Modul Psikologi Komunikasi [TM1]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Psikologi
Komunikasi
Ruang Lingkup Psikologi
Komunikasi
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Markom &
Periklanan
Tatap Muka
01
Kode MK
Disusun Oleh
85006
Wulansari Budiastuti,S.T.,M.Si.
Abstract
Kompetensi
Psikologi komunikasi
berusaha menguraikan,
meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental
dan behavioral dalam komunikasi. Dalam
psikologi komunikasi diajak belajar mengenai
bagaimana kita memahami komunikasi yang
efektif.
Mahasiswa mampu memahami ruang lingkup
psikologi komunikasi.
Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Telah banyak dibuat definisi komunikasi. Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam
kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha ‘menimbulkan respons melalui lambanglambang verbal’ ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.
Raymond S. Ross (1974) mengartikan komunikasi merupakan proses transaksional yang
meliputi pemisahan, dan pemilihan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa
sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau
respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.
Kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science, menyebutkan beberapa pengertian
komunikasi:
1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam
sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesat oleh organisme.
3. Pesan yang disampaikan.
4. Teori Komunikasi,proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem
yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan
5. Menurut K.Lewin, pengaruh satu wilayah persona pada wilayah persona yang lain
sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan
pada wilayah yang lain
Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak,
pada peristiwa penerimaan dan pengelolaan informasi, pada proses saling pengaruh di
antara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme. Ruang lingkup
psikologi komunikasi, disini kita mengulas karakteristik manusia komunikan, kita
akan diperkenalkan hanya dengan komunikasi antara manusia yang diuraikan dalam sistem
komunikasi interpersonal, dan kemudian akan diperkenalkan pada komunikasi kelompok.
Sesuai dengan perkembangan teknologi komunikasi, kita akan membicarakan komunikasi
massa.
Akhirnya, komunikasi boleh ditunjukan untuk memberikan informasi, menghibur atau
mempengaruhi. Yang ketiga, lazim disebut komunikasi persuasif, amat erat kaitannya
dengan psikologi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses memengaruhi dan
mengendalikan
perilaku
orang
lain
melalui
pendekatan
psikologi. Dengan
demikian, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan,
dan mengendalikan peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental
adalah ‘internal mediation of stimuli’, sebagai akibat berlangsungnya komunikasi. Peristiwa
behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
2016
2
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi: antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi,
linguistik, psikologi, matematik, filsafat dan sebagainya. Yang agak menetap mempelajari
komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi. Sosiologi mempelajari interaksi sosial.
Interaksisosial harus didahului dengan kontak dan komunikasi. Oleh karena itu setiap buku
komunikasi harus menyinggung komunikasi. Dalam dunia modern teknologi komunikasi
telah berkembang begitu rupa sehingga tidak ada satu masyarakat modern yang mampu
bertahan tanpa komunikasi.
Fisher menyebut empat ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Sensory receptionof
stimuli(penerimaan stimuli secara inderawi), Internal mediation of stimuli (proses yang
mengantarai
stimulus
dan
respon),
Prediction
of
response (prediksi
respon), dan
Reinforment of responses (peneguhan respon).
Psikologi komunikasi melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa yang telah lewat
dapat meramalkan respons yang akan datang. Psikologi komunikasi adalah ilmu yang
berusaha menguraikan meramalkan dan mengendalikan sifat mental dan behavioral dalam
komunikasi
(George
A.
Miller).
Psikologi sosial adalah
usaha
untuk
memahami,
menjelaskan, dan meramalkan bagaimana pikiran, perasaan dan tindakan individu
dipengeruhi oleh apa yang dianggapnya pikiran, perasaan dan tindakan oranglain (yang
kehadirannya boleh jadi sebenarnya, dibayangkan, atau disiratkan).
Satu pendekatan psikologi komunikasi lagi yang berbeda :
1. Menyingkirkan semua sikap memihak dan semua usaha menilai secara normatif
(mana yang benar, mana yang salah).
