bahasa; dan karena bahasa berbeda, pandangan berbeda, pandangan kita tentang
dunia pun berbeda pula. Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti
yang telah diperogam oleh bahasa yang kita pakai. Dengan begitu, masyarakat yang
menggunakan bahasa yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
KATA-KATA DAN MAKNA
Ada beberapa yang secara khusus mengulas makna seperti The Meaning of Meaning dan
Understanding Understanding, tetapi isinay menurut Fisher, lebih sedikit dari apa yang
ditawarkan judulnya. Ulasan yang agak mendalam biasanya ditawarkan filsafat. Sejak Palto,
John Locke, Wittgentein, sampai Brodbeck (1963), makna dimaknakan dengan uraian yang
lebih sering membingungkan dari pada menjelaskan.
Mungkin Brodbeck merupakan pengecualian. Ia menjernihkan pembicaraan dengan
membagi makna pada tiga corak. Perdebatan tidak selesai, sering kali karena orang
mengacukan makna ketiga corak tersebut.
Makna yang pertama adalah makna inferensiaal, yakni makna satu kata (lambang) adalah
objek. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh dihubungkan
dengan konsep-konsep lain. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yaitu makna
yang dimaksudkan oleh seorang pemakai lambang.
2. PESAN NON VERBAL
Orang mengungkapkan penghormatan kepada orang lain dengan cara yang bermacammacam. Orang Arab menghormati orang asing dengan memeluknya. Orang-orang Polinesia
menyalami orang lain dengan saling memeluk dan mengusap punggung. Orang Jawa
menyalami orang yang dihormatinya dengan sungkem, Orang Jawa duduk bersila
menyambut kedatangan orang yang mulia; orang belanda malah berdiri tegak.
Tepuk tangan, pelukan, usapan, duduk, dan berdiri tegak adalah pesan nonverbal yang
menerjemahkan gagasan, keinginan, atau maksud yang terkandung dalam hati kita.
2015
5
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
FUNGSI PESAN NONVERBAL
Betapapun kekurangannya-seperti disindir Korzybski dan kawan-kawan-bahasa telah
sanggup menyampaikan informasi kepada orang lain. Dalam hubungannya dengan bahasa,
mengapa pesan nonverbal masih dipergunakan? Apa fungsi peran nonverbal? Mark
L.Knapp (1972:9-12) menyebutkan lima fungsi nonverbal;
1.
Repetisi-mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya,
setelah sayamenjelaskan penolakansaya, saya menggelengkan kepala berkali-kali.
2.
Subtitusi-menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah katapun
anda berkata. Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3.
Kontradiksi-menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan
verbal. Misalnya, anda memang hebat.
4.
Komplemen- melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air
muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
5.
Aksentuasi- menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinnya. Misalnya, anda
mengungkapkan
3.
betapa
jengkelnya
anda
dengan
memukul
mimbar.
ORGANISASI, STRUKTUR DAN IMBAUAN PESAN
a. Organisasi Pesan
Aristoteles, dalam buku klasik tentang komunikasi De Arte Rhetorica, menerangkan peranan
taxsis dalam memperkuat efek pesan persuasive. Yang dimaksud dengan taxsis adalah
pembagian atau rangkaian penyusunan pesan. Ia menyarankan agar setiap pembicaraan
disusun
menurut
urutan:
pengantar,
pertanyaan,
argument,
dan
kesimpulan.
Pada tahun 1952, Beighley meninjau kembali berbagai penelitian yang ,membandingkan
efek pesan yang tersusun dengan pesan yang tidak tersusun. Ia menemukan bukti yang
nyata yang menunjukkan bahwa pesan yang diorganisasikan dengan baik lebih mudah
dimengerti
2015
6
dari
pada
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
pesan
yang
tidak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersusun
dengan
baik.
Alan H.Monroe pada akhir tahun 1930-an. Menyarankan lima langkah dalam penyusunan
pesan:
1)
attention (perhatian)
2)
need (kebutuhan)
3)
satisfaction (pemuasan)
4)
visualization (visualisasi)
5)
action (tindakan)
Jadi, bila anda ingin mempengaruhi orang lain, rebutlah lebih dahulu perhatiannya,
selanjutnya bangkitkan kebutuhannya, berikan petunjuk bagaimana cara memuaskan
kebutuhan itu, gambarkan dalam pikirannya keuntungan dan kerugian apa yang akan
diperolehnnya bila ia menerapkan atau tidak menerapkan gagasan anda, dan akhirnya
doronglah dia untuk bertindak.