2. Ketika merumuskan prinsip-prinsip umum, psikolog komunikasi harus menguraikan
kejadian menjadi satuan-satuan kecil untuk dianalisis.
3. Psikolog komunikasi berusaha memahami peristiwa komunikasi dengan memahami
keadaan internal (internal state).
Manfaat Penggunaan Psikologi Komunikasi
Melalui pemahaman psikologi komunikasi, kita akan belajar tentang bagaimana kita
memahami komunikasi yang efektif. Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi
yang efektif menimbulkan 5(lima) hal, yaitu ;
1. Pengertian
Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh
komunikator.Dalam konteks ini, seringkali pertengkaran atau konflik terjadi karena
pesan kita diartikan lain oleh orang yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi
pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer (primary breakdown in
2016
3
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
communication). Disinilah
peran
diperlukannya
pemahaman
tentang
psikologi
komunikasi.
2. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
pengertian. Misalnya ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, dan menyapa ‘apa
kabar?’, kita
tidak bermaksud
mencari
keterangan.
Komunikasi
seperti
ini
dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, yang lazim disebut komunikasi fatis
(phatic communication). Komunikasi seperti ini menjadikan hubungan kita hangat,
akrab, dan menyenangkan. Dalam Analisis Transaksional ini disebut “ Saya Oke –
Kamu Oke”. Ini memerlukan psikologi psikologi tentang sistem komuniaksi
interpersonal.
3. Mempengaruhi sikap
Kita paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain. Misalnya :
1. Khotib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong
jemaah untuk beribadah lebih baik.
2. Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada konstituennya.
3. Guru ingin mengajak muridnya untuk lebih banyak membaca buku.
4. Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen untuk membeli
barang barang lebih banyak.
5. Pidato kemerdekaan bung Karno memberikan semangat, rasa persatuan dari
seluruh rakyat Indonesia.
Contoh-contoh tersebut merupakan termasuk komunikasi persuasif. Komunikasi
persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri komunikator, dan
pesan yang menimbulkan efek pada komunikate. Persuasive didefinisikan sebagai
proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan orang dengan menggunakan
manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya
sendiri.
4. Hubungan sosial yang baik
Komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Manusia
adalah mahluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Tentu kita ingin berhubungan
dengan
orang
lain
secara
positif.Kebutuhan sosial adalah
kebutuhan
untuk
menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain
dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.
Menurut penelitian, bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia
akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita
“flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya). Kebutuhan sosial adalah
2016
4
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi, pengendalian, dan kekuasaan,
serta cinta kasih.Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang
lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai.
Kebutuhan sosial ini hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang
efektif.
Hasil penelitian Philip G. Zimbardo menemukan, bahwa anonimitas menjadikan orang
agresif, senang mencuri dan merusak, dan kehilangan tanggung jawab sosial.
Anonimitas timbul mungkin karena kegagalan komuniksi interpersonal dalam
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Supaya manusia tetap hidup secara
sosial, untuk sosial survival, ia harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal seperti persepsi interpersonal,
dan hubungan interpersonal.
5. Tindakan
Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi
untuk menimbulkan pengertian memang sulit, tetapi lebih sulit lagi mempengaruhi
sikap, dan jauh lebih sulit lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektivitas
komunikasi
biasanya
diukur
dari
tindakan
nyata
yang
dilakukan
komunikate. Misalnya :Propaganda suatu parpol efektif bila sekian juta mencoblos
lambing parpol tersebut; Pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang
ditawarkan; Mubaligh pun boleh bergembira bila orang beramai-ramai bukan saja
menghadiri masjid, tetapi juga mendirikan salat
Menimbulkan
tindakan
nyata
memang
indicator
efektivitas
yang
paling
penting. Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu
menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap. Tindakan adalah hasil
kumulatif seluruh proses komunikasi. Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang
seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Karakteristik Manusia Komunikan
1. Konsepsi Manusia dalam psikoanalisis
Sigmund Freud, pendiri psikoanalisis, adalah orang yang pertama berusaha
merumuskan psikologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya pada totalitas
kepribadian manusia, bukan pada bagian-bagian yang terpisah. Menurut Freud,
perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam kepribadian manusia
Id, Ego dan Superego.
2016
5
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis
manusia—pusat instink (hawa nafsu—dalam kamus agama). Id adalah tabiat hewani
manusia. Ada dua instink dominan: (1) Libido—instink reproduktif yang menyediakan
energi dasar untuk kegiatan-kegiatan manusia yang konstruktif; (2) Thanatosos—
instink destruktif dan agresif. Yang pertama disebut juga instink kehidupan (eros),
yang dalam konsep freud bukan hanya meliputi dorongan seksual, tetapi juga semua
yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta
diri (narcism).
Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan
realistik.
Ego-lah
yang
menyebabkan
manusia
mampu
menundukan
hasrat
hewaninya, dan hidup sebagai wujud yang rasional dan realistik. Ia bergerak
berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani
(conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural
masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke
alam bawah sadar. Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan
interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen
sosial (superego); atau unsur animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).
2. Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme
Behaviorisme ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan dan diramalkan. Belakangan ini, teori kaum behaviorisme lebih
dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku
manusia—kecuali instink—adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku
organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan
apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin
mengetahui sebagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa,
sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh permainan. Dari Aristoteles, john
Locke (1632-1704), tokoh empirisme inggris meminjam konsep ini. Menurut kaum
empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ‘warna mental’. Warna mental ini
didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan ke pemilikan
pengetahuan. Bukankan idea yang menghasilkan pengetahuan, tetapi kedua-duanya
dalah produk pengalaman.
3. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif
Ketika asumsi-asumsi Behaviorisme diserang habis-habisan pada akhir tahun 60-an
dan awal tahun 70-an, psikologi sosial bergerak kearah paradigma baru. Manusia
tidak
2016
6
lagi
dipandang
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
sebagai makhluk
yang
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bereaksi
secara
pasif
pada
lingkungannya,
tetapi
sebagai
makhluk
yang
selalu
berusaha
memahami
lingkungannya: makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Kaum rasionalis
memertanyakan apakah betul bahwa penginderaan kita, melalui pengalaman
langsung,
sanggup
memberikan
kebenaran.
Kemampuan
alat
indera
kita
dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat.
Descartes, juga Kant, menyimpulkan bahwa jiwalah (mind) yang menjadi alat utama
pengetahuan, bukan alat indera. Jiwa menafsirkan pengalaman inderawi secara aktif:
mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari makna. Tidak
semua stimuli kita terima.
Rasionalisme ini tampak jelas pada aliran psikologi Gestalt di awal abad XX. Para
psikolog Gestalt, seperti juga kebanyakan psikoanalis, adalah orang-orang Jerman:
Meinong, Ehrenfels, Kohler, Wertheimer, dan Koffka. Menurut mereka, manusia tidak
memberikan respons kepada stimuli secara otomatis. Manusia adalah organisme aktif
yang menafsirkan dan bahkan mendistorsi lingkungan. Sebelum memberikan respons,
manusia menangkap dulu “pola” stimuli secara keseluruhan dalam satuan-satuan
yang bermakna. Mula-mula psikologi Gestalt hanya menaruh perhatian pada persepsi
obyek. Beberapa orang menerapkan prinsip-prinsip Gestalt dalam menjelaskan
perilaku sosial. Di antara mereka adalah Kurt Lewin, Solomon Asch, dan Fritz
Heider.Heider dan Festinger membawa psikolagi kognitif ke dalam psikologi sosial.
Secara singkat kita akan melihat perkembangan pengaruh psikologi kognitif ini dalam
psikologi sosial, terutama untuk menggambarkan perkembangan konsepsi manusia
dalam mazhab ini.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia tidaklah serasional dugaan di atas.