b. Sturuktur Pesan
Bayangkan Anda harus menyampaikan informasi di hadapan khalayak yang tidak sefaham
dengan anda. Anda harus menentukan apakah bagian penting dari argumentasi anda yang
harus didahulukan atau bagian yang kurang penting. Ataukah kita harus membiarkan hanya
argument-argument yang menunjang kita saja atau harus membicarakan yang pro dan
kontra sekaligus. Untuk menjawab sekaligus pertanyaan yang pertama banyak penelitian
telah dilakukan disekitar konsep primacy-recency. Koehler et al.(1978:170-172), dengan
mengutip
·
Cohen,
menyebutkan
kesimpulan
penelitian
tersebut
sebagai
berikut:
Bila pembicara menyajikan dua sisi persoalan (yang pro dan kontra), tidak ada
keuntungan untuk berbiacara yang pertama, karena berbagai kondisi(waktu, khalayak,
tempat dan sebagainnya) akan menentukan pembicara yang paling berpengaruh..
·
Bila pendengar secara terbuka memihaksatu sisi argument, sisi yang lain tidak
mungkin mengubah posisi mereka. Sikap nonkompromistis ini mungkin timbul karena
kebutuhan untuk mempertahankan harga diri. Mengubah posisi akan membuat orang
kelihatan
·
tidak
konsisten,
mudah
dipengaruhi
dan
bahkan
tidak
jujur.
Jika pembicara menyajiakan dua sisi persoalan, kita biasanya lebih mudah
dipengaruhi oleh sisi yang disajikan lebih dahulu. Jika ada kegiatan diantara penyajian, atau
jika kita diperingati oleh pembicara tentang kemungkinan disesatkan orang, maka apa yang
dikatakan terakhir akan lebih banyak memberikan efek. Jika pendengar tidak tertarik pada
subjek pembicaraan kecuali setelah menerima informasi tentang hal itu, mereka akan sukar
2015
7
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mengingat dan menerapkan informasi tersebut. Sebaliknya, jika mereka sudah tertarik pada
suatu
·
persoalan
,
mereka
akan
mengigatnya
baik-baik
dan
menerapkannya.
Perubahan sikap lebih sering terjadi jika gagasan yang dikehendaki. Atau yang
diterima disajikan sebelum gagasan yang kurang dikehendaki. Jika pada awal penyajian,
komunikator menyampaikan gagasan yang menyenagkan kita, kita akan cenderung dan
memperhatikan dan menerima pesan-pesan berikutnya. Sebaliknya, jika ia memulai dengan
hal-hal yang tidak menyenagkan kita, kita akan menjadi kristis dan cenderung menolak
gagasan berikutnya, betapapun baiknya.
·
Urutan pro-kon efektif dari pada urutan kon-pro bila digunakan oleh sumber yang
memiliki otoritas dan dihormati oleh khalayak.
·
di
Argumen yang terakhir didengar akan lebih efektif bila ada jangka waktu cukup lama
antara
dua
pesan,
dan
pengujian
segera
terjadi
setelah
pesan
kedua.
c. Imbauan Pesan (Message Appeals)
Bila pesan-pesan kita dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain maka kita harus
menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong prilaku komunikate. Dengan
perkataan lain, kita secara psikologis mengimbau khalayak untuk menerima dan
melaksanakan gagasan kita. Dalam uraian kita yang terakhir ini, kita akan membicarakan
imbauan rasional, imbauan emosional, imbauan takut, imbauan ganjaran dan imbauan
motivasional.
Imbauan rasional didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada dasarnya makhluk
rasional yang baru bereaksi pada imbauan rasional, bila imbauan rasional tidak ada.
Menggunakan imbauan rasional artinya menyakinkan orang lain dengan pendekatan logis
atau penyajian bukti-bukti.
Imbauan emosional menggunakan persyaratan –persyaratan atau bahasa yang menyentuh
emosi komunikate.Imbauan takut menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam,
atau meresahkan. Imbauan ganjaran menggunakan rujukan yang menjanjikan komunikate
sesuatu yang mereka perlukan atau yang menjanjikan komunikate Sesuatu yang mereka
perlukan atau yan mereka inginkan. Imbauan motivasional menggunakan imbauan motif
(motive appeals) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia.
2015
8
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius
2. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Oleh Drs. Jalaluddin rakhmat M.sc. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya - Bandung.
2015
9
Psikologi Komunikasi
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download