Seringkali malah penilaian orang didasarkan pada informasi yang tidak lengkap dan
kurang begitu rasional. Penilaian didasarkan pada data yang kurang, lalu
dikombinasikan dan diwarnai oleh prakonsepsi. Manusia menggunakan prinsip-prinsip
umum dalam menetapkan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya
“cognitive heuristics” (dalil-dalil kognitif). Ada orang tua yang segera gembira ketika
anaknya berpacaran dengan mahasiswa ITB, karena berpegang pada “cognitive
heuristics” bahwa mahasiswa ITB mempunyai masa depan yang gemilang (tanpa
memperhitungkan bahwa pacar anaknya adalah mahasiswa seni rupa yang
meragukan masa depannya). Dari sini muncullah konsepsi Manusia sebagai Miskin
Kognitif (The Person as Cognitive Miser).
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji,
psikologi kognitif telah memasukkan kembali “jiwa” manusia yang sudah dicabut oleh
behaviorisme. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi manusia bukan sekadar
makhluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai
apa yang didambakannya. Sampai di sini, psikologi kognitif harus memberikan tempat
dan waktu buat “penceramah” berikutnya: psikologi humanistik.
2016
7
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik
Pada behaviorisme manusia hanyalah mesin yang dibentuk lingkungan, pada
psikoanalisis manusia melulu dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Dalam pandangan
behaviorisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, tanpa nilai. Dalam psikoanalisis,
seperti kata Freud seridiri, “we see a man as a savage, beast”.Keduanya tadak
menghormati manusia sebagai manusia. Keduanya tidak dapat menjelaskan aspek
eksistensi manusia yang positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai,
makna, dan pertumbuhan pribadi. Inilah yang diisi oleh psikologi humanistik.
Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis NeoFreudian (sebenarnya
Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel, Ferenczi; tetapi lebih banyak lagi
mengambil dari fenomenologi dan eksistensialisme. Fenomenologi memandang
manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara
subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman
setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.
Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di marxa dia —
sang Aku, Ku, atau diriku (the I, me, or myself) – menjadi, pusat: Perilaku manusia
berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi rnanusia tentang identitas dirinya yang
bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal
(phenomenal field). Medan keseluruhan pengalarnan subjektif seorang manusia, yang
terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang “bukan aku”.
Khotbah Frank menyimpulkan asumsi-asumsi Psikologi Humanistik: keunikan
manusia,
pentingnya
nilai
dan
makna,
serta
kemampuan
manusia
untuk
mengembangkan dirinya. Sebagai penjelasan, kita akan menyajikan penjabaran
asumsi-asumsi ini dalam pandangan Carl Rogers, menggarisbesarkan pandangan
Humanisme sebagai berikut:
1. Manusia
berperilaku
untuk mempertahankan,
meningkatkan, dan
mengaktualisasikan diri.
2. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya— ia bereaksi
pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai
dengan konsep dirinya.
3. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri — berupa
penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian
serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
4. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam
kor.disi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta rnemilih jalan
menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
2016
8
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Faktor-Faktor Personal Yang Mempengaruhi Perilaku Manusia
Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik
berupa sikap, instink, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan prilaku
manusia. Secara garis besar ada dua factor personal yang mempengaruhi perilaku manusia,
yaitu factor biologis dan factor sosiopsikologis.
1. Faktor Biologis
Manusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan. Misalnya, ia lapar
kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian. Manusia memerlukan lawan
jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun juga begitu. Faktor biologis terlibat
dalam seluruh kegiatan manusia, dan berswatu dengan faktor sosiopsikologis.
Menurut Wilson, perilaku sosial manusia dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah
diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Program ini disebut ”epigenetic rules”,
yang mengatur perilaku manusia seperti kecenderungan menghindari ”incest”,
kemampuan
memahami
ekspresi
wajah,
samapai
kepada
persaingan
politik. Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme biologis dalam
kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur biologis manusia
seperti genetika, sistem syaraf, dan sistem hormonal, sangat mempengaruhi perilaku
manusia. Struktur biologis manusia seperti genetika, system syaraf dan system
hormonal sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan, kemampuan
sensasi, dan emosi,. Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan
informasi dalam jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi
mekanisme biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.Beberapa contoh
perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia, dan bukan pengaruh lingkungan
atau situasi adalah sebagai berikut : bercumbu,memberi makan, merawat anak dan
beberapa
perilaku
agresif, kebutuhan
makan
dan
minum, Istirahat,kebutuhan
seksual, kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit dan
bahaya.
2. Faktor-faktor Sosiopsikologis
Karena
manusia
mahluk sosial,
dari
proses sosialia
memperoleh
beberapa
karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Ada tiga komponen yang berkaitan
dengan factor sosiopsikologis ini, yaitu :
a. Komponen Kognitif
Kepercayaan adalah
komponen
kognitif
dari
faktor
sosiopsikologis.
Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang gaib, tetapi
hayalan “keyakinan bahwa sesuatu itu benar” atau “salah” atas dasar bukti,
2016
9
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi. Jadi kepercayaan dapat bersifat
rasional dan irasional.
b. Komponen Afektif
Motif Sosiogenis. Motif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan
motif primer (motif biologis). Yang termasuk motif sosiogenis adalah sebagai
berikut :
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki : 1). keinginan memperoleh pengalaman
baru. 2). keinginan untuk mendapat respons, 3). keinginan akan pengakuan,
4). keinginan akan rasa aman
David
McClelland: 1). kebutuhan
berprestasi,
2).kebutuhan
akan
kasih
sayang, 3). kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow: 1). kebutuhan fisiologis, 2).kebutuhan akan rasa aman,
3). kebutuhan akan keterikatan dan cinta, 4). kebutuhan akan penghargaan,
5). kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin
H.
Marx: 1). kebutuhan
Organisme
: motif
ingin
tahu, motif
kompetensi, motif rpestasi, 2).Motif-motif sosial: motif ksih sayang, motif
kekuasaan, motif kebebasan
Penjelasan motif-motif tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Motif ingin tahu. Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari
dunianya. Kita memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru
dan mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecendrungan untuk
memahami dan membri arti pad apa yang dialami, bila informasi yang
diperoleh bersifat terbatas, maka orang akan mencari jawaban sendiri. Orang
akan menarik eksimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu lengkap
terlebih dahulu. Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini,
maka orang akan menafsirkannya karena tadi pagi Pak Ali yang dermawan
meninggal dunia.
Motif kompetensi. Setiap orang ingin membuktikan bahw ia mempunyai
kemampuan untuk mengatasi maslah yang dihadapinya.Perasaan mampu ini
sangat bergantung pada perkembangan intelektual, sosial, dan emosional.
Motif kompetensi ini berhubungan erat dengan kebutuhan akan rasa aman,
misalnya kita ingin memproleh jaminan masa depan, jaminan bahwa anak kita
bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudah memenuhi kebutuhan biologinya,
yakin akan masa depannya lebih baik, maka ia dianggap sudah memenuhi
kebutuhannya akan kemampuan diri (kompetensi)
2016
10
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Motif cinta. Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari
perkembangan kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam
kelompoknya
sebgai
anggota
secara
sukarela.
Berbagai
penalitan
membuktikan bahwa kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan
menimbulkan perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif;
kesepian; pendiam, dan akan bunuh diri.
Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas.Erat kaitannya dengan
kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan memperoleh kasih
sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di dunia. Kita ingin
kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh orang-orang di
sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan perilaku yang patologis
seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan sebagainya.
Kebutuhan akan nilai dan makna hidup. Dalam kehidupannya, manusia
memerluakan nilai-nilai yang berguna untuk menuntunnya dalam mengambil
keputusan atau memberikan makna pada kehidupanya. Bila manusia tidak
mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan nilai, maka manusia tidak tahu
tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai kepastian dalam bertindak.
Kebutuhan
akan
pemenuhan
diri. Manusia
bukan
sajaingin
mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga butuh peningkatan kualitas
kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini dilakukan melalui berbagai
bentuk sebagai berikut : 1). menggunakan dan mengembangkan segenap
potensi kita dengan cara kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik,
lukis, dan lain-lain, 2). memperkaya kualitas kehidupan daengan memperluas
rentangan dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik,
jalan-jalan ke tempat wisata, 3).Membentuk hubungan yang hangat dan berarti
dengan orang-orang lain di sekitar kita, 4).Berusaha ”memanusiakan” diri,
dalam arti menjadi pribadi/person yang didambakan orang.
Sikap. Sikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi sosial dan
yang paling banyak didefinsikan. Ada yang menganggap sikap hanyalah
sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Ada pula yang
melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberikan respon.
Beberapa kesimpulan tentang sikap adalah :
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat,
2016
11
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
gagasan, atau situasi, atau kelompok. Sikap haruslah diikuti oleh kata
“terhadap”, atau “pada” objek sikap.
b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.Sikap bukan merupakan
rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro atau
kontra terhadap sesuatu.
c. Sikap relatif lebih menetap
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan
atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi
merupakan hasil belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau diperteguh.
Emosi.
Emosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala
kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis.Misalnya, bila orang yang kita cintai
mencemooh kita, kita akan bereaksi secara emosional, kemudian jantung
akan berdetak cepat dan napas terengah-engah, kemudian kita akan balas
mencemooh atau memukulnya. Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan
bumbu dalam kehidupan; tanpa emosi hidup manusia kering dan gersang.
Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :
a. Emosi adalah pembangkit energi/energizer. Tanpa emosi kita tidak sadar atau
mati. Hidup berarti merasakan, mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi
membangkitakan
dan
memobilisasi
energi
kita;
misalnya
marah
menggerakkan kita untuk menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari,
cinta menggerakkan kita untuk berdekatan dan bermesraan.
b. Emosi adalah pembawa informasi/messenger.Bagaimana keadaan diri kita
dpat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita marah, kita mengetahui bahwa kita
dierang oleh orang lain; sedih berarti kita kehilangan sesuatu atau seseorang,
jika kita bahagia berarti kita memperoleh sesuatu yang kita senangi.
c. Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi intrapersonal, akan
tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi interpersonal. Berbagai
penelitian membuktikan bahwa ungkapan emosi dapat dipahami secara
universal. Dalam retorika diketahui bahwa pembicara yang menyertakan
seluruh emosinya dalam pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan
dinamis serta lebih meyakinkan.
d. Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan kita. Kita
mendambakan kesehatan, dan emngetahuinya ketika kita merasa sehat wal
afait.
Kita
menginginkan
keindahan,
dan
mengetahui
bahwa
memperolehnya ketika kita meraskan kenikmatan estetika dalam diri kita.
2016
12
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kita
c. Komponen konatif
Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang
berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi
seseorang berkali-kali. Setiap orang mempunyai kebiasaan yang berlainan dalam
menanggapi stimulus tertentu. Kebiasaan inilah yang memberikan pola perilaku yang
dapat diramalkan.
Kemauan
Menurut Richard Dewey dan W.J Humber, kemauan merupakan: 1) hasil keinginan
untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong orang untuk
mengorbankan nilai-nilai yang lain, yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan; 2)
berdasarkan pengetahuan tentang cara-cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
3) dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi yang diperlukan untuk mencapai tujuan;
plus 4) pengeluaran energi yang sebenarnya dengan satu cara yang tepat untuk
mencapai tujuan. Kemauan yang akan membuat orang menjadi besar atau menjadi
orang kecil. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan, bahkan ada yang
mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan usaha seseorang untuk
mencapai tujuan.
Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Perilaku Manusia
I.
Faktor Ekologis.
Kaum determinisme lingkungan sering menyatakan bahwa keadaaan alam
mempengaruhi gaya hidup dan "perilaku". Banyak orang menghubungkan
kemalasan bangsa Indonesia pada mata pencaharian bertani dan matahari yang
selalu bersinar setiap hari. Sebagian pandangan mereka telah diuji dalam
berbagai
penelitian,
seperti
efek
temperatur
pada
tindakan
kekerasan, "perilaku"interpersonal, dan suasana emosional. Yang belum diteliti,
antara lain pengaruh temperatur ruangan pada efektivitas komunikasi.
II.
Faktor Rancangan dan Arsitektural
Dewasa ini telah tumbuh perhatian di kalangan para arsitek pada pengaruh
lingkungan
yang
dibuat
manusia
terhadap"perilaku" penghuninya.
Satu
rancangan arsitektur dapat mempengaruhi pola komunikasi antara orang-orang
yang hidup dalam naungan arsitektural tertentu. Osmond dan Sommer
membedakan
antara
desain
bangunan
yang
mendorong
orang
untuk
berinteraksi (sociopetal) dan rancangan bangunan yang menyebabkan orang
menghindari interaksi (sogiofugal). Pengaturan ruangan juga telah terbukti
mempengaruhi pola-pola "perilaku" yang terjadi di tempat itu.
2016
13
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
III.
Faktor Temporal
Telah banyak diteliti pengaruh waktu terhadap bioritma "manusia", misalnya,
dari tengah malam sampai pukul 4 fungsi tubuh "manusia"berada pada tahap
yang paling rendah, tetapi pendengaran sangat tajam; pada pukul 10, bila ada
orang introvert, konsentrasi dan daya ingat anda mencapai puncaknya; pada
pukul 3 sore orang-orang ekstrovert mencapai puncak dalam kemampuan
analisis dan kreativitas. Tanpa mempengaruhi bioritme sekalipun banyak
kegiatan kita diatur berdasarkan waktu; makan, pergi sekolah, bekerja,
beristirahat,
berlibur,
dan
sebagainya.
Satu
pesan
komunikasi
yang
disampaikan pada pagi hari akan memberikan makna yang lain bila
disampaikan pada tengah malam. Jadi yang mempengaruhi "manusia" bukan
saja dimana mereka berada, tetapi juga bilamana mereka berada.
IV.
Suasana "Perilaku" (Behavior Settings)
Selama bertahun-tahun, Roger Barker dan rekan-rekannya meneliti efek
lingkungan terhadap individu. Lingkungan dibaginya ke dalam beberapa satuan
yang terpisah, yang disebut suasana "perilaku". Pesta, ruangan kelas, toko,
rumah ibadat, pemandian, bioskop, adalah contoh-contoh suasana "perilaku".
Pada
setiap
suasana
terdapat
pola-pola
hubungan
yang
mengatur "perilaku"orang-orang di dalamnya. Di masjid orang tidak akan
berteriak keras, seperti dalam pesta orang tidak akan melakukan upacara
ibadat. Dalam suatu kampanye di lapangan terbuka, komunikator akan
menyusun dan menyampaikan pesan dengan cara yang berbeda dari pada
ketika ia berbicara di hadapan kelompok kecil di ruang rapat partainya.
V.
Teknologi
Pengaruh teknologi terhadap "perilaku manusia" sudah sering dibicarakan
orang. Revolusi teknologi sering disusul dengan revolusi dalam"perilaku" sosial.
Alvin Tofler melakukan tiga gelombang peradaban "manusia" yang terjadi
sebagai akibat perubahan teknologi. Lingkungan teknologis (technosphere)
yang meliputi sistem energi, sistem produksi dan sistem distribusi, membentuk
serangkaian"perilaku" sosial yang sesuai dengannya (sociosphere). Bersamaan
dengan itu tumbuhlah pola-pola penyebaran informasi (infosphere) yang
mempengaruhi suasana kejiwaan (psychosphere) setiap anggota masyarakat.
Dalam ilmu komunikasi, Marshall McLuhan, menunjukkan bahwa bentuk
teknologi komunikasi lebih penting dari padaisi media komunikasi. Misalnya,
kelahiran mesin cetak mengubah masyarakat tribal menjadi masyarakat yang
berpikir
logis
dan
individualis;
sedangkan
membawa "manusia" kembali pada kehidupan neo-tribal.
2016
14
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kelahiran
televisi
VI.
Faktor-Faktor Sosial
Sistem peranan yang diterapkan dalam suatu masyarakat, struktur kelompok
dan organisasi, karakteristik populasi, adalah "faktor"-"faktor" sosial yang
menata "perilaku manusia". Dalam organisasi, hubungan antara
anggota
dengan ketua diatur oleh sistem peranan dan norma-norma kelompok. Besarkecilnya organisasi akan mempengaruhi jaringan komunikasi dan sistem
pengambilan keputusan. Karakteristik populasi seperti usia, kecerdasan,
karakteristik biologis, mempengaruhi pola-pola"perilaku" anggota populasi itu.
Kelompok orang tua melahirkan pola "perilaku" yang pasti berbeda dengan
kelompok anak-anak muda. Dari segi komunikasi, teori penyebaran inovasi dan
teori kritik memperlihatkan bagaimana sistem komunikasi sangat dipengaruhi
oleh struktur sosial.
VII.
Lingkungan Psikososial
Persepsi kita tentang sejauh mana lingkungan memuaskan atau mengecewakan
kita, akan mempengaruhi "perilaku" kita dalam lingkungan itu. Lingkungan
dalam persepsi kita lazim disebut sebagai iklim. Dalam organisasi, iklim
psikososial menunjukkan persepsi orang tentang kebebasan individual,
keketatan pengawasan, kemungkinan kemajuan dan tingkat keakraban. Studi
tentang komunikasi organisasional menunjukkan bagaimana iklim organisasi
mempengaruhi hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan, atau di
antara orang-orang yang menduduki posisi yang sama. Para antropolog telah
memperluas istilah iklim ini ke dalam masyarakat secara keseluruhan. Misalnya:
Padaanggota masyarakat yang ber-synergy tinggi, maka orang belajar sejak
kecil, bahwa ganjaran yang diterimanya terpaut erat dengan ganjaran kolektif.
Cita-cita perorangan dicapai melalui usaha bersama. Sedangkan pada
masyarakat
ber-synergy
rendah,
mereka
akan
cenderung
untuk
individualistis. Margareth Mead, walaupun belakangan dikritik orang, mewakili
aliran determinisme budaya, yang menunjukkan bagaimana nilai-nilai yang
diserap anak pada waktu kecil mempengaruhi "perilaku"nya di kemudian hari.
VIII.
Stimuli Yang Mendorong Dan Memperteguh"Perilaku"
Beberapa peneliti psikologi sosial, seperti Fredericson dan Bouffard, meneliti
kendala situasi yang mempengaruhi kelayakan melakukan "perilaku"tertentu.
Ada situasi yang memberikan rentangan kelayakan "perilaku", yaitu situasi
yang permisif(mengijinkan) memungkinkan orang melakukan banyak hal tanpa
harus merasa malu, dan situasi restriktif(bersifat membatasi) menghambat
orang
untuk
ber"perilaku" sekehendak
hatinya. Contoh, situasi
yang
permisif (mengijinkan) misalnya ketika kita di taman, maka kita akan lebih
bebas
berekspresi,
dibandingkan
berada
pada situasi
membatasi) misalnya ketika kita berada di gereja atau mesjid.
2016
15
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
restriktif (bersifat
Faktor-faktor
situasional di
faktor personal.
Kita
menentukan perilaku
atas
mengakui
manusia.
tidaklah
besarnya
mengesampingkan faktorpengaruh
Tetapi manusiamemberikan
situasi
reaksi
dalam
yang
berbeda-beda terhadap situasi yang dihadapinya, sesuai dengan karakteristik
personal yang dimilikinya. Perilaku manusia memang merupakan hasil interaksi
yang menarik antara keunikan individual dengan keumuman situasional.
2016
16
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Hardjana, Agus M. Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Penerbit Kanisius
2. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Oleh Drs. Jalaluddin rakhmat M.sc. Penerbit PT
Remaja Rosdakarya - Bandung.
2016
17
Psikologi Komunikasi 1
Wulansari Budiastuti,S.T,.M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download